Peran UKM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

PERAN UMKM

(USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH)


DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh : Anak Tertua

Abstract
UMKM is a mandate of UUD 1945 which must be realized through
national development based on economic democracy. UMKM have an
important role in addressing various issues and economic problems of
the country, including the fulfillment of community needs for
goods/services, unemployment, and employment. In carrying out its
role, UMKM still have many difficulties and limitations and have not
been able to realize its ability and role maximally in social and
economic function. The solution is the full involvement of the
government as policy makers, the banking industry as credit providers
and the public. All three parties must synergize and play an active role
in realizing independent UMKM.
Keywords: UMKM, economy, government, banking.

A. PENDAHULUAN
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia yang dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berlandaskan kemampuan nasional dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Pembangunan nasional meliputi aspek kehidupan bangsa dan negara
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat. Pelaku utama
pembangunan adalah masyarakat, sementara pemerintah memiliki
kewajiban mengarahkan dan melindungi serta membangun iklim yang
kondusif, aman, dan tentram guna menunjang pembangunan nasional.
Pembangunan merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat agar dapat mempengaruhi masa depannya.
Pembangunan mengarah kepada perubahan ke arah lebih baik dari taraf
hidup sebelumnya. Pembangunan dalam era globalisasi sangat
mengandalkan sektor ekonomi sebagai ukuran keberhasilan yang
dilakukan oleh pemerintah.
Pembangunan yang hanya mengutamakan pertumbuhan yang
terpusat dan tidak merata ditambah lagi dengan tidak diimbanginya
kehidupan sosial, politik, ekonomi maka pembangunan akan rapuh. 62
Oleh karenanya, pembangunan harus mengikutsertakan peran
masyarakat sebagai pelaku utama serta sebagai pihak yang akan
merasakan pembangunan. Salah satu indikator dari pembangunan
nasional adalah pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi
merupakan hal urgen dalam suatu negara, utamanya dalam
meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam analisis makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi
adalah tingkat pertambahan dari pendapatan perkapita yang
digambarkan sebagai gambaran suatu perekonomian negara dan
tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah
meningkatnya jumlah barang dan jasa serta peluang kerja bagi
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan ekonomi harus melibatkan

62
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Peran Usaha Mikro, kecil, dan Menengah dalam Pembangunan
Ekonomi Nasional; Sasaran Pembangunan Ekonomi (Jakarta: Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2005), h. 1.
seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dalam mengambil inisiatif
pembangunan daerah dengan menggunakan seluruh dukungan sumber
daya yang ada dan merancang serta membangun ekonomi daerah.63
Peran masyarakat dalam pembangunan nasional, utama dalam
pembangunan ekonomi adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Posisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam
perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis.
Kondisi tersebut sangat memungkinkan karena eksistensi UMKM
cukup dominan dalam perekonomian Indonesia, dengan alasan jumlah
industri yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; potensi
yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi UMKM
dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat dominan.
Alasan lainnya adalah usaha mikro dan kecil memiliki
keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan sumber daya alam dan
padat karya, utamanya pada sektor pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, dan rumah
makan/restoran. Usaha menengah memiliki keunggulan dalam
penciptaan nilai tambah di sektor hotel, keuangan, persewaan, jasa
perusahaan dan kehutanan. Usaha besar memiliki keunggulan dalam
industri pengolahan, listrik, gas, komunikasi, dan pertambangan. Maka
hal ini membuktikan bahwa UMKM dan usaha besar saling
melengkapi dan saling membutuhkan, meskipun pada kenyataannya
UMKM lebih dominan dalam penyerapan tenaga kerja hingga
kontribusinya terhadap pendapatan nasional.
Fakta pun membuktikan bahwa krisis ekonomi yang melanda

63
Pujiono, Akselarasi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah melalui Pendidikan, Proceding Seminar Nasional Peningkatan
Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas, t.th., h. 320.
Indonesia yang berlanjut pada krisis kepercayaan pada tahun 1989
tidak mampu merubah dan mempengaruhi eksistensi usaha kecil.
Bahkan dalam berbagai penelitian ekonomi yang dikemukakan oleh
Mulyadi Nitisusatro bahwa tidak lumpuhnya perekonomian Indonesia
karena jasa pelaku usaha kecil.64 Peran usaha UMKM telah diakui oleh
masyarakat sementara krisis sangat berdampak dan dirasakan oleh
usaha skala besar pada semua sektor industri.
Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan memaparkan
peran UMKM dalam perekonomian, permasalahan yang dihadapi
UMKM, serta langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi
permasalahan tersebut dalam menopang dan mewujudkan UMKM
yang mandiri.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian UMKM
Pengertian UMKM merupakan implikasi dari
pembagian/kriteria usaha dalam konteks di Indonesia. Hal ini sangat
penting mengingat kriteria tersebut akan memberikan dampak pada
penentuan kebijakan usaha yang terkait. UMKM merupakan singkatan
dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Menurut Awalil Rizky, usaha mikro merupakan usaha uiformal
yang memiliki aset, modal, omzet yang amat kecil. Ciri lainnya adalah
jenis komiditi usaha yang dilakukan sering berganti-ganti, lokasi usaha
yang terkadang kurang tetap, umumnya tidak dilayani oleh perbankan,

64
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil
(Alfabeta: Bandung, 2010), h. 39.
dan tidak banyak yang memiliki legalitas usaha.65
Definisi UMKM dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
berbeda-beda. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa
‚usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini‛.66 Adapun kriteria
usaha mikro yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Ro. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).67
Adapun usaha kecil berdasarkan Undang-undang tersebut
adalah ‚usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini‛.68 Adapun kriteria

65
Awalil Rizky, Strategi Jitu Invetasi di UMK: Optimalisasi
Kontribusi UMK dalam Makroekonomi Indonesia, Makalah Launching &
Seminar BMT Permodalan (Jakarta: BMT Permodalan, 2008), h. 50.
66
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1.
67
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab IV Kriteria, Pasal 6.
68
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1.
usaha kecil yang dimaksud dalam Undang-undang adalah:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).69
Usaha Menengah berdasarkan Undang-undang tersebut adalah
‚usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini‛.70
Adapun kriteria yang dimaksud adalah:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar

69
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab IV Kriteria, Pasal 6.
70
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1.
rupiah).71
Ditambahkan pula, bahwa kriteria-kriteria yang telah
dikemukakan di atas jumlah nominalnya dapat berubah sesuai dengan
perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor
ekonomi72 dan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang memiliki basis
dari masyarakat dengan keterjangkauan modal yang sangat minim.73
2. Jenis-jenis Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Soetrisni sebagaimana yang dikutip oleh Edillius
dkk., bahwa jenis-jenis usaha kecil dan menegah di Indonesia dari segi
kelembagaan ekonomi sektoral terdiri dari sektor koperasi, sektor
negara, dan sektor swasta yang terbagi atas Perseroan Terbata,
Perseroan Komanditer Firma, Usaha Perorangan, dan Perusahaan
International.74
Sebagaimana yang dikutip oleh Euis Amalia dalam Hasan
Amin, jika ditinjau dari berdasarkan tanggung jawabnya, yaitu
tanggung jawab pemilik terhadap utang-utang perusahaan, maka
perusahaan dapat dibagi atas:
a. Perusahaan dengan pemilik yang bertanggung sepenuhnya
terhadap utang perusahaan, seperti perusahaan perorangan dan

71
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab IV Kriteria, Pasal 6.
72
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia
(Jakarta: LP3S, 2012), h. 11.
73
Gatut Susanta, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM
(Depopk: Raih Asa Sukses, 2009), h. 13.
74
Edillius, et.all., Pengantar Ekonomi Perusahaan (Jakarta: Rineka
Cipta, 1992), h. 12.
firma.
b. Perusahaan dengan pemilik yang tidak bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap utang perusahaan, seperti Perseroan
Terbatas.75
Berdasarkan laporan Kelompok Pakar Usaha Menengah Kecil
(UMK) sebagaimana yang dikutip oleh Euis Amalia, bahwa di
Indonesia telah teridentifikasi 4 (empat) kelompok UMK di
lingkungan APEC, yaitu:
a. Kelompok A adalah kelompok UMK yang telah memasuki
pasar global. Kelompok usaha ini telah menjadi subkontrak
dari perusahaan multinasional terutama di sektor otomatif dan
elektrik.
b. Kelompok B adalah UMK yang telah memasuki pasar
internasional. Kelompok ini telah mampu mengekspor, tetapi
atas dasar pesanan luar negeri dan bukan atas upaya pemasaran
yang agresif.
c. Kelompok C adalah kelompok yang belum pernah melakukan
transaksi ke luar negeri tetapi memiliki potensi yang besar.
d. Kelompok D adalah kelompokUMK yang memang tidak
berorientasi ke pasar luar negeri. Adapun kelompok ini
merupakan kelompok yang dominan di Indonesia.76
3. Asas dan Tujuan UMKM
Adapun asas usaha UMKM terdapat pada Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

75
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam;
Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada 2009), h. 47.
76
Ibid., h. 48.
Bab 2 Asas dan Tujuan Pasal 2. Adapun asas-asasnya dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kekeluargaan adalah asas yang melandasi upaya
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai
bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi
nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
b. Demokrasi ekonomi adalah pemberdayaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari
pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan
kemakmuran rakyat.
c. Kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Dunia Usaha secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.
d. Efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan
mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk
mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya
saing.
e. Berkelanjutan adalah asas yang secara terencana
mengupayakan berjalannya proses pembangungan melalui
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
dilakukan secara berkesinambungan sehingga terbentuk
perekonomian yang tangguh dan mandiri.
f. Berwawasan lingkungan adalah asas pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan
pemeliharaan lingkungan hidup.
g. Kemandirian adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan
mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
h. Keseimbangan kemajuan adalah asas pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya menjaga
keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan
ekonomi nasional.
i. Kesatuan ekonomi nasional adalah asas pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian dari
pembangunan kesatuan ekonomi nasional.77
Adapun tujuan usaha mikro tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
Menengah yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan.78
4. Karakteristik UMKM
Karakteriktik UMKM merupakan kondisi faktual yang
melekat pada aktivitas usaha maupun perilaku usaha dalam
menjalakan usahanya. Karakteristik pun menjadi pembeda antar pelaku
usaha sesuai dengan skala usaha. Menurut Bank Dunia, UMKM

77
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab II Asas dan Tujuan, Pasal 2.
78
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, Bab II Asas dan Tujuan, Pasal 3.
terbagi atas:
a. Usaha mikro dengan jumlah karyawan 10 orang
b. Usaha kecil dengan jumlah karyawan 30 orang
c. Usaha menengah dengan jumlah karyawan hingga 300 orang.79
Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam 4
(empat) kelompok yaitu:
a. UMKM sektor informal
b. UMKM mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat
pengrajin namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk
mengembangkan usahanya
c. Usaha kecil dan dinamis adalah kelomppok UMKM yang
mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama dan ekspor
d. Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai
kewirausahaan yang cakap dan telah siap bertransformasi
menjadi usaha besar.80
Berikut tabel di bawah ini yang lebih menjelaskan secara
mendalam tentang karakteristik usaha yang telah dihimpun oleh Bank
Indonesia bekerjasama dengan LPPI (Lembaha Pengembangan
Perbankan Indonesia), yaitu:81

79
Bank Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(Jakarta: BI dan LPPI, 2015), h. 12.
80
Ibid., h. 13.
81
Ibid., h. 13-14.
Tabel 1
Karakteristik UMKM

Ukuran Usaha Karakteristik


 Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap;
sewaktu-waktu dapat berganti.
 Tempat usahanya tidak selalu menetap;
sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
 Belum melakukan administrasi keuangan yang
sederhana sekalipun.
 Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
 Sumber daya manusia (pengusaha) belum
1. Usaha Mikro memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat
rendah.
 Umumnya belum akses kepada perbankan,
namun sebagian sudah akses ke lembaga
keuangan non bank.
 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau
persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
 Contoh: Usaha perdagangan seperti kaki lima
serta pedagang di pasar.
 Jenis barang/komoditi yang diusahakan
umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.
 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap
2. Usaha Kecil
tidak berpindah pindah.
 Pada umumnya sudah melakukan administrasi
keuangan walau masih sederhana.
 Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan
dengan keuangan keluarga.
 Sudah membuat neraca usaha.
 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan
legalitas lainnya termasuk NPWP.
 Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki
pengalaman dalam berwira usaha.
 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam
keperluan modal.
 Sebagian besar belum dapat membuat
manajemen usaha dengan baik seperti business
planning.
 Contoh: Pedagang di pasar grosir (agen) dan
pedagang pengumpul lainnya.
 Memiliki manajemen dan organisasi yang
lebih baik, dengan pembagian tugas yang jelas
antara lain, bagian keuangan, bagian
pemasaran dan bagian produksi.
 Telah melakukan manajemen keuangan
dengan menerapkan sistem akuntansi dengan
3.Usaha
teratur sehingga memudahkan untuk auditing
Menengah
dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh
perbankan.
 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan
organisasi perburuhan.
 Sudah memiliki persyaratan legalitas antara
lain izin tetangga.
 Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber
pendanaan perbankan.
 Pada umumnya telah memiliki sumber daya
manusia yang terlatih dan terdidik.
 Contoh: Usaha pertambangan batu gunung
untuk kontruksi dan marmer buatan.

Selain itu, berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan,


UMKM memiliki karakteristik tersendiri antara lain:
a. Kualitas komiditi belum standar, karena sebagian besar
UMKM belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai.
Produk yang dihasilkan dalam bentuk handmade sehingga
standar kualitasnya beragam.
b. Desain produknya terbatas karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja
berdasarkan pesanan, belum banyak yang berani mencoba
berkreasi desain baru.
c. Jenis produk yang terbatas karena UMKM hanya memproduksi
beberapa jenis produk saja. Apabila terdapat permintaan model
baru, UMKM sulit untuk memenuhinya dan jika menerimanya
maka memerlukan waktu lama dalam pengerjaannya
d. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas sehingga
konsumen kesulitan.
e. Bahan baku kurang terstandar, karena bahan bakunya
diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda.
f. Kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna,
karena produksi belum teratur dan biasanya produk-produk
yang dihasilkan sering apa adanya.82

C. PERAN UMKM DALAM PEREKONOMIAN


1. Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki
peran sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi; penyedia
lapangan kerja; pemain penting dalam perekonomian lokal dan
pemberdayaan masyarakat; pencipta pasar baru; dan kontribusinya
terhadap PDB dan neraca pembayaran.
Salah satu cara mengetahui peran UMKM dalam
perekonomian adalah melalui Produk Domestik Bruto (PDB). PDB
merupakan nilai barang-barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negara dalam satu tahun tertentu. Tujuan PDB adalah meringkas
aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama peride waktu
tertentu.
Total kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional merupakan
akumulasi dari semua sektor ekonomi UMKM. Berdasarkan data dari
Kementerian Koperasi dan UMKM, pada tahun 2013 UMKM mampu
menyumbangkan Rp. 5.440 triliun (atas dasar harga berlaku terhadap
PDB Nasional. Adapun sumbangsih masing-masing jenis usaha
digambarkan sebagai berikut:

82
Ibid., h. 15.
Gambar 1
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap PDB Tahun 2013

14,5

Usaha Mikro
12,8 42,4
Usaha Kecil
usaha Menengah
usaha Besar

30,3

Sumber: Bank Indonesia, 2015.

Diagram di atas menggambarkan bahwa penyumbang terbesar


terhadap PDB atas dasar harga berlaku yaitu usaha mikro dengan
jumlah 42,4% (Rp. 2.306,56 triliun). Selanjutnya penyumbang terbesar
adalah usaha kecil dengan jumlah 30,3% (Rp. 1.648,32 triliun),
selanjutnya usaha menengah yaitu 12,8% (Rp. 696,32 triliun), dan
usaha besar dengan jumlah 14,5% (Rp. 788,8 triliun).
Total kontribusi UMKM terhadap PDB merupakan akumulasi
dari semua sektor ekonomi UMKM. Penggolongan jenis kegiatan
ekonomi mengikuti konsep ISIC (International Standard Classification
of All Economic Activies) yang direvisi tahun 1968. Klasifikasi
tersebut bertujuan memudahkan perbandingan tingkat aktivitas
ekonomi dalam berbagai macam kegiatan.83

83
Ibid., h. 9.
Tabel 2
Penggolongan Sektor Ekonomi

Klasifikasi Keterangan
Pertanian, Peternakan, Mencakup segala macam pengusahaan
Kehutanan dan Perikanan dan pemanfaatan benda-benda/barang-
barang biologis (hidup) yang berasal dari
alam untuk memenuhi kebutuhan atau
usaha lainnya.
Pertambangan dan Sektor pertambangan dan penggalian
Penggalian meliputi subsektor minyak dan gas bumi,
subsector pertambangan non migas, dan
subsector penggalian.
Industri Pengolahan Industri pengolahan merupakan kegiatan
pengubahan bahan dasar (bahan mentah)
menjadi barang jadi/ setengah jadi
dan/atau dari barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih
tinggi nilainya, baik secara
mekanis,kimiawi, dengan mesin atau pun
dengan tangan.
Listrik, Gas dan Air Bersih Listrik mencakup kegiatan
pembangkitan, transmisi, dan distribusi
listrik baik untuk keperluan rumah
tangga, usaha, industri, gedung kantor
pemerintah, penerangan jalan umum, dan
lain sebagainya.
Gas mencakup kegiatan pengolahan gas
cair, produksi gas dengan karbonasi
arang atau dengan pengolahan yang
mencampur gas dengan gas alam atau
petroleum atau gas lainnya, serta
penyaluran gas cair melalui suatu sistem
pipa saluran kepada rumah tangga,
perusahaan industri, atau pengguna
komersial lainnya.

Air bersih mencakup kegiatan penam-


pungan, penjernihan, dan penyaluran air,
baku atau air bersih dari terminal air
melalui saluran air,pipa atau mobil
tangki (dalam satu pengelolaan
administrasi dengan kegiatan
ekonominya) kepada rumah tangga,
perusahaan industri atau pengguna
komersial lainnya.
Bangunan Bangunan atau konstruksi adalah
kegiatan penyiapan, pembuatan,
pemasangan, pe-meliharaan maupun
perbaikan bangunan/ konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya,
baik digunakan sebagai tempat tinggal
maupun sarana lainnya.
Perdagangan, Hotel dan Perdagangan adalah kegiatan penjualan
Restoran kembali (tanpa perubahan teknis) barang
baru maupunbekas.

Hotel adalah bagian dari lapangan usaha


kategori penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum.

Restoran disebut kegiatan penyediaan


makan minum adalah usaha jasa pangan
yang bertempat di sebagian atau seluruh
bangunan permanen yang menjual dan
menyajikan makan dan minuman untuk
umum ditempat usahanya.
Pengangkutan dan Pengangkutan adalah kegiatan
Komunikasi pemindahan
orang/penumpang dan/atau barang/ternak
dari satu tempat ke tempat lain melalui
darat, air maupun udara dengan meng-
gunakan alat angkutan bermotor maupun
tidak bermotor.

Komunikasi yaitu usaha pelayanan


komunikasi untuk umum baik melalui
pos, telepon, teleks atau hubungan radio
panggil (pager).
Keuangan, Persewaan dan Sektor keuangan, persewaan dan jasa
Jasa perusahaan mencakup kegiatan perantara
Perusahaan keuangan, asuransi, dana pensiun,
penunjang perantara keuangan, real
estate, usaha persewaan, dan jasa
perusahaan.
Jasa-jasa Jasa-jasa meliputi kegiatan pelayanan
kepada masyarakat yang ditujukan untuk
melayani kepentingan rumah tangga,
badan usaha, pemerintah dan lembaga-
lembaga lain.
Sumber: Bank Indonesia, 2015.

Selain UMKM berkontribusi terhadap PDB, UMKM juga


berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data yang
diperoleh dari BI yang bekerjasama dengan LPPI, tahun 2014 UMKM
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 114,14 juta orang. Adapun
rincianny.

Gambar 2
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar terhadap Tenaga Kerja Tahun 2014

4 3,3
5,7

Usaha Mikro
Usaha Kecil
usaha Menengah
usaha Besar

87

Sumber: Bank Indonesia, 2015


Berdasarkan diagram di atas, maka dapat dideskripsikan
bahwa usaha mikro merupakan usaha yang mampu menyerap tenaga
kerja yang sangat besar dengan jumlah 99,3 juta orang atau 87%.
Adapun usaha kecil mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 6,5 juta
orang atau 4,%, usaha menengah mampu menyerap sebanyak 4,5 juta
orang atau 4%, dan usaha besar hanya mampu menyerap sebanyak 3,76
juta orang atau 3,3%.84 Usaha mikro merupakan usaha yang
berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja karena usaha
mikro memiliki karakteristik yang sangat melekat kepada masyarakat
yang memiliki modal kecil untuk melakukan usaha.
Selain data di atas, berikut tabel yang menunjukkan bahwa
UMKM selam 2008-2014 mampu menyerap tenaga kerja yang sangat
besar dibandingkan usaha lainnya.

Tabel 3
Perkembangan UMKM dan Usaha Besar terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2008-2014 (juta orang)

Tahun
No Usaha
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Mikro 88 90 93 95 100 105 111
2 Kecil 4 4 4 4 5 6 7
3 Menengah 3 3 3 3 3 4 5
4 Besar 3 3 3 3 3 4 4
Sumber: Bank Indonesia, 2015

Dari data tersebut, maka ditemukan bahwa tenaga kerja yang


mampu diserap oleh UMKM pada kurun waktu 2008-2014 sangat

84
Ibid.
besar, yaitu mengalami peningkatan berdasarkan data yang diperoleh
BI dari Kementerian Koperasi dan UMKM sebanyak 94 juta pada
tahun 2008 menjadi 123,2 juta pada tahun 2015. Meski demikian,
usaha mikro merupakan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja
yang sangat tinggi tiap tahunnya bahkan mengalami peningkatan yang
signifikan. Sementara itu, usaha kecil mengalami stagnan pada tahun
2008-2011, tetapi pada tahun berikutnya hingga pada tahun 2014 terus
mengalami kenaikan. Adapun usaha menengah dan usaha besar
mengalami stagnan pula dalam jangka waktu yang lebih lama dari
usaha kecil yaitu 2008-2013. Dari data tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa usaha mikro memegang peranan penting dalam
penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Di samping penyerapan tenaga
kerja, tentunya telah mampu menekan angka pengangguran.
Peranan UMKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan
ekonomi. Terjadi ketisesuaian antara peran UMKM dalam penyediaan
lapangan kerja dengan pembentukan nilai tambah. Pertumbuhan
UMKM lebih cepat daripada usaha besar. Hal ini dikarenakan karena
sektor UMKM memiliki keunggulan dalam sektor pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Selain peran di atas, UMKM ternyata merupakan pasar yang
sangat potensial bagi industri jasa keuangan, terutama terhadap bank
untuk menyalurkan pembiayaan. Hal ini didasarkan pada pasca krisis
1997-1998 jumlah UMKM tidak berkurang, bahkan terus mengalami
peningkatan. Hal tersebut kemudian menyadarkan berbagai pihak
terutama industri jasa keuangan untuk memberikan porsi yang lebih
besar dalam penyaluran kredit. Berikut ditampilkan diagram
penyaluran kredit UMKM tahun 2014 dari Bank Persero, Bank Swasta
Nasional, Bank BPD, dan Bank Asing.
Tabel 3
Penyaluran Kredit UMKM Tahun 2014

7% 3%

Bank Persero
Bank Swasta Nasional
50%
Bank BPD
40%
Bank Asing

Sumber: Bank Indonesia

Dari gambar di atas, maka ditemukan bahwa porsi terbesar


penyaluran kredit UMKM tahun 2014 diberikan oleh Bank Persero
dengan porsi 50%, Bank Swasta Nasional dengan porsi 40%, Bank
BPD dengan porsi 7%, dan Bank Asing dengan porsi 3%. Sementara
itu, dari tahun 2011-2014 terjadi peningkatan signifikan penyaluran
kredit yang dilakukan oleh industri jasa keuangan kepada UMKM.
Menurut Bank Indonesia, penginkatan tersebut rata-rata mencapai
13,63% per tahun.85 Adapun pada triwulan II 2016, kredit UMKM
semikin besar dan sebagian besar disalurkan oleh kelompok Bank
Persero sebanyak Rp. 427 triliun, diikuti oleh kelompok Bank Swasta
Nasional Devisa sebesar Rp. 280,6 triliun, BPD Rp. 56,1 triliun, Bank
Swasta Nasional Non Devisa sebesar Rp. 48,7 triliun, Bank Campuran
Rp. 13,1 triliun, Bank Asing Rp. 1,9 triliun, serta BPR/BPRS sebanyak

85
Bank Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
h. 3.
43,3 triliun.86 Selain itu, penggunaan kredit UMKM lebih banyak
diperuntukkan untuk modal kerja sebanyak 73% dan sisanya yaitu 27%
diperuntukkan kredit investasi..87 Dari hal tersebut, maka perhatian
perbankan terhadap UMKM semakin baik. Meski demikian, beberapa
hal yang perlu mengalami perbaikan adalah kuantitas kredit/pinjaman
yang harus senantiasa ditingkatkan.
Melihat kiprah UMKM yang sangat penting dalam
perekonomian, maka pemerintah melalui Bank Indonesia sebagai bank
sentral telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yaitu PBI No.
14/22/PBI/2012 tanggal 21 Desember 2012 tentang Pemberian Kredit
oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. PBI tersebut mengamanatkan
kepada bank agar pada tahun 2015 memberikan porsi kredit sekurang-
kurangnya 5% kepada UMKM dari total kredit atau pembiayaan yang
dikucurkan. Bahkan pada tahun 2018 rasio kredit atau pembiayaan
terhadap UMKM ditetapkan paling rendah 20% dari total kredit atau
pembiayaan. Kemudian dari sisi kualitas, pelaku perbankan harus
memahami profi bisnis UMKM secara lebih mendalam sehingga
penyaluran kredit tepat sasaran dan menghasilkan kredit yang
berkualitas baik dan lancar.88
Adapun data terkini terkait perkembangan kredit UMKM yang
diperoleh dari Bank Indonesia. Berdasarkan Laporan Perkembangan
Kredit UMKM yang dibuat oleh Bank Indonesia disimpulkan bahwa

86
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Kredit Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah; UMKM (Jakarta: Bank Indonesia, 2016), h. 1.
87
Ibid.
88
Bank Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
h. 4.
pada akhir triwulan II 2016 baki debet kredit UMKM mencapai Rp.
870,5 triliun dan mengalami pertumbuhan sebanyak 16,3% (yoy).
Pertumbuhan tersebut relatif lebih meningkat dari triwulan
sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan kredit pada triwulan II 2016
terjadi pada seluruh klarifikasi ysaha dengan pertumbuhan pada kredit
usaha kecil dan menengah sebesar 21,3% (yoy) dan 8,5 (yoy).
Sementara kredit usaha mikro tumbuh 22,7% (yoy) melambat
dibandingkan triwulan I 2016 yang tumbuh sebesar 23,6% (yoy).89
2. Permasalahan dan Penghambat UMKM
UMKM memiliki peran yang strategis dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja,
dan mendorong kemajuan perekonomian serta mengatasi berbagai
masalah-masalah perekonomian khususnya kemiskinan dan
pengangguran. Meskipum UMKM memiliki tujuan yang strategis
dalam mendukung perekonomian, terdapat beberapa permasalahan
yang dihadapi oleh UMKM yang dapat ditinjau dari sisi ekternal dan
internal. Permasalahan tersebut adalah:
a. Faktor Internal UMKM
1) Modal
Modal merupakan bahagian penting dalam setiap usaha yang
diperlukan dalam menjalankan dan mengembangkan suatu usaha.
Kurangnya modal lebih banyak dialami oleh usaha mikro, kecil dan
menengah karena merupakan usaha perorangan yang hanya
mengandalkan modal dari sisi pemiliki usaha yang terbatas. Selain itu,
pemilik usaha mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari

89
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Kredit Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah; UMKM, , h. 1.
perbankan dikarenakan persoaan administratif dan teknik yang tidak
mampu dipenuhi oleh pelaku usaha.
2) SDM yang Terbatas
Usaha mikro dan kecil lebih banyak berkembang secara
tradisional dan merupakan usaha yang terkadang melalui usaha
keluarga turun temurun. Keterbatasan tersebut dapat ditinjau dari
pendidikan formal maupun pengetahuan serta keterampilan yang akan
mempengaruhi pengelolaan usaha. Selain itu, usaha mikro dan kecil
sebahagian besar mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan
teknologi kekinian dalam meningkatkan daya saing produk.
3) Jaringan Usaha
Sebahagian besar usaha kecil merupakan usaha keluarga yang
memiliki jaringan usaha yang terbatas dan kemampuan memahami
kondisi pasar yang sangat rendah. Dampak dari kualitas barang dan
jumlah penduduk yang terbatas akan mempengaruhi jaringan usaha
untuk memasarkan barang/jasa yang dihasilkan apalagi bila ingin
menjangkau pasar global.
b. Faktor Eksternal UMKM
1) Terbatasnya Sarana dan Prasarana
Kurangnya informasi terkait kemajuan pengetahuan dan
teknologi menyebabkan sarana prasarana tidak dapat berkembang dan
tidak mampu mendukung kemajuan usaha. Hal ini akan berdampak
pada seluruh aspek pada usaha yang dijalankan, baik dari segi
manajemen, kuantitas serta kualitas barang dan jasa yang dihasilkan.
2) Iklim Usaha
Barang yang dihasilkan oleh UMKM setelah masuk di pasar
akan bersaing dengan barang-barang lainnya baik ditinjau sebagai
barang primer dan sekunder. Dalam persaingan tersebut, terkadang
masih terdapat persaingan kurang sejat antar pelaku usaha kecil dan
pelaku usaha besar. Hal ini akan memicu persaingan yang tidak sehat
dengan hadirnya monopoli barang tertentu yang dilakukan oleh pelaku
usaha besar.
3) Otonomi Daerah
Berlakunya otonimi daerah telah memberikan kewenangan
penuhi kepada daerah untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya.
Perubahan sistem memberikan dampak terhadap pelaku bisnis UMKM
berupa pungutan baru yang akan dikenakan kepada pelaku UMKM.
Terkadang pula, dengan berlakunya otonomi daerah akan memberikan
semangat kedaerahan yang sangat tinggi sehingga menyebabkan
pelaku usaha dari luar daerah tersebut kesulitan mengembangkan
usahanya.
4) Perdagangan Bebas
Salah satu indikator dari globalisasi adalah terciptanya
persaingan bebas utamanya dalam perdagangan bebas. Hal ini
memaksa UMKM untuk melakukan produksi yang produktif serta
efisien, dan menghasilkan barang/jasa yang sesuai dengan keinginan
pasar global dengan standar kualitas internasional. Kenyataannya,
pelaku usaha tidak mampu bersaing dengan barang/jasa yang
dihasilkan dari luar.
Mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan langkah-
langkah strategis dalam meningkatkan daya saing UMKM dan
pengembangan UMKM. Pemerintah memiliki posisi strategis dalam
mengembangkan UMKM melalui berbagai kebijakan yang mampu
menopang perkembangan UMKM.
Selain pemerintah, industri jasa keuangan juga memiliki peran
besar dalam penyaluran pembiayaan/kredit yang berorientasi kepada
pengembangan UMKM. Kredit yang disalurkan oleh perbankan kepada
UMKM mengalami kenaikan setiap tahunnya dan kredit untuk
UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan total kredit perbankan.
Pemerintah juga mendorong penyaluran kredit kepada UMKM melalui
berbagai skema kredit yang dikaitkan dengan tugas dan pembangunan
ekonomi pada sektor-sektor tertentu.Selain peran pemerintah dan
perbankan, diperlukan pula perluasan jaringan pemasaran bagi UMKM
dalam rangka menguasai pasar. Hal ini sangat penting dalam
menghadapi mekanisme pasar yang semakin terbuka dan kompetitif.
Pencapaian tujuan tersebut sangat bergantung kepada UMKM dalam
mengakses dan mendapatkan informasi dengan mudah mengenai pasar
barang/jasa dan pasar faktor produksi.
Beberapa langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah
Kredit Usaha Rakyat(KUR) dengan skema kredit/pembiayaan modal
kerja dan/atau investasi yang diperuntukkan kepada UMKM dan
Koperasi di bidang usaha yang produktif. Selanjutnya pemerintah
memberlakukan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang
dikucurkan untuk mendukung program ketahanan pangan dan
diberikan melalui kelompok tani dan koperasi. Terdapat pula Program
Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) yang merupakan fasilitasi
bantuan modal usaha untuk pertani anggota, baik petani pemilik,
petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Selain itu,
terdapat pula Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM).90
Langkah selanjutnya adalah peningkatkan sumber daya
manusia yang terlibat langsung baik dalam internal dan eksternal

90
Kementerian Luar Negeri RI, Masyarakat ASEAN, Majalah Edisi
12 Juni 2016, h. 20-21.
UMKM. Internal UMKM adalah pelaku usaha UMKM sedangkan
ekternal UMKM adalah lembaga atau stakeholder yang berperan
sebagai pendamping UMKM. Eksternal UMKM adalah melalui
capacity building yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam bentuk
pelatihan dan kegiatan penelitian yang menunjang pemberian kredit
kepada UMKM. Pengembangan sumber daya manusia dari sisi internal
UMKM adalah peningkatan dan penguasan teknologi yang digunakan
dalam melaksanakan UMKM, utamanya information technology (IT).
Pemanfaatan IT akan memudahkan pelaku usaha untuk memasuki
pasar global.
Selain itu, diperlukan pendidikan yang berbasis peningkatan
kemampuan dan keterampilan pelaku UMKM sebagai langkah dalam
strategi pemberdayaan. Tujuan dasar pemberdayaan adalah keadilan
sosial yang memberikan rasa tentram kepada masyarakat serta
91
kesamaan sosial dan politik. Menurut Efendi M. Guntur,
pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-
faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran,
penguatan masyarakat untuk mendapatkan upah yang memadai dan
penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan
keterampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek
masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya.92

91
Tujuan pemberdayaan adalah menggunakan strategi secara spesifik
untuk mengurangi, mengeliminasi, perlawanan.perjuangan kelompok di dalam
masyarakat yang berpengaruh pada individu atau kelompok. Lihat: Malcom
Payne, Modern Work Theory (London: Mc Millan, 1997), h. 268.
92
Effendi M. Guntur, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transformasi
Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian dan Berkeadilan (Jakarta:
IKAPI, 2009), h. 6.
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan dan
mempengaruhi, kejadiankejadian serta lembaga-lembaga yang
mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa
orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain
yang menjadi perhatiannya.93
Hal di atas sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
2008 tentang UMKM bahwa tujuan pemberdayaan adalah
mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan; menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan UMKM menjadi usaha yang tanggung dan mandiril dan
meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentaasan rakyat dari kemiskinan. Pemaparan di atas telah
menjelaskan pentingnya UMKM dalam perekonomian, sehingga
membutuhkan langkah-langkah strategis dalam memberdayakan
UMKM sebagai pusat sentra ekonomi masyarakat berbasis
kemandirian.

D. PENUTUP
UMKM merupakan salah satu usaha yang dapat berkembang
dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM mampu
mengatasi beberapa permasalahan ekonomi negara dengan
menghasilkan barang/jasa yang dihasilkan yang diperuntukkan kepada
masyarakat, mengatasi masalah pengangguran, dan mampu

93
Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat; dalam Perspektif
Kebijakan Publik, h. 29.
menciptakan lapangan kerja. Posisi UMKM yang sangat strategis perlu
diperkuat dengan dukungan pemerintah dan perbankan dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM.

Referensi
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Peran Usaha Mikro, kecil, dan Menengah dalam
Pembangunan Ekonomi Nasional; Sasaran Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia, 2005.
Pujiono, Akselarasi Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
melalui Pendidikan, Proceding Seminar Nasional Peningkatan
Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas,
t.th.
Nitisusastro, Mulyadi. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil.
Alfabeta: Bandung, 2010.
Rizky, Awalil. Strategi Jitu Invetasi di UMK: Optimalisasi Kontribusi
UMK dalam Makroekonomi Indonesia, Makalah Launching &
Seminar BMT Permodalan. Jakarta: BMT Permodalan, 2008.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah
Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia.
Jakarta: LP3S, 2012.
Susanta, Gatut. Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM.
Depok: Raih Asa Sukses, 2009.
Edillius, et.all., Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta,
1992.
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan
Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada 2009.
Bank Indonesia, Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Jakarta: BI dan LPPI, 2015.
Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah; UMKM. Jakarta: Bank Indonesia, 2016.
Kementerian Luar Negeri RI, Masyarakat ASEAN, Majalah Edisi 12
Juni 2016.
Payne, Malcom. Modern Work Theory. London: Mc Millan, 1997.
M. Guntur, 1Effendi. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; Transformasi
Perekonomian Rakyat Menuju Kemandirian dan Berkeadilan.
Jakarta: IKAPI, 2009.

* Fandy Kalumata SE,MM

Anda mungkin juga menyukai