Pemberian-Medikasi-Suppositoria Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI SUPPOSITORIA

Dosen Pengampuh : Musmuliadin, ST.Kep., Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. HAMDAN (4201023096)
2. RINDIANI (4201023102)
3. SUKMA (4201023105)
4. NURUL ANISAH (4201023106)

Program Studi Ilmu keperawatan (S1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) IST Buton

Bau Bau

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat
berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tugas ini disusun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang “penulisan buku saku”, yang disajikan
berdasarkan referensi dari berbagai sumber.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah


Keperawatan Dasar yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing
maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang luas
kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhainya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Sekian dan terimakasih.

Bau Bau, 22 Mei 2024

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHLUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Umum 3

C. Tujuan Khusus 3

D. Rumusan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Pengertian Sippositoria 4

B. Macam-Macam Rute Pemberian Sippositoria 5

1. Supositoria Rektum 5

2. Suppositoria Vagina 8
3. Supositorian Saluran Urin 11
C. Keuntungan Dan Kerugian Sippositoria 14
1. Keuntungan Sippositoria 14
2. Kerugian 15

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obat merupakan sebuah substansi yang di berikan kepada manusia atau


binatang sebagai perawatan dan pengobata , bahkan sebagai pencegahan
terhadap gangguan kesehatan. Pemberian obat pada pasien dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya Oral, intrakutan, subkutan, intravena
langsung, bolus, melalui selang intravena, intramuscular,melalui rectum,
melalui vagina, mata, kulit, telinga dan hidung. Dengan menggunakan prinsip
6 benar yaitu:
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis obat
4. Benar cara pemberian obat
5. Benar waktu pemberian obat
6. Benar dokumentasi

Asam mefenamat merupakan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) yang


banyak digunakan oleh para pemakai, namun senyawa ini juga memiliki efek
samping yang merugikan bila dikonsumsi secara peroral seperti iritasi saluran
cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak dapat
meneruskan penggunaannya. Berdasarkan hal tersebut dianggap perlu adanya
suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang dapat mengurangi efek
samping dari obat dan diharapkan pasien dapat mengunakan obat tersebut
tanpa adanya keluhan apapun. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan memformulasi obat tersebut dalam bentuk sediaan supositoria.

Suppositoria penggunaannya ditujukan untuk pasien yang susah menelan,


terjadi gangguan pada saluran cerna, dan pada pasien yang tidak sadarkan diri.
Suppositoria dapat dibuat dalam bentuk rektal, ovula, dan uretra. Bentuk

1
suppositoria dapat ditentukan berdasarkan basis yang digunakan. Basis
suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang
dikandungnya (Rusmin, 2020)

Supositoria merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi berbentuk padat


yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo dan meleleh pada
suhu tubuh. Supositoria sangat berguna bagi pasien dengan kondisi yang tidak
memungkinkan dengan terapi obat secara peroral, misalnya pada pasien
muntah, mual, tidak sadar, anak-anak, orang tua yang sulit menelan dan selain
itu juga dapat menghindari metabolisme obat di hati. Basis supositoria
memiliki peranan penting dalam kecepatan pelepasan obat baik untuk sistemik
maupun lokal. Kemungkinan adanya interaksi antara basis dengan zat aktif
secara kimia dan atau fisika akan dapat mempengaruhi stabilitas atau
bioavaibilitas dari obat. PEG 400 merupakan salah satu jenis bahan pembawa
yang sering digunakan sebagai bahan tambahan. dalam suatu formulasi untuk
meningkatkan pelarutan obat yang sukar larut.

Bahan ini merupakan salah satu jenis polimer yang dapat membentuk
komplek polimer pada molekul organik apabila ditambahkan dalam formulasi
untuk meningkatkan kecepatan pelarutan yang dapat membentuk komplek
dengan berbagai obat, PEG 400 apabila digunakan dengan PEG yang
memiliki BM lebih tinggi seperti PEG 6000 akan menurunkan titik lebur dari
PEG 6000, sehingga kombinasi PEG 400 dan PEG 6000 dapat digunakan
sebagai basis supositoria dengan merubah konsentrasi dari kedua PEG agar
titik lebur dan waktu larut sesuai dengan yang dipersyaratkan. Supositoria
dengan menggunakan basis polietilenglikol memiliki beberapa keuntungan
karena sifatnya yang inert, tidak mudah terhidrolisis, tidak membantu
pertumbuhan jamur dan dapat dikombinasikan berdasarkan bobot molekulnya
sehingga didapatkan suatu basis supositoria yang dikehendaki. Kebanyakan
orang lebih memilih obat yang dikonsumsi secara oral karena difikir lebih
aman dan praktis dibandingkan sediaan suppositoria yang penggunaannya
tidak melalui organ pencernaan. Namun suppositoria memiliki beberapa

2
fungsi yang tidak dimiliki oleh sediaan oral pada umumnya, seperti
suppositoria tidak dapat dirusak oleh enzim pada sistem pencernaan karena
suppositoria tidak melewati sistem pencernaan, suppositoria juga dapat
bertindak sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai zat pembawa
terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.

B. Tujuan Umum

Memberikan informasi tentang Prosedur Pemberian Medikasi Suppositoria

C. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apa itu Suppositoria


2. Untuk mengetahui apa saja macam atau tipe dari Suppositoria
3. Untuk mengeahui apa keuntungan dan kerugian dari Suppositoria

D. Rumusan Masalah

1. Apa itu Suppositoria?


2. Berapa macam atau tipe dari Suppositoria?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan Suppositoria?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suppositoria

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan


cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Supositoria umumnya dimaksukkan melalui rektum, vagina, kadang kadang
melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung. Bentuk dan
beratnya berbeda-beda. bentuk dan ukuranya harus sedemikian rupa sehingga
dapat dengan mudah dimasukan dalam lubang atau celah yang diinginkan
tampa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan begitu masuk, harus
dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu. supositoria untuk rektum umumnya
dimasukan dengan jari tangan tetapi utuk vagina khususnya vagina insert atau
tablet vagina yang diolah dengan cara kompresi dapat dimasukan lebih jauh
kedalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus.

Sediaan suppositoria yang menggunakan oleum cacao sebagai basis,


umumnya memiliki titik leleh dan titik beku yang sangat sempit sehingga
sediaan memiliki sifat yang ideal sebagai suppositoria (Attia et al., 2017).
Namun, oleum cacao ini juga memiliki kekurangan dimana titik lelehnya akan
sangat dipengaruhi oleh sifat inti kristalnya yang mudah rusak oleh suhu
tinggi sehingga berpengaruh pada sediaan (Barisic et al., 2019).

Dikalangan umum biasanya supositoria rektum panjangnya kurang lebih


32mm(1,5 inci), berbentuk silinder berbentuk tajam. beberapa sipositoria
untuk rektum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedu, atau
jari-jari kecil, tergantung kepada bobot dan basis yang digunakan,
beratnyapun berbeda-beda.USP menetapkan beratnya 2gr, untuk orang dewasa

4
bila olium cacao yang digunakan sebagai basis. sedang supositoria untuk bayi
dan anak-anak, ukuran dan beratanya ½ dari ukuran berat untuk orang dewasa,
bentuknya kira-kira seperti pensil. supositorial untuk vagina yang juga disebut
pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan
opendik resmi beratnya 5gr, apa bila basisnya olium cacao. sekali lagi
tergantung pada macam basis dan masing-masing pabrik pembuatanya, berat
supositoria untuk vagina ini berbeda-beda. supositoria untuk seluruh urin
yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk
dimasukan kedalam sekuruh urin pria dan wanita. supositoria saluran urin pria
bergaris tengah 3-6mm dengan pang kurang lebih 140mm, walaupun ukururan
ini masih bervariasi satu dengan lainya. apa bila basisnya dari olium cacao
maka beratnya kurang lebih 4gr. supositoria untuk saluran urin wanita
panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang kurang lebih 70mm
dan beratnya 2gr., ini pun bila olium cacao sebagai basisnya. supositoria untuk
hidung dan untuk telinga dan disebut juga kerucut telinga, keduanya
berbentuk sama dengan supositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya
lebih kecil, biasanya 32mm. supositoria telinga umuunya di olah dengan suatu
basis glatin yang mengandung gliserin. seperti dinyatakan sebelumnya,
supositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan.

B. Macam-macam Rute Pemberian Supositoria

1. Supositoria Rektum
Jalur pemberian melalui rektum khususnya digunakan dalam
keadaan di mana pasien tidak bersedia atau tidak mampu diberi obat
secara oral. supositiria juga dimaksudkan untuk mendapatkan efek
lokal mengenaiefek rektum. Supositoria untuk anestetika lokal (gatal
pada anus), umumnya digunakan untuk menghilangkan pruritus ani
dari berbagai penyebab dan rasa sakit kadang-kadang berhubngan
dengan hemoroid. Banyak Supositoria Hemotoid dalam perdagangan
mengandung beberapa macam bahan obat termasuk astirengen,

5
pelindung anastetika, pelincir dan lain-lainya dengan maksud untuk
menghilangkan keadaan rasa tidak enak. supositoria kataritika
merupakan bahan yang bila kontak dengan mukosa kolon akan
langsung bekerja dengan menghasilkan pristalsis normal.

Prosedur pemberian suppositoria melalui rektum sebagai berikut :


a. Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anusanus atau rektum, yang melewati spinkter ani
aksterna.
b. Tujuan: memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek
local untuk melunakkan feces dan meransang/melancar
defekasi; efek sistemik untuk dilatasi bronkus.
c. Manfaat: tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas,
mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar
(pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui
liver), dan pada obat tertentu diabsorbsi dengan baik melalui
dinding rectum.
d. Sediaan: cair (enema), padat (supositoria). Contoh:
supositoria= aminophilin, dulcolac, kaltrofen, stesolid, dumin;
gliserin.
e. Cara: supositoria, krim, jelly, foam.
f. Indikasi: gangguan defekasi, membersihkan colon, gangguan
pernafasan.
g. Kontraindikasi: klien dengan pembedahan rectal.
h. Alat dan bahan
1) Obat sesuai yang diperlukan: suppositoria, krim, jelly,atau
foam dalam tempatnya.
2) Aplikator (untuk sediaan bukan supositoria)
3) Pelumas/vaselin/ jelly
4) Sarung tangan
5) Kain kasa

6
6) Kertas tisyu
7) Bak instrument
8) Bengkok
9) Pengalas
i. Persiapan :
1) Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat,
waktu, dosis, cara)
2) Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4) Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang
sampiran atau sketsel apabila diperlukan
5) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk
keluar ruangan
6) Mengatur posisi klien berbaring, posisi sims dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan
7) Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada
area perineal saja
j. Prosedur atau langkah-langkah
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Gunakan sarung tangan
4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
(apabila obat dalam bentuk selain suppositoria, maka
masukkan obat dalam aplikator sesuai dosis).
5. Oleskan ujung pada aplikator/obat suppositoria dengan
pelican
6. Minta klien untuk menarik nafas dalam untuk
merelaksasikan sfingter ani
7. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan
aplikator/suppositoria dengan perlahan melalui anus,

7
spingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang
lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
8. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan daerah
sekitar anal dengan tisyu
9. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring
selama kurang lebih 5 menit.
10. Jika supositoria mengandung laktosit (pelunak faeces),
maka siapkan pispot dan atau bantuan untuk ke kamar
mandi jika efek laksatifnya mulai bekerja.
11. Setelah selesai lepaskan sarung tangan
12. Cuci tangan
13. Kaji respon klien
14. Dokumentasi: catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

2. Suppositoria Vagina
Dalam membasmi infeksi vagina, biasanya organisme yang
patogen meliputi trikomonas vaginalis, candida (monilia) albicans
atau jenis lain dan hemopilus vaginalis. Di antara zat antiinfeksi dalam
perdagangan di dapat sediaan untuk vagina yaitu: kandidisin dan
infuroksin(anti fungsin), 9-aminokridin, nitrofurazon dan sulfanilamin
(anti bakteri) dan furazolidon serta metrornidazol ( anti trikomonas) .
zat estrogonik seperti di entrol terdapat dalam kesediaan untuk vagina
untuk memperbaiki mukosa vagina kekeadaan normal.

Prosedur pemberian Suppositoria melalui vagina sebagai berikut :


a. Pengertian: cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui vagina.
b. Tujuan: mendapatkan efek terapi obat (mengurangi rasa nyeri,
terbakar, ketidaknyamanan) dan mengobati saluran vagina atau
serviks (infeksi atau peradangan).

8
c. Sediaan: cream, jelly, foam, supositoria (contoh: nistatin
supositoria, albotil, tricostatic, suppositoria, neogiknosa
suppositoria).
d. Cara: irigasi, mengoleskan, supositoria.
e. Indikasi: klien dengan vagina yang kotor, radang, infeksi, dan
persiapan tindakan bedah jalan lahir (diberikan pada pasien
dengan hymen yang sudah tidak utuh, dan tidak kontak seksual
selama pengobatan).
f. Kontra indikasi: menstruasi, perdarahan, KPD, placenta previa,
partus preterm.
g. Alat dan Bahan :
1. Obat dalam tempatnya
2. Bak instrument
3. Sarung tangan
4. Kain kasa
5. Kapas sublimat
6. Vaselin / jelly
7. Kertas tisyu
8. Kapas sublimat dalam tempatnya
9. Bengkok
10.Pengalas
11.Lampu sorot/ lampu leher angsa (gcoseneck)
h. Persiapan:
1. Mengindentifikasikan klien dengan tepat (klien, obat,
waktu, dosis, cara)
2. Menjelaskan kepada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
3. Meminta klien untuk berkemih terlebih dahulu
4. Menjaga privasi: menutup jendela, korden, dan memasang
sampiran atau sketsel apabila diperlukan.

9
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk
keluar ruangan
6. Mengatur posisi klien berbaring, posisi dorsal recumbent
7. Menutup dengan selimut mandi dan ekpose hanya pada
area perineal saja
8. Prosedur atau langkah-langkah :
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c) Gunakan sarung tangan
d) Siapkan obat yang akan digunakan: buka pembungkus
obat
e) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
f) Inspeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina
g) Apabila jenis obat suppositoria maka berikan pelumas
pada obat
h) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan
masukkan obat sepanjang dinding kanal vagina
posterior sampai 7,5-10 cm.
i) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium
dan labia dengan tisu
j) Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10
menit agar obat bereaksi.
k) Lepaskan sarung tangan
l) Cuci tangan
m) Kaji respon klien
n) Dokumentasi: catat identitas, waktu, obat,
dosisi/jumlah, dan cara pemberian
o) Catatan: Apabila obat jenis krim, isi aplikator krim atau
petunjuk penggunaan krim yang ada di kemasan,
masukkan aplikator dan lanjutkan sesuai langkah 8 s/d
11.

10
3. Supositoria Saluran Urin
Pada saat sekarang ini supositoria saluran urin yang resmi tidak
ada, tapi kenyataan dalam jumlah yang kecil sekarang ini digunakan
bentuk sediaan lain yang digunakan pada rektum,vagia dan saluran
urin yaitu :
a. Tablet dan kapsul, tablet vagina pemakaiannya sekarang ini lebih
luas dari pada supositoria vagina.tablet lebih mudah di produksi,
lebih stabil dan jika dipegang pada waktu penggunaan tidak kotor
di tangan .Tablet vagina sering di sebut sebagai vagina insret,
umunya berbentuk bulat telur dan pada kemasannya disertai
plastik untuk memasukan, suatu alata untuk memudahakan
menempatkan tablet dalam vagina. beberapa vagina insert adalah
kapsul glatin yang berisi obat supaya dilepaskan dilam vagina.
kapsul dapat juga digunakan melalui rektum, terutama pada
kesehatan anak, untuk memberikan obat pada anak yang tidak
bersedia atau tidak mampu menerima obatbsecara oral. supaya
memasukanya dalam rektum menyenangkan, kapsul lebih dahulu
di basahi dengan air sediikit. obat di absorbsi dari rektum, tapi
sering tidak dapat diramalkan kecepatan dan jumlahnya yang
berfariasi sepeti yang telah yang di sebutkan terdahulu. obat yang
tidak dapat melarut dengan cepat dan yang mengiritasi membran
mukosanharus dipakai secara langsung untuk kontrak dengan
membran.
b. Salep, krim dan busa aerosol, salep rektum dan vagina serta krim
vagina digunakan untuk menyembuhkan keadaan secaralokal
seperti pruritus ani dan untuk mengurangi rasa sakit dan tidak
enak sehubung dengan hemoroit. obat yang terkandung
umumnya sama dengan apa yang telah di bahas dalam supositoria
rektum, termasuk lokal anastetik , analgetik, protektif dan zat anti
implamasi. salep dan kirim vagina biasanya mengandung bahan

11
bahan anti infeksi, zat golongan hormon estrogenik dan bahan
bahan bahan kontrasepsi. anti infeksi dan obat golongan hormon
digunakan sama seperti yang dibahas terdahulu dalam supositoria
vagina.
c. Jeli dan Gel, jeli adalah golongan Gel dimana susunan matriksnya
saling melengket mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi
biasanya air. jeli untuk sediaan farmasi umunya dibuat dengan
penambahan bahan –bahan pengental seperti tragakan atau karabon
ssssimetil selulosa pada larutan berair dari suatu bahn obat. hasil
akhir biasanya jernih dan dengan konsistensi setang padat yang
rata. di kenal tiga jeli yang resmi, jeli lidokain hidroklorida, USP,
jeli siklometikain sulfat, USP dan jeli pramoksi hidroklorida , USP
, masing-masing merukapakn anastatik lokal. jeli lidokain
hidroklorida dan siklomitikain sulfat biasanya digunakan untuk
pencegahan dan mengendalikan rasa sakit pada pelaksanaan
pemeriksaan termasuk uretrapria dan wanita dalam pengobatan
secara topikal dan rasa sakit uretritis. jeli pramoksin hidroklorida
paling banyak tedapat untuk pemakaian menghilangkan rasa sakit
pada rektum dan untuk pemakaian topikal pada gatal- gatal dan
kiritasi kulit. jel.ik mudah terkontaminasi bakteri dan
memungkinkan perubahannya, maka kebanyakan di awetkan
dengan pengawet anti mikroba. tube dari jeli harus tertutuprapat
bila tidak digunakan, karena cenderung kehilangan air ke udara dan
akan menghilang.
d. Sepon kontrasepsi, sepon kontrasepsi vagina( sekarangVLI Crop)
telah dapat melewati pengujian obat-obat baru FDA. untuk
keamana dan kemanfaatan dalam tahun 1983 dan di edaekan ke
pasar sebagai obat bebas. sepon konta sepsi dibuat dalam bentuk
bulat dan cembung , dirancang supaya tepat, nyaman di pakai di
dalam luar vagina. selama pembuatan kurang lebih 1gr dari
spermisida nonoksinol -9 di campur kedalam strukturnya.

12
spermisida dinaktifkan ketika spon di basahi dengan dan disisikan
kedalam vagina.spon dirancang untuk memberikan proteksi
srbagain kontraksepsi selama periode 24 jam. spon di rancang
untuk tetap tinggal di tempatnya paking tidak 6 jam setelah
bersenggama.
e. Serbuk, digunakan untuk membuat larutan untuk disemprotkan
pada vagina, yaitu untuk membasahi guna membersihkan vagina.
serbuk itu sendiri dapat disediakan dan dikemas dalam kemasan
besar atau sebagai kemasan kecil dalam unit.kemasan satu unit
dirancang guna mengadung sejumlah serbu yang cocok untuk
membuat voleme yang di rencanakan dalam larutan semprotan.
serbuk dari kemasan besar jumlah penggunaannya memakai
takaran sendok teh atau sendok makan didalam pembuatan larutan
yang diinginkan. pemakaiannya dengan mudah menambahkan
sejumlah bubuk yang telah ditentukan dalam resep, juga
menambahkan air hangat ke dalam suatu volume tertentu dan
mengaduknya hingga larut. komposisi dari serbuk untuk
disemprotkan di antaranya adalah:
1. Asam borat atau natrium borat
2. Astringen seperti kalium alum (tawas), amonium alum, zink
sulfat.
3. Antimikroba seperti oksiquinolin sulfat, povidon-iodium
4. Kompleks amonium kuartener seperti benzetonium klorida.
5. Detergen seperti natrium lauril sulfat.
6. Oksidator seperti natrium perborat.
7. Garam-garam sseperti natrium siitrat, natrium klorida.
8. Aromatika seperti mentol, timol, eukaliptol, metil salisilat,
fenol.
Serbuk untuk di semprotkan umumnya digunakan untuk
efek kebersihan. sedikit serbuk untuk disemprotkan

13
mengandung zat antiinfeksi untuk pengobatan yang spesifik
seperti yang disebabkan.
f. Larutan, dalam penggunaan cairan pekat, pasien siinstruksikan
untuk menambahkan sejumlah cairan pekat yang di tentukan
(biasanya stu sendok teh atau satu tutup botol) dengan sejumlah
tertentu air hangat (sering kali hampir satu liter). larutan yang di
hasilkan maka mengandung bahan kimia dalam jumlah yang tepat
dalam kekuatan yang wajar. zat yang terdapat adalah sama seperti
yang ditetapkan di atas untuk serbuk yang di semprotkan.
g. Suspensi

C. Keuntungan dan Kerugian Suppositoria

1. Keuntungan Suppositoria
- Menurut Auton : 412
a. Pasien yang tidak bisa menggunakan jalur oral. Mungkin kasus
ketika pasien memmpunyai masalah pada saluran gastrointestinal,
atau postoporasi (ketika pasien mungkin tidak sadar atau tidak bisa
menelan obat secara oral). Lebih jauh lagi, kategori umum pasien,
contohnya terlalu muda, terlalu tua atau gangguan mental, bisa
lebih mudah menggunakan jalur rectal daripada oral.
b. Obat yang dipertimbangkan kurang baik untuk oral. Kasus ini
mungkin berakibat pada saluran gastrointestinal, obat ini mugnkin
cukup stabil pada Ph dari saluran pencernaan, atau rentan dari
serangan enzim pada saluran pencernaan atau selama absorbsi
lintas pertama di hati. Juga untuk obat biasanya tidak disenangi
digunakan secara rectal tanpa ketidaknyamanan dari
pasien.Formulasi suppositoria dari obat tertentu yang
disalahgunakan, seperti untuk bunuh diri juga sudah
dipertimbangkan.
- Arief, 2006

14
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung
c. Obat dapat masuk langsung dalam sluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunakan obat peroral
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

2. Kerugian
a. Pengisapan menimbulkan rasa tidak nyaman
b. Bahan obat terabsorbsi secara lambat menghasilkan waktu aksi
terapeutik yang lama
c. Penyimpanan dengan kelembapan yang sangat kurang dapat
kehilangan dan menjadi rapuh
d. Jumlah obat yang akan diberikan dalam bentuk suppo tergantung pada
pembawa dan bentuk kimia serta fisik obat yang diberikan

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan


cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan
melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.

Suppositoria merupakan sediaan yang dapat memberikan efek lokal


maupun efek sistemik dengan bioavailabitas yang lebih tinggi dibandingkan
sediaan oral. Basis supositoria dapat mempengaruhi kecepatan pelepasan obat
dari supositoria. Dengan demikian suppositoria merupakan alternatif sediaan
yang dapat diaplikasikan sesuai target terapi yaitu memberikan efek laksatif
dengan membuat feses lebih lunak sehingga mudah dikeluarkan melalui
rektum.

Basis suppositoria merupakan bahan dasar yang digunakan untuk


membuat bentuk sediaan suppositoria. Jenis basis yang paling umum
digunakan yaitu oleum cacao dan polietilen glikol (PEG) (Ansel, 1989). Basis
oleum cacao merupakan basis yang ideal dan sangat cocok digunakan sebagai
pembawa untuk penghantaran bahan obat pada sediaan suppositoria
dikarenakan memiliki rentang titik leleh dan beku yang sempit (Ardana et al.,
2022).

Ada beberapa macam atau jenis dari obat suppositoria, yaitu Suppositoria
rektal, vagiina dan saluran uriin. Masing-masing suppositoria tersebut
memiliki keuntungan maupun kerugian, menurut beberapa ahli diantaranya
yaitu menurut Menurut Auton : 412 dan menurut Arief, 2006: Dapat
menghindari terjadinya iritasi pada lambung, Dapat menghindari kerusakan
obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung, Obat dapat masuk langsung
dalam sluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada

16
penggunakan obat peroral, baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak
sadar dan lain-lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rusmin. (2020). Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Suppositoria Dengan


Bahan Dasar Gelatin Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos). Jurnal
Kesehatan Yamasi Makassar. 4(2): 1-9.

Attia, AK., Saad, AS., Alarki, MS., and Elzanfaly, ES. (2017). Study Thermal
Analysis Behaviour of Fenbendazole and Rafoxanide. Adv Pharm Bull.
7(2):329-334

Barisic, V., Kopjar, M., Jovinovic, A., Flanjak, I., Ackar, D., Milicevic, B.,
Subaric, D, Jokic, S., and Babic, J. (2019). The Chemistry Behind
Chocolate Production. Molecules. 24(17): 3136

Ansel, HC. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemah), Farida Ibrahim,
Edisi IV. UI press: Jakarta.

Ardana, M., Wilujeng, CA., dan Sanamiah, IG. (2022). Pengaruh Penambahan
Ekstrak Aloe vera Terhadap Karakteristik Fisik Basis Polietilen Glikol
Sediaan Suppositoria. Jurnal Sains dan Kesehatan. 4(3): 303-307.

Arief, 2005. farmasetika. Jogjakarta: UGM press

Arief, 2006. Ilmu meracik obat. Jogjakarta: UGM press

Ansel, Leon, dkk.1994. Teori dan Praktik Farmasi dan Industri. Jakarta: UI press

17

Anda mungkin juga menyukai