Resume Jiwa 1 - Riska Riyani 3A S1 Kep

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Nama : Riska Riyani

Kelas : 3A S1 Keperawatan
NIM : 433131420120064

RESUME

1.( ASKEP SEHAT JIWA IBU HAMIL )


Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan fisik dan psikososial pada
wanita.Pada trimester pertama, gejala kehamilan adalah mual dan merasa tidak enak badan, tidak
nyaman, pada trimester kedua, ibu mengalami gejala yang menandakan ia mulai merasa nyaman
dengan kondisi dirinya, pada trimester ketiga, gejalanya adalah kehamilan janin sudah masuk
panggul, ibu merasa khawatir.

Etiologi Sehat Jiwa Ibu Hamil :


- Dukungan keluarga
- Status Ekonomi
- Lingkungan sosial
- Pengalaman dan pengetahuan

Tanda dan Gejala Psikologis pada Ibu Hamil :


● Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak
● Sulit tidur walaupun mempunyai waktu luang,
● Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
● Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
● Tiba – tiba takut atau gugup
● Tidak bisa memutuskan perhatian.
● Lebih sering lupa.
● Terasa bingung dan bersalah.

Ciri Khas Sehat Jiwa Ibu Hamil :


a. Adaptasi Psikologis
b. Adaptasi Material

Masalah Kejiwaan Atau Penyimpangan Perkembangan Pada Ibu Hamil :


● Depresi
● Panic Disorder
● Obsertive-Compulsip Discider (OCD
● Bipolar
● Skizofrenia

Cara Menjaga Sehat Jiwa Ibu Hamil


● Istirahat Yang Cukup
● Rutin Olahraga Ringan
● Konsumsi Makanan Sehat Dengan Gizi Seimbang
● Bangun Kedekatan Dengan Janin
● Beri Apresiasi Untuk Diri Sendiri

2. ( ASKEP SEHAT JIWA BAYI & TODDLER )

Masa bayi adalah masa yang berlangsung selama 2 tahun pertama setelah 2 minggu periode bayi
yang baru lahir (postnatal). Meskipun masa bayi sering dianggap masa bayi baru lahir,label masa
bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode postnatal yang pada masa ini
ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya, Umumnya ahli psikologi perkembangan
membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama ini dengan menyebutnya periode
vital,karena kondisi fisik dan psikologi bayi merupakan pondasi yang kukuh untuk
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Karakteristik Perkembangan Pada Masa Bayi :
● Perkembangan reflex
● Kemampuan merangkak
● Kemampuan duduk
● Kemampuan diri dan berjalan
● Pola tidur dan bangun
● Pola makan dan minum
● Pola buang air
● Perkembangan Inteligensi
● Perkembangan emosi
● Perkembangan bahasa
● Perkembangan moral

Ciri-Ciri Masa Bayi :


● Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya.
● Masa bayi adalah masa pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat.
● Masa bayi adalah masa berkurangnya ketergantungan.
● Masa bayi adalah masa meningkatnya individualitas.
● Masa bayi adalah permulaan sosialisasi.
● Masa bayi adalah permulaan berkembangnya penggoolongan peran sexs.
● Masa bayi adalah masa yang menarik
● Masa bayi merupakan permulaan kreativitas

Tugas Perkembangan Masa Bayi :


- Belajar berjalan. Terjadi pada usia antara 9-15 bulan.
- Belajar memakan makanan padat, Hal ini terjadi pada tahun kedua.
- Belajar berbicara, Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada
orang lain dengan perantara suara itu.
- Belajar buang air kecil dan buang air besar, Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu
yang sesuai dengan norma masyarakat.
- Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
- Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua,saudara dan orang lain.

(Definisi Toddler )
Toddler dalam kamus bahasa Inggris Indonesia berarti anak kecil yang baru belajar berjalan.
Anak usia toddler merupakan periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan/ (1-3
tahun). Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha
mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol perilaku orang lain.

Perkembangan Masa Toddler


Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut development. Sanirock (2011) mendefinisikan
perkembangan merupakan suatu pola perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut
sepanjang kehidupan.

Anak usia toddler mengalami 3 fase yaitu:


1. Fase Otonomi dan Ragu-ragu atau Malu
2. Fase Anal
3. Fase Pra Operasional

Karakteristik Sehat Jiwa Pada Anak Usia Toddler


Karakteristik dari anak toddler (1-3 tahun) tersebut bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat
kemauan yang kuat sehingga segala sesuatu itu dianggap sebagai miliknya. Anak toddler berada
dalam tahap pertumbuhan jasmani yang pesat oleh karena itu mereka sangat lincah. Segi
emosional anak usia ini mudah merasa gembira dan mudah merasa tersinggung, Kadang- kadang
mereka suka melawan dan sulit diatur.

Tanda Gejala Sehat Jiwa Pada Usia Toddler


Masalah kejiwaan pada sang buah hati sering ditandai dengan munculnya masalah perilaku dan
emosi. Beberapa di antaranya seperti tidak mau sekolah. pemarah, tantrum, cengeng, sering
mengompol, sering mimpi buruk, sulit belajar, gangguan berkomunikasi, muncul tanda
keterbelakangan mental, hingga disleksia atau kesulitan membaca. Ini yang perlu dikenali sejak
dini oleh orangtua.
Mekanisme Koping
- Konstruktif
- Destruktif

3. ( ASKEP SEHAT JIWA PRASEKOLAH & USIA SEKOLAH )


Anak usia pra sekolah merupakan fase dimana anak dalam peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan dan sedang berlanjut, serta anak
sudah mempunyai kemampuan kognitif dan aktivitas fisik yang stabil. Pada fase ini
anak sudah mengenal dan merasakan fase inisiatif dan bersalah. Anak usia prasekolah
mempunyai rasa ingin tahu (curious) yang tinggi dan daya imajinasi yang terus berkembang.

karakteristik lain pada anak usia pra sekolah diantaranya :


a. Anak suka menghayal dan kreatif
b. Anak mempunyai inisiatif bermain dengan alat-alat dirumah
c. Anak lebih suka bermain dengan teman sebayanya
d. Anak mudah terpisah dari orang tua
e. Anak dapat mengerti mana yang benar dan salah
f. Anak mulai belajar merangkai kata dan kalimat
g. Anak sudah mulai mengenal warna
h. Anak dapat inisiatif membantu pekerjaan rumah yang sederhana
i. Belajar keterampilan baru melalui permainan

Adapun proses perkembangan pada usia pra-sekolah


diantaranya :
1. Perkembangan biologis
2. Perkembangan kognitif
3. Perkembangan bahasa

Masalah yang muncul pada kesehatan jiwa anak usia pra-sekolah


Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan kepada anak
tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah meniru apa yang
mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain. Permasalahan akan timbul apabila
tidak ada kesesuaian atau bertolak belakang antara apa yang dilihat dan yang
dikatakan kepada mereka. Anak prasekolah sering bertanya tentang morali- tas dan agama,
seperti perkataan atau tindakan tertentu dianggap salah. Juga bertanya "apa itu surga?" Mereka
meyakini bahwa orang tua mereka seperti Tuhan.

Anak usia sekolah merupakan anak yang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun (Mthiyane & Hugo, 2019).
Pada periode ini anak-anak mulai dianggap bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan orang lain. Usia
sekolah adalah sebuah masa dimana anak dapat memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilannya dalam penyesuaian diri pada kehidupan di
masa dewasanya dan mendapatkan keterampilan tertentu (Indrayati & PH, 2019).

Karakteristik pada perilaku anak usia sekolah dibagi menjadi 2, diantaranya:


1. Perkembangan yang normal : industri/produktif
2. Penyimpangan perkembangan : harga diri rendah

Menurut Latifa (2017) obyek psikologi perkembangan adalah perubahan


yang terjadi pada seorang individu yang meliputi beberapa aspek, diantaranya :
1. Aspek fisik dan motorik
2. Aspek kognitif atau intelektual
3. Aspek perkembangan sosial
4. Aspek perkembangan bahasa
5. Aspek perkembangan emosi
6. Aspek kepribadian dan seni
7. Aspek perkembangan moral dan penghayatan agama.

Faktor yang mempengaruhi anak usia sekolah terdiri dari 2 yaitu faktor gen dan
faktor lingkungan.
1. Faktor genetik (hereditas)
2. Faktor lingkungan (nurture

Masalah yang muncul pada kesehatan jiwa anak usia sekolah


Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang salah
akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada masa pra pubertas, anak
sering mengalami kekecewaan karena mereka mulai menyadari bahwa doanya
tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa
mau menerima keyakinan begitu saja.

4. ( ASKEP SEHAT JIWA REMAJA )


Masa remaja disebut masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan disebut juga
dengan masa pubertas, yaitu suatu fenomena biologis yang disebabkan oleh
peningkatan hormon adrenal dan gonad. Hal ini ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual
sekunder dan modulasi otot dan lemak. Hal ini juga dikaitkan dengan periode peningkatan
perilaku berisiko dan reaktivitas emosional pada remaja, yang menyebabkan perubahan sosial
dan lingkungan pada remaja, seperti menghabiskan lebih sedikit waktu dengan orang tua dan
menghabiskan lebih banyak waktu dengan kelompok teman sebaya, serta peningkatan otonomi
pada remaja ( Jaworska dan MacQueen, 2015).

Klasifikasi Remaja
Menurut Sarwono (2006), perkembangan remaja mempunyai tiga tahap :
1. Remaja awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10 hingga 12 tahun masih terheran-heran.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini terjadi pada usia 13 hingga 15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
teman.
3. Masa remaja akhir (late adolescence)
Masa ini (16-19 tahun) merupakan masa konsolidasi menuju masa dewasa.

Perkembangan Masa Remaja :


1. Perkembangan Biologis
2. Perkembangan Sosial
3. Perkembangan Psikososial

Perkembangan Psikoseksual
Sigmun Freud membagi kesadaran menjadi 3 level yaitu: consicious, preconcious, unconcious
setiap level berkaitan dengan id, ego dan super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang
berupa naluri dan memotivasi untuk mencari kesenangan. Id berada pada area bawah sadar
manusia dan sama sekali tidak berhubungan dengan realistis sedngakan ego merupakan struktur
yang menghadapi tuntunan realitas yang membuat keputusan rasional. Super ego yang berada di
antara id dan ego menimbanga benar dan salah.

Tugas Perkembangan Masa Remaja :


1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur figur yang mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya,
baik secara individual maupun kelompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.
6. Memperkuat Self control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip
prinsip, atau falsafah hidup (weltanschauung)
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak kanakan

5. ( ASKEP SEHAT JIWA DEWASA )


Kesehatan jiwa adalah keadaan sejahtera ditandai dengan perasaan bahagia, keseimbangan,
merasa puas, pencapaian diri dan optimis (Stuart & Laraia, 2005).
Masa dewasa merupakan masa yang krusial dalam rentang kehidupan manusia, dan merupakan
ditandai dengan kemampuan fisik, kognitif, dan intelektual yang berbeda dengan remaja. Dalam
masa peralihan dari remaja ke dewasa, kaum muda, biasanya berusia 18-29 tahun, mengalami
perubahan dan perkembangan perilaku persepsi baru tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

Masa Dewasa Terbagi Menjadi Tiga Periode Menurut Hurlock (1968) :


- Masa Dewasa Awal (Early Adulthood yaitu 18/20-40 tahun)
- Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Middle Age yaitu 40-60 tahun)
- Masa Dewasa Lanjut/Masa Tua (Old Age yaitu 60-meninggal).

Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah :
- Memilih pasangan hidup.
- Belajar hidup bersama pasangan hidup.
- Memulai hidup berkeluarga.
- Memelihara dan mendidik anak.
- Mengelola rumah tangga.
- Memulai kegiatan pekerjaan.
- Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
- Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.

Secara rinci, tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa adalah :


- Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa.
- Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
- Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berbahagia mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu tenggang sebagai orang dewasa,
hubungan dengan pasangan- pasangan keluarga lain sebagai pribadi
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai orang
setengah baya
- Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua

6. ( ASKEP SEHAT JIWA LANSIA )


Usia lanjut merupakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Keliat Maryam, dalam 2011). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU Nomor
13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Perubahan-perubahan dalam proses "aging" atau penuaan merupakan masa ketika seorang
individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan
dalam hidup. Bukan berarti hal ini dikatakan sebagai sebuah "perubahan drastis" atau
"kemunduran". Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun
disebut lansia.

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu sebagai berikut:
● Teori Biologi
● Teori Sosial
● Teori Psikologis

Perubahan pada lansia :


● Perubahan fisik
● Perubahan psikososial
● Perkembangan kognitif
● Terminologi

Masalah Kesehatan Jiwa pada Lansia :


Masalah kesehatan fisik akibat penurunan kemampuan atau fungsi tubuh,
kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress berkepanjangan, ataupun konflik dengan
keluarga/anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa
merawatnya, dan sebagainya.

Hal yang Mendukung Kesehatan Lansia :


Beberapa hal yang mendukung kesehatan lansia, di antaranya sarana dan pemenuhan kebutuhan
fisik yang menunjang dalam proses penyembuhan lansia. Di samping itu, juga diperlukan
perhatian, kasih sayang, dan dukungan perawatan dari anggota keluarga serta perawatan yang
diberikan oleh tenaga medis.

7. Askep Gangguan Konsep Diri


konsep diri merupakan sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Terdapat
dua konsep diri, yaitu konsep diri dari komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif.
Komponen kognitif tersebut disebut juga sel image dan komponen afektif disebut sebagai
komponen self esteem. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang dirinya
yang mencakup pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya,
gambaran ini disebut citra diri.

Dimensi Konsep Diri


1. Dimensi pengetahuan terhadap diri sendiri
2. Dimensi Pengharapan mengenai diri sendiri
3. Dimensi penilaian tentang dirinya sendiri
Tiga aspek terpenting dalam pembentukan konsep diri adalah :
1. asosiasi
2. konsekuensi
3. motivasi

Etiologi
● Pola asuh orang tua
● Kegagalan
● Depresi
● Kritik internal
● Merubah diri

Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri :


● Biologis
● Psikologis
● Perkembangan
● Sosial budaya

Komponen Konsep Diri


1) Citra Tubuh (Body Image)
2) Identitas diri (Self Ideal)
3) Peran diri (Self Identity)
4) Ideal Diri (Self Role)
5) Harga Diri (Self Esteem)

Citra Tubuh
● Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi)
● Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
● Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
● Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

Harga diri
● Penolakan
● Kurang penghargaan
● Pola asuh over protektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut
● Persaingan antar saudara Kesalahan dan kegagalan berulang
● Tidak mampu mencapai standar.

Peran Diri
● Stereotipik peran seks
● Tuntutan peran kerja
● Harapan peran kultural Identitas
● Ketidakpercayaan orang tua
● Tekanan dari " peer group"
● Perubahan struktur sosial Identitas
● Ketidakpercayaan orang tua
● Tekanan dari " peer group"
● Perubahan struktur sosial

Ideal Diri
● Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
● Menolak bercermin Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
● Menolak usaha rehabilitasi
● Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
● Menyangkal cacat tubuh

Harga diri rendah


● Mengkritik diri atau orang lain
● Produktivitas menurun
● Gangguan berhubungan
● Ketegangan peran
● Pesimis menghadapi hidup
● Keluhan fisik
● Penolakan kemampuan diri
● Pandangan hidup bertentangan
● Destruktif kepada diri
● Menarik diri secara sosial
● Penyalahgunaan zat Menarik diri dari realitas

8. ( ASKEP MASALAH KECEMASAN )


Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress spiritual melalui
wawancara, adalah:
● Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya (contoh: pasien kurang
atau tidak yakin lagi dengan agama yang selama ini dianutnya)
● Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau agama yang dianutnya
● Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya secara
rutin.
● Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya
● Menyatakan perasaan tak ingin hidup.
● Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau agamanya..
● Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.
● Mengekspresikan perasaan, marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan,
atau kematian.

Sumber daya psikologis yang penting, diantaranya adalah :


1. pikiran yang positif tentang dirinya (luarga diri)
2. mengontrol diri sendiri

Ada enam tipe dasar dukungan sosial untuk distres spiritual sebagai berikut :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
2. Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan
dimensi spiritual.
4. Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana
seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagi tentang aktivitas
spiritual.

9. ( ASKEP MASALAH KEHILANGAN )


kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung
mengalami kembali walaupun dalam bentuk berbeda.
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi
perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012).

Faktor yang dapat mempengaruhi reaksi pada masalah kehilangan antara lain :
● Arti dari kehilangan
● Sosial budaya
● Kepercayaan/spiritual
● Peran seks/jenis kelamin
● Status sosial ekonomi
● Kondisi fisik dan psikologi individu.

Kehilangan dibagi dalam 3 tipe yaitu:


1. Actual Loss (Kehilangan aktual atau nyata)
2. Perceived Loss (Psikologis)
3. Anticipatory Loss

Terdapat 5 jenis kehilangan, yaitu:


1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang yang
berarti merupakan salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu dari tipe-tipe
kehilangan.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
3. Kehilangan objek eksternal
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Sifat Kehilangan
Berikut merupakan sifat-sifat kehilangan :
● Kehilangan secara tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan duka
cita yang lambat. Misalnya kematian karena tindakan kekerasan, bunuh diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima
● Kehilangan berangsur-angsur (dapat diramalkan)
Kehilangan yang berangsur-angsur dapat berupa penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan dan menyebabkan yang ditinggalkan (penderita) mengalami kelelahan
emosional (Rando,1984).

Rentang Respon Kehilangan


Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (2005). Respon berduka seseorang terhadap
kehilangan dapat melalui tahap tahap berikut :
● Fase Denial (pengingkaran)
● Fase Anger (marah)
● Fase Bergaining (tawar menawar)
● Fase Depresi
● Fase Acceptance

Tanda dan Gejala


Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
● Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
● Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
● Reaksi emosional yang lambat
● Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal

10. ( ASKEP KETIDAKBERDAYAAN )


Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Keliat, 2007).
Ketidakberdayaan juga dapat diartikan sebagai persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak
akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan
situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi.

Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak


adekuatan koping sebelumnya (seperti: depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat
keputusan (Department of Health, 2010).
Faktor terkait ketidakberdayaan yaitu:
a) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap
terapi
b) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar
c) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi
Gaya hidup ketidakberdayaan mengulangi kegagalan dan ketergantungan

Faktor Faktor yang mempengaruhi ketidakberdayaan


1. Faktor Predisposisi
● Pengetahuan tentang penyakit
● Pengalaman lalu tentang penyakit
● Persepsi dan pandangan terhadap diri
● Keuletan

2. Faktor Presipitasi
● Peralihan sehat ke sakit
● Prognosis penyakit
● Tindakan Pengobatan
● Respons Orang Berarti atau Terdekat

Batasan Karakteristik klien dengan Ketidakberdayaan


Menurut NANDA (2011) ketidakberdayaan yang dialami klien dapat
terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a) Rendah
b) Sedang
c) Berat

Faktor Mekanisme Koping


● Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang nyaman dengan perubahan fisik
dan peran yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status
kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
4) Kreatif: Pasien secara kreatif mencari informasi terkait
perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi
secara normal
5) Ditengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan
dan peran dalam kehidupan sehari-hari, pasien masih tetap
produktif menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun
mengalami perubahan kondisi kesehatan
● Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat dalam
melakukan aktivitas harian (pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status
Ketidakberdayaan merupakan perasaan yang absolut yang
diekspresikan melalui sikap dimana seseorang atau klien
akan menghadapi suatu situasi dengan mengeksplorasi
pengalaman perasaan ketidakberdayaannya termasuk dalam
menghadapi tren isu yang turut menjadi penyebab rasa tidak
berdaya. Menurut (Miller dalam Kanine, Estom, 2011),
terdapat beberapa kategori strategi yang bertujuan untuk
meningkatkan ketidakberdayaan yaitukesehatan yang
dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan
perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa
tertekan atau depresi
4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan
orang lain, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga
mengalami menarik diri dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang
mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
dapat berakhir pada penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
(represi/supresi)
Strategi keperawatan mengatasi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan perasaan yang absolut yang diekspresikan
melalui sikap dimana seseorang atau klien akan menghadapi suatu situasi dengan
mengeksplorasi pengalaman perasaan ketidakberdayaannya termasuk dalam
menghadapi tren isu yang turut menjadi penyebab rasa tidak berdaya. Menurut
(Miller dalam Kanine, Estom, 2011), terdapat beberapa kategori strategi yang
bertujuan untuk meningkatkan ketidakberdayaan yaitu:
a) Memodifikasi lingkungan
b) Menetapkan tujuan yang realistis
c) Meningkatkan pengetahuan
d) Meningkatkan kepekaan tim kesehatan
e) Mendorong mengekspresikan perasaan

11. ( ASKEP KEPUTUSASAAN )


Keputusasaan adalah situasi emosional dimana seseorang memandang adanya keterbatasan atau
tidak tersedianya alternatif pemecahan pada masalah yang dihadapi (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
Keputusasaan yaitu kondisi subyektif dimana individu melihat keterbatasan atau tidak adanya
alternatif sebagai penyelesaian masalah dan ketidakmampuan mobilisasi energi demi
kepentingannya sendiri (Herdman, (2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut.Pokja SDKI DPP PPNI, (2016) yaitu:
a. Stres jangka panjang
b. Penurunan keadaan fisika
c. Hilangnya kepercayaan terhadap nilai-nilai penting
d. Hilangnya kepercayaan pada kekuatan spiritual
e. Pembatasan kegiatan jangka Panjang
f. Pengasingan

Proses Terjadinya Masalah


Klien dengan depresi biasanya memiliki pandangan negatif pada stressor sejak awal. Klien
beranggapan bahwa masalah ini 100% buruk, dan tidak akan ada hikmah semua masalah yang
dihadapinya. Misalnya, ketika seseorang terdiagnosis menderita diabetes mellitus seseorang akan
menerima fonis tersebut, dibalik itu hikmahnya ia akan lebih memperhatikan makan dengan
baik. Semua masalah yang muncul hampir dianggap negative.
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis keputusasaan menurut (Rochmawati et al.,2020) adalah :


1. Pernyataan subjektif klien mengenai situasi hidup yang terasa hampa dan putus asa
("Saya tidak bisa berbuat apa-apa")
2. Suka mengeluh serta terlihat murung
3. Tidak banyak berbicara, lebih banyak diam atau enggan bicara sama sekali
4. Melihat kesedihan yang mendalam, efek menurun
5. Menjauhkan diri pada lingkungan anti sosial
6. Kontak menurun
7. Mengangkat bahu adalah tanda masa-masa bodoh
8. Terlihat sering blue mood (murung)
9. Selera makan menurun atau menghilang
10. Pola tidur terganggu
11. Keterlibatan saat perawatan menurun sikap pasif saat menerima perawatan
12. Menurunnya perhatian dan keterlibatan pada orang lain yang dianggap berarti

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Carpenito, (2013) yaitu:
1) Tunjukkan empati dorong klien untuk mengungkapkan keraguan, ketakutan dan
kekhawatiranya
2) Tentukan apakah ada risiko bunuh diri
3) Dorong klien untukapkan alasan bagaimana dan mengapa harapan menjadikan hal penting
pada kehidupanya
4) Ajarkan penanganan untukmengatasi aspek memisahkannya dari aspek harapan cara
5) Identifikasi serta arahkan kemampuan pada diri sendiri (kemandirian,otonomi, kognitif,
rasionalitas, fleksibilitas, spiritualitas)
6) Bantu pasien untuk menentukan sumber harapan (seperti hubungan interpersonal,
kepercayaan, hal-hal yang ingin dipenuhi)
7) Buatlah lingkungan yang memfasilitasi spiritualitas
8) Dorong pasien untuk menetapkan tujuan jangka panjaang serta jangka pendek yang sesuai
fakta.
9) Ajarkan pasien bagaimana cara mengidentifikasi pengalaman yang menyenangkan (seperti
membaca buku yang disukai, berjalan atau menyegarkan, dan menggambar)
10) Identifikasi serta arahkan sumber daya diluar diri seseorang (keluarga, timmedis, komunitas
pendukung, keyakinan dan otoritas)
11) Tingkatkan kesadaran pada klien untuk menyadarkan bahwa dirinyadicintai, serta dirinya
sangat penting bagi orang lain
12) Identifikasi sistim pendukung kepercayaan (nilai,kematiansakarotulmaut atau menjelang
ajal).
13) Terapkan perujukan sesuaii indikasi (seperti konsultasi, pemuka agama)

b. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarma Terapi memalui obat-obatan sehingga bisa mengurangi masalah keputusasaan.
2) Psikoterapi
Terapi jiwa yang perlu diterapkan jika yang menderita sudah diberi terapipsikofarmalmemenuhi
tahapankembalinya kemampuan untuk menilai realita.
3) Terapi psikososial
Bertujuan agar klien bisa lagi beradaptasi serta penanganan diri secaramandiri. Dalam tahap ini
penderita disarankan untuk tetap mengonsumsi obat-obatan psikofarma.
4) Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius sangat berpengaruh pada penderita kejiwaan. salah satu penelitiaan
menyatakan secara umum komitmen keagamaan mempunyai hubungan yang bermanfaat
dibidang klinis.
5) Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan menempatkan lagi keluarga serta
masyarakat.umumnya dilakukan selama 3-6. bulan dilakukan evaluasi secara berkala minimal
dua kali, sebelum klien mengikuti program rehabilitasi serta klien akan kembali pada keluarga.

12. ( ASKEP DISTRESS SPIRITUAL )


Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan merasakan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan.

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress spiritual melalui
wawancara, adalah:
● Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya (contoh: pasien kurang
atau tidak yakin lagi dengan agama yang selama ini dianutnya)
● Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau agama yang dianutnya
● Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya secara
rutin.
● Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya
● Menyatakan perasaan tak ingin hidup.
● Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau agamanya..
● Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.
● Mengekspresikan perasaan, marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan,
atau kematian.

1. Sumber daya psikologis yang penting, diantaranya adalah : pikiran yang positif tentang
dirinya (luarga diri)
2. mengontrol diri sendiri

Ada enam tipe dasar dukungan sosial untuk distres spiritual sebagai berikut :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
2. Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan
dimensi spiritual.
4. Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana
seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagi tentang aktivitas
spiritual.

Anda mungkin juga menyukai