Resume Jiwa 1 - Riska Riyani 3A S1 Kep
Resume Jiwa 1 - Riska Riyani 3A S1 Kep
Resume Jiwa 1 - Riska Riyani 3A S1 Kep
Kelas : 3A S1 Keperawatan
NIM : 433131420120064
RESUME
Masa bayi adalah masa yang berlangsung selama 2 tahun pertama setelah 2 minggu periode bayi
yang baru lahir (postnatal). Meskipun masa bayi sering dianggap masa bayi baru lahir,label masa
bayi akan digunakan untuk membedakannya dengan periode postnatal yang pada masa ini
ditandai dengan keadaan sangat tidak berdaya, Umumnya ahli psikologi perkembangan
membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama ini dengan menyebutnya periode
vital,karena kondisi fisik dan psikologi bayi merupakan pondasi yang kukuh untuk
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
Karakteristik Perkembangan Pada Masa Bayi :
● Perkembangan reflex
● Kemampuan merangkak
● Kemampuan duduk
● Kemampuan diri dan berjalan
● Pola tidur dan bangun
● Pola makan dan minum
● Pola buang air
● Perkembangan Inteligensi
● Perkembangan emosi
● Perkembangan bahasa
● Perkembangan moral
(Definisi Toddler )
Toddler dalam kamus bahasa Inggris Indonesia berarti anak kecil yang baru belajar berjalan.
Anak usia toddler merupakan periode dimana anak memiliki rentang usia 12-36 bulan/ (1-3
tahun). Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha
mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol perilaku orang lain.
Anak usia sekolah merupakan anak yang berada pada periode usia
pertengahan yaitu anak yang berusia 6 sampai 12 tahun (Mthiyane & Hugo, 2019).
Pada periode ini anak-anak mulai dianggap bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan teman sebaya, orang tua dan orang lain. Usia
sekolah adalah sebuah masa dimana anak dapat memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilannya dalam penyesuaian diri pada kehidupan di
masa dewasanya dan mendapatkan keterampilan tertentu (Indrayati & PH, 2019).
Faktor yang mempengaruhi anak usia sekolah terdiri dari 2 yaitu faktor gen dan
faktor lingkungan.
1. Faktor genetik (hereditas)
2. Faktor lingkungan (nurture
Klasifikasi Remaja
Menurut Sarwono (2006), perkembangan remaja mempunyai tiga tahap :
1. Remaja awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10 hingga 12 tahun masih terheran-heran.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini terjadi pada usia 13 hingga 15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
teman.
3. Masa remaja akhir (late adolescence)
Masa ini (16-19 tahun) merupakan masa konsolidasi menuju masa dewasa.
Perkembangan Psikoseksual
Sigmun Freud membagi kesadaran menjadi 3 level yaitu: consicious, preconcious, unconcious
setiap level berkaitan dengan id, ego dan super ego. Id merupakan struktur kepribadian yang
berupa naluri dan memotivasi untuk mencari kesenangan. Id berada pada area bawah sadar
manusia dan sama sekali tidak berhubungan dengan realistis sedngakan ego merupakan struktur
yang menghadapi tuntunan realitas yang membuat keputusan rasional. Super ego yang berada di
antara id dan ego menimbanga benar dan salah.
Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah :
- Memilih pasangan hidup.
- Belajar hidup bersama pasangan hidup.
- Memulai hidup berkeluarga.
- Memelihara dan mendidik anak.
- Mengelola rumah tangga.
- Memulai kegiatan pekerjaan.
- Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
- Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu sebagai berikut:
● Teori Biologi
● Teori Sosial
● Teori Psikologis
Etiologi
● Pola asuh orang tua
● Kegagalan
● Depresi
● Kritik internal
● Merubah diri
Citra Tubuh
● Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi)
● Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit
● Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh
● Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Harga diri
● Penolakan
● Kurang penghargaan
● Pola asuh over protektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut
● Persaingan antar saudara Kesalahan dan kegagalan berulang
● Tidak mampu mencapai standar.
Peran Diri
● Stereotipik peran seks
● Tuntutan peran kerja
● Harapan peran kultural Identitas
● Ketidakpercayaan orang tua
● Tekanan dari " peer group"
● Perubahan struktur sosial Identitas
● Ketidakpercayaan orang tua
● Tekanan dari " peer group"
● Perubahan struktur sosial
Ideal Diri
● Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
● Menolak bercermin Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
● Menolak usaha rehabilitasi
● Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
● Menyangkal cacat tubuh
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress spiritual melalui
wawancara, adalah:
● Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya (contoh: pasien kurang
atau tidak yakin lagi dengan agama yang selama ini dianutnya)
● Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau agama yang dianutnya
● Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya secara
rutin.
● Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya
● Menyatakan perasaan tak ingin hidup.
● Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau agamanya..
● Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.
● Mengekspresikan perasaan, marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan,
atau kematian.
Ada enam tipe dasar dukungan sosial untuk distres spiritual sebagai berikut :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
2. Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan
dimensi spiritual.
4. Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana
seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagi tentang aktivitas
spiritual.
Faktor yang dapat mempengaruhi reaksi pada masalah kehilangan antara lain :
● Arti dari kehilangan
● Sosial budaya
● Kepercayaan/spiritual
● Peran seks/jenis kelamin
● Status sosial ekonomi
● Kondisi fisik dan psikologi individu.
Sifat Kehilangan
Berikut merupakan sifat-sifat kehilangan :
● Kehilangan secara tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan duka
cita yang lambat. Misalnya kematian karena tindakan kekerasan, bunuh diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima
● Kehilangan berangsur-angsur (dapat diramalkan)
Kehilangan yang berangsur-angsur dapat berupa penyakit yang sangat menyulitkan,
berkepanjangan dan menyebabkan yang ditinggalkan (penderita) mengalami kelelahan
emosional (Rando,1984).
2. Faktor Presipitasi
● Peralihan sehat ke sakit
● Prognosis penyakit
● Tindakan Pengobatan
● Respons Orang Berarti atau Terdekat
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan menurut.Pokja SDKI DPP PPNI, (2016) yaitu:
a. Stres jangka panjang
b. Penurunan keadaan fisika
c. Hilangnya kepercayaan terhadap nilai-nilai penting
d. Hilangnya kepercayaan pada kekuatan spiritual
e. Pembatasan kegiatan jangka Panjang
f. Pengasingan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Carpenito, (2013) yaitu:
1) Tunjukkan empati dorong klien untuk mengungkapkan keraguan, ketakutan dan
kekhawatiranya
2) Tentukan apakah ada risiko bunuh diri
3) Dorong klien untukapkan alasan bagaimana dan mengapa harapan menjadikan hal penting
pada kehidupanya
4) Ajarkan penanganan untukmengatasi aspek memisahkannya dari aspek harapan cara
5) Identifikasi serta arahkan kemampuan pada diri sendiri (kemandirian,otonomi, kognitif,
rasionalitas, fleksibilitas, spiritualitas)
6) Bantu pasien untuk menentukan sumber harapan (seperti hubungan interpersonal,
kepercayaan, hal-hal yang ingin dipenuhi)
7) Buatlah lingkungan yang memfasilitasi spiritualitas
8) Dorong pasien untuk menetapkan tujuan jangka panjaang serta jangka pendek yang sesuai
fakta.
9) Ajarkan pasien bagaimana cara mengidentifikasi pengalaman yang menyenangkan (seperti
membaca buku yang disukai, berjalan atau menyegarkan, dan menggambar)
10) Identifikasi serta arahkan sumber daya diluar diri seseorang (keluarga, timmedis, komunitas
pendukung, keyakinan dan otoritas)
11) Tingkatkan kesadaran pada klien untuk menyadarkan bahwa dirinyadicintai, serta dirinya
sangat penting bagi orang lain
12) Identifikasi sistim pendukung kepercayaan (nilai,kematiansakarotulmaut atau menjelang
ajal).
13) Terapkan perujukan sesuaii indikasi (seperti konsultasi, pemuka agama)
b. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarma Terapi memalui obat-obatan sehingga bisa mengurangi masalah keputusasaan.
2) Psikoterapi
Terapi jiwa yang perlu diterapkan jika yang menderita sudah diberi terapipsikofarmalmemenuhi
tahapankembalinya kemampuan untuk menilai realita.
3) Terapi psikososial
Bertujuan agar klien bisa lagi beradaptasi serta penanganan diri secaramandiri. Dalam tahap ini
penderita disarankan untuk tetap mengonsumsi obat-obatan psikofarma.
4) Terapi psikoreligius
Terapi psikoreligius sangat berpengaruh pada penderita kejiwaan. salah satu penelitiaan
menyatakan secara umum komitmen keagamaan mempunyai hubungan yang bermanfaat
dibidang klinis.
5) Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan menempatkan lagi keluarga serta
masyarakat.umumnya dilakukan selama 3-6. bulan dilakukan evaluasi secara berkala minimal
dua kali, sebelum klien mengikuti program rehabilitasi serta klien akan kembali pada keluarga.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan distress spiritual melalui
wawancara, adalah:
● Selalu menanyakan kebenaran dari keyakinan yang dianutnya (contoh: pasien kurang
atau tidak yakin lagi dengan agama yang selama ini dianutnya)
● Merasa tidak nyaman terhadap keyakinan atau agama yang dianutnya
● Ketidakmampuan melakukan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukannya secara
rutin.
● Perasaan ragu terhadap agama atau keyakinan yang dimilikinya
● Menyatakan perasaan tak ingin hidup.
● Merasakan kekosongan jiwa yang berkaitan dengan keyakinan atau agamanya..
● Mengatakan putus hubungan dengan orang lain atau Tuhan.
● Mengekspresikan perasaan, marah, takut, cemas terhadap arti hidup ini, penderitaan,
atau kematian.
1. Sumber daya psikologis yang penting, diantaranya adalah : pikiran yang positif tentang
dirinya (luarga diri)
2. mengontrol diri sendiri
Ada enam tipe dasar dukungan sosial untuk distres spiritual sebagai berikut :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan
orang lain.
2. Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju
dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan
dimensi spiritual.
4. Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana
seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagi tentang aktivitas
spiritual.