8036-Article Text-30716-2-10-20231218
8036-Article Text-30716-2-10-20231218
8036-Article Text-30716-2-10-20231218
Abstract
This study aims to improve students' science learning outcomes on cycle material in class IV SD GP TOKIN
after the application of the Problem Based Learning (PBL) learning model. The research method used is
classroom action research (PTK) which consists of 2 cycles, each research cycle consists of 4 (four) stages,
namely planning, action, observation and reflection. The subjects of this study were fourth grade students of
SD GP TOKIN with a total of 17 students consisting of 10 boys and 7 girls. The results showed that cycle I
reached a completeness of 52.94%, then increased in cycle II to reach 100% completeness. In addition, the
average value of learning outcomes also increased from cycle I of 67.64 increased in cycle two to 85.58. In
accordance with the formulation of the problem, it can be concluded that the application of the PBL learning
model can improve the learning outcomes of science cycle material in class IV SD GP Tokin.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk mendidik dan mengajar peserta didik, sehingga
peserta didik dapat berkembang dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang baik menjadi lebih
baik. Pendidikan sebagai sarana suatu aktifitas yang terencana dan terprogram, sehingga untuk
mewujudkan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Menurut Ahmad dalam Hasbullah (2017) Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Menurut Rousseau dalam Ahmadi & Uhbiyati (2015)
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa. Selanjutnya menurut Dewey dalam Hasbullah (2015)
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Majunya suatu bangsa itu ditentukan juga oleh pendidikannya yang dapat menghasilkan orang-
orang yang berkualitas dan memiliki karakter yang baik dimana mampu menempatkan diri dimana
saja berada. Mutu pendidikan di indonesia sekarang masih kurang baik sehingga perlu ada
peningkatan karena mutu pendidikan merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya proses
pendidikan yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Selain pendidikan dikeluarga,
pendidikan sekolah dasar juga merupakan dasar dari pembentukan mental, sosial dan spiritual
bukan hannya memberikan pemahaman kepada anak tentang cara menulis, membaca dan
berhitung. Untuk itu pendidikan di sekolah dasar haruslah ditingkatkan agar supaya mutu
pendidikan akan lebih baik. Agar pendidikan dapat mencapai tujuannya dan meningkatnya mutu
pendidikan maka di perlukan kurikulum. Kurikulum sangatlah penting dalam dunia pendidikan di
mana kurikulum berfungsi sebagai pedoman dan acuan dalam proses pendidikan sehingga
kurikulum terus mengalami perubahan.
Kurikulum di Indonesia sudah berapa kali mendapat pengembangan, dimana kurikulum tersebut
mengikuti perubahan dan pengembangan yang ada dengan menyesuaikan perkembangan yang
terjadi di masyarakat. Apabila kurikulum terus mendapat pengembangan maka tujuan dari
pendidikan pasti akan tercapai. Proses pembelajaran ataupun kegiatan belajar-mengajar tidak lepas
dari keberadaan guru. Tanpa guru pastilah proses belajar-mengajar tidak akan terlaksana dimana
guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan demi mencapai tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Penjelasan UU. No. 14 pasal 4 Tahun 2005 menjelaskan bahwa
guru merupakan agen pembelajaran, yaitu guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Ketika mengajar guru
harus mampu membuat peserta didik lebih fokus selama pembelajaran berlangsung maka guru
64
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
harus dapat mengalihkan perhatian peserta didik, sehingga peserta didik memperhatikan pelajaran
yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru mengajar dengan baik.
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sangat berpengaruh pada kesuksesan pembelajaran
yang berlangsung. Salah satu aspek yang perlu diperkuat dalam proses pembelajaran di sekolah
adalah guru, kemampuan guru dan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran mulai dari
merencanakan pembelajaran hingga melaksanakan proses pembelajaran dapat dipersiapkan dalam
beberapa hal, yaitu pengetahuan yang ada pada guru dan model pembelajaran inofatif serta
kemampuan guru untuk menerapkannya pada siswa, agar siswa memiliki kemauan untuk belajar.
Salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai guru adalah mata pelajaran IPA. BSNP (2006)
menyatakan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Beberapa aspek penting menurut Wedyawati & Lisa (2019) yang perlu diperhatikan guru dalam
pembelajaran IPA di SD adalah: a). Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan
pembelajarannnya, siswa telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa
yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan pengetahuan apa yang dibawa siswa dalam
pembelajaran akan membantu siswa untuk meraih pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. b).
Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam
pembelajaran IPA. Dengan berbagai aktivitas nyata, siswa akan dihadapkan langsung dengan
fenomena yang akan dipelajari sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar yang interaktif.
c). Alam pembelajaran IPA, kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting. Melalui kegiatan
bertanya, siswa akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan respon yang relevan
terhadap suatu masalah yang dimunculkan. d). Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti lakukan di SD GP TOKIN bahwa tingkat keberhasilan
siswa pada pembelajaran IPA dari 17 siswa, hanya 5 atau 29,41% siswa yang berhasil dan siswa
yang belum berhasil sebanyak 12 siswa atau 70,59%. Keberhasilan ini dilihat dari hasil evaluasi
akhir yang di lakukan guru dan aktifitas siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran. Dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas masih banyak siswa yang tidak aktif dalam belajar, model yang
digunakan guru kurang bervariasi, pembelajaran hanya berpusat pada guru dan cara mengajar guru
yang tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa cenderung
bosan dan sulit memahami materi pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajarpun menurun.
Hal ini juga disebabkan oleh guru yang masih menggunakan model konvensional ceramah, model
pembelajaran pemberian tugas dan model pembelajaran langsung. Dengan penggunaan model yang
65
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
konvensional dan kurangnya pemanfaatan alat peraga sehingga penjelasan guru masih bersifat
abstrak dan siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa juga cenderung pasif hanya
mendengar penjelasan guru saja, mencatat dan menghafal dari apa yang dijelaskan guru dalam
pembelajaran, serta ada beberapa siswa menjadi ribut sendiri, bahkan ada siswa yang mengganggu
temannya yang sedang mendengar penjelasan guru. Ditambah dengan kurangnya memanfaatkan
alat peraga pembelajaran menjadi kurang menarik.
Salah satu alternatif yang dapat membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan aktif
serta dapat menimbulkan minat dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA adalah model
pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL). Model pembelajaran ini
menyajikan masalah nyata sehingga pembelajaran terasa lebih menarik karena objek
pembelajarannya merupakan situasi nyata dari kehidupan sehari-hari siswa seingga dapat
membangkitkan perasaan atau keinginan siswa untuk belajar. Pembelajaran PBL mengharuskan
siswa bekerja sama dalam tim untuk memecahkan masalah sehingga peserta didik berusaha
mengetahui pengetahuan baru yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini karena
model PBL memunculkan masalah sebagai langkah awal mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru. Menurut Tuerah (2023), PBL merupakan model pembelajaran yang mempunyai
ciri menggunakan masalah nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpkir kritis,
keterampilan pemecahan masalah, dan memeperoleh pengetahuan mengenai esensi materi
pembelajaran. Sedangkan Menurut Duch (Faoziyah, 2022) PBL merupakan sesuatu pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat
terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan
masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rorimpandey (2022) yang berjudul Problem-
Based Learning Model And The Influence On The Outcome And Learning Satisfaction Of
Elementary School Students In Tomohon City bahwa hasil penelitian menunjukkan model
pembelajaran PBL berpengaruh terhadap hasil belajar dan kepuasan siswa sekolah dasar.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tuerah (2023) yang berjudul Penerapan Model PBL
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar menunjukan bahwa
penggunaan model PBL, meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas III SD GMIM IV
Tomohon. Peningkatan tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan model PBL. Dengan demikian penyebab dari peningkatan belajar adalah terjadinya
peningkatan pada aktivitas selama pembelajaran berlangsung, baik aktivitas siswa yang belajar
maupun aktivitas guru sebagai pengajar. Disamping itu juga peningkatan terjadi pada kemampuan
berpikir kritis kreatif siswa, dimana siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok dan mandiri dalam
66
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
memecahkan penjumlahan pecahan berpenyebut sama, siswa juga dapat menciptakan gambar
pecahan dari hasil yang disapat sehingga keberhasilan hasil belajar yang diperoleh menunjukkan
hasil belajar yang baik.
METODE
Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sanjaya
(2016) PTK adalah suatu metode penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran mencakup penyadaran akan nilai-nilai yang akhirnya dapat
dilembagakan, misalnya peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran.
PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas. Melaksanakan PTK memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang,
agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Kemmis dan
Mc-Taggart dalam Zainal (2018), merumuskan Langkah-langkah PTK yang terdiri dari tahap
perencanaan, Acting (pelaksanaan), Observation (pengamatan), dan Refleksi dengan 2 siklus. Alur
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SD
GP TOKIN. Kelompok peserta didik yang dijadikan sumber data utama dalam penelitian ini adalah
peserta didik dikelas IV dengan jumlah siswa 17 orang yang terduru dari 10 laki-laki dan 7
perempuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Setelah semua
data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis data. Analisis data dilakukan pada setiap akhir
tindakan pada setiap siklus. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan perhitungan presentasi
hasil belajar yang dicapai siswa. Penentuan ketuntasan hasil belajar berdasarkan penilaian acuan
patokan, yaitu sejauh mana kemampuan yang ditargetkan dapat dikuasai siswa dengan cara
menghitung proporsi jumlah siswa yang menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa seluruhnya
dengan rumus :
T
KB = x 100%
Tt
Keterangan
KB =Ketuntasan belajar
T = Jumlah skor yang dicapai siswa
Tt = Jumlah skor total
Setelah dilakukan perhitungan terhadap persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa
maka selanjutnya dilihat apabila ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 75% maka, suatu kelas dapat
dikatakan tuntas belajarnya (Trianto, 2015).
67
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Taggart (Aqib, 2018)
Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2023 dengan materi siklus pada makhluk
hidup. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam bentuk tahapan-tahapan kegiatan yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Berdasarkan pengamatan oleh
guru pamong dapat dikemukakan hal sebagai berikut: dalam proses pembelajaran di awal
pembelajaran dalam kegiatan salam, absensi dan penjelasan yang nyata yang diarahkan guru
mengawali pembelajaran peneliti telah melaksanakan dengan baik namun ada hal-hal yang belum
sepenuhnya berjalan dengan baik, karena masih banyak siswa yang belum tuntas dalam
pembelajaran.
Hal yang harus dipenuhi seperti pada fase III siswa bersama-sama mendiskusikan permasalahan
yang diberikan guru, akan tetapi masih ada siswa yang hanya mencatat saja tidak memberikan ide
seputar permasalahan yang diberikan, dan pada fase ke IV, membacakan hasil diskusi kepada
teman-teman kelompok lain, akan tetapi ada beberapa siswa tidak mendengarkan atau
68
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
memperhatikan, hasil belajar belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan lagi. Tahapan ini
dilakukan selama proses pembelajaran mengamati aktivitas dan kemampuan siswa dalam
menerima dan menyerap materi pembelajran, kinerja guru dalam proses pembelajaran berlangsung
serta kompetensi yang di peroleh siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan instrument
pengamatan interaksi belajar mengajar. Hasil pembelajaran IPA materi siklus pada makhluk hidup
menggunakan siklus belajar dengan model PBL, dikembangkan dari hasil evaluasi berupa tes
tulisan dalam bentuk lembar penilaian yang dibagi kepada siswa kelas IV dengan jumlah 17 orang.
Berdasarkan hasil pada Tabel 1, maka presentasi ketuntasan belajar siswa dapat dihitung dengan
𝟏𝟏𝟓𝟎
menggunakan rumus KB yang mendapatkan hasil sebesar 𝐊𝐁 = 𝐱𝟏𝟎𝟎 = 67,64 % yang
𝟏𝟕𝟎𝟎
menunjukkan hasil yang masih kurang, karena rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai
67,64%. Dari 17 siswa, yang tuntas belajarnya sebanyak 9 siswa atau 52,94% sedangkan yang tidak
tuntas sebanyak 8 siswa atau 47,06%. sehingga kegiatan penelitian perlu dilanjutkan ke siklus
selanjutnya yaitu siklus II untuk memperoleh hasil maksimal.
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada 01 September 2023. Pada tahap ini materi yang diajarkan terdapat pada
pembelajaran IPA materi siklus pada makhluk hidup. Alokasi waktu 2x35 menit. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan sebagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di
69
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
susun yakni dengan menggunakan model pembelajara PBL. Berdasarkan pengamatan oleh guru
pamong peneliti dapat melaksanakan beberapa hal dengan baik dalam siklus II, baik dalam kegiatan
awal: salam, absensi , penguasaan kelas, pengelolaan kelas, pengenalan materi serta dalam kegiatan
inti : pemberian masalah, ide-ide yang disampaikan, diskusi serta pembelajaran dengan
menggunakan model PBL berjalan dengan baik siswa lebih aktif serta penguasaan dan pengelolaan
kelas juga tertib siswa dapat memahami dengan baik dibandingkan dengan siklus I dimana ada
beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan memahami dengan baik, sehingga ide serta
pemikiran yang ada tidak tersalur, berbeda dengan siklus yang ke II pemebelajaran lebih baik serta
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Hasil pembelajaran IPA materi siklus pada makhluk hidup menggunakan siklus belajar
dengan model PBL. Bentuk evaluaisnya berupa tes tulisan lembar penilaian yang berupa lembar
penilaian yang berbeda dengan putaran pertama dan dibagikan kepada seluruh siswa kelas IV
dimana peneliti memberi petunjuk kepada siswa dalam mengerjakan evaluasi.
70
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
Setelah dilaksanakan tindakan siklus II hasil belajar siswa meningkat dibandingkan pada Siklus I.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, dimana hasil belajar siswa mencapai 85,58%, dari jumlah 17
siswa sudah memahami materi yang telah dijelaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
tindakan pada siklus II ini telah berhasil, dimana telah melampaui standar keberhasilan yakni
minimal 75% hal ini juga terlihat pada hasil kerja kelompok dari 4 kelompok ada dua kelompok
yang memperoleh nilai baik sekali. Berdasarkan hal ini maka peneliti menyimpulkan untuk tidak
melanjutkan tindakan ke siklus selanjutnya.
Pembahasan
Penelitian ini menggunakan metode PTK Yang terdiri dari dua siklus. Dari hasil analisis
menunjukan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II. Dalam siklus I kendalanya yaitu siswa belum cukup aktif dalam proses
pembelajaran, kegiatan pembelajaran lebih banyak didenominasi oleh guru tidak ada motivasi dari
siswa untuk belajar mandiri mereka senang untuk menerima apa yang diberikan oleh guru. Pada
saat guru menyampaikan materi dan tugas untuk dikerjakan siswa yang tidak memperhatikan
sehingga pada saat diberikan tes terlihat hasil yang diperoleh siswa belum maksimal karena masih
belum banyak siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Saat diskusi
kelompok terlihat tidak ada kerjasama antar anggota kelompok karena hanya satu atau dua orang
saja yang terlihat aktif pada saat diskusi. Pada siklus I hasil yang dicapai belum terlalu memuaskan
karena nilai rata-rata siswa hanya mencapai 67,64% dan yang tuntas dalam pembelajaran daru 17
siswa hanya 9 siswa atau 52,94% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau 47,06%. Hal
ini disebabkan siswa belum tentu memahami konsep dari materi yang di ajarkan, kendala lain yang
di temui dalam proses belajar mengajar pada siklus I ini yakni pemahaman guru terhadap model
pembelajaran PBL masih kurang, guru yang seharusnya hanya bertindak sebagai fasilitator
kenyataannya lebih banyak mendominasi pembelajaran sehingga keaktifan dan kreatiditas siswa
tidak nampak.
Pada siklus II dari hasil observasi terliahat terjadi perkembangan, tercermin dari meningkatnya
aktivitas belajar siswa. dari segi intelektual, siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti pelajaran
dimana mereka sering bertanya kepada guru berkaitan dengan materi, dan mereka sendiri yang
belajar untuk menemukan konsep pada pembelajaran IPA materi siklus pada makhluk hidup. Selain
itu mereka lebih antusias saat mengikuti pelajaran karena menggunakan model PBL yang
membantu mereka untuk belajar mandiri, agar tidak selalu bergantung pada guru atau teman.
71
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
Sementara daru seni sisial para siswa dapat berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya
ataupun dengan gurunya, keakraban siswa dengan teman-temannya yang lain juga terlihat sangat
baik mereka dapat berinteraksi baik dengan teman-tamannya. Selanjutnya dari aspek mental
belajarnya, siswa pada umumnya sudah menyadari manfaat materi atau pelajaran yang diajarkan.
Motivasi belajar juga berkembang dengan baik dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II guru
juga terlihat lebih kratif dalam menerapkan model pembelajaram PBL yaitu dengan menciptakan
suasana yang menyenangkan.
Hasil siklus I belum dikatakan memuaskan oleh karena beberapa hal yakni hasil yang diperoleh
dari tes yang diberikan kepada siswa belum bisa dikaitkan berasil karena belum mencapai 75%,
hanya 66,55% saja. Selain itu pemahaman guru terhadap model pembelajaran PBL masih kurang,
guru belum terbiasa membuat suasana yang menyenangkan pada saat pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran PBL, sehingga menyebabkan siswa terlihat jenuh pada saat
mengikuti pelajaran selain itu juga siswa belum terbiasa dengan suasana belajar dengan
menggunakan model pembelajaran PBL. Dari hasil siklus I yang belum memuaskan dilanjutkan
dengan siklus II. Pada siklus II ini terjadi peningkatan aktifitas guru dan aktivitas siswa sehingga
hasil belajar siswa menjadi sangat baik. Untuk hasil pasa siklus II seluruh siswa kelas IV SD GP
Tokin sudah mencapai ketuntasan belajar pada materi siklus pada makhluk hidup dimana rata-rata
hasil belajar siswa adalah 85,58%, sebab siswa mampu mengerjakan setiap soal yang ada dalam
lembar penilaian dengan benar sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa pada siklus II sangat
memuaskan, sehingga pelaksanakan peneliti siklus II ini dikatakan berhasil, sedangkan aktivitas
guru sudah lebih baik dari siklus I, dimana guru mampu menerapkan model PBL dengan benar dan
guru lebih kreatif pada saat prose pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisis data
penelitiana tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SD GP Tokin menggunakan
penerapan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi siklus pada
makhluk hidup kelas IV SD GP Tokin. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus yang
pertama yaitu 67,64% dan pada siklus yang kedua mengalami peningkatan menjadi 85,58%.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2015. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). Teori dan Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas:(PTK).
Deepublish.
72
Tuerah, R. M. S., Rorimpandey, W. H., Aseng, E. 2023
73