Bab2 Laporan Mini Riset-2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

2.

1 Teori

2.1.1 Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan


pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara. Setiap hal yang dikerjakan
mestinya sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa dan tidak melenceng dari apa
yang diharapkan. Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang
tua, yang semuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis
analitis, bersikap serta bertindak demokratis dalam menjalankan kehidupan yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

2.1.1.1 Definisi Kewarganegaraan

Definisi dari PKn atau Pendidikan Kewarganegaraan menurut Zamroni dalam


(Budiutomo, 2013) yaitu Pendidikan demokrasi yang ditujukan untuk
mempersiapkan masyarakat agar dapat mempunyai pikiran yang kritis dan juga
dapat bertindak demokratis. Sementara menurut pendapat Somantri dalam (Puji,
2013) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu upaya untuk
mempersiapkan siswa dengan berbagai macam pengetahuan serta keterampilan
dasar yang berkaitan dengan antar hubungan masyarakat dengan negara dan juga
pendidikan dasar bela negara dengan harapan menjadikan warga masyarakat yang
berguna bagi bangsa dan negaranya. Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan
yang utama ialah mendewasakan warga negara Indonesia atau masyarakat
Indonesia dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana menjadi
bagian dari sebuah negara yang mengakui dirinya sebagai negara demokrasi
(Budiutomo, 2013). Menurut (Dewi, Riska., 2017) Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah hal yang penting yang harus dimulai ketika anak
memasuki usia SD. Karena pada usia sekolah dasar anak-anak sangat membutuhkan
akan pengetahuan yang baru, hal ini sangat dibutuhkan atau penting dan juga tepat
dalam upaya menanamkan konsep dasar mengenai wawasan kebangsaan serta
perilaku yang demokratis secara baik dan juga terarah. Jika Pembelajaran maupun
pengetahuan yang ditanamkan salah hal ini akan berdampak pada pola pikir
maupun perilaku yang mempengaruhi dan akan berlanjut ke jenjang selanjutnya
yang memungkinkan juga pada kehidupan bermasyarakat.

2.1.1.2 Pentingnya Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan itu penting, hal ini dikarenakan pendidikan


kewarganegaraan merupakan suatu hal mendasar yang akan membawa individu
untuk mengetahui nilai nilai, peranan sistem, aturan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kemasyarakatan dan kenegaraan. Dengan pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan agar para generasi muda dapat menjadi pribadi
yang berbudi luhur, bertanggung jawab, bermoral dan menjadi warga negara yang
baik. Pendidikan Kewarganegaraan sejatinya adalah sebuah bentuk pendidikan
untuk generasi muda penerus bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan harus
dipelajari oleh seluruh generasi muda, mulai dari tingkat SD hingga tingkat
universitas. Pendidikan ini penting untuk generasi muda agar menjadi pribadi yang
lebih kritis mengenai isu nasional dan internasional, bertoleransi tinggi, menjadi
pribadi yang cinta damai dengan memahami demokrasi, sehingga tujuan demokrasi
pancasila bisa terwujud, menjadi generasi yang ikut berpatrisipasi dalam kehidupan
politik lokal, nasional dan internasional dengan begitu peran generasi muda sebagai
agent of change yang bisa mendorong perubahan sosial dan ekonomi secara
terencana dapat tercapai. Para pakar pendidikan melakukan upaya untuk
mengembalikan pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi generasi muda,
upaya untuk menghadirkan kembali sosok generasi yang kokoh, kuat dan konsisten
dengan pancasila dan UUD 1945. Ruang lingkup pelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang bisa mendukung pembentukan generasi muda yang tangguh
yaitu meliputi aspek-aspek :

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, bangga
sebagai warga negara indonesia, cinta lingkungan, pastisipasi dalam bela negara,
sikap positif terhadap negara indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib di lingkungan keluarga, tertib di


lingkungan akademik, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hukum dan peradilan nasional.
3. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban
anggota masyarakat, intrumen nasional dan internasional HAM.

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: gotong royong, kebebasan berorganisasi,


kemerdekaan berpendapat, menghargai keputusan bersama persamaan kedudukan
warga negara.

5. Konstitusi negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang


pertama, kontitusi-kontitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan dasar
negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,


pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem
politik.

7. Pancasila, meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar ideologi negara,


pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

8. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri indonesia


di era globalisasi, dampak globalisai,

hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.


Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan ini penting bagi generasi muda sebagai
agent of change ? karena mereka akan menjadi pribadi yang mengetahui hak serta
kewajibannya sebagai warga indonesia. Dengan begitu generasi muda dapat
menjadi pelopor dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkeadilan,
berkemanusiaan dan berdemokrasi. Generasi muda menjadi agent of change atau
agen pembaharu yang dapat mendorong perubahan pendidikan, sosial, budaya, dan
ekonomi secara berkelanjutan. Menjadi pribadi yang mempunyai toleransi tinggi
dengan memahami budaya, adat, bahasa indonesia. Dengan begitu, generasi muda
bisa menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap
ada, suku, budaya yang plural dan majemuk. Menjadi pribadi yang cinta damai
dengan belajar demokrasi, diharapkan generasi muda bisa menjadi penerus bangsa
yang demokratis dan cinta damai. Menjadi sosok yang mengenal dan berpatisipasi
dalam memberi makna dalam kehidupan.
2.1.1.3 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Berbagai ahli dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan seperti Cogan (1994),


Winataputra (2002), Kerr (1999), Patrick (2002) dan Somantri (2002) memberikan
pendapat tentang pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (civic education),
pendapat mereka pada prinsipnya sama, dimana Pendidikan Kewarganegaraan
dipandang sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang bertujuan untuk
mempersiapkan warganegara agar mampu berpartisipasi secara efektif, demokratis
dan bertanggung jawab. Disamping itu ada ahli seperti Cogan (1994) mengatakan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dalam pengertian citizenship education
diartikan lebih luas. Artinya Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya sebagai
suatu mata pelajaran, tapi mencakup berbagai pengalaman belajar yang membantu
pembentukan totalitas warganegara agar mampu berpartisipasi secara efektif dan
bertanggung jawab baik yang terjadi di sekolah, masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, maupun media massa. Dalam hal ini, Cogan (1994 : 4)
memberikan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) sebagai
“…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an
active role in their communities in their adult lives”. Sedangkan Citizenship
Education or Education for Citizenship diartikan sebagai “…both these in school
experiences as well as out of school or non formal/informal learning which takes
place in the family, the religious organization, community organizations, the media,
etc which help to shape the totality of the citizen”. Sejalan dengan Cogan,
Winataputra (2007 : 70) mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
citizenship education, dimana menurut beliau bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang
cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Sampai saat ini bidang
itu sudah menjadi.

2.1.1.4 Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan

tujuan pembelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah agar


peserta didik mampu;

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara bermutu, bertanggungjawab, dan bertidak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan


pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup Bersama dengan
bangsa-bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara


langsungdengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Secara holistik pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga negara


muda (young citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks
nilai dan moral Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, nilai dan komitmen Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen
bernegara kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan itu sama
halnya dengan pendidikan demokrasi karena bertujuan untuk membentuk dan
mempersiapkan warga Negara masyarakat untuk memiliki pemikiran kritis dan juga
demokratis (Suhardiyansyah et al., 2016).

Pendidikan kewarganegaraan memiliki banyak manfaat, di antaranya:

1)Pemahaman yang lebih baik tentang negara: Pendidikan kewarganegaraan


membantu individu memahami sistem politik, hukum, dan pemerintahan negara
mereka. Ini membantu mereka menjadi warga negara yang lebih sadar akan hak,
kewajiban, dan tanggung jawab mereka.

2)Pembentukan identitas nasional: Melalui pembelajaran tentang sejarah, budaya,


dan nilai-nilai yang mendasari negara mereka, pendidikan kewarganegaraan
membantu individu memahami dan menghargai identitas nasional mereka.

3)Pengembangan keterampilan kritis: Pendidikan kewarganegaraan mendorong


pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis dalam memahami isu-isu
politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks.

4)Pengembangan keterampilan sosial: Melalui diskusi kelas, proyek kelompok, dan


kegiatan lainnya, pendidikan kewarganegaraan membantu dalam pengembangan
keterampilan komunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan.
5)Peningkatan partisipasi politik: Dengan memahami proses politik dan sistem
pemerintahan, individu cenderung lebih terlibat dalam kehidupan politik dan
masyarakat mereka, seperti memilih dalam pemilihan umum, terlibat dalam
kampanye, atau bahkan menjadi pemimpin politik.

6)Pengembangan sikap demokratis: Pendidikan kewarganegaraan membantu


individu memahami prinsip-prinsip demokrasi, seperti keadilan, persamaan, dan
kebebasan berpendapat, serta menghargai pentingnya penghormatan terhadap
perbedaan pendapat.

7)Mengatasi konflik dan meningkatkan toleransi: Dengan memahami perbedaan


budaya, agama, dan latar belakang lainnya, individu lebih mungkin untuk
mengembangkan sikap toleransi dan mengatasi konflik dalam masyarakat
multikultural.

Semua manfaat ini berkontribusi pada pembentukan individu yang lebih sadar akan
peran dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara dalam masyarakat yang
demokratis dan inklusif.

2.1.2 Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang kuat untuk kebersamaan
dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi. Wawasan kebangsaan tidak
dilandasi oleh asal-usul, kedaerahan, suku, keturunan, status sosial, agama dan
keyakinan. Diterima Revisi Dipublikasikan Saat ini penguatan wawasan
kebangsaan masih terpusat di persekolahan melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Namun sebenarnya penguatan wawasan kebangsaan bagi
generasi muda bisa melalui komunitas di generasi kaum milenial sekarang.
Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis kegiatan kaum milenial
dalam menguatkan wawasan kebangsaan bagi generasi muda. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode studi kasus.
Pengumpulan data melalui teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi.
Melalui penelitian ini, kita lihat seberapa penting peran kaum milenal untuk bangsa
ini.
2.1.2.1 Pengertian Kebangsaan

Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Kebangsaan ialah
konsep yang mengacu pada identitas bersama, kesetiaan, dan solidaritas antara
individu dalam suatu negara atau bangsa, yang dibangun atas dasar elemen-elemen
seperti bahasa, budaya, sejarah, dan nilai-nilai bersama. Ini merupakan fondasi
untuk memperkuat persatuan dan kesatuan dalam suatu entitas negara.

2.1.2.2 Peran Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun


karakter dan identitas generasi penerus Indonesia. Generasi penerus adalah tonggak
utama dalam perjalanan sebuah bangsa. Mereka adalah pemimpin masa depan,
penggerak inovasi, dan agen perubahan dalam masyarakat. Berikut beberapa peran
wawasan kebangsaan:

1.Menciptakan Rasa Bangga dengan Budaya, Sejarah, dan Simbol-simbol Negara:

• Wawasan kebangsaan membantu kita menghargai dan mencintai budaya, sejarah,


serta simbol-simbol negara kita.

• Dengan memahami dan menghormati aspek-aspek ini, kita dapat merasa bangga
sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

2. Mendorong Kesadaran Nasionalis dalam Jiwa Siswa:

• Wawasan kebangsaan memainkan peran penting dalam pendidikan.

• Melalui pendidikan, siswa diajarkan tentang nilai-nilai nasionalisme dan cinta


tanah air.

3. Mengajarkan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan:

• Wawasan kebangsaan mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan dan


kesatuan sebagai fondasi kebangsaan.

• Dengan memahami nilai-nilai ini, kita dapat menjaga keutuhan negara.


4. Mengenal dan Menghormati Simbol-simbol Negara:

• Wawasan kebangsaan membantu kita mengenal dan menghormati simbol-simbol


negara, seperti bendera, lagu kebangsaan, dan lambang negara.

• Ini merupakan bagian dari identitas kita sebagai warga negara Indonesia.

Melalui upaya-upaya ini, wawasan kebangsaan berperan positif bagi bangsa


Indonesia dan menjadi contoh bagi negara lain agar tetap eksis, yang merupakan
aset untuk pengembangan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab.

2.1.2.3 Nilai–Nilai Wawasan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam membangun


karakter dan identitas generasi penerus Indonesia. Berikut adalah beberapa nilai-
nilai wawasan kebangsaan:

1.Penghargaan terhadap Harkat dan Martabat Manusia sebagai Makhluk Tuhan


YME:

• Menghormati dan menghargai setiap individu sebagai bagian dari bangsa


Indonesia.

• Cinta Tanah Air dan Bangsa:

• Mencintai dan bangga menjadi bagian dari Indonesia.

• Menjaga keutuhan dan keberagaman bangsa.

2. Kedaulatan Rakyat (Demokrasi):

• Menghargai hak-hak dan partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan.

3. Kesetiakawanan Sosial:

• Berperan aktif dalam memperkuat persatuan dan persaudaraan antar sesama warga
negara.

4. Cita-cita Mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur:

• Berusaha menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera.


Pilar kebangsaan juga disebut soko guru, yang berarti tiang penyangga yang
kokoh. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang di Indonesia dapat
merasa aman, nyaman, tentram, sejahtera, dan juga terhindar dari gangguan atau
bencana. Ada empat pilar kebangsaan, di antaranya adalah:
1) Pilar Kebangsaan Pancasila:
Pancasila adalah pilar kebangsaan utama yang membantu memperkuat bangsa dan
negara Indonesia. Pancasila ditempatkan di posisi pertama karena kandungan lima
silanya, yang merupakan sistem kepercayaan Indonesia.
Peran Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sangat penting untuk menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Lima sila dalam Pancasila meliputi:
-Ketuhanan Yang Maha Esa

-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

-Persatuan Indonesia

-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

-Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2) Pilar Kebangsaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

Undang-Undang Dasar 1945 adalah pilar kebangsaan kedua yang mendukung


kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Konstitusi tahun 1945 adalah
konstitusi tertulis yang berfungsi sebagai landasan hukum negara Indonesia.

UUD 1945 mengatur berbagai aspek kehidupan negara, seperti hak dan kewajiban
warga negara, struktur pemerintahan, kekuasaan negara, dan perlindungan hak
asasi manusia. Sebagai pilar kebangsaan, UUD 1945 harus dihormati dan
diterapkan oleh semua bagian masyarakat. Selain itu, UUD 1945 berfungsi
sebagai landasan untuk membangun demokrasi di Indonesia.

3) Pilar Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga dikenal sebagai NKRI, adalah pilar
kebangsaan ketiga karena bentuk negara yang sangat penting bagi setiap negara di
dunia.

NKRI menegaskan bahwa Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, dan menekankan bahwa menjaga keutuhan wilayah Indonesia,
menghormati keberagaman suku dan budaya Indonesia, dan menjunjung tinggi
semangat persatuan.

4) Pilar Kebangsaan Bhinneka Tunggal Ika

Pilar kebangsaan keempat yang berfungsi sebagai penopang kekokohan bangsa


dan negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu jua.

Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan keberagaman budaya, suku bangsa,


agama, dan bahasa di Indonesia. Meskipun berbeda-beda, semua elemen tersebut
tetap bersatu dalam satu kesatuan yang disebut Indonesia.

Pilar Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan dan


menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama dan suku bangsa. Bhinneka
Tunggal Ika juga menjadi landasan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.

2.1.2.5 Faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan faktor-faktor Yang Mempengaruhi Wawasan Kebangsaan yaitu

1. Wilayah ( Geografi )

a. Asas Kepulauan ( Archipelago )

Kata ‘Archipelago’ dan ‘Archipelagic’ berasal dari italia yaitu ‘Archipelagos’,


kata ‘archi’ yakni terpenting dan kata ‘pelagos’ berarti laut atau wilayah lautan.
jadi dapat disimpulkan bahwa archipelago adalah lautan terpenting. Lahirnya asas
archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam
kesatuan utuh semaentara tempat perairanatau lautan antara pulau-pulau berfungsi
sebagai penghubung dan bukan sebagai unsur pemisah.
b. Kepulauan Indonesia

Wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederandsch


OostIndishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi
wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai sebutan untuk kepulauan
ini sudah banyak nama yang dipakai yaitu ‘Hindia Timur’, ‘Insulinde’ oleh
Multatuli, ‘Nusantara’,‘Indonesia’, ‘Hindia Belanda (Nederlandsch-indie)’ pada
masa penjajahan Belanda. Nama Indonesia mengandung arti yang tepat, yaitu
kepulauan India. Dalam bahasa Yunani, ‘Indo’ berarti India dan ‘nesos’ berarti
pulau.

Sebutan ‘Indonesia’ merupakan ciptaan ilmuwan J.R Logan dalam Journal of The
Indian Archipelago And East Asia (1850). Maka pada awal abad ke-20
perkumpulan mahasiswa Indonesia di Belanda menyebut dirinya sebagai
‘Perhimpunan Indonesia’. Berikutnya pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28-
10-1928 kata Indonesia di pakai sebagai sebutan bagi bangsa, tanah air dan
bahasa. Kemudian dipertegas lagi pada proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal
17 Agustus 1945, Indonesia menjadi nam resmi negara dan bangsa Indonesia
sampai sekarang.

c. Konsep Tentang Wilayah Lautan

Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsep


mengenai kepemilikan dan kepemilikan wilayah laut, yaitu Res Cimmunis
menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena tidak dapat
dimiliki oleh masing – masing Negara.

Negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
kepulauan dan dapat mencakup pulau – pulau yang lain. Kepulauan adalah suatu
gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya. LautTeritorial adalah
satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut diukur dari garis
pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis air surutterendah sepanjangpantai.

d. Karakteristik Wilayah Nusantara

Kepulauan Indonesia terletak pada batas astronomi sebagai berikut:

Utara : ± 6°08’LU

Selatan : ± 11°15’LS

Barat : ± 94°45’BT

Timur : ± 141°05’ BT

Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km², yang terdiri dari
daratan seluas 2.027.087 km² dan perairan seluas 3.166.163 km².

2. Geopolitik

Geografi mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik


mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik menjelaskan dasar
pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan
tujuan tertentu.

Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-


nilaiKetuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di
dalamPembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai,
tetapi lebihcinta kemerdekaan. Bangsa Indonesia menolak segala bentuk
penjajahan karena penjajahan tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan. Bangsa yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut faham
perang dan damai : ” BangsaIndonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta
kemerdekaan”.

3. Geostrategi
Geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapaitujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan keinginan
politik.Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa.

• Geografi : wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan


Australia; serta diantara samudra Pasifik dan samudra Hindia.

• Demografi : penduduk Indonesia terletak di antara penduduk jarang di


selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)

• Ideologi : ideologi Indonesia (Pancasila) terletak di antara liberalisme di


selatan( Australia dan Selandia Baru) dan komunisme di utara ( RRC, Vietnam
dan KoreaUtara).

• Politik : Demokrasi Pancasila terletak di antara demokrasi liberal di


selatan dan demokrasi rakyat ( diktatur proletar) di utara.

• Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara ekonomi Kapitalis dan


selatan Sosialis di utara.

• Sosial : Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat individualisme


di selatan dan masyarakat sosialisme di utara.

• Budaya : Budaya Indonesia terletak di antara budaya Barat di selatan


danbudaya Timur di utara.

2.1.3 Generasi Muda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), generasi muda dapat


didefinisikan sebagai kelompok individu yang berada dalam usia muda atau
muda-muda. Mereka sering kali dikenal sebagai generasi yang tumbuh dan
berkembang dalam suatu periode tertentu yang ditandai oleh karakteristik sosial,
budaya, dan politik tertentu.

Generasi muda adalah kelompok individu yang berada dalam rentang usia
relatif muda, biasanya antara remaja hingga dewasa awal, yang aktif terlibat
dalam berbagai aktivitas sosial, budaya, dan politik. Mereka adalah generasi yang
tumbuh dan berkembang di tengah kemajuan teknologi, terutama dalam hal
penggunaan media sosial. Generasi muda memiliki peran krusial dalam
membentuk arah dan karakter bangsa di masa depan. Berikut adalah pengertian
generasi muda menurut beberapa ahli:

1) Menurut William Strauss dan Neil Howe, generasi muda adalah


kelompok yang lahir dalam rentang waktu yang relatif singkat,
biasanya sekitar 15 hingga 25 tahun, dan memiliki pengalaman dan
nilai-nilai yang umumnya serupa karena pengalaman hidup yang
mereka bagikan. Mereka mengidentifikasi berbagai generasi muda,
seperti Generasi Baby Boomers, Generasi X, Generasi Y (Millennials),
dan Generasi Z, berdasarkan peristiwa sejarah dan perkembangan
sosial yang memengaruhi mereka.

(Strauss, W., & Howe, N. (1991). Generations: The History of


America's Future, 1584 to 2069. New York: HarperPerennial.)

2) Menurut Erik Erikson, seorang psikoanalisis terkenal, generasi muda


merupakan fase perkembangan dalam kehidupan individu yang
ditandai dengan pencarian identitas diri dan pembentukan nilai-nilai
pribadi. Erikson menyebut periode ini sebagai masa "Identitas versus
Konfusi Peran," di mana individu mencari jati diri mereka sendiri dan
mengalami perjuangan antara eksplorasi identitas dan kebingungan
peran.

(Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and Crisis. New York: W. W.


Norton & Company.)

Batasan usia generasi muda bervariasi tergantung pada konteksnya, tetapi


umumnya mencakup rentang usia antara remaja hingga dewasa awal. Secara
umum, generasi muda dapat didefinisikan sebagai individu yang berusia antara 15
hingga 25 tahun.

Generasi muda memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa, yang


meliputi berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Mereka
merupakan sumber inovasi dan kreativitas yang membawa gagasan segar dan
perspektif baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial.
Selain itu, generasi muda juga menjadi agen perubahan sosial melalui partisipasi
dalam gerakan sosial dan advokasi untuk hak-hak asasi manusia, kesetaraan
gender, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial.

Generasi muda memainkan peran penting dalam mendorong digitalisasi dan


inovasi teknologi di berbagai sektor karena mereka memiliki akses yang luas ke
media sosial dan teknologi. Mereka membawa ide baru tentang cara teknologi
dapat meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas layanan publik. Selain
itu, karena mereka adalah pelopor pemikiran progresif, generasi muda cenderung
melihat perbedaan dengan jelas dan mendukung prinsip seperti demokrasi,
pluralisme, dan inklusi.

Media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap pemahaman nasional


generasi muda. Generasi muda dapat menggunakan media sosial untuk
mendapatkan informasi tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai Indonesia. Mereka
juga dapat mengikuti akun yang menyajikan konten edukatif tentang Indonesia,
memperluas wawasan mereka tentang berbagai aspek kehidupan bangsa. Media
sosial juga menjadi platform bagi mereka untuk menyuarakan pemikiran, aspirasi,
dan kepedulian mereka tentang berbagai isu sosial dan politik yang berkaitan
dengan negara mereka.

Namun, penggunaan media sosial juga dapat memengaruhi pemahaman nasional


generasi muda. Berita yang tidak akurat atau tendensius dapat dengan mudah
tersebar dan memengaruhi orang tentang realitas bangsa. Selain itu, polarisasi dan
konflik di media sosial juga dapat melemahkan semangat persatuan nasional.

Dalam hal ini, generasi muda harus belajar literasi media, yang berarti mereka
dapat memilah dan menilai informasi yang mereka terima dari media sosial.
Pendidikan formal dan informal tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai bangsa
sangat penting untuk memperkuat wawasan kebangsaan. Dengan demikian,
generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang membantu membangun
wawasan kebangsaan yang kokoh dan inklusif untuk kemajuan bangsa Indonesia.
2.1.4 Media Sosial

2.1.4.1 Pengertian Media Sosial

Media Sosial adalah platform atau aplikasi yang memfasilitasi pengguna untuk
menciptakan, membagikan konten, atau terlibat dalam komunitas daring. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media sosial didefinisikan sebagai
"saluran komunikasi online dalam konteks jejaring sosial dan kolaborasi
komunitas yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi informasi,
dan menciptakan konten secara bersama-sama. Berikut adalah beberapa definisi
media sosial menurut para ahli:

1) B.K. Lewis (2010): Media sosial adalah teknologi yang memungkinkan


pengguna untuk berbagi konten dan berinteraksi secara online.

2) Chris Brogan (2010): Media sosial adalah alat yang memungkinkan


pengguna untuk berkomunikasi, berbagi, dan menggunakan beberapa
bentuk ekspresi mereka sendiri.
3) Dave Kerpen (2011): Media sosial adalah alat yang memungkinkan
pengguna untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi konten melalui
jaringan online.

Menurut laporan We Are Social, pada Januari 2024, ada 139 juta identitas
pengguna media sosial di Indonesia, atau 49,9% dari populasi nasional, dengan
WhatsApp menjadi aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan dengan
90,9% pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun. Instagram menempati posisi
kedua dengan 85,3%, diikuti oleh Facebook dengan 81,6%, dan TikTok dengan
73,5%. Pengguna media sosial di Indonesia paling banyak berusia 25 hingga 34
tahun pada tahun 2020, menurut laporan Statista. Pengguna laki-laki
menghasilkan 20,6% dan pengguna perempuan menghasilkan 14,8%, masing-
masing. Pengguna berusia 18 hingga 24 tahun menghasilkan 16,1% dan 14,2%,
masing-masing. Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
dalam tiga bulan terakhir, 94,16% anak muda Indonesia usia 16–30 tahun telah
mengakses internet. Mayoritas pengguna internet di Indonesia pada tahun 2022
berasal dari kelompok usia pekerja produktif, yaitu 25-49 tahun. Selanjutnya,
kelompok usia mahasiswa, yaitu 19-24 tahun, memiliki jumlah pengguna internet
tertinggi sebesar 14,69%.

Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan pada generasi muda karena
mereka dapat menggunakannya sebagai wadah untuk mengekspresikan diri,
mencari hiburan, dan membangun jaringan sosial yang dapat mendukung dan
membantu generasi muda.

2.1.4.2 Fungsi Media Sosial

Berikut adalah beberapa fungsi-fungsi dari media sosial :

1) Koneksi Sosial: Salah satu fungsi utama media sosial adalah


memungkinkan individu untuk terhubung dengan orang lain di seluruh
dunia. Ini menciptakan jaringan sosial yang memperluas lingkup
hubungan personal, baik dengan teman, keluarga, rekan kerja, atau bahkan
orang asing dengan minat atau tujuan yang sama.
2) Berbagi Informasi: Media sosial menjadi platform yang penting untuk
menyebarkan dan mendapatkan informasi. Pengguna dapat membagikan
berita, artikel, foto, dan video tentang topik yang mereka minati, sehingga
membantu dalam menyebarkan informasi secara cepat dan luas.
3) Pemasaran dan Promosi: Bagi bisnis dan organisasi, media sosial
merupakan alat pemasaran yang sangat efektif. Mereka dapat
menggunakan platform ini untuk mempromosikan produk, layanan, atau
acara mereka kepada khalayak yang lebih luas, dan berinteraksi secara
langsung dengan pelanggan potensial.
4) Komunikasi Bisnis: Media sosial juga menjadi sarana komunikasi yang
penting antara bisnis dan pelanggan mereka. Pelanggan dapat memberikan
umpan balik, bertanya, atau mengajukan keluhan melalui platform media
sosial, yang kemudian dapat dijawab oleh perusahaan secara langsung.
5) Pendidikan dan Pembelajaran: Media sosial tidak hanya digunakan untuk
hiburan, tetapi juga sebagai sumber belajar. Banyak institusi pendidikan
dan guru menggunakan platform ini untuk berbagi materi pelajaran,
memfasilitasi diskusi, dan bahkan menyelenggarakan kelas online.
6) Aktivisme dan Kampanye Sosial: Media sosial telah menjadi alat penting
bagi gerakan aktivisme dan kampanye sosial. Ini memungkinkan individu
dan kelompok untuk menggalang dukungan, menyebarkan kesadaran, dan
mengkoordinasikan tindakan dalam upaya untuk perubahan sosial atau
politik.
7) Hiburan: Media sosial menyediakan berbagai konten hiburan, mulai dari
video lucu, meme, musik, hingga permainan online. Ini memberikan
pengguna kesempatan untuk bersantai dan menghibur diri mereka sendiri
di tengah kesibukan sehari-hari.
8) Pencarian Kerja dan Rekrutmen: Banyak perusahaan menggunakan media
sosial sebagai alat untuk merekrut karyawan baru. Sebaliknya, individu
dapat menggunakan platform ini untuk mencari peluang pekerjaan,
membangun jejaring profesional, dan meningkatkan visibilitas mereka di
pasar kerja.
9) Pengaruh dan Reputasi: Media sosial memiliki peran penting dalam
memengaruhi opini dan reputasi seseorang atau suatu organisasi.
Pengguna yang aktif dapat membangun reputasi online mereka melalui
konten yang mereka bagikan dan interaksi yang mereka lakukan dengan
pengikut mereka.
10) Eksplorasi dan Penemuan: Media sosial juga dapat menjadi tempat untuk
menemukan hal-hal baru, seperti ide, produk, tempat, atau bahkan orang.
Dengan algoritma yang disesuaikan, platform media sosial dapat
menyarankan konten yang relevan berdasarkan minat dan aktivitas
pengguna.

2.1.4.3 Jenis Media Sosial

Jenis-jenis media sosial adalah sebagai berikut :

1) Facebook: Salah satu platform media sosial terbesar di dunia, Facebook


memungkinkan pengguna untuk berbagi konten seperti foto, video, dan
pendapat serta berhubungan dengan teman, keluarga, dan merek. Platform
ini juga memungkinkan pengguna untuk membuat acara, bergabung
dengan grup, dan mengikuti halaman perusahaan.
2) Instagram: Instagram adalah platform yang sangat populer untuk berbagi
foto dan video, terutama di kalangan remaja. Pengguna dapat mengunggah
foto atau video, menambahkan filter dan keterangan, dan berinteraksi
dengan pengguna lain melalui "like", komentar, dan pesan langsung.
3) Twitter: Twitter, yang merupakan platform mikroblogging, memungkinkan
pengguna mengirim dan membaca "tweet", yang merupakan pesan singkat
dengan panjang maksimal 280 karakter, serta berpartisipasi dalam
percakapan dan membagikan konten yang menarik.
4) YouTube: YouTube adalah platform berbagi video terbesar di dunia yang
memungkinkan pengguna untuk mengunggah, menonton, dan berinteraksi
dengan berbagai jenis video, mulai dari vlog pribadi hingga tutorial,
hiburan, dan konten pendidikan.
5) LinkedIn: LinkedIn adalah jaringan profesional yang dirancang untuk
memfasilitasi konektivitas bisnis dan karir. Pengguna dapat membuat
profil profesional, terhubung dengan rekan kerja dan kolega, mencari
pekerjaan, dan berpartisipasi dalam diskusi industri.
6) Telegram: Telegram adalah aplikasi pesan instan yang mengutamakan
privasi dan keamanan. Pengguna dapat berbagi foto, file, dan lokasi
dengan pengguna lain atau grup, serta mengirim pesan teks, suara, dan
video. Selain itu, Telegram memiliki beberapa fitur, seperti saluran, yang
memungkinkan Anda berbagi konten dengan jumlah anggota yang tidak
terbatas, dan bot, yang memungkinkan Anda melakukan tugas tertentu
secara otomatis. Telegram populer untuk komunikasi pribadi dan
kelompok karena keunggulannya, seperti enkripsi end-to-end, pesan self-
destructing, dan dukungan untuk berbagai platform.
7) TikTok: TikTok adalah platform media sosial yang memungkinkan
pengguna untuk membuat dan membagikan video pendek, seringkali
dengan latar musik atau audio. Konten di TikTok berkisar dari tarian,
tantangan, komedi, hingga tutorial.
8) WhatsApp: WhatsApp adalah aplikasi pesan instan yang memungkinkan
pengguna untuk mengirim pesan teks, suara, dan video, serta berbagi foto
dan dokumen. Ini juga menyediakan panggilan suara dan video gratis
antara pengguna yang menggunakan internet.
9) Reddit: Reddit adalah platform yang menggabungkan forum diskusi dan
konten online yang memungkinkan pengguna untuk berpartisipasi dalam
diskusi, membagikan konten, dan memberikan suara atas konten yang
mereka sukai.
10) Pinterest: Pinterest adalah platform visual yang memungkinkan pengguna
menyimpan dan menemukan ide dan inspirasi melalui gambar dan video.
Pengguna dapat membuat "papan" dengan topik tertentu, seperti resep,
desain rumah, atau rencana perjalanan.
11) dst

2.1.4.4 Dampak Media Sosial

Dampak positif yang diberikan oleh media sosial adalah :

1) Memudahkan Komunikasi: Media sosial memudahkan komunikasi antar


individu tanpa batasan ruang dan waktu. Dengan berbagai aplikasi di
media sosial, pengguna dapat mengirim pesan, melakukan panggilan
telepon, hingga video call dengan lebih mudah dan murah.

2) Memudahkan Pencarian Informasi: Media sosial memudahkan pengguna


dalam mencari informasi. Pengguna dapat mencari informasi apapun
dengan lebih cepat dan mudah.

3) Sarana untuk Berbisnis: Media sosial juga menjadi peluang bisnis.


Beberapa platform media sosial telah memberikan fitur khusus untuk
berbisnis. Dengan media sosial, bisnis kecil pun memiliki peluang yang
besar. Media sosial dapat dimanfaatkan untuk menganalisis pasar,
konsumen, hingga kebutuhan produksi1.
4) Sarana Hiburan: Media sosial berfungsi sebagai sarana hiburan. Pengguna
dapat menonton video, mendengarkan musik, membaca artikel, dan
berbagai aktivitas lainnya yang dapat menghibur dan mengisi waktu luang.

5) Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Masalah Kemanusiaan: Media sosial


dapat digunakan sebagai platform untuk mempromosikan dan
meningkatkan kesadaran tentang berbagai isu sosial dan kemanusiaan.

6) Pendidikan dan Akses ke Informasi: Media sosial dapat digunakan sebagai


sarana pembelajaran yang kreatif dan juga memudahkan akses ke berbagai
informasi. Dengan menggunakan jejaring sosial, kita dapat berkomunikasi
dengan siapa saja, bahkan dengan orang asing dari seluruh dunia. Dengan
memanfaatkan keuntungan ini, kita dapat memperluas wawasan kita,
bertukar pikiran, mengenal budaya dan karakteristik lokal masing-masing,
dan memperbaiki kemampuan berbahasa kita. Misalnya, gunakan fasilitas
panggilan telepon atau video panggilan yang tersedia di situs jejaring
sosial untuk belajar bahasa Inggris.

7) Pengaruh Positif pada Kesehatan Mental: Meski sering dikaitkan dengan


dampak negatif pada kesehatan mental, penggunaan media sosial yang
tepat dan seimbang juga dapat memiliki pengaruh positif, seperti
memberikan rasa konektivitas dan komunitas.

8) Meninggalkan Jejak dan Menjadi Bukti Kuat: Percakapan yang dilakukan


menggunakan media sosial bisa dijadikan bukti kuat pada kasus di ranah
hukum.
9) Membuka Peluang Pekerjaan Baru: Dengan adanya media sosial, banyak
perusahaan yang mulai mencari dan membuka lowongan khusus bagi
mereka yang mahir mengelola media sosial.
10) Menambah Teman dan Koneksi: Banyak orang yang berkenalan satu
dengan lainnya melalui media sosial. Bahkan mereka membuka komunitas
dan aktif bertukar pesan.

11) Meningkatkan Kreativitas: Media sosial dapat digunakan sebagai sarana


untuk meningkatkan kreativitas dengan membuat sesuatu yang
bermanfaat. Banyak laman media sosial yang memiliki referensi-referensi
tertentu tentang seni ataupun hal lainnya yang bisa meningkatkan
kreativitas.

Dampak negatif yang diberikan oleh media sosial adalah sebagai berikut :

1) Isolasi Sosial: Penggunaan yang berlebihan dari media sosial dapat


menyebabkan isolasi sosial karena individu lebih cenderung
menghabiskan waktu di depan layar daripada berinteraksi secara langsung
dengan orang lain di dunia nyata.
2) Gangguan Mental: Paparan terus-menerus terhadap konten negatif,
perbandingan sosial, dan perundungan online dapat meningkatkan risiko
gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres.
3) Kurangnya Keterampilan Komunikasi: Bergantung terlalu banyak pada
komunikasi online dapat mengurangi kemampuan individu untuk
berkomunikasi secara efektif di dunia nyata, terutama dalam hal bahasa
tubuh dan ekspresi wajah.
4) Cyberbullying: Media sosial menyediakan platform untuk tindakan
perundungan dan pelecehan online yang dapat memiliki dampak serius
pada kesehatan mental dan emosional korban.
5) Ketergantungan: Individu dapat menjadi tergantung pada media sosial,
menghabiskan banyak waktu dan energi mereka untuk memeriksa,
memperbarui, dan berinteraksi dengan platform tersebut.
6) Gangguan Tidur: Penggunaan media sosial larut malam dapat mengganggu
pola tidur dan menyebabkan gangguan tidur, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental.
7) Perbandingan Sosial: Paparan terus-menerus terhadap kehidupan yang
disempurnakan orang lain di media sosial dapat menyebabkan individu
merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri dan mengalami
rendah diri.
8) Ketidakseimbangan Hidup: Menghabiskan terlalu banyak waktu di media
sosial dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam hidup,
mengorbankan waktu untuk aktivitas fisik, hubungan interpersonal, atau
kegiatan kreatif.
9) Penyebaran Informasi Palsu: Media sosial menjadi tempat yang subur
untuk penyebaran berita palsu dan informasi yang tidak valid, yang dapat
memicu konflik atau kebingungan.
10) Kehilangan Privasi: Penggunaan media sosial seringkali memaksa
individu untuk memberikan informasi pribadi mereka, yang dapat
mengancam privasi dan keamanan mereka.
11) Distraksi: Notifikasi, pembaruan berita, dan konten yang menghibur di
media sosial dapat menjadi distraksi yang mengganggu dalam
menyelesaikan tugas-tugas penting atau fokus pada aktivitas yang lebih
bermanfaat.
12) Penurunan Konsentrasi: Penggunaan yang berlebihan dari media sosial
dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan produktivitas, karena
individu sering kali tergoda untuk beralih antara berbagai platform dan
konten.
13) Kurangnya Hubungan yang Bermakna: Meskipun media sosial
memfasilitasi koneksi dengan orang lain, hubungan yang terbentuk
seringkali lebih dangkal dan kurang bermakna dibandingkan dengan
interaksi langsung di dunia nyata.
14) Perubahan Pola Konsumsi: Media sosial dapat mempengaruhi pola
konsumsi individu, mendorong perilaku impulsif atau pengeluaran
berlebihan berdasarkan iklan atau pengaruh dari pengguna lain.
15) Pengaruh Negatif pada Identitas: Penggunaan media sosial yang
berlebihan dapat menyebabkan individu mengejar citra diri yang tidak
realistis atau tidak sehat, yang dapat mengganggu perkembangan identitas
mereka.
16) Peningkatan Tingkat Stres: Menanggapi ekspektasi sosial, mengelola citra
online, dan berurusan dengan konflik online dapat menyebabkan
peningkatan tingkat stres pada pengguna media sosial.
17) Peningkatan Risiko Keamanan: Penggunaan media sosial meningkatkan
risiko keamanan seperti pencurian identitas, penipuan online, atau
serangan siber yang dapat merugikan individu secara finansial atau
emosional.
18) Perubahan Pola Makan: Paparan terus-menerus terhadap konten terkait
diet, tubuh ideal, atau gaya hidup yang tidak sehat di media sosial dapat
mempengaruhi pola makan individu, mengarah pada masalah kesehatan
seperti gangguan makan.
19) Kehilangan Fokus pada Aktivitas Kreatif: Penggunaan yang berlebihan
dari media sosial dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas
kreatif atau hobi yang memberikan kepuasan dan pengembangan diri.
20) Pembentukan Opini Publik yang Tidak Sehat: Media sosial dapat
menciptakan gelembung informasi di mana individu cenderung terpapar
hanya pada pandangan yang sama, menyebabkan polarisasi opini dan
kurangnya pemahaman tentang sudut pandang yang berbeda.
21) Mudahnya Akses ke Konten Gore/Pornografi (NSFW): Kurangnya
penyensoran dari media sosial dapat memudahkan akses ke konten
gore/pornografi di media sosial menyebabkan risiko terhadap kesehatan
mental, emosional, dan perilaku individu. Paparan tak terduga atau tidak
disengaja terhadap konten tersebut dapat menyebabkan stres, trauma
psikologis, dan mempengaruhi perkembangan seksual serta nilai-nilai
sosial.

2.2 Uraian Teori Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, alangkah baiknya dilakukan kajian terhadap hasil


hasil penelitian terdahulu sebagai landasan kegiatan penelitian. Terdapat beberapa
kajian mengenai pengaruh media sosial terhadap generasi muda. Berikut adalah
beberapa penelitian sebelumnya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nanang Andhiyan Mergining


Mei, Elis Anita Farida, dan Anna Kridaningsih (2021) yang berjudul Pengaruh
Media Sosial Terhadap Wawasan Kebangsaan Pada Generasi Muda. Metode
penelitian yang mereka gunakan merupakan penelitian survey yang respondennya
berada di wilayah Kelurahan Gunung Gedangan Kota Mojokerto. Penelitian
tersebut menggunakan teknik pengumpulan dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner tersebut disusun dengan menggunakan 4 (empat) alternatifjawaban,
yaitu: 1. STS (Sangat Tidak Setuju), 2. TS (Tidak Setuju), 3. S ( Setuju), dan 4. SS
(Sangat Setuju). Populasi dalam penelitian ini adalah generasi muda di Kelurahan
Gunung Gedangan Kota Mojokerto. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 50
orang. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Media Sosial (X) terhadap
Wawasan Kebangsaan (Y) dalam analisis regresi linear sederhana digunakan R
Square. Untuk menguji terdapat pengaruh atau tidak Media Sosial (X) terhadap
Wawasan Kebangsaan (Y) digunakan Uji t dengan kriteria pengujian yaitu jika
nilai signifikan (Sig) > 0,05 tabel maka tidak terdapat pengaruh Media Sosial (X)
terhadap Wawasan Kebangsaan (Y) atau jika nilai signifikan (Sig) < 0,05 maka
terdapat pengaruh Media Sosial (X) terhadap Wawasan Kebangsaan (Y). Hasil
dari Analisa Data Linier Sederhana mereka adalah Dari hasil signifikansi (Sig)
sebesar 0,020 < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa media sosial (X) berpengaruh
terhadap wawasan kebangsaan (Y). Berdasarkan hasil penelitian mereka, terdapat
pengaruh media sosial terhadap wawasan kebangsaan pada generasi muda di
Kelurahan Gunung Gedangan Kota Mojokerto. Maka disimpulkan bahwa media
sosial tidak dapat dilepaskan dari generasi muda termasuk ketika mereka
menerima atau menyampaikan sebuah informasi mengenai kehidupan berbangsa
dan bernegara yang sangat erat dengan wawasan kebangsaan.

Kedua, penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Alia


Zulfa Ramadanti, Aat Nurhayati, Asep Hendrayana, Fikri Nurfajri, dan Gunawan
Santoso (2022) yang berjudul Pengaruh Media Sosial Terhadap Wawasan
Kebangsaan Pada Generasi Muda. Metode yang mereka gunakan untuk
mendapatkan hasil penelitian berupa melakukan survei terhadap pengguna
media sosial di kalangan generasi muda untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh media sosial terhadap wawasan kebangsaan mereka serta melakukan
analisis terhadap konten yang tersebar di media sosial untuk mengetahui
apakah konten tersebut memperkuat atau merusak wawasan kebangsaan generasi
muda. Menurut mereka, penggunaan media sosial dapat mempengaruhi
pandangan dan pola pikir generasi muda dalam hal wawasan kebangsaan.
Media sosial dapat berdampak positif atau negatif tergantung pada
bagaimana penggunaannya.

Ketiga, penelitian berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Nayla


Rizqiyah, dan Dinie Anggraeni Dewi (2021) yang berjudul Pengaruh Media
Sosial Twitter Terhadap Wawasan Kebangsaan Remaja Indonesia dari Perspektif
Psikologi Sosial. Penelitian yang telah mereka lakukan menggunakan metode
basic research, yaitu penelitian mendasar yang hanya melibatkan sebagian
kecil dari komunitas responden. Data yang mereka peroleh dari penelitian
dibahas dengan metode deskriptif kuantitatif. Survey yang dilakukan pada
sebanyak 30 orang pengguna Twitter dari rentang usia 15 sampai 20 tahun.
Hasilnya menunjukan beberapa konklusi yang sesuai dengan pernyataan sebab
akibat. Indikator-indikator pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan
realitas keadaan yang terjadi. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 25 orang
dari 30 orang telah menggunakan aplikasi Twitter selama lebih dari satu tahun.
Menelaah konten-konten yang ada di Twitter, berikut adalah data hasil jawaban
dari kuisioner yang telah diajukan. Dari 30 orang total keseluruhan responden,
90% atau 20 orang menyatakan bahwa terdapat konten-konten Twitter yang
berkaitan dengan wawasan kebangsaan. Muatan kontennya sangat beragam,
diantaranya diperoleh dari pembahasan mengenai isu-isu nasional, tweet
bersambung yang dibuat oleh sesama pengguna Twitter dan fitur Trends for You
yang disediakan oleh Twitter membuat beberapa kabar yang sedang ramai
diperbincangkan dan relevan dengan topic pilihan pengguna akan ditampilkan
secara otomatis di kolom timeline dan pencarian. Hal ini menunjukan adanya
konten wawasan kebangsaan di Twitter.
Selain itu, terdapat pula influencer atau pengguna Twitter yang dari kalangan
masyarakat biasa yang pemikirannya atau kontennya banyak disetujui oleh orang
lain sehingga mendapat lebih banyak angka pengikut. 76.7% atau sebanyak 23
orang responden mengakui bahwa para tokoh public atau influencer banyak
memberikan muatan positif dari tulisan cuitannya dan terkadang konten-konten
yang dibuat mengandung materi wawasan kebangsaan.

Berbagai konten cuitan yang diposting oleh para influencer atau tokoh public
yang memiliki banyak pengikut tentunya memiliki dampak yang meluasdi
berbagai bidang. Dibuktikan dengan 40% responden atau 12 orang menyatakan
pemikiran mereka terpengaruh oleh para tokoh public. Sementara itu, sebanyak
46.7% atau 14 orang mengakui jika mungkin saja pemikirann mereka
dipengaruhi oleh para tokoh publik. Dan sisanya adalah sebanyak 4 orang
tidak terpengaruh oleh pemikiran tokoh public. Hal ini membuktikan teori Erikson
yang menyatakan bahwa pada saat individu mencapai masa perkembangan
remaja, mereka cenderung membutuhkan role model dalam proses
menemukan jati diri mereka dan memberikan contoh dan penguatan perilaku
kepada mereka (Sit, 2012). Namun, tidak semua konten yang diberikan oleh
tokoh public tersebut berisi materi wawasan kebangsaan atau bernilai positif.
Kasus lain dari pernyataan ini adalah ketika kita mengamati perilaku remaja
di media sosial yang menanggapi akun-akun bermuatan wawasan kebangsaan
akan mengakibatkan mereka bersikap positif sesuai dengan kebenaran yang
telah dikonstruksi oleh pikirannya. Sebaliknya, ketika mereka mengamati
konten-konten yang tidak sesuai dengan norma atau konstruksi
kebenaran dalam pikirannya, ia akan memunculkan perilaku penolakan
baik dengan mengabaikan, atau menindaklanjuti konten tersebut (melakukan
pembisuan pada pembuat konten atau pemblokiran). Pernyataan tersebutber
kesinambungan dengan teori belajar sosial yang diusulkan Albert Bandura,
bahwa proses pembelajaran dilakukan tidak hanya dilakukan dengan perilaku
imitasi atau peniruan, namun juga dilakukan dengan prosespengamatan
terlebih dahulu terhadap tingkah laku dan akibat yang ditimbulkan dari
perilaku tersebut. Jika sikap yang ditiru adalah sikap yang baik maka mereka
akan merasa telah memenuhi ekspektasi perilaku yang ada di masyarakat
(Pandjaitan et al., 2019). Didukung oleh data penelitian yang menunjukan
bahwa 33% responden atau 10 dari 30 orang akan ikut menanggapi isu-isu
mengenai penyimpangan wawasan kebangsaan dan terguncangnya integrasi
nasional. Sisanya hanya memperhatikan tetapi masih memberikan atensi dan
kepedulian pada peristiwa yang terjadi.

Fitur-fitur yang terdapat dalam Twitter memiliki beragam manfaat untuk para
penggunanya. Fitur-fitur tersebut meliputi retweet, like, comment, thread dan
fitur membagikan link Twitter ke aplikasi lain. Berdasarkan data yang
diperoleh, para remaja cenderung untuk menggunakan operasi retweet, like
atau reply dalam melakukan diskusi mengenai wawasan kebangsaan daripada
melakukan diskusi tertutup di pesan pribadi. Bahkan hampir sebagian kurang
dari 30 responden secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan
mengkampanyekan wawasan kebangsaan yang diketahuinya. Konklusi dari
perilaku ini adalah para remaja pada kenyataannya masih memiliki kesadaran
untuk mengedukasi orang lain maupun dirinya sendiri tentang wawasan
kebangsaan. Yaitu dengan dikaitkan sebagai kontribusi dan bentuk rasa
kecintaan mereka pada bangsa Indonesia.

2.3 Kerangka Berpikir

Media sosial, juga dikenal sebagai "medsos", adalah jenis media yang
memungkinkan orang berinteraksi satu sama lain secara online dan tanpa batasan
ruang dan waktu. Media sosial menghapus batasan manusia untuk bersosialisasi,
seperti batasan ruang dan waktu, memungkinkan orang berkomunikasi satu sama
lain di mana saja dan kapan saja, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, dan
tidak peduli apakah itu siang atau malam. Laporan We Are Social menyatakan
bahwa pada Januari 2023, 167 juta orang di Indonesia aktif menggunakan media
sosial, atau 60,4% dari populasi.

Wawasan Kebangsaan adalah pemahaman yang mendalam dan luas


tentang identitas, sejarah, nilai-nilai, budaya, dan kepentingan bersama suatu
bangsa. Konsep ini penting dalam membentuk kesatuan dan solidaritas dalam
masyarakat, serta membentuk dasar bagi pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Khususnya bagi generasi muda, pemahaman tentang wawasan
kebangsaan sangat penting untuk membentuk identitas dan kesadaran sebagai
bagian dari bangsa. Melalui pemahaman ini, mereka dapat mengenali akar sejarah
dan nilai-nilai yang mengikat mereka sebagai warga negara, serta memahami
peran dan tanggung jawab mereka dalam menjaga keutuhan dan kemajuan bangsa.
Wawasan kebangsaan juga memberikan pemahaman yang inklusif tentang
keberagaman dalam masyarakat. Selain itu, pemahaman tentang wawasan
kebangsaan memperkuat rasa cinta tanah air dan kesetiaan terhadap negara. Hal
ini mendorong generasi muda untuk aktif berkontribusi dalam pembangunan dan
perlindungan negara, baik melalui partisipasi dalam kegiatan sosial, politik,
maupun pembangunan ekonomi.

Secara keseluruhan, media sosial memiliki dampak yang kompleks


terhadap wawasan kebangsaan generasi muda. Meskipun memberikan akses yang
luas terhadap informasi, pandangan, dan nilai-nilai kebangsaan, media sosial juga
dipenuhi konten-konten yang mengandung unsur diskriminasi, ujaran kebencian,
intoleransi, dan banyak konten-konten negative lainnya yang dapat menimbulkan
disintegrasi serta melemahkan wawasan kebangsaan para generasi muda. Oleh
karena itu, penting bagi generasi muda untuk menggunakan media sosial secara
kritis dan bertanggung jawab, serta untuk memperkuat pemahaman mereka
tentang wawasan kebangsaan melalui pendidikan formal dan informal.
Daftar Pustaka

Mei, N.A., Farida, E.A., dan Kridaningsih, A., 2021. Pengaruh Media Sosial
Terhadap Wawasan Kebangsaan Pada Generasi Muda. CIVICUS: Pendidikan-
Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan, [e-journal]
9(2), pp.1-6. Available at: https://www.neliti.com/publications/368110/pengaruh-
media-sosial-terhadap-wawasan-kebangsaan-pada-generasi-muda (Accessed: 17
April 2024).

Ramadanti, A. Z. ., Nurhayati, A., Hendrayana, A., Nurfajri, F. and Santoso, G.


(2022) “Pengaruh Media Sosial Terhadap Wawasan Kebangsaan Pada Generasi
Muda”., Jurnal Pendidikan Transformatif, 1(2), pp. 142–145. doi:
10.9000/jpt.v1i2.475.

Rizqiyah, N. and Dewi, D. (2021) “Pengaruh Media Sosial Twitter Terhadap


Wawasan Kebangsaan Remaja Indonesia dari Perspektif Psikologi Sosial”,
Journal on Education, 3(3), pp. 230-235. doi: 10.31004/joe.v3i3.372.

Alfaqi, M. Z. (2019). Melihat sejarah nasionalisme Indonesia untuk memupuk


sikap kebangsaan generasi muda. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan,
13(2), 209–216. https://doi.org/10.21831/civics.v13i2.12745

Alvira, S., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Pendidikan


Kewarganegaraan bagi Generasi Muda sebagai Agent of Change.

Munthe, A. F., Harahap, M. J., & Fajri, Y. (2023). TUJUAN PEMBELAJARAN


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Vol. 1, Issue 1).
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/ami.

Pertiwi, A. D., Nurfatimah, S. A., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).


Implementasi Nilai Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran PKn di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 4331–4340.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1565

Setiawan Hasibuan, R., Syuhanda, A., Fachrurrozy, M., Efendi, S., Idris, F., &
Ushuluddin dan Studi Islam, F. (2022). Wawasan Kebangsaan untuk Kaum
Milenial.
Universitas Dharmawangsa. (2019). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS E-LEARNING.

Wawasan Kebangsaan: Pengertian, Fungsi dan Faktor yang Mempengaruhi. (n.d.).


Retrieved April 19, 2024, from https://fahum.umsu.ac.id/wawasan-kebangsaan-
pengertian-fungsi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/

Putra.E.F & Damri. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan, Prenada Media


https://books.google.com/books/about/Pendidikan_Kewarganegaraan.html?id=-
dwBEAAAQBAJ

Anda mungkin juga menyukai