MR Kesehatan Mental Kel 1
MR Kesehatan Mental Kel 1
MR Kesehatan Mental Kel 1
Disusun Oleh:
Kelompok 1
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-nya, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Penelitian kami yang berjudul ”Analisis Dampak Pengaruh Media Sosial Terhadap
Kesehatan Mental di SMA Negeri 8 Medan“. Laporan Penelitian ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapat bantuan dari banyak pihak sehingga kami dapat dengan
lancar dalam membuat Laporan Penelitian ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Laporan Penelitian ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki Laporan Penelitian yang selanjutnya akan kami susun.
Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian tentang “Analisis Damapak
Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental di Sekolah Menengah Atas Negeri 8
Medan" ini dapat memberikan manfaat maupun menambah pengetahuan dan wawasan
pembaca mengenai cyberbullying yang kerap kali terjadi pada anak SMA.
Kelompok 1
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP............................................................................................................10
4.1 Kesimpulan........................................................................................................10
4.2 Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11
LAMPIRAN.......................................................................................................................12
II
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja awal menjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.
Masa remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha mengenal diri melalui
eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri sebagai upaya untuk dapat
diterima sebagai bagian dari lingkungan. Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan
ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari
kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk di dalamnya kenakalan-kenakalan berbentuk
cyberbullying Cyberbullying dapat berdampak negatif terhadap remaja ditinjau dari berbagai
aspek kesehatan mental yaitu: depresi, kecemasan sosial, bunuh diri, harga diri yang rendah
dan masalah perilaku yang dapat merenggangkan hubungan antara anggota keluarga. Selain
itu, cyberbullying dapat menurunkan prestasi remaja di sekolah. Menurut Patchin & Hinduja
(2006), memiliki pandangan berbeda, menurut mereka tidak semua korban cyberbulying
memiliki dampak yang negatif. Artinya, beberapa remaja siap menghadapi konsekuensi dari
cyberbullying. Remaja yang siap menghadapi cyberbullying adalah mereka yang memiliki
1
orangtua yang cenderung harmonis. Namun sebagian orangtua kurang sadar, bahwa
cyberbullying merupakan tindakan kekerasan yang dapat mengakibatkan tindakan pidana.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Romel Tea (2004) memisahkan pengertian media online dengan dua kategori sebagai
berikut.
1. Media online secara umum Media online secara umum merupakan suatu jenis atau
format media yang dapat diakses melalui jaringan internet yang berisi teks, foto, suara
dan video. Media online dapat dimaknai sebagai komunikasi online. Dengan begitu
yang termasuk ke dalam media online secara umum adalah, email, BBM, Twiter,
Facebook, WhatsApp dan media sosial lainnya.
2. Media online secara khusus Media online secara khusus merupakan suatu jenis media
dalam konteks komunikasi massa. Secara spesifik media secara khusus dapat
dimaknai dengan media pers atau media jurnalistik online. Dengan begitu yang
termasuk kedalam media online secara khusus adalah portal, radio online, dan tv
online.
Pendapat diatas juga diperkuat oleh pendapat Vardiansyah (2004, hlm. 108) yang
menyatakan bahwa dapat dikatakan sebagai media massa apabila seseorang mengunjungi
sebuah majalah online, sementara ketika seseorang berkirim surat elektronik kepada orang
lain (komunikasi online) maka berubah sifatnya menjadi media antar pribadi, yang
membedakan adalah tergantuk dari konteks atau sudut padang pengkajinya. Berikut
merupakan karakteristik media sosial.
a. Partisipasi
3
Media sosial dipahami dapat mendorong seseorang untuk berkontribusi atau media
sosial itu sendiri bagi setiap orang. Bahkan media ini seolah-olah menghilangkan
batas antara dirinya (media sosial) dengan audiennya.
b. Keterbukaan
Didalam media sosial tentu adanya suatu keterbukaan. Keterbukaan yang dimasudkan
diatas adalah diperbolehkannya umpan balik (feedback) atau mengirim saran dan atau
komentar antar sesama penggunanya.
c. Perbincangan
Perbincangan dalam media sosial cenderung arus dua arah. Artinya, setiap pengguna
dapat menjadi komunikator atau sebaliknya bisa menjadi komunikan bagi mitra
komunikasinya. Perbincangan di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Akademis, menurut KBBI bahwa akademis berhubungan dengan akademik.
Akademis bersifat ilmiah, ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa arti praktis
yang langsung. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa perbincangan
akademis merupakan perbincangan yang bersifat akademi yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan, ilmiah, bersifat teori tanpa arti praktis yang
langsung.
2) Non akademis, berbeda dengan akademis, yang di mana non akademis ini
tidak berhubungan dengan ilmu pengetahuan, teori dan tidak bersifat ilmah.
Perbincangan non-akademis melibatkan perbincangan di luar dari ilmu
pengetahuan, seperti perbincangan bersifat menghibur, asmara dan
sebagainya.
d. Komunitas
Media baru ini dapat dengan mudah untuk membentuk komunitas-komunitas baru,
atau sekedar untuk memelihara komunikasi lama. Hal ini di karenakan media sosial
menyediakan efsiensi dalam komunikasi untuk mendukung kepentingan-kepentingan
komunitas.
b. Penyebab Cyberbullying
4
dillakukan di sosial media dengan tujuan untuk merugikan maupun menyakiti orang lain.
Cyberbullying biasanya terjadi karena adanya konflik, kesalahpahaman dan sebab lain dalam
berinteraksi (Sanjaya, 2014) Cyberbullying sangat berbahaya bagi kesehatan mental
seseorang. Tidak jarang korban cyberbullying memiliki pikiran untuk bunuh diri atau
mengakhiri hidupnya.
Menurut (Muzdalifah & Afriyanto, 2014) terdapat faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi perilaku cyberbullying, yaitu faktor keluarga, faktor ini sangat mendominasi
karena secara tidak sadar anak atau remaja membagikan perasaan hatinya seperti kekacauan
batinnya yang disebabkan oleh broken home atau keluarga yang tidak harmonis dan
lingkungan rumah sendiri, selanjutnya ialah faktor sosial dan teman sebaya yang memiliki
efek kuat yang mempengaruhi timbulnya tingkah laku tertentu pada remaja yang
menyebabkan perilaku cyberbullying. Namun, bukan hanya faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi perilaku cyberbullying melainkan faktor internal juga sangat berpengaruh.
Faktor internal yang mempengaruhi kegagalan sistem pengontrolan diri terhadap dorongan
nalurinya dan tidak bisa menyalurkannya ke dalam perbuatan yang lebih bermanfaat.
Selanjutnya, konsep diri juga menjadi salah satu penyebab dari perilaku cyberbullying,
karena konsep diri merupakan pandangan kita terhadap diri kita sendiri dan bagaimana cara
kita melakukan apa yang diinginkan.
5
untuk memberikan pendapat serta mengizinkan orang untukmenggunakan akun tak bernama
sangat memungkinkan terjadinya cyberbullying.
b. Dampak Cyberbullying
Ada kekhawatiran bahwa intensitas dan dampak cyber-korban intimidasi mungkin lebih besar
daripada bentuk intimidasi tradisional karena fitur unik yang membedakannya, termasuk:
kemudahan reproduktifitas (yaitu, pelaku dapat dengan mudah menyalin dan menempelkan
pesan agresif di beberapa situs web, teks, dan blog), jangkauan luas (yaitu, pelaku dapat
dengan mudah menjangkau khalayak yang lebih besar dengan menargetkan situs jejaring
sosial di mana sebagian besar teman-teman mereka memiliki keanggotaan), kurangnya
kontak tatap muka (yaitu, pelaku tidak melihat efek langsung dari perilaku agresif mereka),
anonimitas yang dirasakan (yaitu, pelaku dapat menyembunyikan identitasnya), permanen
relatif (yaitu, pesan agresif di situs web cenderung tetap terlihat setelah diposting),
kemungkinan terbatas untuk intervensi, dan aksesibilitas konstan dalam hal waktu dan lokasi.
Dampak Cyberbullying terhadap korban sangat menghawatirkan, setidaknya
teridentifikasi 18 dampak, yaitu: jatuh mental karena merasa dipermalukan, mengalami stress
dan depresi berkepanjangan, kehilangan rasa percaya diri, menjadi paranoid, berpotensi
menjadi pelaku cyberbullying, mengalami gangguan kesehatan, prestasi turun, melakukan
tindakan criminal, berperilaku agresif, menjadi pribadi yang rapuh, terbuka
rahasia/kehilangan privacy, kecewa dengan diri sendiri, bertemperamen tinggi, kehilangan
minat hidup, merasa terisolasi, gelisah, gangguan pola tidur, dan bunuh diri.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Wawancara, kami melakukan penelitian
dimana kami sebagai pengamat, melihat, dan bertanya secara langsung di lapangan.
a. Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang kami kaji ialah siswa-siswi pada SMA Negeri 8 Medan dan kami
melakukan wawncara dengan salah satu guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 8 Medan.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan pada penelitian ini adalah dengan metode
wawancara berdasarkan fakta yang dialami narasumber. Dengan tujuan untuk mencari hasil
kajian atas suatu fenomena yang mendalam.
c. Langkah Penelitian
1. Menganalisis Data
Dengan menggunakan subyek yang menjadi dasar analisis agar hasil
penelitian semakin mendalam.
2. Menarik Kesimpulan
Untuk mengevaluasi berbagai data yang diperoleh melalui wawancara.
7
Ibu Reva : Tidak, ibu tidak pernah mendapat laporan kasus siswa
mengalami kecaduan game online.
Ibu Reva : Dalam satu tahun ini, ibu hanya mendapat 1 laporan
bahwa telah terjadinya cyberbullying pada salah satu siswa.
8
Kelompok 1 : Apakah ada Kerjasama atau keterlibatan antara
orangtua dan guru bk dalam menangani kasus tersebut?
Ibu Reva : orang tua tidak dilibatkan dalam kasus ini, karena kasus
ini telah selesai dan masih dapat diselesaikan oleh pihak sekolah dengan baik dan belum pada
tahap orang tua harus terlibat dalam menangani kasus ini.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada SMA Negeri 8 Medan dengan salah satu
guru BK yaitu dengan Ibu Reva kami menemui bahwa terdapat 2 orang siswa yang terlibat
pada kasus cyberbullying. Kami memperoleh informasi bahwa pelaku dari cyberbullying ini
ialah seorang siswi dan yang menjadi korban ialah seorang siswa. Latar belakang terjadinya
cyberbullying ini ialah karena adanya kesalahpahaman diantara siswi dan siswa tersebut.
Adapun kronologi yang terjadi yaitu, pelaku melakukan tindakan cyberbullying kepada
korban melalui Instagram story dan berlanjut yang menyebabkan kesalah pahaman dari
korban dan juga pelaku. Dalam kasus ini, guru BK menangani kasus dengan cara
memberikan layanan individual pada pelaku dan juga pada korban. Dengan layanan
individual yang diberikan oleh guru BK pada pelaku dan juga korban, pelaku dan korban
dapat berdamai dan menjadi teman baik. Selain memberikan layanan indivual, guru BK juga
memberikan layanan klasikal dengan masuk pada kelas-kelas untuk memberikan informasi
terkait informasi cyberbullying kepada para siswa SMA Negeri 8 Medan.
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cyberbullying adalah perilaku agresif yang melibatkan penggunaan media digital
untuk melecehkan atau menyakiti orang lain. Hal ini dapat menyebabkan depresi, kurangnya
perawatan diri, konsekuensi negatif pada orang lain, kurangnya motivasi, dan dampak negatif
pada hubungan sosial. Cyberbullying sering kali dilakukan di media sosial, sehingga
menyebabkan konflik dan memengaruhi kesehatan mental. Faktor eksternal seperti keluarga,
sekolah, dan keyakinan pribadi dapat mempengaruhi cyberbullying. Faktor internal, seperti
kurangnya kendali, kebencian, dan kurangnya refleksi diri, juga berperan. Faktor sosial,
seperti keluarga, sekolah, dan kepercayaan pribadi, juga berkontribusi terhadap
cyberbullying. Motivasi, yang berasal dari berbagai faktor, juga dapat berkontribusi terhadap
cyberbullying. Penggunaan teknologi di era globalisasi juga dapat berkontribusi terhadap
cyberbullying. Melalui hasil mini riset kami menemukan bahwa kesalahpahaman tidak hanya
dapat terjadi di realita namun di media sosial juga rentan. Kesalahpahaman yang diterima
melalui media sosial dapat menjadi pemicu terjadinya tindakan cyberbullying yang
dampaknya dapat menggagu aktifitas didunia nyata. Kasus cyberbullying sering sekali terjadi
pada siswa/i ditingkat SLTA maka dalam hal ini guru bk memiliki peranan yang penting
dalam mencegah perilaku cyberbullying. Dampak Cyberbullying terhadap korban sangat
menghawatirkan yaitu: mengalami gangguan mental karena merasa dipermalukan,
mengalami stress dan depresi berkepanjangan, kehilangan rasa percaya diri, menjadi
paranoid, dan berpotensi menjadi pelaku cyberbullying,
4.2 Saran
Beberapa sara yang dapat diberikan dari penelitian yang dilakukan di sekolah SMA
Negeri 8 Medan tentang kasus cyberbullying, strategi yang dapat dilakukan oleh guru BK
yaitu, dengan mengadakan sesi edukasi tentang cyberbullying, memberikan tanda-tanda
cyberbullying dan strategi yang efektif dalam penanganan kasus cyberbullying serta
membangun Kerjasama dengan orang tua dan staf sekolah untuk memperluas sumber daya
dan dukungan bagi siswa yang mengalami cyberbullying. Bagi siswa, sebagai generasi yang
hidup di era digital, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan online yang
10
aman dan positif bagi semua orang dan jika melihat atau mengalami cyberbullying, penting
untuk segera melaporkan insiden tersebut kepada orang dewasa atau guru BK yang dapat
memberikan bantuan dan dukungan dalam penganganan kasus cyberbullying.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, R., dan Hermawati, I. (2018). Upaya Pencegahan Kasus Cyberbullying bagi Remaja
Pengguna Media Sosial di Indonesia. Jurnal PKS Kemensos, 17(2), 131-146
Palupi, M., dan Norhabiba. (2021). Edukasi Literasi Digital pada Remaja dalam Menangkal
Cyberbullying. Jurnal Abdidas, 2(4) 1014-1020
Samha, A., Ramadhona, Y., Putri, M., dkk. (2023). Upaya Meningkatkan Konsep Diri Dalam
Mengatasi Cyberbullying Pada Remaja Di Era Society 5.0. Educate : Journal Of
Education and Learning, 1(1), 8-16
Oktariani, Mirawati, Arbana Syahmanta, dan Rodia Afriza. (2022). Pemberian Psikoedukasi
Dampak Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Pada Siswa. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Bidang Sains dan Teknologi, 1(1), 189-194
11
LAMPIRAN
12
5.2 Wawancara dengan ibu Reva (guru BK)
13