Perdagangan Antar Daerah Dan Internasional BR

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 99

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERDAGANGAN

MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT


LEARNING DAN MEDIA POP UP BOOK

Oleh :

TUTIK SRIWAHYUNI
NIM: 23040885012

1
ABSTRAK

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up Book

Kata kunci: Hasil Belajar, IPS, Materi Perdagangan Model Pembelajaran, Direct
Learning, Media Pop Up Book

Rendahnya hasil belajar siswa pada mata peajaran IPS merupakan salah satu
alasan dilaksanakannya penelitian ini. Selain itu Materi Perdagangan merupakan
materi yang cukup luas dan sulit dimengerti siswa, yang mana membutuhkan
tehnik pemahaman ekstra bagi siswa setingkat SMP/sederajat dalam memahami
konsep. Maka dengan Penerapan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media
Pop Up Book diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan
mempunyai pengalaman dan pemahaman materi dengan cara yang
menyenangkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk Mengetahui Penerapan Model
Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up Book Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan. 2) Untuk Mengetahui Peningkatan Hasil
Belajar IPS Materi Perdagangan Setelah Di Implementasikan Model Pembelajaran
Direct Learning Dan Media Pop Up Book.
Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan proses/ hasil belajar
dan bersifat kritis terhadap hasil belajarnya. Adapun instrumen yang digunakan
berupa RPP, lembar observasi, lembar wawancara dan tes hasil belajar IPS pada
Materi Perdagangan yakni Materi Perdagangan berbentuk pilihan ganda sebanyak
20 soal.
Hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas belajar siswa mengalami
perubahan yang signifikan dari jumlah nilai 2495 dengan nilai rata-rata adalah
77,97. pada siklus II mengalami peningkatan yaitu jumlah nilai menjadi 2895
dengan nilai rata-rata 90,47. Berdasarkan hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa
penggunaan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media
pembelajaran pop up book efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa
pada Materi Perdagangan.
Dari hasil tersebut disimpulkan dengan Penerapan Model Pembelajaran
Direct Learning Dan Media Pop Up Book dapat meningkatkan hasil belajar.

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar ........................................................................................................ii
Abstrak ...................................................................................................................iii
Daftar Isi ................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................8
C. Tujuan Penelitian......................................................................................8
D. Manfaat Penelitian....................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori............................................................................................11
B. Kerangka Berfikir ..................................................................................47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................50
B. Jenis Penelitian.......................................................................................50
C. Subjek atau Partisipasi yang Terkait .....................................................52
D. Peran Peneliti dalam Penelitian .............................................................52
E. Jadwal Konseptual Perencanaan Tindakan.............................................52
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ........................................56
G. Data dan Sumber Data ...........................................................................57
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan....................57
I. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................................59
J. Analisis Data Dan Intervensi Hasil Analisis .........................................59
K. Indikator Keberhasilan ..........................................................................61

3
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................62
B. Pembahasan ...........................................................................................85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................................90
B. Saran…………………………………………......................................92

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................94
LAMPIRAN

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan

berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi

proses berinteraksi, saling menghargai, kerjasama dan pendewasaan diri,

sehingga didalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang

dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Kesadaran

tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya dan perhatian

seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap perkembangan dunia pendidikan.

Perkembangan dan perubahan dalam dunia pendidikan akan membawa

dampak terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini

menuntut manusia untuk terus menggali dan memperoleh ilmu pengetahuan

dengan cara belajar. Pendidikan juga memegang peranan penting dalam

menciptakan pola pikir, sikap, tingkah laku dan keterampilan yang baik. Sesuai

dengan ketentuan undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional :

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara”.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan, peran

pendidikan adalah membentuk masyarakat yang berkepribadian luhur dan

5
dapat mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik dan bermanfaat. Serta

dapat mengembangkan keterampilan yang dimilikinya untuk kepentingan

orang lain maupun diri sendiri.

Pendidikan pada dasarnya juga berusaha mengembangkan seluruh aspek

kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor. Mewujudkan peran pendidikan tersebut perlu dilakukan

peningkatkan proses pembelajaran, pada hakikatnya pembelajaran merupakan

kegiatan yang terpadu dan menyeluruh antara peserta didik dengan pendidik

serta materi pelajaran dalam suasana yang bersifat interaksi. Interaksi tersebut

melibatkan sarana dan prasarana seperti serta Media, Metode, Model dan

penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran

efektif serta tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan

sebelumnya.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai

komponen, bersifat timbal balik, dan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dan menambah ilmu pengetahuan peserta didik. Sekolah merupakan

wadah bagi peserta didik dalam menggali ilmu pengetahuan, dan menjadi salah

satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa.

Tinggi atau rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang berasal dari dalam diri siswa (internal factor) dan faktor yang berasal dari

luar diri siswa (external factor).

Menurut Isjoni (2013:14) Faktor internal meliputi motivasi, kecerdasan,

perhatian, dan bakat. Adanya motivasi belajar yang kuat dalam diri siswa

6
membuat siswa belajar dengan tekun yang pada akhirnya terwujud dalam hasil

belajar tersebut, sedangkan faktor eksternal meliputi kemampuan guru,

kurikulum, model pembelajaran, metode mengajar, strategi belajar serta media

belajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dikelas.

Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dalam proses

pembelajaran akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar atau

dapat menyebabkan siswa menjadi pelajar yang tidak aktif. Pembelajaran

haruslah melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Proses

belajar membutuhkan kerja sama dan kemampuan siswa sendiri untuk bisa

mengerjakan sesuatu yang baik, siswa perlu mendengar, menulis, melihat,

mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain. Selain itu siswa

perlu mengerjakannya dengan cara mereka sendiri contohnya, mencoba

mempraktikkan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah

mereka dapatkan dengan kata lain dalam proses pembelajaran siswa dituntut

untuk terlibat aktif terkhususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS).

Pada dasarnya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu

pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial

dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan

dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran. Pembelajaran IPS yang

dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah berupa

penjabaran konsep-konsep, pengalaman, dalam pembelajaran, pokok bahasan

yang harus disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan

7
perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang peneliti lakukan di SMP

Negeri 1 Jatirejo pada semester II tahun 2022 Tanggal 10 Januari sampai

dengan 18 Januari 2022, ditemukan permasalahan terdapat nilai rata-rata siswa

yang masih dibawah standar ketuntasan yaitu KKM 75. Rendahnya hasil

belajar ini disebabkan karena siswa kurang bersemangat dalam belajar karena

proses belajar yang monoton. Sehingga proses pembelajaran didominasi oleh

guru, dan siswa menjadi tidak aktif.

Adapun beberapa faktor lain penyebab permasalahan tersebut yang

terlihat antara lain, dalam proses belajar guru kurang melibatkan siswa serta

masih mendominasi dalam penyajian materi selain itu guru hanya

menggunakan papan tulis dan bahan cetak sebagai media pembelajaran,

dengan penggunaan media papan tulis tersebut pembelajaran menjadi tidak

menarik dan membuat siswa tidak termotivasi dalam belajar, sehingga interaksi

antara guru dan siswa menjadi kurang efektif. Ketika guru memberikan materi

pelajaran siswa hanya fokus pada guru yang bercerita didepan kelas. Siswa

menerima saja materi yang diberikan guru tanpa merespon dengan baik. Saat

guru menanyakan kembali pelajaran yang baru saja diberikan hanya sekitar 2

atau 3 siswa saja yang menjawab pertanyaan guru tersebut, dan siswa yang lain

hanya diam karena tidak mengerti dengan pelajaran tersebut

Kurang fokusnya perhatian siswa, siswa terlihat bosan dalam mengikuti

pembelajaran, karena guru masih menerapkan metode belajar konvensional

yang memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran dan guru sebagai pusat

8
kegiatan belajar. Siswa yang pintar terlihat tidak peduli dengan temannya yang

belum memahami materi pelajaran dengan baik. Kondisi ini tentu membuat

proses pembelajaran terganggu sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VIII-E di SMP Negeri 1 Jatirejo dapat

dilihat dari nilai rata-rata ujian tengah semester IPS semester I kelas VIII-E

tahun 2021 pada tabel, di bawah ini.

Tabel 1. Rata-rata Nilai Ulangan Harian IPS Semester I Siswa


Kelas VIII -E SMP Negeri 1 Jatirejo Tahun Pelajaran 2021/2022.
Jumlah Nilai Nilai
Siswa Rata-Rata KKM Tertinggi Terendah
32 67,19 75 75,00 60,00
Sumber: Nilai Pra Siklus Mata Pelajaran IPS

Mengatasi permasalahan di atas dituntut kemampuan guru yang lebih

baik dan kreatif dalam menciptakan kondisi yang baik dalam proses

pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran Mata Pelajaran IPS.

Untuk meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran, guru bisa

menggunakan berbagai model pembelajaran dan media pembelajaran, salah

satunya adalah model pembelajaran kooperatif Direct Learning dan media

Media Pop Up Book. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Direct

Learning dan media Media Pop Up Book dalam pembelajaran akan membuat

pembelajaran menjadi lebih bervariasi sehingga membuat siswa termotivasi

dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Direct Learning

dan media Media Pop Up Book dapat dilakukan guru ketika menjelaskan

pokok-pokok materi sebelum siswa melakukan kegiatan kelompok.

9
Model pembelajaran Direct Learning merupakan model pembelajaran

yang menekankan pada penguasaan konsep perubahan perilaku dengan

mengutamakan pada penguasaan konsep perubahan perilaku dengan

mengutamakan pendekatan deduktif dengan cara berkelompok untuk bekerja

sama dan saling membantu mengkonstruksi konsep dan memahami materi

pelajaran. Dalam pembelajaran Direct Learning, siswa terlibat secara aktif

pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap

kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas. Model ini juga dapat

memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Siswa bukan lagi

sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi

teman sebayanya.

Pembelajaran Direct Learning juga menghasilkan peningkatan

kemampuan akademik, membentuk hubungan persahabatan, menggali

informasi, belajar menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa

dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa

dalam menghargai pikiran orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif siswa

diminta untuk bekerja menyelesaikan masalah dengan menyatukan pendapat

demi memperoleh masalah dengan menyatukan pendapat demi memperoleh

keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.

Berdasarkan pengertian Direct Learning yang dikemukakan (Sofan Amri

& Iif Khoiru Ahmadi, 2010:39) bahwa Model Direct Learning (Direct

Instruction) merupakan salah satu model pengajaran ang dirancang khusus

untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan

10
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari

selangkah demi selangkah. Yang dimaksud dengan pengetahuan deklaratif

(dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu.

sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu. Sedangkan media Pop Up Book merupakan salah satu alat

bantu yang efektif dan menyenangkan saat digunakan guru untuk proses

belajar mengajar, agar tujuan pendidikan tercapai lebih baik dalam

penyampaian materi dengan menggunakan model Direct Learning. Media Pop

Up Book merupakan media berbentuk buku yang mempunyai unsur tiga

dimensi dan gerak. Materi pada media pop up book disampaikan dalam

bentuk buku yang berisikan gambar apabila dibuka akan dapat bergerak

atau berubah bentuk.

Melihat sejauh mana pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif Direct Learning dan media Media Pop Up Book ini pada mata

pelajaran IPS kelas VIII. Penulis mencoba menerapkan model pembelajaran

Smodel pembelajaran kooperatif Direct Learning dan media Media Pop Up

Book pada SMP Negeri 1 Jatirejo kelas VIII. Berdasarkan latar belakang yang

diuraikan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan Antardaerah Atau

Antarpulau Dan Perdagangan Internasional Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up Book Siswa Kelas VIII-E

SMP Negeri 1 Jatirejo”

11
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media

Pop Up Book Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional Di Kelas VIII-

E SMP Negeri 1 Jatirejo Tahun Pelajaran 2022 ?

2. Bagaimana Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan Antardaerah

Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional Setelah Di

Implementasikan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book Pada Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo Tahun Pelajaran

2022?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar rumusan masalah di atas, maka tujuan pengembangannya

adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Direct Learning Dan

Media Pop Up Book Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi

Perdagangan Antar daerah Atau Antar pulau Dan Perdagangan Internasional

Di Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo Tahun 2002.

2. Untuk Mengetahui Peningkatan Hasil Belajar IPS Materi Perdagangan Antar

daerah Atau Anta pulau Dan Perdagangan Internasional Setelah Di

12
Implementasikan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book Pada Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo Tahun Pelajaran 2022

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pengembangan ini berguna untuk mengembangkan daya

kreatifitas guru, dimana guru harus mampu mengembangkan media dalam

bentuk audio, visual, audio-visual, maupun media tiga dimensi dalam proses

pembelajaran termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian dan pengembangan ini bermanfaat sebagai sarana untuk

menambah pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan

pengembangan media pembelajaran pop up book mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) materi Perdagangan Antar Daerah, Antar Pulau

dan Perdagangan Internasional Kelas VIII E SMP Negeri 1 Jatirejo

b. Bagi Guru

Dengan dilaksanakannya penelitian dan pengembangan ini, diharapkan

guru dapat memberikan inovasi-inovasi baru dan termotivasi untuk dapat

mengemas materi pembelajaran agar lebih efektif dalam melakukan

kegiatan belajar mengajar.

13
c. Bagi Siswa

Dengan dilaksanakannya penelitian dan pengembangan ini diharapkan

siswa dapat lebih cepat memahami isi materi dan menjadikan siswa lebih

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran IPS terutama pada materi

Perdagangan Antar Daerah, Antar Pulau dan Perdagangan Internasional

Kelas VIII E.

d. Bagi Lembaga

Dengan dilaksanakannya penelitian dan pengembangan ini, diharapkan

sekolah dapat memberikan sarana dan prasarana yang sesuai untuk

mengembangkan kreativitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran

IPS.

14
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar

Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang

penting/vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan

kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh

karena itu, adalah penting sekali bagi tiap guru memahami sebaik-baiknya

tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.

Menurut James O. Whitaker, belajar dapat didefenisikan:

sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui


latihan atau pengalaman. Pendapat lain, bahwa belajar adalah sama saja
dengan latihan sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-
keterampilan tertentu. Menurut pengertian secara psikologi, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pen gal

aman.(learning is defined as the modification or strethening of behavior

through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan

suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan

perubahan kelakuan.

15
Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar,

yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar

adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis, dan

seterusnya. Ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan.

Lester D. Crow dan Alice Crow mendefeniskan :

Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,


pengetahuan dan sikap-sikap. Upaya yang dilakukan oleh seorang yang
belajar untuk memperoleh berbagai kebiasaan, ilmu dan sikap diatas
dilakukan dengan cara tertentu, sehingga hambatan yang ditemukan
dalam proses belajar dapat diatasi. Sehingga menimbulkan suatu
perubahan dalam dirinya dalam mereaksi terhadap situasi belajar yang
dialaminya.

Dalam konteks psikologi pembelajaran pengertian tentang belajar,

sangat beragam. Beragamnya pengertian belajar dipengaruhi oleh teori yang

melandasi rumusan belajar itu sendiri. Banyak orang beranggapan bahwa

belajar semata-mata mengumpulkan atau menghapal fakta-fakta yang terjadi

dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Anggapan seperti itu

mungkin tidak sepenuhya keliru, karena prakteknya banyak orang yang

belajar dengan menghapal. Padahal, menghapal hanya salah satu bagian dari

beberapa cara belajar.

Menurut Surya, belajar dapat didefenisikan:

Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam


perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Belajar juga berarti suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

16
laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Menurut
Hamalik belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari
persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misal
pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.
Hilgard dan Brower, menyatakan bahwa belajar adalah sebagai
perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman.

Secara psikologi belajar didefenisikan “suatu aktifitas mental/psikis,

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai serta sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan dan berbekas.” Dalam hal ini, belajar berarti sesuatu yang dilakukan

seseorang untuk dapat merubah dirinya menjadi yang lebih baik.

Menurut Nasution, belajar dapat didefenisikan:

Belajar itu merupakan suatu perkembangan, proses perkembangan itu


melalui tiga fase, yaitu fase acquisition (kemampuan) dimana seorang
mengumpulkan pengetahuan, kemudian fase specialization
(spesialisasi), dimana seseorang memusatkan perhatiannya kepada
bidang tertentu, dan akhirnya fase integration (penyatuan) dimana
seseorang menaruh minat untuk gaya belajar yang selama ini kurang
digunakannya, dan dengan demikian memperoleh minat dan tujuan
hidup baru.

Nasution mengatakan bahwa, belajar sebagai perubahan kelakuan

berkat pengalaman dan latihan. Hal senada yang diungkapkan oleh Slameto

yang mengatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Dalam pengertian ini perubahan itu tidak hanya mengenai

jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan,

sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya

17
mengenai segala aspek pribadi seseorang.

Belajar juga diungkapkan oleh Martinis Yamin yang mengatakan

bahwa “belajar sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya

diakibatkan pengalaman.” Demikian juga Harold Spear mendefenisikan

“belajar terdiri dari pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru” 8.

Belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam

perilaku seseorang. Defenisi belajar tersebut mengandung pengertian,

bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang yang relatif menetap

akibat pengalaman yang didapat melalui pengamatan, pendengaran,

membaca, dan meniru. Proses belajar sebaiknya didasarkan pada

pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa sehingga ia dapat

mengikutinya dengan baik.

Burton yang dikutip oleh Uzer Usman menyatakan, “learning is a

change in the due to instruction of that individual and his environment. ”

Dalam pengertian ini terdapat kata change atau perubahan yang berarti

bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami

perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuannya, keterampilannya

maupun aspek sikapnya, belajar adalah suatu aktivitas yang direncanakan

untuk meningkatkan kemampuan serta memperoleh ketrampilan dan

pengetahuan baru, untuk tumbuh dan mendewasakan seseorang sehingga

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan.

Ali Imron mengatakan ada sejumlah ciri-ciri belajar yang dapat

dibedakan dengan kegiatan lain selain belajar, yaitu: “(1) Belajar adalah

18
suatu proses yang disengaja dan secara sadar; (2) Belajar merupakan suatu

aktivitas yang dirancang; (3) hasil belajar relatif menetap dan tidak berubah-

ubah”.

Dalam penelitian ini belajar dipahami sebagai tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman

dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Perubahan itu pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum

individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.

2. Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “hasil belajar terdiri dari dua

kata yaitu: hasil dan belajar. Hasil adalah perolehan atau sesuatu yang

diperoleh dari usaha atau pikiran. Kemudian belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu.” Suatu proses belajar akan

menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar ini nyata terlihat dar apa yang

dilakukan oleh siswa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya. Dalam hal

ini terjadi perubahan tingkah laku yang dapa diamati dan dapat dibuktikan

dengan perbuatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan S. Nasution yang

mendefenisikan “hasil belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi pada

individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi

juga pengetahuan untuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,

penguasaan, penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar.”

Sicilia Sawitri mendefenisikan “hasil belajar sebagai kapasitas atau

kemampuan yang dapat diperoleh setelah seseorang mengikut program

pembelajaran. Hasil belajar ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain,

19
yaitu; kognitif, afektif, dan psikomotor.”

Selanjutnya menurut Veithzal Rivai, hasil belajar adalah:

Proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang


dengan cara membandingkan dengan norma tertentu dalam sistem
penilaian yang disepakati. Rivai juga mengatakan, hasil belajar dapat
dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian kecakapan atau
kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap
demi tahap. Jika seseorang mengalami perubahan baik dari segi
kepandaian, kecakapan atau kemampuannya kepada arah yang lebih
baik dari sebelumnya, maka orang tersebut telah mendapatkan hasil
belajar.

Hasil belajar adalah indikasi yang menunjukkan upaya penguasaan

pengetahuan (kognitif) siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru

melalui kegiatan kokurikuler (pekerjaan rumah) dan tes ulangan. Hasil

belajar nilai akhir dari seorang siswa yang diukur melalui teknik evaluasi,

memenuhi aspek evaluasi dan dapa digunakan sebagai petunjuk seberapa

jauh materi pelajaran telah dikuasai siswa.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Faktor internal yang meliputi dua aspek , yaitu; aspek fisiologis dan aspek

psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:

1) Intelegensi siswa

2) Sikap siswa

3) Bakat siswa

4) Minat siswa

5) Motivasi siswa

20
b. Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yaitu:

1) Lingkungan sosial

2) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk didalamnya

media pembelajaran.

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan

pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa, karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi

atau tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi

masalah-masalah baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat

mengatasi masalah tersebut, maka siswa tidak dapat belajar dengan baik.

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang

dimaksud adalah faktor lingkungan nonsosial yang meliputi sarana dan

prasarana serta faktor pendekatan belajar. Dalam proses pembelajaran guru

menggunakan strategi penggunaan Penerapan model pembelajaran direct

learning dan media pembelajaran pop up book dengan metode diskusi

kelompok.

Hasil belajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

proses hasil belajar siswa di sekolah. Terdapat dua faktor utama yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor dari dalam siswa (internal),

dan faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan (eksternal). Tinjauan kedua

faktor tersebut adalah:

21
1) Faktor dari dalam siswa (internal)

a. Faktor fisiologis terdiri dari tonus jasmani seperti nutrisi harus cukup,

karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan kurangnya

tonus jasmani yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas lelah

dan sebagainya. Selain beberapa penyakit kronis juga sangat

mengganggu hasil belajar siswa, demikian pula kondisi fungsi panca

indera terutama mata dan telinga.

b. Faktor psikologis terdiri dari adanya kebutuhan fisik, rasa aman, bebas

dari kekhawatiran, adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan

dalam hubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk mendapat

kehormatan dari masyarakat.

2) Faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan (eksternal)

a. Faktor non sosial terdiri dari keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu

(pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya,

pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat

tulis-menulis, buku-buku dan alat peraga).

b. Faktor sosial diantara faktor manusia (sesama manusia), baik itu ada

(hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak

langsung hadir.

Berdasarkan uraian di atas, Clark mengatakan bahwa “hasil belajar

yang diperoleh siswa 70% dipengaruhi kemampuan siswa dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan.” Sungguhpun demikian, hasil yang dapat

diraih siswa juga tergantung dari lingkungan, salah satu lingkungan belajar

22
yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas

pengajaran. Hal senada dengan apa yang dikatakan Carrol, bahwa ada lima

faktor yang dapat mempengaruh hasil belajar siswa yaitu: 1) bakat pelajar,

2) waktu yang tersedia untuk belajar, 3) waktu yang diperlukan siswa untuk

menjelaskan pelajaran, 4) kualitas pengajaran, dan 5) kemampuan individu.

4. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian IPS

Pendidikan IPS adalah “penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin

ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis

untuk tujuan pendidikan.”

IPS merupakan padanan dari Sosial Studies dalam konteks kurikulum

di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kal digunakan di AS pada

tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial Studies yang

mengembangkan kurikulum di AS ( Marsh, 1980; Martorella, 1976).

Kurikulum Pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan

oleh Hamid Hasan (1990), merupakan difusi dari berbagai disiplin

ilmu.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang

di ajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga

pendidikan menengah. Dimana sasaran utamanya adalah pengembangan

teoritis, seperti yang menjadi penekaan pada socian science. Bedasarkan

uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS adalah suatu mata pelajaran

23
yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian

sejarah, geografi, ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

b. Ruang Lingkup IPS

IPS bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi terdir dari

beberapa disiplin ilmu, yaitu sejarah, geografi, ekonomi sosiologi,

antropologi dan tata Negara.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS (Terpadu) meliputi beberapa aspek-

aspek sebagai berikut:

1) manusia, tempat dan lingkungan.

2) waktu, keberlanjutan dan perubahan.

3) sistem sosial dan budaya.

4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang

melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, IPS berkenaan dengan

cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya,

memenuhi kebutuhan kebudayaan-kebudayaan jiwanya pemanfaatan

sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan,

pemerintahan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi

ruang lingkup IPS adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia

sebagai anggota masyarakat.

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka

dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan

24
bembatasan-pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-

masing. Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi

yang akan memenuhi ingatan para siswa melainkan lebih jauh

kebutuhannya sendiri dan sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarkat. Oleh

karena itu, pembelajaran IPS harus pula menggali materi-materi yang

bersumber pada masyarakat.

Gejala-gejala yang diluar jendela kelas dan di luar halaman sekolah

seperti; persampahan, kemacetan lalu lintas, pengangguran dan lain-lain

merupakan materi IPS yang dapat merangsang pikiran para siswa. Gejala-

gejala tersebut ditinjau dari berbagai dimensi atau segi ekonomi, segi

mental, segi sikap, berhubungan antar manusia dan lain-lain. Melalui

proses tersebut, guru dan siswa telah memberikan fungsi yang praktis

kepada masyarakat sebagai sumber materi IPS Dengan demikian, baik

guru maupun murid tidak berhadapan dengan sumber dan materi yang

asing bagi mereka, pada diri siswa dapat dibina konsep-konsep IPS yang

sesuai dengan kenyataan.

c. Karakteristik IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS SMP/MTs antara lain sebagai

berikut:

1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi,

hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi bahkan juga bidang

humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

25
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab

akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,

proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar

survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan

keamanan.

5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa karakteristik IPS

merupakan gabungan dari berbagai materi yang ada dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu, IPS juga merupakan salah satu mata pelajaran yang

sangat penting karena materinya menyangkut dengan kehidupan sehari-

hari manusia secara keseluruhan.

d. Tujuan IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) bertujuan untuk “mengembangkan

kemampuan berpikir, sikap, dan nilai siswa sebagai individu maupun

26
sebagai sosial budaya”.

Tujuan utama IPS di tingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para

siswa sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat

digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau

masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi

dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang

baik. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan

diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta

berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dipahami bahwa IPS bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai siswa sebagai

individu, anggota masyarakat, makhluk sosial dan budaya, agar nantinya

mampu hidup ditengah-tengah masyarakat dengan baik.

5. Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional

1. Perdagangan Dan Perdagangan Antar Pulau

a. Pengertian Perdagangan Dan Perdagangan Antar Pulau

Perdagangan atau perniagaan merupakan kegiatan tukar menukar

barang atau jasa berdasarkan kesepakatan bersama tanpa ada unsur

pemaksaan. Perdagangan antardaerah atau antarpulau merupakan

27
perdagangan yang dilakukan oleh penduduk/ lembaga suatu daerah atau

pulau dengan penduduk/lembaga suatu daerah atau pulau lain dalam

satu batas wilayah negara atas dasar kesepakatan bersama.

b. Tujuan Perdagangan Antar Pulau

Pada saat sekarang ini, perdagangan antardaerah atau

antarpulau tidak lagi dengan cara tradisional, walaupun masih ada

beberapa wilayah yang masih mempertahankan cara tradisional. Jual

beli online telah memudahkan masyarakat untuk melakukan

perdagangan lintas daerah bahkan lintas negara. Dengan bantuan alat

komunikasi, jasa kirim, serta internet, jarak bukan lagi masalah.

Perdagangan antarpulau dilakukan oleh beberapa pelaku ekonomi

dengan beberapa tujuan. Tujuan adanya perdagangan antarpulau

antara lain adalah sebagai berikut:

1) Memperoleh keuntungan

2) Memperluas Jangkauan Pasar

c. Faktor pendorong dan manfaat perdagangan antar pulau

1) Faktor pendorong perdagangan antar pulau

a) Perbedaan faktor produksi yang dimiliki.

b) Perbedaan Tingkat Harga Antardaerah

2) Manfaat Perdagangan Antar Pulau

a) Menyediakan alternatif alat pemuas kebutuhan bagi konsumen

b) Meningkatkan produktivitas

c) Memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat

28
2. Perdagangan Antarnegara

a. Pengertian dan ruang Lingkup Perdagangan

Antarnegara/Internasional

Perdagangan antarnegara atau sering disebut

perdagangan internasional merupakan aktivitas perdagangan yang

dilakukan oleh masyarakat suatu negara dengan masyarakat

negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Masyarakat yang

dimaksud dapat berupa individu, kelompok, lembaga, pemerintah

suatu negara dengan negara lain. Ruang lingkup perdagangan

antarnegara berkaitan dengan beberapa kegiatan, yaitu:

1) Perpindahan barang dan jasa dari suatu negara ke negara yang lain.

2) Perpindahan modal melalui investasi asing dari luar negeri ke dalam

negeri.

3) Perpindahan tenaga kerja dari suatu negara ke negara lain.

4) Perpindahan teknologi dengan mendirikan pabrik-pabrik di negara

lain.

5) Penyampaian informasi tentang kepastian adanya bahan

baku dan pangsa pasar.

b. Aktivitas Perdagangan Internasional

1) Ekspor

29
Ekspor merupakan kegiatan menjual barang atau produk ke luar

negeri. Ekspor dilakukan oleh seseorang atau badan. Pelaku ekspor

ini disebut eksportir. Tujuan utama kegiatan ekspor adalah untuk

memperoleh keuntungan. Barang yang diekspor akan dibayar oleh

pihak pembeli dengan alat pembayaran berupa mata uang asing atau

mata uang luar negeri, seperti Dollar. Mata uang asing ini selanjutnya

ditukarkan menjadi Rupiah pada bank dalam negeri. Mata uang

asing ini ditampung oleh pemerintah dan disebut sebagai devisa

negara. Devisa yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai

impor. Apa itu impor? Impor akan dijelaskan pada uraian berikutnya.

2) Impor

Impor merupakan kegiatan membeli barang dari luar negeri.

Seseorang atau badan yang melakukan impor disebut importir.

Seorang importir membayar barang yang ia beli dengan mata uang

asing. Importir dapat menukarkan uang rupiah mereka dengan mata

uang asing di bank dalam negeri. Selanjutnya, digunakan untuk

membayar barang yang diimpor. Barang-barang yang di impor oleh

Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu migas dan non-migas.

Barang- barang yang termasuk dalam kelompok migas antara lain

minyak tanah, bensin, solar, dan elpiji. Adapun barang-barang yang

termasuk dalam kelompok non- migas antara lain adalah karet, kopi,

ikan, kayu lapis, kelapa sawit, serta barang tambang nonmigas seperti

nikel dan batubara.

30
c. Kebijakan Pemerintah Untuk Mendorong Ekspor

1) Memberi Kemudahan Kepada Produsen Barang Ekspor

2) Menjaga Kestabilan Nilai Tukar Rupiah

3) Membuat Perjanjian Dagang Internasional

4) Meningkatkan Promosi

d. Faktor Pendorong Ekspor

1) Keadaan pasar luar negri

2) Keuletan eksportir untuk menangkap peluang pasar

3) Kondisi sosial, ekonomi, politik suatu negara

e. Manfaat perdagangan antar negara

1) Memperoleh keuntungan

2) Memperoleh barang yang tidak dapat diprosuksi didalam negri

3) Menjalin persahabatan antarnegara

4) Transfer teknologi modern

f. Faktor-faktor yanag mendorong perdagangan antar negara

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan

perdagangan antarnegara, di antaranya:

1) Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.

2) Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan

negara.

3) Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.

31
4) Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru

untuk menjual produk tersebut.

5) Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim,

tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan

adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan

produksi.

6) Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik, dan dukungan

dari negara lain.

7) Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di

dunia dapat hidup sendiri.

g. Perbedaan Perdagangan Antarpulau dengan Perdagangan Antarnegara

Ada tiga perbedaan utama antara perdagangan antarnegara dan

perdagangan domestik/perdagangan antarpulau, yaitu sebagai berikut.

1) Peluang perdagangan yang lebih luas

2) Adanya kedaulatan bangsa

3) Penggunaan kurs tukar

1. Model Pembelajaran Direct Learning

a. Pengertia Model Direct Learning

Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan

pembelajaran yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan,

proses merupakan factor penting untuk memperoleh hasil yang baik dan

memuaskan. Komponen dalam proses pembelajaran yaitu :

1. Guru

32
2. Siswa

3. Lingkungan

4. Sarana dan prasarana

5. Lokasi

6. Silabus

System pembelajaran Matematika saat ini menekankan pada

pemahaman dan pola latihan pengejaran dan ketrampilan dengan tujuan

agar siswa dapat menerapkan matematika pada berbagai situasi dan

permasalahan. Hal ini merupakan dampak dari penurunan kemampuan

siswa dalam menglkasifikasi ketrampilan dalam menyelesaikan masalah

beragam.

Apabila dicermati, pembelajaran yang terjadi di sekolah pada

umumnya dikelola secara klasik, guru memberi perlakuan yang sama pada

semua siswa. System pembelajaran klasik merupakan pembelajaran ini yang

paling mudah dilaksanakan. Pada pembelajaran klasik, merupakan

pembelajaran yang penting disenangi oleh guru karena pembelajaran ini yang

paling mudah dilaksanakan. Pada pembelajaran klasik, umumnya

komunikasi berjalan satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Kenyataannya

hanya sedikit siswa berhasil dengan system pembelajaran klasik.

Pengetahuan yang bersifat informatif dan prosedural yang menjurus pada

ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara Direct

Learning. Model Direct Learning dirancang secara khusus untuk menunjang

proses belajar siswa berkanaan dengan pengetahuan procedural dan

33
pengetahuan deklaratifyang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari

selangkah demi selangkah.

Direct Learning tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah

dan resitasi (mengecek pemahaman dengan Tanya jawab) berhubungan erat

dengan metode Direct Learning. Direct Learning memerlukan perencanaan

dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Direct

Learning berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa.

Jadi, lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas

yang diberikan kepada siswa. Sintaksnya adalah menyiapkan siswa, sajian

informasi dan prosedur, latihan terbimbing refleksi, latihan mandiri dan

evaluasi.

Ciri-ciri Direct Learning

1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur krgiatan belajar

3. System pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlansung

dan berhasilnya pembelajaran

Model pembelajaran Direct Learning adalah model pembelajaran

yang menekankan pada penguasaan konsep perubahan perilaku dengan

mengutamakan pada penguasaan konsep perubahan perilaku dengan

mengutamakan pendekatan deduktif, dengan cirri-ciri sebagai berikut :

1) Transformasi dan ketrampilan secara langsung

2) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu

3) Materi pembelajaran yang telah terstruktur

34
4) Lingkungan belajar yang telah terstruktur

5) Distruktur oleh guru

Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru

sebaiknya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape

recorder, gambar, peragaan dan sebagainya. Informasi yang disampaikan

dapat berupa pengetahuan, prosdural (tyaitu pengetahuan tentang bagaimana

melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan

tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, pinsif atau generalisasi). Kritik

terhadap penggunaan model ini antara lain, bahwa model ini tidak dapat

digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan

semua siswa

b. Tahapan Model Pembelajaran

Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks

pembelajaran langsung sebagai berikut :

1)Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada

siswa.

Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan

kinerja siswa yang diharapkan.

a. Mereview pengetahuan dan ketrampilan prasyarat.

Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan

pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai siswa.

b. Menyampaikan materi pelajaran

35
Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi,

memberikan contoh-contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.

c. Melaksanakan bimbingan

Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk

menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.

Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melatih ketrampilannya atau menggunakan informasi baru secara

individu atau kelompok.

e. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik.

Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa,

memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan

mengulanh ketrampilan jika diperlukan.

f. Memberikan latihan mandiri

Dalam tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas mandirikepada

siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah

mereka pelajari.

c. Situasi Yang Memungkinkan Penerapan Metode Pembelajaran

Langsung.

Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung

cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:

36
1) Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan

bias memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-

konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep

tersebut.

2) Ketika guru ingin mengajari siswa suatu ketrampilan atau prosedur yang

memiliki struktur yang jelas dan pasti.

3) Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai ketrampilan-

ketrampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang

berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (Problem Solving).

4) Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pendekatan

intelektual misalnya menunjukkan bahwa suatu argument harus didukung

oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung

pada jawaban yang logis.

5) Ketika subyek pembelajaran akan diajarkan cocok untuk

mempresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan

penerapan.

6) Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topic.

7) Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur tertentu

sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.

8) Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk

memandu siswa dalam melakukan kegiatan kelompok atau independen.

9) Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat

diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.

37
10) Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang

berpusat pada siswa

d. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung

1) Kelebihan Model Pembelajaran Langsung

a) Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi

dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat

mempertahankan focus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil

c) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-

kesulitan yang mungin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat

diungkapkan.

d) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan factual yang sangat terstruktur.

e) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

ketrampilan-ketrampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah.

f) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak

dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh

seluruh siswa.

38
g) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi

mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat

merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa.

h) Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan

informasi kepada siswa yang tidak memiliki ketrampilan dalam

menyusun dan menafsirkan informasi.

i) Secara umum,ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk

menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stress bagi

siswa.para siswa yang pemalu ,tidak percaya diri,dan tidak memiliki

pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpatisipasi dan

dipermalukan .

j) Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun

model pembelajaran dalam studi tertentu . guru dapat menunjukan

bagaimana suatu permasalahan dapat didekati ,bagai mana informasi

dianalisis ,dan bagai mana pengetahuan dihasilkan .

k) Pengajaran yang ekplisit membekali siswa dengan” cara-cara disipliner

dalam memendang dunia (dan) dengan menggunakan pensektif-

pensektif alternative”yang menyadarkan siswa akan kertebatasan

penspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari

l) Maple pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar

(misalnya unamah) dan mengamati (misalnya demotrasi) dapat

membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini .

39
m) Cerama dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahun yang tidak

tersedia secara langsung bagi siswa , termasuk contoh –contoh

yangrelevn dan hasil –hasil penelitian terkini .

n) Model pembelajaran langsung (terutama demokrsi) dapat

memberisiswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang

terdapat diantara teori ( yang seharusnya terjadi ) dan obesrvasi

(kenyataan yang merekal lihat) .

o) Demokrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil

dari suatu tugas bukan teknik-teknik dalam menghasilkanya.hal ini

penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau

ketrampilan dalam melakukan tugas tersebut.

p) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap

berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara

efektif.

q) Model pembelajaran langsung bergantung kepada kemampuan ufleksi

guru sehingga guru dapat terus menerus mengevaluasi dan

memperbaikinya.

e. Keterbatasnan Model Pembelajaran Langsung

1) Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk

menganalisakan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,

dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki ketrampilan dalam

hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkan kepada siswa.

2) Dalam model pembelajaran langsung sulit untuk mengatasi perbedaan

40
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan

pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

3) Karena siswa memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit

bagi siswa untuk mengembangkan ketrampilan social dan interpersonal

mereka.

4) Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi

pembelajaran ini tergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap,

pengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi

bosan teralihkan perhatiannya dan pembelajaran mereka akan terhambat.

5) Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat terstruktur dan kendali

guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi karakteristik

model pembelajaran langsung, dapat berdampak negative terhadap

kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.

6) Model pembelajarn langsung bergantung pada gaya komunikasi guru.

Komunikasi buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk

pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk

menyampaikan banyak perilaku komunikasi positif.

7) Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model

pembelajaran langsung mungkin tidak dapat member siswa kesempatan

yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang

disampaikan.

8) Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru

mengenai bagaimana materi disusun oleh siswa. Siswa memiliki sedikit

41
kesempatan untuk mendebat cara pandang ini Jika model pembelajaran

langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian

setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat isi materi yang

disampaikan.

9) Jika sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa

percaya bahwa guru akan member tahu mereka semua yang perlu

mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab

mengenai pembelajaran mereka sendiri.

10) Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi

satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai

pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah

paham

2. Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti

perantara atau pengantar. Media adalah “perantara atau pengantar pesan dari

pengirim ke penerima pesan.” Selain sebagai pengantar pesan, media juga

merupakan suatu sarana dalam proses pembelajaran yang dapat

membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Oemar Hamalik

berpendapat bahwa “media pendidikan merupakan alat, metode dan teknik

yang dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi dalam proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah.”

Menurut Munadi, media pembelajaran merupakan “sumbersumber

belajar selain guru yang disebut penyalur atau penghubung pesan ajar yang

42
diadakan dan/atau diciptakan oleh para guru atau pendidik”. Banyak batasan

yang dikemukakan para ahli tentang media. Asosiasi Teknologi dan

Komunikasi Pendidikan di Amerika membatasi media “sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan dan

informasi”.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan segala bentuk yang dipergunakan orang untuk

proses informasi dalam pembelajaran guna memberikan motivasi dan

inovasi pada pembelajaran agar dapat terjadi proses belajar pada siswa

secara efektif dan efisien. Dalam hal ini efektif berarti memberikan hasil

guna yang tinggi ditinjau dari pesannya dan kepentingan siswa yang sedang

belajar. Sedangkan efisien artinya memiliki daya guna ditinjau dari segi cara

penggunaannya, waktu dan tempatnya. Suatu media dikatakan efisien

apabila penggunaannya mudah, dalam waktu yang singkat dapat mencapai

isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Media juga

harus bersifat “komunikatif, artinya media tersebut mudah dimengerti

maksudnya, dengan kata lain apa yang ditampilkan melalui media tersebut

mudah untuk dipahami siswa”.

Penggunaan media secara kreatif dapat memungkinkan siswa untuk

belajar lebih baik dan meningkatkan performance siswa sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai. Jadi media dalam pembelajaran adalah segala

bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan menyampaikan informasi dari

sumber kepada siswa yang bertujuan untuk merangsang pikiran, perasaan,

43
dan kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Media selain

digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh dapat juga

dimanfaatkan, untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan

pembelajaran, serta memberikan penguatan motivasi.

7. Fungsi Media Pembelajaran

Azhar dalam Hamalik mengemukakan bahwa “pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. 31 Selain

itu, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan

pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan

penafsiran data dan memadatkan informasi.

Asnawir mengatakan fungsi media pembelajaran dalam kegiatan

belajar mengajar adalah “untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi,

keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan

pengamatan mereka”. Banyak hal-hal yang sangat tidak mungkin dilakukan

di dalam kelas, seperti objek yang terlalu besar, bisa digantikan oleh

gambar, film bingkai, atau model.

Levie dan Lentz sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad,

mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual

sebagai berikut:

a. Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran.

44
b. Fungsi afektif, yaitu dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar atau membaca teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif, yaitu bahwa lambang visual/gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang

terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, yaitu untuk mengakomodasikan siswa yang lemah

dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan

dengan teks/disajikan secara verbal.

Dengan penggunaan media pada proses pembelajaran, dapat

menambah daya tarik untuk siswa. Dalam hal ini, media dapat diasosiasikan

sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan

memperhatikan. Selain itu, media juga dapat merubah peran guru menjadi

lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai

isi pelajaran dapat dikurangi, sehingga ia dapat memusatkan perhatian

kepada aspek penting lain dalam proses pembelajaran, misalnya sebagai

konsultan atau penasihat siswa

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa

merupakan dunia komunikasi sendiri. Dalam proses belajar mengajar terjadi

pertukaran informasi, ide dan pikiran antara keduanya yang terkadang

terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak

berjalan efektif dan efisien. Untuk mengatasi kemungkinan diatas dapat

digunakan media pendidikan atau pembelajaran dalam proses KBM, agar

terjadi keserasian dalam penerimaan informasi.

45
Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar.

Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai

penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.

Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul prinsip-prinsip pengelolaan

pusat sumber belajar (1992) menyebutkan bahwa sumber belajar pada

hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan,

orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat

dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang

(siswa) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.

Media digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena memilik

kemampuan untuk menyajikan peristiwa yang kompleks dan rumi menjadi

lebih sistematik dan sederhana, meningkatkan daya tarik, perhatian

pembelajaran, dan meningkatkan sistematika pembelajaran Adapun kriteria-

kriteria tersebut yaitu :

a. Tingkat ketertarikan

b. Keterpahaman

c. Kredibilitas

d. Tingkat identifikasi perilaku atau kejadian

e. Ketepatan pesan yang disampaikan

f. Daya penuh terhadap pemusatan perhatian

g. Efektif

Dari uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa fungsi

46
media tidak lagi sekedar merupakan alat bantu tetapi sudah merupakan

bagian integral dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain seperti ada

pembagian tugas antara guru dengan media pembelajaran.

8. Media Pop Up Book

a. Pengertian Pop Up Book

Peranan media dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Adanya

media dapat mendukung proses pembelajaran, memepermudah siswa

dalam memahami materi pembelajaran, serta meningkatkan kualitas

mengajar guru yang akan berdampak pada kualitas hasil belajar siswa.

Media dibedakan menjadi media dua dimensi dan media tiga

dimensi. Salah satu media tiga dimensi adalah pop up book. Bagian yang

dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi serta memberikan

visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat

bergerak ketika halamannya dibuka. (Dzuanda. Op.cit., (diakses Jumat, 11 Januari


2022, Pukul 19.15 WIB)

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa media pop up book

adalah media berbentuk buku yang mempunyai unsur tiga dimensi dan

gerak. Pada pop up book, materi disampaikan dalam bentuk gambar yang

menarik karena terdapat bagian yang jika dibuka dapat bergerak, berubah

atau memberi kesan timbul.

Menurut Akhmad dalam skripsinya, pop up merupakan sebuah buku

yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi.

Sekilas pop up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini

47
mempergunakan teknik melipat kertas. Walau demikian origami lebih

memfokuskan diri pada menciptakan objek atau benda, sedangkan pop up

lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat

gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi prespektif/dimensi,

perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin.

(Akhmad Kuncoro, 2013:32)..

Berdasarkan pengertian diatas, media pop up book mempunyai

kelebihan diantaranya dapat menvisualisasikan cerita menjadi lebih baik

tampilan gambar yang memiliki dimensi dan dapat bergerak saat dibuka

dapat menarik siswa untuk menggunakan media pop up book.

b. Jenis-jenis teknik pop up book

Menurut Sabuda terdapat beberapa macam teknik pop up

diantaranya sebagai berikut:

1) Transformation. Yaitu bentuk tampilan yang terdiri potongan-potongan

pop up yang disususn secara vertikal.

2) Volvelles. Yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran

dalam pembuatannya.

3) Pepshow. Yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan

kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu menciptakan ilusi kedalam

dan respektif.

4) Pull-tabs. Yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan

didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru.

48
5) Carousel. Teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang

apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang kompleks.

6) Box and cylinder. Box and cylinder atau kotak dan silinder adalah

gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik dari tengah

halaman ketika halaman dibuka

Terdapat beberapa teknik pop up yang dapat dijadikan sebagai

dasar dalam pembuatan pop up book. Dalam pembuatan pop up book ini

peneliti menggunakan teknik transformation, volvelles dan pepshow.

c. Manfaat media pop up book

Menurut Dzuanda manfaat dari media pop up book yaitu:

1) Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan

baik.

2) Mendekatkan anak dengan orang tua karena pop up book memberi

kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya.

3) Mengembangkan kreatifitas anak.

4) Merangsang imajinasi anak.

5) Menambahkan pengetahuan anak serta memberi pengenalan bentuk

pada benda.

6) Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada

anak. ( Dzuanda. Op.cit., (diakses Jumat, 11 Januari 2022, Pukul 19.15

WIB)

Berdasarkan penjelasan diatas, diharapkan media pop up book dalam

49
proses pembelajaran tematik yakni membantu guru dalam menyampaikan

materi pada siswa. Selain itu, penggunaan media pop up book dapat

memudahkan siswa dalam belajar tematik

d. Kefektifan pop up book dalam pembelajaran

Reigeluth dan Merril, mengemukakan bahwa pengukuran kefektifan

pembelajaran harus selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan

pembelajaran. Biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si belajar. Ada

empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mempersiapkan keefektifan

pembelajaran, yaitu: kecermatan penguasaan, kesepatan unjuk kerja,

tingkat ahli belajar, tingkat retensi, kesesuaian dengan prosedur, kuantitas

unjuk kerja, kualitas hasil akhir. (Nyoman S Degeng, 2013: 187)

Perlu dicatat bahwa satu indicator seringkali tidak cukup sebagai

informasi untuk menetapkan keefektifan suatu pembelajaran. Dalam hal

ini menggunakan indicator-indikator lain yang sesuai akan lebih dapat

menggambarkan tingkat keefektifan secara lebih cermat.

Dalam mengukur keefektifan suatu program pembelajaran, harus

diakui bahwa ada hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah

pembelajaran berakhir, dan ada hasil pembelajaran yang terbentuk secara

kumulatif (hasil pengiring), karena itu tidak segera diamati.

Disamping mengaitkan pengukuran tingkat keefektifan

pembelajaran dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, pengaitan

dengan tipe isi bidang studi juga dapat dilakukan. Meskipun harus diakui

bahwa karena adanya kaitan langsung antara tujuan dan isi pembelajaran

50
maka pengukuran pada variable tujuan sudah dapat menggambarkan

keefektifan pembelajaran. Untuk keperluan analisis konseptual kedua

variable ini dapat dan perlu dipisahkan.

Tabel 2.1
Keefektifan Media
Variabel Indikator Sub Indikator (Aspek yang dinilai)
Kesesuaian Tingkat relevansi media pop up
Keefektifan dengan
Tingkat Retensi dengan
Tingkat kurikulum yangsiswa
kemudahan berlakudalam
prosedur mengingat cerita dengan
menggunakan media pop up
Ketepatan media pop up untuk
pembelajaran
Tingkat keterbantuan siswa dengan
adanya media pop up
Kuantitas unjuk Tingkat keterlibatan siswa dalam
kerja pembelajaran denganmedia
Tingkat kemanfaatan menggunakan
pop up
media pop up
Tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan dengan
menggunakan media pop up
Tingkat motivasi siswa untuk belajar
lebih giat
Ketertarikan siswa dengan
menggunakan media pop up
Kecermatan Keterbantuan siswa dengan adanya
penguasaan media pop up

B. Kerangka Berfikir

Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang sangat penting adalah

metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.

Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis

media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang

harus diperhatikan dalam memilih media.

Hamalik dalam bukunya mengemukakan bahwa “pemakaian model dan

51
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruhpengaruh

psikologis terhadap siswa.” Penggunaan model dan media pembelajaran pada

tahap orientasi pengajar akan sangat membantu keefektivan proses

pembelajaran dan penyampaian pesan serta isi pelajaran.

Pada pembelajaran IPS, model dan media pembelajaran sangat

membantu dalam mengoptimalkan proses pembelajaran. Karena IPS

merupakan mata pelajaran yang kompleks, dengan bantuan media diharapkan

dapa membantu siswa untuk memahami materi-materi yang ada dalam IPS.

Pada penelitian ini, penulis mencoba memilih Penerapan Model

Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up Book dalam proses

pembelajaran IPS. Khususnya untuk Materi Perdagangan Antardaerah Atau

Antarpulau Dan Perdagangan Internasional Karena materi ini berisi fakta-fakta

dan istilah-istilah yang cukup banyak dan bervariasi yang harus dipahami dan

sekaligus dihafalkan oleh siswa Sehingga dengan Pembelajaran Direct

Learning Dan Media Pop Up Book diharapkan siswa lebih mudah memahami

dan mengingat istilah-istilah yang ada. Dengan demikian belajar IPS siswapun

diharapkan dapat meningkat, khususnya untuk materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional.

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai

berikut:

52
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Pembelajaran Adanya ketidak tertarikan dengan Mata


konvensional di Pelajaran IPS dikarenakan membosankan,
kelas terlalu banyak materi, banyak materi yang
dihafal, dan sedikit gambar

Penerapan model
pembelajaran direct
Menerapkan model pembelajaran
learning dan direct
media
learning dan media pop up book berupa
pembelajaran pop upbuku
book
tiga dimensi yang sangat menarik
untuk sehingga
meningkatkan
dapat meningkatkan pemahaman
pemahamanbelajar
belajarsiswa
pada
mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi Perdagangan
Subyek Penelitian pada kelas
Antardaerah Atau
VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo
Antarpulau Dan
Perdagangan
Internasional untuk Kelas
Revisi metode
VIII-E SMP Negeri 1
dan media
Jatirejo

53
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo pada

semester genap tahun ajaran 2021/2022. Penelitian akan dilaksanakan dari

bulan Januari – April 2022.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan Penerapan model pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book, siswa terlibat langsung

dan memainkan kartu yang telah disediakan oleh guru. Penerapan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book ini memicu

siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan antusias dan memudahkan siswa

dalam memahami konsep dan menyerap ilmu yang diberikan. Dengan

demikian diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) secara sederhana mengandung arti

sebagai penelitian yang dialakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang

membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat

diterangkan.

1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencari suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data

54
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang

menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus

kegiatan untuk siswa.

3. Kelas dalam hal ini terkait pada pengertian ruangan kelas, tetapi pada

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam

bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas

adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima

pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, 2008).

Tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus

spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
Puta
berikut : ran
1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan
Puta
ran
Tindakan/Observasi 2

Rencana yang direvisi


Refleksi Rencana yang direvisi
Puta
ran
Tindakan/ 3
Observasi

Rencana yang direvisi


Refleksi Rencana yang direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur Siklus Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

55
C. Subjek atau Partisipasi yang Terkait

Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru IPS dan siswa kelas

VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo. Adapun jumlah siswa yang menjadi subjek

penelitian sebanyak 32 siswa, terdiri dari 16 siswa perempuan dan 16 siswa

laki-laki.

D. Peran Peneliti dalam Penelitian

Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer sekaligus

guru. Dan berkolaborasi dengan guru IPS yang mengajar di kelas lain di

sekolah yang sama dengan peneliti yaitu Ibu Rumiati,S.Pd sebagai partner,

yaitu menyaksikan segala aktifitas yang dilakukan oleh siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dan mencatatnya pada lembar observasi dengan

menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan

peneliti dalam proses pembelajaran pada Materi Perdagangan Antardaerah

Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional yang menggunakan

Penerapan model pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up

book.

E. Jadwal Konseptual Perencanaan Tindakan

Agar penelitian ini terlaksana dengan baik, maka sangat diperlukan

konsep perencanaan tindakan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan

penelitian. Dengan adanya konsep perencanaan tindakan yang telah dibuat

sebelum melakukan penelitian, diharapkan penelitian yang akan dilaksanakan

56
berjalan sesuai dengan rencana. Pada penelitian ini konsep perencanaan

tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal konsep perencanaan tindakan

NO TAHAPAN KEGIATAN WAKTU


1 ANALISIS 1. Wawancara dengan siswa dan Dilaksanakan
KEBUTUHAN guru IPS di kelas lain seputar selama 2 hari
pelajaran IPS, khususnya Materi (24 dan 25
Perdagangan Antardaerah Atau Januari 2022)
Antarpulau Dan Perdagangan
Internasional
2. Wawancara dengan beberapa
siswa
2 TEMUAN AWAL. 1. Kesulitan guru dalam mengajar Dilaksanakan
. IPS selama 2 hari
2. Kesulitan siswa dalam (27 dan 28
mempelajari IPS Januari 2022)
3. Hasil belajar siswa yang kurang
bagus
3 DIAGNOSA 1. Penggunaan Penerapan model Dilaksanakan
pembelajaran direct learning dan selama 1 hari
media pembelajaran pop up book (2 Februari
dapat mengatasi kesulitan guru 2022)
dalam mengajar IPS dan
kesulitan siswa dalam
mempelajarai IPS.
2. Dengan menggunakan Penerapan
model pembelajaran direct
learning dan media pembelajaran
pop up book dapat meningkatkan
hasil belajar
4 PERENCANAAN 1. Peneliti membuatsiswa.acuan program Dilaksanakan
TINDAKAN pembelajaran dengan Penerapan selama 2 hari
SIKLUS I model pembelajaran direct learning (7dan 8
dan media pembelajaran pop up Februari 2022)
book pada Materi Perdagangan
Antardaerah Atau Antarpulau Dan
Perdagangan Internasional.
2. Peneliti mempersiapkan Penerapan
model pembelajaran direct learning
dan media pembelajaran pop up
book

57
5 PELAKSANAAN. 1. Sebelum proses pembelajaran Dilaksanakan
TINDAKAN dilaksanakan, guru memberikan tes selama 2 hari
SIKLUS I kemampuan awal (pre test) kepada (21 dan 28
. siswa Februari 2022)
2. Guru memberikan penjelasan
mengenai silabus materi yang akan
diberikan kepada siswa
3. Guru membagi kelas menjadi 8
kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4 hingga 5 orang
4. Guru membagikan Penerapan
model pembelajaran direct learning
dan media pembelajaran pop up
book
5. Guru menjelaskan aturan
pembelajaran kartu dengan
memberikan contoh
6. Siswa memainkan Penerapan
model pembelajaran direct learning
dan media pembelajaran pop up
book
7. Siswa mempresentasikan hasil
perminan
6 MONITORING a. Peneliti mencatat setiap detail Dilaksanakan
DAN EVALUASI aktivitas guru dan siswa di kelas selama 2 hari
KEBERHASILAN b. Memberikan tes kemampuan akhir (21 dan 28
PROSES (posttest) dan kuisioner kepada siswa Februari 2022)
PEMBELAJARAN pada akhir siklus I
PADA SIKLUS I
7 REFLEKSI 1. Pengolahan dan menganalisis data Dilaksanakan
PROSES yang diperoleh pada siklus I selama 3 hari
PEMBELAJARAN 2. Menarik kesimpulan kekurangan (7 dan 9 Maret
PADA SIKLUS I siklus I 2022)
3. Merefleksikan kekurangan siklus
I
8 PERENCANAAN 1. Mencari solusi dari kekurangan Dilaksanakan
TINDAKAN yang terdapat pada siklus I selama 2 hari
SIKLUS II 2. Peneliti melakukan (14 dan 15
penyempurnaan acuan program Maret 2022)
pembelajaran dengan Penerapan
model pembelajaran direct
learning dan media pembelajaran
pop up book pada Materi
Perdagangan Antardaerah Atau
Antarpulau Dan Perdagangan

58
9 PELAKSANAAN 1. Sebelum proses pembelajaran Dilaksanakan
TINDAKAN dilaksanakan, guru memberikan selama 2 hari
SIKLUS II tes kemampuan awal (pre test) (21 dan 28
. kepada siswa Maret 2022)
2. Guru memberikan penjelasan
mengenai silabus materi yang
akan diberikan kepada siswa
3. Guru membagi kelas menjadi 8
kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4 hingga 5 orang
4. Guru membagikan Penerapan
model pembelajaran direct
learning dan media pembelajaran
pop up book
5. Guru menjelaskan aturan
pembelajaran kartu dengan
memberikan contoh
6. Siswa memainkan Penerapan
7. Siswa mempresentasikan hasil
pembelajaran
8. Pada akhir pembelajaran guru dan
siswa bersama-sama
menyimpulkan materi
10 MONITORING 1. Peneliti mencatat setiap detail Dilaksanakan
DAN EVALUASI aktivitas guru dan siswa di kelas selama 2 hari
KEBERHASILAN 2. Memberikan tes kemampuan (21 dan 28
PROSES akhir (posttest) dan kuisioner Maret 2022)
PEMBELAJARAN kepada siswa pada akhir siklus II
PADA SIKLUS II

11 REFLEKSI PROSES 1. Mengolah dan menganalisis data Dilaksanakan


PEMBELAJARAN yang diperoleh pada siklus II selama 3 hari
PADA SIKLUS II 2. Menarik kesimpulan dari hasil (4 dan 6 April
analisis pada akhir siklus II 2022)

PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

59
F. Tahap Intervensi Tindakan

Prosedur tindakan yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti membuat acuan program pembelajaran dengan Penerapan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book pada

Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional.

2. Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, guru memberikan tes

kemampuan awal (pre test)

3. Guru memberikan penjelasan mengenai silabus materi yang akan diberikan

4. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari

5-6 siswa.

5. Guru menjelaskan langkah-langkah dalam menerapkan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book.

6. Guru menjelaskan aturan main pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book dengan memberikan contoh

7. Siswa aktif belajar dalam kelompok dengan menerapkan pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book

8. Siswa mempresentasikan hasil pembahasan kelompok

9. Pada akhir pembelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan

materi

10. Tes kemampuan akhir (post test)

60
E. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya partisipasi siswa

dalam berinteraksi selama proses pembelajaran berlangsung dan adanya

peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada

Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional dengan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book.

G. Data dan Sumber Data

Data untuk analisis kebutuhan terhadap proses pembelajaran diambil dari

hasil wawancara dengan guru dan siswa. Data saat proses pembelajaran

berlangsung diambil dari lembar observasi, wawancara bebas dengan guru

pada akhir siklus serta dari hasil kuisioner tiap akhir siklus. Sedangkan sumber

data hasil belajar diperoleh dari hasil tes siswa yang diberikan sebelum

pembelajaran (pre test), dan sesudah pembelajaran (post test).

H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan

1. Lembar wawancara analisis kebutuhan

Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa. Pedoman wawancara

kepada guru menitik beratkan pada tanggapan dan kesulitan guru dalam

mengajar IPS, khususnya pada Materi Perdagangan Antardaerah Atau

Antarpulau Dan Perdagangan Internasional. Sedangkan pedoman

wawancara dengan siSwa menitik beratkan pada pandangan siswa terhadap

pelajaran IPS dan kesulitan dalam mempelajari IPS khususnya pada Materi

61
Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional

serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.

2. Lembar observasi proses pembelajaran

Lembar observasi diperlukan untuk mencatat kejadian-kejadian

selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berisi

tentang kegiatan-kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa ataupun oleh guru

selama proses pembelajaran.

3. Kuisioner

Kuisioner diberikan di akhir siklus. Selain untuk mengetahui

pendapat siswa tentang proses pembelajaran dengan menggunakan

Penerapan model pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop

up book, juga untuk mengetahui minat siswa untuk belajar dengan media

pembelajaran.

4. Tes kemampuan

Tes kemampuan dilakukan sebelum (pre test) dan sesudah (post test)

pembelajaran. Tes kemampuan yang dilakukan sebelum pembelajaran

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa.

Sedangkan tes kemampuan yang diberikan setelah proses pembelajaran

dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar/kemampuan siswa

setelah mendapat pengajaran dengan Penerapan model pembelajaran direct

learning dan media pembelajaran pop up book.

62
I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada guru IPS dan siswa.

Data yang diperoleh dari kegiatan ini adalah pandangan siswa terhadap

pembelajaran IPS, proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru, kesulitan

guru dalam mengajarkan IPS pada siswa khususnya pada Materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional, serta kesulitan

siswa dalam mempelajari dan memahami IPS khususnya pada Materi

Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional.

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kejadian--

kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Selain observasi, peneliti

juga memberikan kuisioner disetiap akhir siklus untuk mengetahui pendapat

siswa tentang Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book dan tes kemampuan untuk mendapatkan data hasil

belajar IPS siswa.

J. Analisis Data dan Intervensi Hasil Analisis

Setelah mendapatkan data dari hasil pengamatan pada setiap siklus, maka

data tersebut dianalisis. Adapun analisis yang dilakukan meliputi:

1. Hasil belajar

Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif siswa

dalam memecahkan masalah dianalisis dengan menghitung rata-rata nilai

ketuntasan belajar.

a. Menghitung rata-rata

63
Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus:
Keterangan:

b. Menghitung ketuntasan belajar

1) Ketuntasan belajar individu

Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dapat ditentukan

ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif

persentase dengan perhitungan:

Ketuntasan belajar individu:

P =
Keterangan :

P = persentase ketuntasan belajar


S = jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar
N = jumlah total siswa
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu apabila nilai

mereka mencapai minimal 75.

2) Ketuntasan belajar klasikal

Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan ketuntasan

belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan

perhitungan.

Ketuntasan belajar klasikal:

x x 100 %
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu

menyelesaikan atau mencapai minimum 75 sekurang-kurangnya 75%

dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

64
K. Indikator Keberhasilan

Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah bila hasil

belajar siswa secara individula mendapatkan nilai 75, dan secara klasikal

indikator keberhasilan ditetapkan sebanyak 75% dari jumlah siswa. Selain itu

keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat sehingga pembelajaran terasa

hidup dan membangkitkan antusias seluruh siswa.

65
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu data

hasil observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung dan data tes hasil belajar pada setiap akhir siklus.

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian dan interpretasi

terhadap hasil tersebut. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif

kualitatif. Penyajian data hasil penelitian yang akan diuraikan adalah hasil

pengamatan aktivitas siswa dalam kelompok dan guru selama kegiatan

pembelajaran berlangsung serta data tes hasil belajar yang diberikan diakhir

setiap siklus penelitian.

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan

durasi 2 X 40 menit. Materi yang diajarkan pada siklus I adalah Materi

Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I adalah

peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) dilengkapi

lembar observasi untuk setiap pertemuan dan pedoman wawancara yang

sebelumnya telah dilakukan sebelum tindakan.

66
Pada siklus I, peneliti memperkenalkan metode pembelajaran dengan

menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book kepada siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas

VIII-E yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 16 laki-

laki.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus I

Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan

menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book. Pembelajaran dengan menggunakan Penerapan

model pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book

terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu penjelasan materi dan pembelajaran. Dalam

penelitian ini, penjelasan materi terbagi menjadi 2 (dua) kali pertemuan,

dengan melakukan pre test dahulu pada awal pembelajaran. Sedangkan

pembelajaran dibuat menjadi 1 (satu) kali pertemuan. Hal ini dikarenakan

terbatasnya jam belajar di sekolah sehingga tidak memungkinkan penerapan

ketiga bagian dari Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book disatukan dalam 1 (satu) kali pertemuan. Sehingga dalam 3 (tiga) kali

pertemuan, terdapat 2 (dua) kali pembahasan materi mengenai Materi

Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional,

dan 1 (satu) kali pertemuan untuk menggunakan Model Pembelajaran Direct

Learning Dan Media Pop Up Book yang terdiri dari soal-soal, kemudian

pembelajaran diakhiri dengan post test.

67
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus I

Pertemuan I

Hari/tanggal : 21 Februari 2022

Waktu : 2 x 40 menit

KI.1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikapberiman dan bertakwa


kepada Tuhan YME
KI.2 Memiliki karakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,. pembelajar
sejati sepanjang hayat, dan . sehat jasmani dan rohani sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional

Pertemuan II

Hari/tanggal : 28 Februari 2022

Waktu : 2 x 40 menit

KI.1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikapberiman dan bertakwa


kepada Tuhan YME
KI.2 Memiliki karakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab,. pembelajar
sejati sepanjang hayat, dan . sehat jasmani dan rohani sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional

1) Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran


Kemampuan guru (peneliti) dalam mengelola pembelajaran

diamati oleh peneliti bersama kolaborator pada penelitian di SMP Negeri 1

Jatirejo. Kategori skor pengamatan kemampuan guru terdiri dari empat

kriteria penilaian yaitu: Baik sekali (skor 4/A), Baik (skor 3/B), Cukup

(2/C), dan kurang (1/D)

68
Tabel 4.1 Lembar Observasi aktivitas guru pada siklus I

No Aspek yang dinilai Nilai Ket.


1 Persiapan
a. Menyiapka 3
n buku paket atau buku penunjang
termasuk rencana pembelajaran
b. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes 3
c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa 2
d. Menyiapkan media atau alat peraga 3
pembelajaran
2 Pendahuluan
a. Memberi salam 3
b. Pengelolaan kelas 2
c. Apersepsi 3
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3
3 Penerapan
a. Memberikan siswa masalah 2
kontekstual
b. Merespon secara positif jawaban 3
siswa
c. Memberikan kesempatan kepada 3
siswa untuk memikirkan strategi
mereka sendiri dalam menyelesaikan
masalah
d. Menggunakan Penerapan model 2
pembelajaran direct learning dan
media pembelajaran pop up book
dengan sintaks yang sesuai
e. Menggunakan kontribusi siswa 3
f. Membangun pembelajaran yang 3

69
interaktif
g. Mengelilingi siswa dan memberikan
3
bantuan seperlunya
h. Memotivasi siswa
3
i. Mengenalkan konsep
2
j. Memberikan tugas rumah (PR)
3

4 Penanganan perilaku siswa yang tidak 2


relevan dalam kegiatan pembelajaran
5 Menanggapi setiap kesulitan yang 3
dihadapi siswa
6 Kemampuan atau keterampilan guru
a. Variasi suara 2
b. Penguasaan materi 3
c. Bertanya kepada siswa 3
d. Menjelaskan materi pelajaran 3
e. Memberikan penguatan 2

Total 6.7
Rata-rata 2.68
Kategori Cukup

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus I terhadap peneliti

tampak bahwa: (1) pada awal pembelajaran, guru (peneliti) mengalami

kesulitan dalam mengontrol kelas yang terdiri dari delapan kelompok,

karena setiap kelompok membutuhkan arahan dan bimbingan (2)

kurangnya motivasi yang diberikan sehingga sebagian besar siswa masih

tampak pasif dan kurang kreatif dalam belajar (3) guru (peneliti) kurang

merangsang siswa untuk bisa berinteraksi dengan sesama teman atau

70
dengan guru (4) guru (peneliti) perlu meningkatkan kemampuan siswa

dalam menerapkan cara belajar dalam bentuk kelompok (5) bahasa yang

digunakan guru kurang dipahami oleh siswa (6) siswa perlu diberi

pengertian dan motivasi agar mereka yang mampu (pandai) mau

membantu teman yang kurang mampu (7) guru kurang menanggapi setiap

kesulitan yang dihadapi siswa (8) siswa perlu diberi pengertian agar

menghargai waktu yang diberikan guru. Walaupun sudah ada beberapa

perubahan yang terjadi pada pertemuan kedua di siklus I, namun belum

signifikan dan menunjang pembelajaran menjadi lebih efektif.

Dalam hal ini kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

belum berlangsung dengan baik karena rata-rata skor yang diperoleh

adalah 2.6 atau memperoleh nilai akhir 65.

2) Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I yang dilaksanakan

selama 2 jam pelajaran (1 pertemuan) dapat dilihat pada tabel 4.2. dengan

menganalisis indikator dominan yang sering muncul dalam pembelajaran

dalam kelompok. Dimana, kelompok I dijadikan sampel sebagai

representatif data penelitian hasil observasi aktifitas siswa dalam

kelompok.

Tabel 4.2
Aktivitas siswa ( kelompok ) selama kegiatan pembelajaran pada siklus I
Nama siswa
Rama
Achmad Eka Gading Mochamm
No Indikator penilaian Septya ∑t
Azis Novita Akva ad candra
n Tirta
Riyanto Sari Dinata Deca A
R

71
Berdiskusi/bertanya
1 4 3 2 4 3 16
dengan teman kelompok
Bertanya kepada guru
2 3 1 2 1 1 8
terkait materi
Terlibat dalam setiap
3 4 1 1 2 2 10
percobaan
Berpartisipasi dalam
4 melakukan mengerjakan 3 2 2 1 2 10
tugas kelompok
Memberikan
5 saran/tanggapan 2 1 2 1 2 8
terhadap kelompok lain
∑T tot
∑T 16 8 9 9 10
= 52

Dari tabel di atas terlihat bahwa indikator pengamatan yang sangat

menonjol pada pertemuan pertama adalah beridiskusi atau bertanya dalam

kelompok mereka sendiri. Yaitu sebanyak 16 kali kemunculan atau 30.7 %

dari total lima indikator/gejala yang muncul dan diamati oleh

pengamat/observer yaitu 52 kali . Ini menunjukkan bahwa aktivitas dalam

pembelajaran di siklus I belum memuaskan. Walaupun sudah mengalami

beberapa kemajuan jika dilihat dari jumlah gejala dari keseluruhan

indikator yang diamati, namun belum signifikan. Hal ini disebabkan: (1)

Siswa belum terbiasa dengan penggunaan Penerapan model pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book yang diterapkan,

dimana siswa masih malu untuk bertanya baik terhadap sesama teman

maupun terhadap guru (2) siswa masih cenderung menunggu teman

mereka yang biasanya dominan untuk memulai percobaan atau

mengerjakan tugas atau masalah yang diberikan (3) Pada saat siswa

bekerja dalam kelompok untuk mengerjakan LKS, tampak bahwa sebagian

72
besar siswa bekerja secara individu dan didominasi oleh siswa yang

berkemampuan lebih, sehingga siswa yang kurang mampu merasa malu

untuk bertanya kepada siswa yang mampu (4) Interaksi antara kelompok

yang satu dengan kelompok yang lain juga belum nampak.

Selain lembar observasi, peneliti juga melakukan wawancara pada

akhir siklus untuk memperkuat data observasi. Hasil wawancara yang

dilakukan pada akhir siklus adalah sebagai berikut:

a) Siswa mulai menyukai pembelajaran IPS pada Materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional dengan

menggunakan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book.

b) Siswa lebih mudah berkonsentrasi dan bersemangat dalam belajar

menggunakan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan model

pembelajaran konvensional.

c) Siswa mudah mengingat materi yang disampaikan oleh peneliti dengan

menggunakan Model Pembelajaran Direct Learning Dan Media Pop Up

Book.

d) Pembelajaran menyenangkan sehingga membuat siswa berani untuk

bertanya.

e) Seluruh siswa menyukai pembelajaran yang dilakukan walaupun

banyak soal yang harus mereka kerjakan.

73
3) Deskripsi Nilai Hasil Belajar IPS Selama Pelaksanaan Tindakan Pada

Siklus I

Tes diberikan setelah penyelesaian materi pada siklus I berupa nilai

individu. Nilai tes yang diperoleh siswa pada siklus I, dapat dilihat pada

tabel 4.3.

Tabel 4.3.
Hasil Belajar IPS pada Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau
Dan Perdagangan Internasional Pada Siklus I
Siklus I
NO NAMA
Pretest Postest Keterangan
1 Achmad Azis Riyanto 50 80 Tuntas
2 Alexa Purbaya Saputra 60 70 Belum Tuntas
3 Aulya Ismi Fadhilah 50 70 Belum Tuntas
4 Ayunda Dewi 60 80 Tuntas
5 Crisna Palyra Alviansyah 60 80 Tuntas
6 Cyntia Puspita Anggreini 70 85 Tuntas
7 Eka Novita Sari 60 80 Tuntas
8 Eliya Cindi Anggraini 60 70 Belum Tuntas
9 Fabio Alif Hananto 70 90 Tuntas
10 Fadhila Amanda Syakir P 65 75 Tuntas
11 Fanisa Nur Rahmawati 60 70 Belum Tuntas
12 Filia Putri Andriani 70 90 Tuntas
13 Gading Akva Dinata 65 70 Belum Tuntas
14 Gilang Bagus Prasetyo 60 80 Tuntas
15 Himmatul Aliyah 65 85 Tuntas
16 Marta Dwi Maulidia 60 80 Tuntas
17 Moch. Abdhi Eka firmansyah 60 70 Belum Tuntas
18 Moch. Satria Nafillah Akbar 60 70 Belum Tuntas
19 Mochammad candra Deca A 60 85 Tuntas
20 Muhammad Azmi Sofiyyul 50 70 Belum Tuntas
21 H Muhammad Iqbal Harfi P 65 85 Tuntas
22 Pefita Aisyah Putri 70 90 Tuntas
23 Pratama Rama Ardiansyah 50 80 Tuntas
24 Putri Fero Nyca Islamiah 50 70 Belum Tuntas
25 Rama Septyan Tirta R 50 80 Tuntas
26 Reza Kharisma 50 70 Belum Tuntas

74
27 Rosy Afiano 60 80 Tuntas
28 Surya Mahardika Yanuarga 50 70 Belum Tuntas
29 TegarYusuf Muqafi 40 75 Tuntas
30 Verlita Titania Nefadila 65 85 Tuntas
31 Vini Eka Putri Subagio 40 70 Belum Tuntas
32 Zahra Nurjanah 60 90 Tuntas
Jumlah 1865 2495
Rata-rata 58,28 77,97

Dari tabel 4.3, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh skor

≥ 75 sebanyak 20 orang, sehingga prosentase ketuntasan belajarnya adalah

62,5 %. Dengan perolehan rata-rata nilai kelas adalah 77,97. Ini berarti

secara individu sudah mencapai ketuntasan belajar karena sudah

melampaui 60 %. Namun masih belum mencakup keseluruhan siswa yang

berhasil. Dimana masih ada 12 orang siswa atau sebanyak 37,5 % siswa

yang memperoleh skor nilai <75.

c. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan setelah melakukan analisis pada sisklus I.

Berdasarkan hasil analisis pada tes objektif dan wawancara ditemukan

beberapa kekurangan yang ada pada siklus I.

1.) Kekurangan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus I

a) Belum tercapainya KKM oleh seluruh siswa

Pada siklus I ini masih terdapat 12 (Dua belas) siswa dengan nilai

dibawah KKM. Hal ini dikarenakan sulitnya pemahaman siswa akan

Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional.

75
Peneliti akan memperbaiki hal tersebut di siklus II dengan

memberikan banyak tugas dan juga menambah kualitas mengajar

peneliti agar tercapai hasil belajar yang diharapkan.

b) Belum meratanya bimbingan yang dilakukan oleh peneliti

kepada siswa

Hal ini terjadi karena ada beberapa siswa yang banyak bertanya

kepada peneliti sehingga peneliti cenderung memberikan penjelasan

tambahan hanya pada siswa yang bertanya. Hal tersebut dikarenakan

jam pelajaran yang terbatas sehingga peneliti kurang dapat

membimbing siswa secara keseluruhan.

Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah peneliti lebih sering

membimbing siswa dalam kelas bukan hanya kepada siswa yang

bertanya namun kepada seluruh siswa. Peneliti bekerjasama dengan

guru dalam hal membimbing siswa sehingga proses bimbingan akan

lebih merata ke seluruh siswa. Terkadang diluar jam belajarpun peneliti

membimbing siswa yang ingin menanyakan tentang soal pembelajaran

kartu yang sulit mereka kuasai.

c) Siswa kurang memahami materi pembelajaran

Terdapat begitu banyak Materi Perdagangan Antardaerah Atau

Antarpulau Dan Perdagangan Internasional yang membuat siswa sulit

untuk memahami materi. Selain itu, siswa lebih berkonsentrasi pada

pembelajaran kartu karena adanya perasaan bersaing untuk menjadi

yang terbaik dan mendapatkan reward.

76
Dengan adanya keadaan yang demikian, peneliti mengambil

langkah dengan memberikan pengarahan kepada siswa agar lebih

berkonsentrai pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan adanya

konsentrasi yang baik saat pembelajaran, siswa akan dapat memahami

materi-materi yang dipelajari sehingga lebih siap dalam menghadapi

soal-soal pembelajaran.

2.) Kelebihan Pembelajaran Pada Siklus I

a) Pembelajaran dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book membuat

suasana yan menyenangkan dalam belajar IPS pada Materi

Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional

Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran siswa yang

sebelumnya hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan,

sehingga membuat siswa bosan. Dengan adanya Penerapan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book

diharapkan siswa akan lebih aktif selama proses pembelajaran, dan

memberikan suasana baru dalam belajar IPS bagi siswa sehingga

belajar IPS menjadi lebih menyenangkan.

b) Siswa mulai terbiasa mengerjakan soal tepat pada waktunya sehingga

meningkatkan efektivitas belajar IPS

Pada setiap pertemuan siswa selalu diberikan tugas berupa

Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini membuat siswa mengerjakan soal-

77
soal IPS setelah mendapat penjelasan materi. Selain itu, siswa harus

menyelesaikan LKS setiap pada akhir jam pelajaran dengan

konsekuensi tidak akan mendapat nilai jika tidak mengumpulkan LKS

yang telah dikerjakan. Dengan melihat hasil refleksi pada siklus I dan

belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan karena masih

rendahnya efektivitas belajar siswa, maka penelitian ini dilanjutkan

pada siklus II dengan melakukan perbaikan berdasarkan hasil refleksi

siklus I.

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi dan pedoman

wawancara. Pada siklus II ini RPP dibuat untuk 3 (tiga) kali pertemuan

dengan 2 (dua) kali pertemuan untuk pembahasan materi, dan 1 (satu) kali

pertemuan untuk pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, sehingga pada siklus II proses

pembelajaran lebih diarahkan kepada perbaikan yang telah disusun pada

siklus I. Perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus

II merubah beberapa peraturan pembelajaran yang ada pada siklus I.

Seperti; memberikan pengarahan kepada setiap siswa agar tetap percaya diri

dalam mencari jawaban pada saat pembelajaran berlangsung ataupun pada

saat pembelajaran biasa, dan perbaikan pada kualitas mengajar peneliti.

Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah meningkatkan efektivitas

78
belajar siswa, yaitu dilihat dari nilai ulangan harian yang dilakukan setelah

siklus I dan siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran pada siklus II berlangsung selama 2 (dua) kali

pertemuan. Perbaikan-perbaikan pada siklus II mulai diterapkan pada awal

pertemuan. Pre test masih tetap dilakukan karena untuk mengetahui

kemampuan awal siswa.

Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II


Pertemuan I
Hari/tanggal : Senin, 21 Maret 2022
Waktu : 2 x 40 menit

KI.3 Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan


metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan
dengan: . ilmu pengetahuan, . teknologi, . seni, dan . budaya. Mampu
mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional
KI.4 Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: . kreatif, . produktif, .
kritis, . mandiri, . kolaboratif, dan . komunikatif melalui pendekatan
ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber
lain secara mandiri

Pertemuan I
Hari/tanggal : Senin, 28 Maret 2022
Waktu : 2 x 40 menit (3 x pertemuan)
KI.3 Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan
dengan: . ilmu pengetahuan, . teknologi, . seni, dan . budaya. Mampu
mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan
kawasan regional
KI.4 Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: . kreatif, . produktif, .
kritis, . mandiri, . kolaboratif, dan . komunikatif melalui pendekatan
ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber
lain secara mandiri

79
1) Data aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran

Untuk menilai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di

kelas pada siklus II dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

kemampuan guru (peneliti) dan diamati oleh kolaborator pada waktu

pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo.

Kategori skor kemampuan mengelola kegiatan pembelajaran terdiri

dari empat kriteria penilaian yaitu: Baik sekali (Skor 4/A), Baik (Skor

3/B), Cukup (Skor 2/C), Kurang (Skor 1/D).

Hasil observasi terhadap kemampuan guru pada siklus II dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4
Lembar Observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II

No Aspek yang dinilai Nilai Ket.


1 Persiapan
a. Menyiapkan buku paket atau buku 3
penunjang termasuk rencana
pembelajaran
b. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes 3
c. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa 3
d. Menyiapkan media atau alat peraga 3
pembelajaran

2 Pendahuluan
a. Memberi salam 3
b. Pen 4
gelolaan kelas 3
c. Apersepsi 3
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3 Penerapan
a. Memberikan siswa masalah 3
kontekstual

80
b. Merespon secara positif jawaban 3
siswa
c. Me 3
mberikan kesempatan kepada siswa
untuk memikirkan strategi mereka
sendiri dalam menyelesaikan
masalah 3
d. Menggunakan Penerapan model
pembelajaran direct learning dan
media pembelajaran pop up book
dengan sintaks yang sesuai 4
e. Menggunakan kontribusi siswa 3
f. Membangun pembelajaran yang
interaktif 3
g. Mengelilingi siswa dan memberikan
bantuan seperlunya 3
h. Memotivasi siswa 3
i. Mengenalkan konsep 3
j. Memberikan tugas rumah (PR)
4 Penanganan perilaku siswa yang tidak 3
relevan dalam kegiatan pembelajaran
5 Menanggapi setiap kesulitan yang 3
dihadapi siswa
6 Kemampuan atau keterampilan guru
a. Variasi suara 4
b. Penguasaan materi 3
c. Bertanya kepada siswa 3
d. Menjelaskan materi pelajaran 3
b. Memberikan penguatan 4

Total 7.9
Rata-rata 3.16
Kategori Baik

Dari tabel 4.4 terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari

beberapa aspek yang menjadi perhatian dari pelaksanaan tindakan pada

siklus I sudah mulai diperbaiki di mana sebagian siswa sudah mulai

berinteraksi baik itu dengan temannya maupun dengan guru walaupun

masih terdapat siswa yang masih pasif.

81
Guru (peneliti) dalam memberi motivasi dan membimbing siswa

sudah berlangsung dengan baik dimana terlihat bahwa sebagian besar

siswa sudah berani bertanya baik dengan sesamanya maupun dengan guru,

guru sudah lebih banyak menyajikan masalah-masalah kontekstual yang

dapat dipecahkan siswa, sehingga siswa sudah mulai mampu mengaitkan

konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Variasi suara dan pengelolaan

kelas mengalami kemajuan yang baik pada siklus II. Tentunya hal ini

menambah kepercayaan diri yang positif bagi guru dalam menyampaikan

materi maupun pengelolaan kelas yang baik.

Beberapa hal yang telah mengalami peningkatan pada siklus II

ini ditunjukkan dengan menigkatnya nilai perolehan data aktivitas guru

pada siklus II yaitu rata-rata perolehan 3.08 dengan kategori baik atau

memperoleh nilai akhir 77.

2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Dari hasil refleksi pada siklus 1, maka selama kegiatan

pembelajaran pada siklus II penelitian berusaha lebih mengaktifkan siswa,

dalam hal ini memberikan pemahaman kepada siswa mengenai cara

belajar dalam bentuk kelompok, di mana pentingnya kerja sama dan saling

membantu antara anggota kelompok. Penelitian juga memberikan motivasi

kepada siswa agar lebih berani untuk bertanya/berinteraksi baik sesama

anggota kelompok, dengan kelompok lain, maupun guru, memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memikirkan strategi mereka sendiri dalam

menyelesaikan masalah, meningkatkan pemahaman siswa tentang materi

82
energi dengan menyajikan masalah-masalah kontekstual yang dapat

dipecahkan serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami

kaitannya dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II yang dilaksanakan

selama 2 jam pelajaran (1 pertemuan) dapat dilihat pada tabel 4.5 dengan

menganalisis indikator dominan yang sering muncul dalam pembelajaran

dalam kelompok. Dimana, kelompok I dijadikan sampel sebagai

representatif data penelitian hasil observasi kelas.

Tabel 4.5
Aktivitas siswa (kelompok I) selama kegiatan pembelajaran pada siklus II

Nama siswa
Rama
Achmad Eka Gading Mochamm
No Indikator penilaian Septya ∑t
Azis Novita Akva ad candra
n Tirta
Riyanto Sari Dinata Deca A
R
Berdiskusi/bertanya
1 4 4 4 3 3 18
dengan teman kelompok
Bertanya kepada guru
2 4 3 4 2 3 16
terkait materi
Terlibat dalam setiap
3 5 4 4 4 4 21
percobaan
Berpartisipasi dalam
4 melakukan mengerjakan 5 3 3 3 3 17
tugas kelompok
Memberikan
5 saran/tanggapan 3 2 2 2 2 11
terhadap kelompok lain
∑T tot
∑T 21 16 17 14 15
= 83
Dari tabel di atas (tabel 4.5.) terlihat bahwa indikator pengamatan

yang sangat menonjol adalah keterlibatan siswa dalam setiap percobaan

kelompok mereka sendiri. Yaitu sebayak 21 kali kemunculan atau 25.3%.

Ini menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran di siklus II

83
meningkat. Bahkan terjadi perubahan dominasi indikator yang sering

muncul dibandingkan siklus I. selain itu, keempat aspek lain juga

mengalami peningkatan frekuensi yang cukup baik pada siklus II. Secara

keseluruhan total kemunculan aspek mengalami peningkatan pada siklus I

yaitu 52 kali kemunculan menjadi 83 kali kemunculan pada siklus II.

Dari hasil observasi selama siklus II di atas terlihat bahwa sudah

terjadi perubahan dalam pelaksanaan tindakan untuk aktivitas, dimana

siswa sudah lebih “menikmati” penggunaan media pembelajaran yang

diterapkan oleh peneliti. Mereka juga sudah memiliki sikap siap bekerja

sama baik dengan anggota kelompok maupun dengan kelompok lain.

keterlibaatn siswa dalam Pengerjaan lembar kegatan siswa (LKS) yang

diberikan peneliti sebagai bentuk aktivitas kelompok juga mengalami

peningkatan. Hal serupa terjadi pada kemampuan dan keberanian siswa

dalam berkomuniksi dan bertanya kepada guru terkait materi, tugas atau

masalah yang mereka temukan dalam pembelajaran.

Selain data observasi, peneliti juga melakukan wawancara dan

hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II menunjukkan

bahwa adanya perubahan yang positif, hasil wawancara pada siklus II

dirangkum sebagai berikut:

a. Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book cocok diterapkan pada pembelajaran IPS

dan dapat pula diterapkan pada pelajaran yang lain.

b. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan

84
dengan menggunakan metode ceramah.

c. Siswa terlihat senang saat belajar IPS pada Materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional. Hal ini

terlihat dari banyaknya saran agar metode/media ini diterapkan pada

setiap pertemuan.

d. Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book membantu siswa dalam belajar dan siswa

menjadi bersemangat dalam belajar.

e. Seluruh siswa senang belajar dengan menggunakan Penerapan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book.

f. Seluruh siswa berharap belajar dengan menggunakan Penerapan

model pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up

book dilaksanakan terus menerus, karena siswa lebih mudah dalam

menerima pelajaran dan suasana belajar yang menyenangkan.

g. Siswa menjadi terbiasa dengan soal-soal yang banyak dan

menyelesaikan soal-soal tepat waktu.

Dengan adanya data-data yang mengarah pada peningkatan

efektivitas belajar IPS siswa, maka penelitian ini dicukupkan pada siklus

II dan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book dapat meningkatkan efektivitas belajar siswa

dalam belajar IPS pada Materi Perdagangan Antardaerah Atau

Antarpulau Dan Perdagangan Internasional.

3) Deskripsi nilai tes selama pelaksanaan tindakan pada siklus II

85
Pada siklus II, guru (peneliti) memberikan tes secara individu

setelah menyelesaikan materinya seperti halnya pada siklus I seperti

ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.
Hasil Belajar IPS pada Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau
Dan Perdagangan Internasional
Pada Siklus II
Siklus II
NO NAMA
Pretest Postest Keterangan
1 Achmad Azis Riyanto 70 95 Tuntas
2 Alexa Purbaya Saputra 65 80 Tuntas
3 Aulya Ismi Fadhilah 60 75 Tuntas
4 Ayunda Dewi 65 90 Tuntas
5 Crisna Palyra Alviansyah 70 95 Tuntas
6 Cyntia Puspita Anggreini 75 100 Tuntas
7 Eka Novita Sari 65 85 Tuntas
8 Eliya Cindi Anggraini 70 80 Tuntas
9 Fabio Alif Hananto 70 85 Tuntas
10 Fadhila Amanda Syakir P 60 90 Tuntas
11 Fanisa Nur Rahmawati 65 95 Tuntas
12 Filia Putri Andriani 70 95 Tuntas
13 Gading Akva Dinata88 70 95 Tuntas
14 Gilang Bagus Prasetyo 75 95 Tuntas
15 Himmatul Aliyah 75 100 Tuntas
16 Marta Dwi Maulidia 70 95 Tuntas
17 Moch. Abdhi Eka firmansyah 70 85 Tuntas
18 Moch. Satria Nafillah Akbar 60 95 Tuntas
19 Mochammad candra Deca A 60 95 Tuntas
20 Muhammad Azmi Sofiyyul 60 90 Tuntas
21 H Muhammad Iqbal Harfi P 70 95 Tuntas
22 Pefita Aisyah Putri 75 90 Tuntas
23 Pratama Rama Ardiansyah 65 90 Tuntas
24 Putri Fero Nyca Islamiah 60 70 Belum
25 Rama Septyan Tirta R 70 95 Tuntas
Tuntas
26 Reza Kharisma 60 85 Tuntas
27 Rosy Afiano 75 95 Tuntas
28 Surya Mahardika Yanuarga 60 95 Tuntas
29 TegarYusuf Muqafi 60 90 Tuntas
30 Verlita Titania Nefadila 65 90 Tuntas

86
31 Vini Eka Putri Subagio 60 95 Tuntas
32 Zahra Nurjanah 65 90 Tuntas
Jumlah 2130 2895
Rata-rata 66,56 90,47

Dari tabel 4.6, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh

skor ≥ 75 sebanyak 31 orang atau hampir seluruh siswa kelas VIII-E

SMP Negeri 1 Jatirejo, sehingga prosentase ketuntasan belajarnya adalah

100 %. Ada seorang siswa belum tuntas dalam belajar dikarenakan

kondisi siswa saat itu sedang sakit sehingga akan diberikan remidi pada

pertemuan berikutnya. Perolehan rata-rata nilai kelas adalah 90,47. Ini

berarti secara individu sudah mencapai ketuntasan belajar karena sudah

melampaui 60 %.

c. Tahap Refleksi

Tahap ini dilakukan setelah melakukan analisis pada siklus II.

Berdasarkan hasil analisis observasi dan wawancara ditemukan beberapa

kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada siklus II.

1) Kekuragan dan Kendala Yang Ditemukan Pada Siklus II


a. Peneliti belum melakukan motivasi awal secara rutin pada
setiap kali pertemuan
Penyebab kekurangan ini adalah karena peneliti masih

merasa kesulitan dalam memberikan motivasi kepada siswa

sehingga lebih sering langsung memberikan penjelasan materi.

Kekurangan ini terletak pada kurangnya pemberian

motivasi kepada siswa sehingga perbaikan yang harus dilakukan

87
adalah memberikan motivasi pada setiap pertemuan.

b. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa terkadang sama dengan


pertanyaan yang sudah diajukan oleh siswa lain, sehingga
sering terjadi pengulangan penjelasan.
Penyebabnya adalah siswa bertanya secara individu

sehingga peneliti hanya memberikan penjelasan hanya kepada

siswa yang bertanya, dan tidak memberikan penjelasan kepada

seluruh siswa. Sehingga mengakibatkan timbulnya pertanyaan yang

sama dari siswa yang lain.

Seharusnya hal itu tidak terjadi, jika peneliti memberikan

penjelasan secara menyeluruh kepada siswa. Sehingga siswa

mengetahui pertanyaan dan pejelasan yang diberikan peneliti dan

tidak terjadi pengulangan penjelasan.

2.) Kelebihan Pembelajaran pada Siklus II

a. Siswa bersemangat dalam belajar IPS

Keadaan ini dipengaruhi oleh pembelajaran yang

menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan

media pembelajaran pop up book sehingga siswa menjadi

bersemangat dalam belajar. Selain itu, pada setiap pertemuan

diberikan soal-soal dalam bentuk pembelajaran sehingga siswa lebih

tertarik mengerjakan soal-soal IPS.

b. Meningkatnya pemahaman siswa dalam pelajaran IPS dan

88
mengurangi sifat sering lupa terhadap materi pelajaran

Hal ini terjadi karena pengaruh dari rasa senang siswa dalam

belajar IPS sehingga siswa mudah untuk berkonsentrasi dengan baik

pada saat belajar IPS. Dengan adanya konsentrasi yang baik dalam

belajar membuat siswa lebih mudah dalam memahami materi yang

diajarkan. Selain itu, kebiasan siswa yang mudah melupakan materi

yang telah diajarkan juga berkurang karena siswa merasa menguasai

materi yang diajarkan dan karena banyaknya latihan yang diberikan

membuat siswa mudah dalam mengingat materi yang telah diajarkan.

Dengan adanya data-data yang merujuk pada meningkatnya

efektivitas belajar siswa dalam belajar IPS, maka penelitian ini

dihentikan pada siklus II dan dianggap Penerapan model

pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book

dapat meningkatkan efektivitas belajar IPS siswa pada pembelajaran

ekonomi.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

memahami Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan

Perdagangan Internasional dengan penerapan media pembelajaran

pembelajaran kartu sesuai dengan harapan peneliti. Secara keseluruhan hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan baik aktivitas siswa maupun guru

dalam kegiatan pembelajaran serta hasil belajar siswa. Aktivitas dan peran

guru yaitu guru tidak lagi menjadi sumber otoritas ilmu tetapi menjadi

89
seoarang fasilitator, mediator dan pembimbing yang aktif dan kreatif,

sedangkan hasil belajar siswa yakni: kemampuan siswa dalam Memahami

Kegiatan Perekonomian Indonesia dan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan Materi Perdagangan

Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional meningkat.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Refleksi awal yang

dilakukan peneliti dalam penelitian ini bertolak dari masa observasi ke tempat

penelitian. Beberapa hal yang ditemukan Berdasarkan hasil observasi pada,

Kendala yang dihadapi oleh guru dalam kelas khususnya dalam pembelajaran

IPS adalah dimana siswa cenderung belajar dalam kondisi yang monoton. Hal

ini dikarenakan pola pengajaran guru yang konvensional dengan hanya

mengandalkan buku paket dan Lembar Kerja Siswa disertai metode ceramah

atau komunikasi verbalistik yang bersifat satu arah yang tidak melibatkan

siswa berperan aktif dalam belajar. Beberapa faktor tersebut berimplikasi

terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukan dari nilai tes harian mata

pelajaran IPS siswa yang rendah berada di bawah rerata pencapaian Standar

Kecapaian Minimum (SKM) SMP Negeri 1 Jatirejo, yaitu 75. Adapun

pembahasan pada penelitian ini secara rinci sebagai berikut :

1. Pembelajaran Penerapan model pembelajaran direct learning dan


media pembelajaran pop up book meningkatkan efektivitas belajar
siswa
pembelajarana dapat mengembangkan motivasi siswa untuk belajar

untuk belajar aktif karena pembelajaran mampu menembus kebosanan. Rasa

senang terhadap pelajaran IPS melalui Penerapan model pembelajaran direct

90
learning dan media pembelajaran pop up book membuat siswa bersemangat

dan dapat berkonsentrasi dalam menerima pelajaran, serta membantu siswa

dalam memahami materi yang diajarkan. Dan pada akhirnya memberikan

pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terbukti:

a. Terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran belum berlangsung dengan baik karena rata-

rata skor yang diperoleh adalah 2.6 atau memperoleh nilai akhir 65.

Namun pada siklus 2 terjadi peningkatan ditunjukkan dengan

meningkatnya nilai perolehan data aktivitas guru pada siklus II yaitu

rata-rata perolehan 3.08 dengan kategori baik atau memperoleh nilai

akhir 77. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus 1 menunjukkan bahwa

indikator pengamatan yang sangat menonjol adalah beridiskusi atau

bertanya dalam kelompok mereka sendiri. Yaitu sebanyak 16 kali

kemunculan atau 30.7 % dari total lima indikator/gejala yang muncul

dan diamati oleh pengamat/observer yaitu 52 kali . Ini menunjukkan

bahwa aktivitas dalam pembelajaran di siklus I belum memuaskan.

Walaupun sudah mengalami beberapa kemajuan jika dilihat dari jumlah

gejala dari keseluruhan indikator yang diamati, namun belum

signifikan. Namun pada siklus II menunjukkan bahwa indikator

pengamatan yang sangat menonjol adalah keterlibatan siswa dalam

setiap percobaan kelompok mereka sendiri. Yaitu sebayak 21 kali

kemunculan atau 25.3%. Ini menunjukkan bahwa aktivitas dalam

91
pembelajaran di siklus II meningkat. Bahkan terjadi perubahan

dominasi indikator yang sering muncul dibandingkan siklus I. selain itu,

keempat aspek lain juga mengalami peningkatan frekuensi yang cukup

baik pada siklus II. Secara keseluruhan total kemunculan aspek

mengalami peningkatan pada siklus I yaitu 52 kali kemunculan menjadi

83 kali kemunculan pada siklus II.

b. Hasil post test lebih besar dari pada pre test, baik pada siklus I maupun

pada siklus II. Pada siklus 1 jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 75

sebanyak 20 orang, sehingga prosentase ketuntasan belajarnya adalah

62,5 %. Dengan perolehan rata-rata nilai kelas adalah 77,97. Ini berarti

secara individu sudah mencapai ketuntasan belajar karena sudah

melampaui 60 %. Namun masih belum mencakup keseluruhan siswa

yang berhasil. Dimana masih ada 12 orang siswa atau sebanyak 37,5 %

siswa yang memperoleh skor nilai <75. Pada siklus II jumlah siswa

yang memperoleh skor ≥ 75 sebanyak 31 orang atau hampir seluruh

siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo, sehingga prosentase

ketuntasan belajarnya adalah 100 %, walaupun ada seorang siswa yang

belum tuntas dalam belajar dikarenakan kondisi siswa saat itu sedang

sakit sehingga akan diberikan remidi pada pertemuan berikutnya.

Perolehan rata-rata nilai kelas adalah 90,47. Ini berarti secara individu

sudah mencapai ketuntasan belajar karena sudah melampaui 60 %.

2. Pembelajaran menggunakan Penerapan model pembelajaran direct


learning dan media pembelajaran pop up book membuat siswa
memiliki jiwa kompetitif dan kerjasama yang baik.

92
pembelajaran memberikan tantangan untuk memecahkan masalah

dalam sussana gembira dan dapat menimbulkan semangat kooperatif dan

mendidik siswa untuk memiliki jiwa kompetitif yang sehat, dimana siswa

harus bertanggung jawab terhadap diri serta kemampuan dalam menghadapi

siswa lain untuk mengumpulkan poin-poin sebanyak mungkin. Serta

mengajarkan bagaimana bekerjasama yang baik dengan siswa lain sehingga

memiliki rasa untuk saling membantu dan dapat menciptakan pembagian

tugas yang baik. Serta membantu siswa yang lamban dan kurang

aktif/motivasi dalam belajar.

3. Keterbatasan Peneliti

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna, meskipun usaha

yang dilakukan peneliti telah maksimal, namun penelitian ini masih banyak

kekurangan. Kekurangan tersebut disebabkan kurang meratanya pembagian

siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar dalam setiap kelompok.

Sehingga masih terdapat kelompok yang pasif dan kurang berpartisipasi

dalam pembelajaran. Kelompok tersebut tidak mempresentasikan hasil

diskusi, mungkin dikarenakan kurang berani atau kurang percaya diri atas

hasil yang didiskusikan.

93
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

Pembelajaran dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran direct

learning dan media pembelajaran pop up book berpengaruh positif dalam

mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan sikap siswa serta merangsang

dan meningkatkan kepedulian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar dengan efektif. Dan sebagian besar siswa menyatakan bahwa belajar

dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan

media pembelajaran pop up book lebih menyenangkan dibandingkan dengan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang lain yaitu dengan menggunakan

media ceramah dan penugasan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil

observasi terhadap aktivitas guru dan siswa selama penelitian.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran belum berlangsung dengan baik karena rata-rata skor

yang diperoleh adalah 2.6 atau memperoleh nilai akhir 65. Namun pada siklus

2 terjadi peningkatan ditunjukkan dengan meningkatnya nilai perolehan data

94
aktivitas guru pada siklus II yaitu rata-rata perolehan 3.08 dengan kategori baik

atau memperoleh nilai akhir 77. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus 1

menunjukkan bahwa indikator pengamatan yang sangat menonjol adalah

beridiskusi atau bertanya dalam kelompok mereka sendiri. Yaitu sebanyak 16

kali kemunculan atau 30.7 % dari total lima indikator/gejala yang muncul dan

diamati oleh pengamat/observer yaitu 52 kali . Ini menunjukkan bahwa

aktivitas dalam pembelajaran di siklus I belum memuaskan. Walaupun sudah

mengalami beberapa kemajuan jika dilihat dari jumlah gejala dari keseluruhan

indikator yang diamati, namun belum signifikan. Namun pada siklus II

menunjukkan bahwa indikator pengamatan yang sangat menonjol adalah

keterlibatan siswa dalam setiap percobaan kelompok mereka sendiri. Yaitu

sebayak 21 kali kemunculan atau 25.3%. Ini menunjukkan bahwa aktivitas

dalam pembelajaran di siklus II meningkat. Bahkan terjadi perubahan dominasi

indikator yang sering muncul dibandingkan siklus I. selain itu, keempat aspek

lain juga mengalami peningkatan frekuensi yang cukup baik pada siklus II.

Secara keseluruhan total kemunculan aspek mengalami peningkatan pada

siklus I yaitu 52 kali kemunculan menjadi 83 kali kemunculan pada siklus II.

Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis dari hasil penelitian,

maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Penerapan model pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book efektif dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Terpadu pada Materi

Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan Internasional.

Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, pada

95
siklus 1 jumlah siswa yang memperoleh skor ≥ 75 sebanyak 20 orang, sehingga

prosentase ketuntasan belajarnya adalah 62,5 %. Dengan perolehan rata-rata

nilai kelas adalah 77,97. Ini berarti secara individu sudah mencapai ketuntasan

belajar karena sudah melampaui 60 %. Namun masih belum mencakup

keseluruhan siswa yang berhasil. Dimana masih ada 12 orang siswa atau

sebanyak 37,5 % siswa yang memperoleh skor nilai <75. Pada siklus II jumlah

siswa yang memperoleh skor ≥ 75 sebanyak 31 orang atau hampir seluruh

siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Jatirejo, sehingga prosentase ketuntasan

belajarnya adalah 100 %, walaupun ada seorang siswa yang belum tuntas

dalam belajar dikarenakan kondisi siswa saat itu sedang sakit sehingga akan

diberikan remidi pada pertemuan berikutnya. Perolehan rata-rata nilai kelas

adalah 90,47. Ini berarti secara individu sudah mencapai ketuntasan belajar

karena sudah melampaui 60 %. Dengan demikian penggunaan Penerapan

model pembelajaran direct learning dan media pembelajaran pop up book

sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu khususnya pada

Materi Perdagangan Antardaerah Atau Antarpulau Dan Perdagangan

Internasional.

B. Saran

1. Kepada pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan

metode pembelajaran dengan menggunakan Penerapan model pembelajaran

direct learning dan media pembelajaran pop up book sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Kepada Guru diharapkan:

96
a. Guru diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran dengan

menggunakan Penerapan model pembelajaran direct learning dan media

pembelajaran pop up book karena metode pembelajaran ini mampu

meningkatkan efektivitas belajar siswa dan menciptakan suasana belajar

baru yang menyenangkan dalam belajar IPS, sehingga siswa mampu

mencapai prestasi yang optimal.

b. Guru lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih baik dan hasil

belajarnyapun akan meningkat.

c. Guru lebih memperhatikan aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Siswa hendaknya menanamkan rasa senang terhadap pelajaran IPS. Karena

hal tersebut akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran sehingga

dapat meningkatkan efektivitas belajar.

4. Kepada orang tua siswa, hendaknya memberikan dukungan ataupun motivasi

terhadap siswa, sehingga harapan guru tercapai dan berjalan dengan baik.

97
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Qomari. Pendidikan sebagai Karakter Budaya Bangsa, cet. I. Jakarta:


UHAMKA Press, 2002.
Arief Sadiman , dkk. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Jakarta : PT Raja Grafindo,2003.
Asra, Sumiati. Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2008. Bobbi
Depdikbud, “Kamus Besar bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Drs. Widodo Supriyono, Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Belajar, Jakarta : Reneka
Cipta, 1991.
Dzuanda. Op.cit., (diakses Jumat, 11 Januari 2022, Pukul 19.15 WIB
Hamalik, Oemar. “Media Pendidikan”, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994.
Imran, Ali. “Belajar dan Pembelajaran”, Jakarta: Putaka Jaya, 1996.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan baru, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2008.
Nurdin, Syafruddin. ”Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman I
ndividu Siswa dalam KBK”. Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Nyoman S Degeng, Ilmu Pembelajaran, (Malang, Aras Media, 2013)
Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Uhamka Press,
2003.
Sapriya., Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, cet. I. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2009
Sardiman, A.M, “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Slameto. “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, cet. 3. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995
S. Nasution, “Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar”, Jakarta:
PT Bina Aksara, 1984.
Sudijono, Anas. “Pengantar Evaluasi Pendidikan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Sukartiningsih, Wahyu. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca dan

98
Menulis Permulaan dikelas I Sekolah Dasar Melalui Media Kata
Bergambar, Jurnal Pendidikan Dasar, vol 5. No. 1 2004.
Suryabrata, Sumandi. “Psikologi Pendidikan”,. Et. Seqq. Jakarta: PT.Raja
Grafindo, 2007.
Syah, Muhibbin. “Psikologi Belajar”, cet. 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2001.
Usman, M. Uzer. “Menjadi Guru Profesional”. Cet. 17. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2007.
UU Sisdiknas 2003, cet. II. Jakarta: Redaksi Sinar Grafika.
Wahid, Syafruddin. “Komunikasi Antar Pribadi dalam Kegiatan Pembelajaran
Orang Dewasa”, dalam Aneka Widya: Jurnal Pendidikan.
Walugo, Sri Sudarmi. “ Galeri Pengetahuan Sosial Terpadu 2 Untuk SMP/MTs
kelas VIII.” Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
2008.
W.S. Winkel, “Psikologi Pengajaran”, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1996.

99

Anda mungkin juga menyukai