Kel 5B Protista - Makalah Protista Oomycota

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH PROTISTA

KARAKTERISTIK DAN KEHIDUPAN PROTISTA MIRIP JAMUR


CONTOHNYA JAMUR AIR (OOMYCOTA)

Disusun oleh:
Kelas B
Dwi Daniatul Fadhila 230210103031

Huriya Aqilatun Nabila 230210103035

Miftahul Jannah 230210103068


Ana Maulidatun Ni`mah 230210103088

Evi Zulfa Indriani 230210103114

Poppy Willi Carista 230210103117

Dosen Pengampu:
Dr. Dwi Wahyuni, M. Kes.
Dr. Sulifah Aprilya Hariani, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Protista tepat pada waktu. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada guru pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan bimbingannya.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi nilai tugas protista. Tak
hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Walaupun demikian, kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.Akhirnya
kata, kami berharap semoga makalah protista ini bisa memberikan informasi dan
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kami
kepada para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Jember, 10 Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii


BAB I..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Pengertian protista ........................................................................................... 3
2.2 Kedudukan protista dalam organisme lain ...................................................... 3
2.3 Pengertian protista mirip jamur........................................................................ 4
2.4 Ciri protista mirip jamur................................................................................... 7
2.5 Karakteristik protista mirip jamur .................................................................... 7
2.6 Klasifikasi oomycota ........................................................................................ 9
2.7 Habitat dan Distribusi Filum Oomycota ........................................................ 15
2.7.1 Habitat ........................................................................................................ 16
2.8 Struktur Talus Filum Oomycota..................................................................... 16
2.8.1 Habitat Phytophthora ................................................................................. 16
2.8.2 Habitat Pyhtium sp. .................................................................................... 17
2.8.3 Habitat Saprolegnia .................................................................................... 18
2.8.4 Habitat Aphanomyces ................................................................................. 19
2.8.5 Struktur Talus Filum Oomycota ................................................................. 20
2.9 Struktur Sel Filum Oomycota ........................................................................ 21
2.9.1 Inti Sel ........................................................................................................ 22
2.10 Struktur Anatomi oomycota .......................................................................... 23
2.11 Struktur fisiologi filum Oomycota ................................................................ 24
2.11.1 Reproduksi Filum Oomycota ................................................................... 25
2.11.1 Seksual...................................................................................................... 27
2.11.2 Aseksual ................................................................................................... 28

ii
2.11.3 Daur Hidup Filum Oomycota ................................................................... 28
2.12 Peran dan Manfaat Filum Oomycota ........................................................... 30
2.13 Sistematika ................................................................................................... 32
BAB III ................................................................................................................... 35
PENUTUP ............................................................................................................... 35
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 35
3.2 Saran ............................................................................................................ 35
GLOSARIUM ......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 39

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Protista adalah kingdom yang terdiri dari satu sel atau banyak sel dan
memiliki membrane inti (organisme eukariot) serta bersel tunggal. Protista
dapat di kelompokkan menjadi tiga bagian yaitu menyerupai hewan
(protozoa), menyerupai tumbuhan (Ganggang) dan menyerupai jamur.
Sebagian besar Protista hidup di air, karena tidak memiliki pelindunguntuk
menjaga tubuhnya dari hawa kering. Jadi, Kingdom Protista adalah kingdom
yang sederhana karena hanya tersusun atas satu sel sehingga dapat di
kelompokan dalam kingdom sendiri. Tetapi ada juga yang multiseluler akan
tetapi masih sangat sederhana dibandingkan dengan organisme lainnya.
Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki kekayaan
mikroorganisme yang hingga sekarang masih belum terdata secara lengkap
dan dimanfaatkan dengan maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan protista?
2. Apa kedudukan protista dalam organisme lain?
3. Apa karakteristik Filum Sarcomastigomorpha?
4. Apa karakteristik Filum Labyrinthomorpha?
5. Apa pengertian protista mirip jamur?
6. Apa pengertian dari filum Oomycota?
7. Bagaimana Klasifikasi filum Oomycota?
8. Bagaimana struktur morfologi Oomycota?
9. Bagaimana struktur Anatomi Oomycota?
10. Bagaimana struktur fisiologi Oomycota?
11. Bagaimana karakteristik filum Oomycota?
12. Bagaimana siklus hidup filum Oomycota?
13. Bagaimana cara reproduksi dari Oomycota?
14. Apa peranan filum Oomycota?
15. Bagaimana sistematika dari Filum Oomycota?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian protista
2. Untuk mengetahui sebuah kedudukan protista pada organisme lain
3. Untuk mengetahui karakteristik pada Filum Sarcomastigomorpha
4. Untuk mengetahui karakteristik pada Filum Labyrinthomorpha
5. Untuk mengetahui pengertian protista mirip jamur
6. Untuk mengetahui pengertian dari filum Oomycota
7. Untuk mengetahui Klasifikasi filum Oomycota
8. Untuk mengetahui struktur morfologi Oomycota
9. Untuk mengetahui struktur Anatomi Oomycota
10. Untuk mengetahui struktur fisiologi Oomycota
11. Untuk mengetahui karakteristik filum Oomycota
12. Untuk mengetahui siklus hidup filum Oomycota
13. Untuk mengetahui cara reproduksi dari Oomycota
14. Untuk mengetahui peranan filum Oomycota
15. Untuk mengetahui habitat filum Oomycota
16. Untuk mengetahui sistematika dari Filum Oomycota

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian protista


Protista adalah kingdom yang terdiri dari satu sel atau banyak sel
dan memiliki membrane inti (organisme eukariot) serta bersel tunggal.
Protista dapat di kelompokkan menjadi tiga bagian yaitu menyerupai
hewan (protozoa), menyerupai tumbuhan (Ganggang) dan menyerupai
jamur. Sebagian besar Protista hidup di air, karena tidak memiliki
pelindung untuk menjaga tubuhnya dari hawa kering. Jadi, Kingdom
Protista adalah kingdom yang sederhana karena hanya tersusun atas satu
sel sehingga dapat di kelompokan dalam kingdom sendiri. Tetapi ada
juga yang multiseluler akan tetapi masih sangat sederhana dibandingkan
dengan organisme lainnya. Indonesia sebagai negara megabiodiversitas
memiliki kekayaan mikroorganisme yang hingga sekarang masih belum
terdata secara lengkap dan dimanfaatkan dengan maksimal.

2.2 Kedudukan protista dalam organisme lain


Protista merupakan kingdom yang terdiri dari oraganisme
eukariotik uniseluler yang memiliki berbagai macam bntuk dan cara
hidup. Kedudukan protista dalam organisme lain adalah sebagai berikut
a. Sebagai Produsen
Protista sebagai produsen tingkat pertama dalam makanan yang
melakukan fotosintesis untuk mengubah energi matahari menjadi
energi kimia yang digunakan oleh organisme lain dalam rantai
makanan. Beberapa protista, seperti alga, melakukan fotosintesis dan
merupakan produsen utama dalam rantai makanan. Sebagian besar
oksigen yang kita hirup dihasilkan oleh protista seperti ganggang laut
dan fitooplankton. Kedudukan protista sebagai produsen sangt penting
dalam ekosistem.
b. Sebagai Konsumen
Protista sebagai konsumen mendapatkan energi dengan cara
mengonsumsi organisme lain atau bahan organik yang telah mati.

3
Mereka dapat menjadi konsumen primer, sekunder, dan tersier dalam
rantai makanan, tergantung pada posisi mereka dalam ekosistemnya.
Misalnya, beberapa protista adalah pemangsa bakteri atau alga,
sehingga mereka menjadi konsumen primer. Sedangkan protista
lainnya mungkin memakan organisme yang telah dimangsa oleh
organisme lain, sehingga mereka menjadi konsumen sekunder dan
tersier
c. Sebagai Dekomposer
Beberapa protista memiliki peran penting sebagai dekomposer
dalam ekosistem. Protista sebagai dekomposer berperan untuk
membantu dalam menguraikan materi organik yang telah mati menjadi
bentuk yang dapat digunakan kembali oleh organisme lain dalam rantai
makanan. Beberapa jenis protozoa dan alga termasuk dekomposer yang
berperan penting dalam siklus nutrisi dan menjaga keseimbangan
eskosistem.
d. Sebagai Parasit
Sebagian besar parasit protista adalah parasit obligat yang
membutuhkan inang untuk bertahan hidup dan bereproduksi, sehungga
tidak dapat hidup secara mandiri di lingkungannya. Beberapa anggota
protista seperti Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria,
Typanosoma yang menyebabkan penyakit tidur, dan Giardia yang
menyebabkan giardiadis, yang dapat menyebabkan penyakit serius
pada inanganya atau penderitanya. Protista sebagai parasit memiliki
strategi untuk menyusup ke dalam inangnya. Misalnya pada
Plasmodium yang memanfaatkan nyamuk sebagai vektor untuk
menyebarkan diri ke dalam tubuh manusia.

2.3 Pengertian protista mirip jamur


Protista mirip jamur adalah protista heterotrof yang memperoleh
makanan dari organisme lain dengan cara menguraikan atau menelan
makanannya. Protista mirip jamur tidak dimasukkan ke dalam kelompok
jamur sesungguhnya karena memiliki struktur tubuh, cara reproduksi,

4
dan siklus hidup yang berbeda dari jamur sesungguhnya. Kelompok
protista mirip jamur tergolong organisme eukariotik dan bersifat
heterotrof. Protista mirip jamur, umumnya hidup sebagai parasit atau
pengurai dan mempunyai struktur penghasil spora atau sporangium.
Beberapa dari protista mirip jamur biasanya berukuran kecil dan hidup
di lingkungan yang lembab atau basah. Protista mirip jamur
menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya dalam bentuk uniseluler.
Akan tetapi, protista mirip jamur dapat bergabung dan berkelompok
sehingga membentuk organisme multiseluler. Sehingga dalam keadaan
tersebut, protista mirip jamur akan mengalami masa transisi dari
uniseluler menuju multiseluler. Beberapa contoh protsita mirip jamur
diantaranya sebagai berikut :

a. Amoeba

Gambar 2.3.1. Amoeba proteus

Amoeba adalah organisme uniseluler yang termasuk ke dalam


kelompok protozoa. Biasanya amoeba memiliki bentuk tidak tetap dan
bergerak menggunakan pseudopodia, yaitu bagian dari tubuhnya yang
menonjol dan menarik diri mirip seperti kaki semu. Namun ada jenis
amoeba yang memiliki karakeristik mirip jamur, yaitu Amoeba proteus.
Amoeba jenis ini memilikikemampuan untuk membentuk struktur yaitu
kista, ketika linkungannya tidak mendukung kehidupan aktifnya. Kista ini
berfungsi sebagai bentuk istirahat yang tahan terhadap kondisi lingkungna
yang tidak mendukung. Amoeba ptoteus juga memiliki kemampuan untuk
membentuk sporangium. Sporangium ini berperan dalam pemebentukan

5
spora yang dapat bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrem.

b. Jamur lendir (slime mold)

Gambar 2.3.2 Jamur air

Jamur lendir adalah organisme eukaritik yang termasuk dalam


kelompok Amoebozoa atau protista. Jamur lendir sebenarnya lebih mirp
dengan amuba daripada jamur sejati dan memiliki inti sel, sitoplasma, dan
pseudopodia yang digunakan untuk peregerakan dan memperoleh
makanan. Jamur lendir termasuk oraganisme herotrof yang dapat membuat
makakan sendiri dan harus mendapatkan nutrisi dan harus mendapatkan
nutrisi dari lingkungan. Jamur lendir umumnya memakan bakteri, alga,
dan bahan organik lainnya yang ditemui di lingkungan sekitarnya. Jamur
lendir sering di tepat-tempat yang lembab dan berair. Jamur lendir
memiliki peran penting dalam ekosistem karena dapat membantu dalam
mendaur ulang materi organik dan memperbaiki struktur tanah.
c. Jamur air (water mold)

Gambar 2.3.3. Jamur air yang menyerang ikan

6
Jamur air atau jamur air tawar adalah organisme eukarotik yang
termasuk kelompok protista atau fungi. Jamur air ditemukan di lingkungan
air tawar seperti danau, rawa, sungai, dan kolam. Jamur air memiliki
struktur tubuh yang mirip dengan jamur sejati, terutama pada tahap
reproduksi. Jmur ini berkembang biak secara seksual maupun aseksual.
Pada reproduksi seksual, jamur air membentuk spora yang kemudian
tumbuh menjadi individu baru. Sementara pada reproduksi aseksual,
mereka dapat berkembang biak dengan pembelahan sel atau fragmentasi.
Jmaur air berperan penting dalam ekosistem air tawar yang dapat mengurai
bahan organik yang mati dan membantu dalam siklus nutrisi air. Beberapa
spesies jamur air dapat menyebabkan penyakit pada organisme air, seperti
ikan dan amfibi. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur
air adalah saprolegniasis pada ikan.

2.4 Ciri protista mirip jamur


Untuk membedakan protista mirip jamur dengan protista lainnya
dapat dilihat dengan beberapa ciri-ciri protista mirip jamur seperti,
Bersifat eukariotik, Protista mirip jamur memiliki struktur sel yang mirip
dengan jamur, yaitu memiliki membran inti pembungkus nukleus. Ciri
selanjutnta yaitu tidak memiliki klorofil, Protista mirip jamur tidak
memiliki klorofil, berbeda dengan jamur yang memiliki klorofil untuk
melakukan fotosintesis. Protista mirip jamur dapat menghasilkan spora,
mirip dengan jamur yang juga menghasilkan spora untuk reproduksi.
Protista mirip jamur memperoleh makanan dari organisme lain dengan
cara menguraikan atau menelan makanannya, mirip dengan jamur yang
juga heterotrof. Namun, protista mirip jamur tidak dimasukkan ke dalam
kelompok jamur sesungguhnya karena memiliki struktur tubuh, cara
reproduksi, dan siklus hidup yang berbeda dari jamur sebenarnya.

2.5 Karakteristik protista mirip jamur

7
Protista mirip jamur, atau dikenal sebagai jamur lendir (slime mold),
merupakan organisme unik yang memiliki karakteristik menyerupai jamur
namun secara taksonomi masuk dalam kelompok protista. Dalam siklus
hidupnya, protista ini mengalami transformasi morfologi yang mencolok.
Pada fase vegetatif, jamur lendir berbentuk plasmodium, yaitu massa
multinukleat tidak beraturan terdiri dari jaringan sitoplasma tanpa sekat
dengan ribuan nukleus. Plasmodium mampu bergerak aktif dengan
pseudopodia untuk mencari dan mengurai bahan organik di
lingkungannya sebagai saprofit.

Saat memasuki fase generatif, plasmodium berdiferensiasi


membentuk struktur seperti jamur yang disebut tubuh buah (fruiting
body). Tubuh buah terdiri dari tangkai selulosa yang kaku dan kepala
spora di ujungnya. Di dalam kepala spora, terkandung spora dalam jumlah
besar yang akan dilepaskan untuk reproduksi aseksual secara mitosis.
Spora memiliki dinding tebal terbuat dari kitin dan selulosa,
memungkinkannya bertahan dalam kondisi ekstrem dan tersebar melalui
angin atau air.

Mekanisme nutrisi jamur lendir melibatkan pelepasan enzim


hidrolitik seperti selulase, amilase, dan protease ke lingkungan sekitarnya.
Enzim-enzim ini mendegradasi berbagai polimer alami seperti selulosa,
kitin, dan protein menjadi nutrisi yang kemudian diserap melalui seluruh
permukaan tubuh plasmodium. Proses ini memungkinkan jamur lendir
berperan sebagai saprofit pengurai bahan organik mati di lingkungannya.

Habitat alami jamur lendir terutama di lingkungan terrestrial seperti


tanah, kayu lapuk, dan serasah dedaunan. Keberadaannya sangat penting
dalam siklus biogeokimia karena mendaur ulang nutrisi dari bahan
organik mati ke dalam ekosistem hutan dan tanah. Dengan
kemampuannya mengurai berbagai polimer, jamur lendir menjaga
keseimbangan nutrisi dan memfasilitasi aliran nutrisi dalam ekosistem
tersebut.

8
2.6 Klasifikasi oomycota

a. Pythium sp.

Gambar 2.6.1 Bagian tubuh Pythium sp.

Pythium sp. mempunyai klamidospora, miselium kasar,


sporangium yang berbentuk bulat atau lonjong, sporangium akan
membentuk zoospora (spora yang dapatbergerak di air). Jamur Pythium
sp. mempunyai miselium yang ramping, hifa somatik, hidup di tanah
sebagai pengurai pada bahan organik mati, dan hidup sebagai parasit pada
bibit muda dari berbagai spesies bibit tanaman yang rentan.

Phytium sp hidup saprofit di tanah lembab, Saprofit yaitu


merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati.
Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati
seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit
mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudahdiserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap

9
bahan bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh
inangnya.

Reproduksi Pythium sp terjadi secara seksual dan aseksual.


Reproduksi seksual dengan oogonia yang terletak di bagian ujung atau
interkalari hifa. Oogonium terdiri dari satu oospora berbentuk pipih.
Fertilisasi dengan satu atau beberapa anteridium yang berasal dari tangkai
oogonium pada satu hifa monoclinous atau dari hifa lain diclinous yang
berasal dari miselium lain heterotalik dioseus. Reproduksi aseksual
dengan zoospora yang dihasilkan sporangia

Klasifikasi jamur Phytium sp. adalah sebagai berikut:

• Kingdom : Fungi
• Divisi : Mastigomycotina
• Kelas : Oomycetes
• Ordo : Peronosporales
• Family : Pythiaceae
• Genus : Phytium
• Spesies : Pythium sp.

b. Phytophthora sp.

10
Gambar 2.6.2. A: Sporangia. B: Zoospore. C: Chlamydospore. D:
Oospore.

Phytophthora (dari bentukan bahasa Yunani


“phytón” yang artinya “tumbuhan” dan phthorá artinya “kehancuran”,
dapat diartikan “penghancur tumbuhan”) adalah salah satu genus
oomycetes yang anggota-anggotanya banyakmenjadi penyebab penyakit
tanaman penting sehingga menimbulkan kerugian ekonomi, ekologi, dan
demografi yang besar.

Jamur Phytophthora sp. merupakan jamur patogen yang secara


makroskopis memiliki koloni berwarna putih, permukaan halus dan rata
seperti kapas. Arah pertumbuhan miselium kesamping dan keatas. Bentuk
koloni beraturan membentuk lingkaran. Secara mikroskopis,
Phytophthora sp. Memiliki spora berbentuk bulat telurberwarna coklat
dengan panjang antara 8,75- 12,5µm. Phytophthora sp. memiliki ukuran
diameter rata-rata 14,2-19 µm × 14,4-22,2 µm. Miselium menghasilkan
sporangiofor bercabang yang menghasilkan sporangia berbentuk lemon
pada ujung sporangiofor, pembengkakan miselium menjadi sporangiofor
inilah yang menjadi ciri khas jamur Phytophthora sp.

Phytophthora dapat bereproduksi secara seksual maupun


aseksual. Struktur reproduksi seksual jarang ditemukan di alam, tetapi
dapat dirangsang di pembiakan laboratorium. Pada jenis-jenis yang
homotalus, struktur seksual muncul dalam satu kultur tunggal; jenis-jenis
yang heterotalus memiliki dua "jenis kelamin". Spora aseksual (terbentuk
secara mitosis) dikenal sebagai klamidospora dan zoospora. Jenis spora
yang terakhir dihasilkan dalam sporangium.

Klasifikasi Jamur Phytophthora sp. adalah sebagai berikut:

• Kingdom : Chromalveolata
• Filum: Heterokontophyta
• Kelas: Oomycetes

11
• Ordo: Peronosporales
• Famili: Pythiaceae
• Genus: Phytophthora

c. Saprolegnia sp.

Gambar 2.6.3. Saprolegnia pada tumbuhan jagung dan


perkembangbiakannya

Saprolegnia sp. merupakan jamur yang menginfeksi ikan dan


telur ikan air tawar. Saprolegnia sp. adalah jamur air yang mempunyai oogonia
dan oospora. Saprolegnia sp memiliki bentuk seperti benang halus dan berwarna
putih atau kadang agak kecoklatan, menonjol dan bundar, umumnya berdiameter
20 µm memiliki hifa berukuran besar yaitu 7-40 µm. Hifa Saprolegnia sp.
berbentuk transparan (hialin) dan tidak memiliki sekat pemisah (septa) tetapi
bercabang banyak menjadi miselium. Jamur Saprolegnia sp. tersusun atas

12
filamen-filamen yang memiliki ujung-ujung berbentuk sferis, di ujung-ujung
inilah yang menjadi rumah bagi zoospora atau sebagian benih dari jamur
Saprolegnia sp. yang dapat berkembang biak. Filamen-filamen tersebut disebut
hypha.

Saprolegnia sp. memiliki miselium yang bercabang, hifa yang


menembussubstratum dari inang lebih tipis disebut sebagai hifa rhizoidal
sedangkan hifa eksternal relatif tebal, dinding hifa terdiri dari selulosa
sehingga dapat mengeras dan bercabang serta unit reproduksi seperti tipe
spora yang dihasilkannya. Hifa Saprolegnia sp.berkoloni pada telur yang
telah mati dan menghasilkan miselia kusut yang berlebih sehingga
mengakibatkan matinya telur hidup yang berada di sekitar telur mati
tersebut. Hifa Saprolegnia sp. akan menghalangi masuknya air yang
mengandung oksigen dalamtelur. Jamur Saprolegnia sp. memiliki warna
putih ataupun abu-abu. Warna abu-abu juga bisa mengindikasikan adanya
bakteri yang tumbuh bersama-sama dengan strukturjamur Saprolegnia sp.
tersebut. Selama beberapa saat, jamur Saprolegnia sp. bisa berubah warna
menjadi coklat atau hijau ketika partikel-partikel di air (seperti alga)
melekat ke filament.

Spora reproduksi pada jamur ini dapat dihasilkan secara aseksual


dan seksual .Reproduksi aseksual Saprolegnia sp. meliputi produksi hifa
nonsepta yang membatasi untuk pembentukan sporangia. Spora aseksual
saprolegnia bersifat motil. Sporangia kemudian melepaskan zoospora
utama dalam waktu singkat. Zoospora pertama merupakan zoospora
primer hanya aktif. Zoospora kedua (sekunder) lebih motil untuk periode
yang lebih lama dari pada zoospora pertama. Zoospora sekunder adalah
fase penting dalam siklus hidup saprolegnia yang berperan sebagai spora
infektif utama. Saprolegnia akan terus melakukan encyst dan melepaskan
spora-spora baru di dalam proses yang disebut polyplanetisme sampai
bisa menemukan substrat yang cocok. Ketika substrat ditemukan, maka
hifa yang menutupi spora akan masuk ke dalam substrat tersebut sehingga
fase reproduksi seksual dapat dimulai.

Reproduksi aseksual dilakukan zoospora berflagel yang terbentuk

13
di dalam sporangia dan berenang bebas di dalam air untuk mendapatkan
zoospora kemudian berkembang menjadi hifa. Zoospora Saprolegnia
terbagi atas zoospora primer yang terbentuk seperti tabung (pipe shape)
dan sekunder yang berbentuk seperti kacang (beam shape). Biasanya
zoospora primer akan membentuk kiste yang kemudian akan membentuk
zoospora sekunder yang baru. Perbanyakan secara seksual terjadi dengan
adanya fertilisasi antara gamet jantan dan gamet betina pada tabung
fertilisasi yang menghasilkan pembuahan Oogonia. Osfer ini I kemudian
akan membentuk zoospora primer, Perkembangan selanjutnya seperti
pada proses reproduksi aseksual.

Klasifikasi Jamur Saprolegnia sp. adalah sebagai berikut:

• Kingdom : Protista
• Filum : Phycomycetes
• Kelas : Oomycetes
• Ordo : Saprolegniales
• Famili : Saprolegniaceae
• Genus : Saprolegnia
• Spesies : Saprolegnia sp.

d. Peronosclerospora maydis

Gambar 2.6.4. Konidia Peronosclerospora maydis

14
Peronosclerospora maydis memiliki konidia adalah bagian tubuh
yang berwarna coklat kehitaman, bercabang dengan bagian-bagian sel
yang bersekat, terdiridari 3 sampai 5 sel. Panjang konidia adalah 25,39
µm dan lebar 12,10 µm. Konidioforadalah struktur yang menghasilkan
konidia. Konidiofor Peronosclerospora maydis berwarna hialin,
bercabang, dan determinate, dengan panjang 150-300 µm. Hifa adalah
bagian tubuh yang memanjang, bersekat, dan lebar 5,46 µm. Hifa ini
membentuk haustoria dan membantu patogen untuk menginfeksi
tanaman. Miselium Peronosclerospora maydis memiliki hifa coenocytic
(tidak bersekat), intercellulair, danmembentuk haustoria.

Klasifikasi Jamur Peronosclerospora maydis adalah sebagai berikut:

• Kingdom : Chromista
• Filum : Heterokontophyta
• Kelas : Oomycetes
• Ordo : Sclerosporales
• Famili : Peronosporaceae
• Genus : Paronosclerospora
• Spesies : Peronosclerospora maydis

2.7 Habitat dan Distribusi Filum Oomycota


Filum Oomycota dikenal sebagai jamur air atau jamur lender yang
merupakan kelompok organisme eukariotik yang umumnya hidup di
lingkungan air tawar atau air laut, namun ada juga yang hidup di tanah
lembab. Habitat utama Oomycota adalah di air yang mengalir, seperti
sungai, danau, dan rawa-rawa, dimana mereka dapat tumbuh sebagai
saprofit atau parasit. Beberapa spesies Oomycota juga dapat ditemukan
sebagai patogen tanaman, yang dapat menyebabkan penyakit, seperti
Phytophthora infestans yang menyebabkan penyakit busuk pada
kemtang. Distribusi Oomycota sangat luas, dengan kebanyakan spesies
yang ditemukan di habitat air tawar, tetapi ada juga yang hidup di
lingkungan laut. Beberapa spesies memiliki peran dalam ekosistem

15
sebagai dekomposer, sementara spesies lain merupakan patogen
tumbuhan merugikan. Filum ini memiliki distribusi yang luas di seluruh
dunia, dan kebanyakan spesiesnya memiliki peran ekologis yang
signifikan dalam siklus nutrisi dan keseimbangan ekosistem.

2.7.1 Habitat
Phytophthora adalah kelompok filogenetik eukariota mirip jamur
dan bersifat multiseluer dengan tahap bersel tunggal yang ditandai dalam
siklus hidup yang disebut zoospore. Phytophthora termasuk patogen
tanaman yang menyebabkan pembusukan akar, tajuk dan keraah, layu,
hawar daun dan batang, busuk buah, dan kematian batang. Phtophthora
dapat menyebar dengan sangat cepat dalam cuaca lembab menggunakan
zoospora dan sel berflagel yang dapat berenang dia air. Phytophthora
termasuk golongan heterotrof, sehingga perlu mencari bahan organik
sebagai sumber materi dan energi, Sebagian hidupnya, Phytophthora
dikenal sebagai biotroph yang berarti dapat berasosiasi dengan sel hidup
dan mampu memperoleh materi menggunakan struktur yang disebut
haustorium atau struktur yang menembus sel-sel hidup, dimana dinding
sel berasosiasi dengan membrani sel inang dan mampu menginduksi
bahan berpindah dari sitosol tanaman inang ke sitosol parasit.
Phytophthora dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Phytophthora membentuk kista dan menginfeksi daun dan akar. Kista
berkecambah membentuk struktur mikroskopis seperti benang yant
disebut hifa, dan patogen tumbuh ke dalam jaringan tanaman untuk
memperleh nutrisi, kemudian menginfeksi tanaman.

2.8 Struktur Talus Filum Oomycota


2.8.1 Habitat Phytophthora

16
Gambar 2.8.1. Habitat Phytophthora

Phytophthora adalah kelompok filogenetik eukariota mirip


jamur dan bersifat multiseluer dengan tahap bersel tunggal yang ditandai
dalam siklus hidup yang disebut zoospore. Phytophthora termasuk
patogen tanaman yang menyebabkan pembusukan akar, tajuk dan
keraah, layu, hawar daun dan batang, busuk buah, dan kematian batang.
Phtophthora dapat menyebar dengan sangat cepat dalam cuaca lembab
menggunakan zoospora dan sel berflagel yang dapat berenang dia air.
Phytophthora termasuk golongan heterotrof, sehingga perlu mencari
bahan organik sebagai sumber materi dan energi, Sebagian hidupnya,
Phytophthora dikenal sebagai biotroph yang berarti dapat berasosiasi
dengan sel hidup dan mampu memperoleh materi menggunakan struktur
yang disebut haustorium atau struktur yang menembus sel-sel hidup,
dimana dinding sel berasosiasi dengan membrani sel inang dan mampu
menginduksi bahan berpindah dari sitosol tanaman inang ke sitosol
parasit. Phytophthora dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual.
Phytophthora membentuk kista dan menginfeksi daun dan akar. Kista
berkecambah membentuk struktur mikroskopis seperti benang yant
disebut hifa, dan patogen tumbuh ke dalam jaringan tanaman untuk
memperleh nutrisi, kemudian menginfeksi tanaman.

2.8.2 Habitat Pyhtium sp.

17
Gambar 2.8.2. Habitat Phytium sp.

Phytium sp. adalah genus dengan lebih dari 200 spesies yang
ditemukan di seluruh dunia. Phytium sp. dikenal dengan berbagai variasi
habitat mulai dari darat hingga perairan, pada tanah yang diolah maupun
tidak diolah, pada tanaman dan hewan, pada air murni maupun air
tercekam (salinitas). Phytium sp. bersifat parasit dan menyebabkan
infekasi pada inangnya hingga merusak inang tersebut. Patogen tersebut
tidak memiliki inang yang spesifik walaupun telah banyak dikenal.
Phytium sp. dapat menyebabkan penyakit pada benih berbagai macam
tanaman. Jamur ini memiliki hifa hialin, tidak bersepta, Produksi
miselium aerial pada cendawan Phytium sp. tergantung pada medium
yang digunakan. Phytium sp. menghasilkan miselium berwarna putih
yang tumbuh cepat dan membentuk sporangia.

2.8.3 Habitat Saprolegnia

Gambar 2.8.3. Habitat Saprolegnia

18
Saprolegnia adalah jamur air tawar yang hidup di lingkungan air
tawar dan memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Jamur ini
memiliki banyak cabang dan miseliumnya tidak bersepta, dan dapat
bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi zoosporaa. Jamur
ini biasanya menyerang ikan maupun telur ikan yang berada di air tawar.
Jamur Saprolegnia disebut juga jamur air dingin karena dapat menyebar
di air dingin dan mampu tumbuh secara optimum pada selang suhu
antara 15-30 C. Saprolegnia memiliki bentuk seperti benang halus dan
berwarna putih atau agak kecoklatan, menonjol dan bundar, umumnya
berdiameter 20 µm dan memiliki hifa berukuran besar yaitu 7-40 µm.
Hifanya berbentuk transparan (hialin) dan tidak memiliki sekat pemisah
atau septa, tetapi bercabang banyak menjadi miselium. Saprolegnia
tersusun atas filamen-filamen yang memiliki ujung berbentuk speris
yang menjadi rumah bagi zoospore untuk berkembang biak. Filamen-
filamen tersebut disebut hypa, dimana hypa inilah yang menyerang
jaringan ikan.

2.8.4 Habitat Aphanomyces

Gambar 2.8.4. Habitat Aphanomyces

Aphanomyces merupakan jamur air yang dapat menginfeksi


tanaman air dan tanaman lainnya. Aphanomyces disebut genus mirip
jamur parasit yang banyak bertanggung jawab atas berbagai penyakit
tanaman, termasuk Aphanomyces euteiches yang dapat menyebabkan
busuk akar pada kacang polong, dan busuk akar pada bit gula.
Habitatnya terdapat di perairan seperti sungai, danau, dan rawa-rawa,

19
atau saluran air yang lambat. Mereka dapat hidup dalam kondisi
lingkungan yang lembab dan berair, beberapa spesies Aphanomyces
dapat ditemukan di tanah yang lembab. Aphanomyces mempunyai
karakteristik oleh pembentukan dua spora motil aseksual yang
berurutan. Produksi pertama diproduksi dalam sporangium (kantung
spora) tetapi segera membentuk kista tempat munculnya zoospora
kedua, dan jika bersentuhan dapat menginfeksi tanaman inang yang
rentan. Strukturnya berdinding tebaal (oospora) yang terbentuk setelah
penyatuan seksual. Aphanomyces memiliki miselium berdiameter 5-15
mikron dan sedikit bercabang. Zoosporanya muncul pada ujung
sporangium dalam bentuk memanjang kemudian menjadi kista di sekitar
ujung sporangium. Hifanya bercabang, tidak bersepta, dan berpigmen.

2.8.5 Struktur Talus Filum Oomycota

Gambar 2.8.5 Struktur Talus Oomycota

Filum Oomycota adalah spesies jamur yang hidup di tempat


lembab atau berair. Jamur ini umumnya hidup saprofit, namun dapat
pula parasit. Struktur talus Oomycota terdiri atas miselium yang

20
tersusun atas hifa yang bercabang-cabang dan tidak bersekat-sekat yang
mengandung banyak banyak inti. Hifanya memiliki dinding sel yang
terbuat dari selulosa dan peptidoglikan. Miseliumnya dapat tumbuh
secara meranggas pada substrat organik atau anorganik yang
membentuk struktur menyerupai benag-benang berwarna putih atau
keabu-abuan. Dinding selnya tersusun atas selulosa dan inti selnya
banyak terdapat dakam benang-benang hifa yang tidak bersekat.
Reproduksi generatif dengan kontak gametangium yang kemudian
menghasilkan oospore berinti haploid, sedangkan reproduksi vegetatif
dengan zoospore berflagela ganda yang dihasilkan oleh sporangium,
zoospora ini berinti diploid. Talus Oomycota berbentuk saprofit atau
parasitk dan memiliki dinding sel yang tebuat dari selulosa dan
hemiselulosa.

2.9 Struktur Sel Filum Oomycota

Gambar 2.9. Struktur sel Oomycota

Sel filum Oomycota adalah jenis sel yang termasuk dalam


kelompok organisme eukariotik yang memiliki struktur sel yang khas.

21
Oomycota disebut sebagai jamur air karena banyak banyak dari mereka
hidup di lingkungan air atau tanah yang lembab. Struktur sel Oomycota
terdiri dari selulosa dan kitin mirip dengan jamur sejati, tetapi mereka
juga memiliki komponen tambahan yaitu selulosa yang membuat
mereka berbeda. Di dalam dinding selnya terdapat sitoplasma yang
mengandung banyak organel seperti inti sel, mitokondria, dan badan
golgi. Inti selnya mengandung kromosom yang bertanggung jawab atas
pengaturan aktivitas sel. Sel Oomycota juga memiliki struktur khusus
yaitu hifa, yang merupakan filamen panjang yang memebntuk jaringan
pada organisme ini. Hifa berfungsi untuk penyerapan nutrisi dan
reproduksi. Selain itu, Oomycota juga memiliki struktur khusus yaitu
sporangium yang berperan dalam pembentukan dan penyebaran spora
untuk bereproduksi.

2.9.1 Inti Sel


Inti sel dalam Oomycota mengandung materi genetik yang
dikelilingi oleh membran inti yang khas, tetapi Filum Oomycota
bukanlah jamur sejati. Inti sel ini mengendalikan fungsi-fungsi vital
dalam sel, seperti pertumbuhan, reproduksi, dan sintesis protein. Selain
itu, inti sel juga mengatur transkripsi dan replikasi DNA, yang penting
untuk mempertahankan kehidupan seluler. Jadi, inti sel dari Oomycota
adalah pusat pengaturan utama dalam sel-sel ini. Inti sel dari filum
Oomycota memiliki struktur yang mirip dengan inti sel eukariotik
lainnya. Inti sel ini mengandung materi genetik, yaitu DNA, yang
terbungkus oleh membran inti. Di dalam inti sel, terdapat kromatin yang
merupakan kompleks DNA dan protein-protein histon. Di dalam
nukleus, terdapat juga nukleolus yang merupakan tempat pembentukan
ribosom dan juga mempunyai banyak inti yang terdapat dalam benang-
benang hifa yang tidak bersekat. Inti sel Oomycota mengendalikan
fungsi-fungsi vital dalam sel, seperti pertumbuhan, reproduksi, dan
sintesis protein. Meskipun Oomycota bukan jamur sejati, inti selnya
memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan hidup dan fungsi
seluler.

22
2.10 Struktur Anatomi oomycota

Gambar 2.10. (a), (b) Saprolegnia sp., (c) jamur air yang tumbuh
pada bangkai kecoa untuk dirombak atau diuraikan.

Oomycota memiliki struktur anatomi yang khas dan berbeda dengan


jamur sejati (Fungi). Berikut struktur anatomi pada filum Oomycota:
1. Dinding Sel
a. Dinding sel terdiri dari senyawa kompleks seperti selulosa, β-glukan,
dan glikosil-protein.
b. Selulosa merupakan komponen utama dinding sel Oomycota, berbeda
dengan jamur sejati yang didominasi oleh kitin.
c. Struktur dinding sel berfungsi untuk melindungi sel dari tekanan
osmotik dan kerusakan mekanis.
2. Sitoplasma
a. Oomycota tidak memiliki membran inti yang terbentuk sempurna
(kariokinetik tertutup).
b. Materi genetik (DNA) tersebar dalam sitoplasma dan tidak terkumpul
dalam inti yang terbatas membran.
c. Sitoplasma mengandung vakuola besar yang berperan penting dalam
penyimpanan nutrisi dan metabolisme sel.
3. Membran Sel
a. Membran sel Oomycota tersusun dari lapisan ganda fosfolipid dan
protein, mirip dengan organisme eukariotik lainnya.
b. Membran sel berfungsi dalam transpor nutrien, sekresi enzim, dan
pertukaran gas.

23
c. Membran sel juga berperan dalam mengontrol pergerakan molekul
masuk dan keluar dari sel.
4. Mitokondria
a. Mitokondria ditemukan dalam sel Oomycota dan berperan dalam
produksi energi melalui respirasi sel.
b. Struktur mitokondria Oomycota mirip dengan organisme eukariotik
lainnya, terdiri dari membran luar dan dalam serta matriks.
c. Dalam matriks mitokondria terdapat enzim-enzim yang terlibat dalam
proses respirasi sel dan produksi ATP.
5. Ribosom
a. Ribosom Oomycota berperan dalam sintesis protein, sama seperti
organisme eukariotik lainnya.
b. Ribosom Oomycota terdiri dari dua subunit, yaitu subunit besar dan
subunit kecil.
c. Struktur dan fungsi ribosom Oomycota mirip dengan organisme
eukariotik lainnya dalam proses translasi mRNA menjadi protein.
Secara keseluruhan, struktur anatomi Oomycota memiliki
keunikan tersendiri, seperti dinding sel yang berbeda dengan jamur
sejati dan sitoplasma tanpa membran inti yang terbentuk sempurna.
Namun, mereka juga memiliki kesamaan dengan organisme eukariotik
lainnya dalam hal membran sel, mitokondria, dan ribosom.

2.11 Struktur fisiologi filum Oomycota


Struktur fisiologi filum Oomycota memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dari kelompok fungi sejati
(Eumycota). Berikut struktur fisiologi filum Oomycota:

1. Nutrisi

Sebagian besar Oomycota bersifat heterotrof, yang berarti


mereka mendapatkan nutrisi dari organisme lain. Banyak spesies
Oomycota yang bersifat parasit pada tanaman, seperti Phytophthora
infestans yang menyebabkan penyakit layu pada tanaman kentang.
Spesies ini menghasilkan enzim litik yang dapat mendegradasi dinding

24
sel tanaman inang untuk mendapatkan nutrisi. Selain itu, ada juga
Oomycota yang hidup sebagai saprofit, yaitu mendapatkan nutrisi dari
bahan organik mati. Mereka mensekresikan enzim-enzim seperti
selulase, protease, dan lipase untuk mendegradasi bahan organik
tersebut menjadi molekul sederhana yang dapat diserap oleh hifa.

2. Sistem Enzimatik

Oomycota memiliki sistem enzimatik yang berbeda dari fungi


sejati dalam mendegradasi bahan organik. Salah satu perbedaan
utamanya adalah enzim yang digunakan untuk mendegradasi dinding sel
tanaman inang. Oomycota menghasilkan enzim litik seperti
endoglukanase, eksoglukanase, dan selobiohidrolase untuk
mendegradasi selulosa, serta enzim pektinase untuk mendegradasi
pektin pada dinding sel tanaman. Sementara itu, fungi sejati
menghasilkan kitinase untuk mendegradasi kitin pada dinding selnya
sendiri. Selain itu, Oomycota juga menghasilkan enzim proteolitik
seperti protease untuk mendegradasi protein, serta enzim lipolitik seperti
lipase untuk mendegradasi lemak.

2.11.1 Reproduksi Filum Oomycota

Gambar 2.11.1. Siklus reproduksi seksual

25
Oomycetes adalah kelompok organisme mikroskopis yang
menarik, sering disebut sebagai jamur air meskipun mereka sebenarnya
lebih dekat hubungannya dengan alga dan alga coklat daripada dengan
jamur sejati. Siklus hidup mereka sangat menarik karena mencakup
berbagai strategi adaptasi untuk bertahan dalam lingkungan yang
berubah-ubah.

Ketika lingkungan menjadi tidak menguntungkan, seperti saat


kekeringan, Oomycetes dapat membentuk kista. Kista adalah struktur
istirahat yang melindungi organisme ini dari kekeringan dan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung. Mereka dapat bertahan hidup dalam
keadaan ini selama berhari-hari atau berminggu-minggu sampai
kondisinya membaik. Selain itu, jika sumber daya semakin menipis atau
kondisi lingkungan menjadi buruk, Oomycetes dapat menghasilkan
klamidospora. Ini adalah mitospora dengan dinding sel tebal yang
memungkinkannya bertahan dalam waktu lama hingga kondisinya
membaik.

Ketika lingkungan menjadi lembap, Oomycetes mengadopsi


strategi reproduksi aseksual dengan membentuk sporangia. Sporangia
adalah struktur bengkak yang berisi banyak inti. Sporangia ini penting
untuk penyebaran dan infeksi lebih lanjut. Di lingkungan yang sangat
basah, seperti saat tanah jenuh atau tergenang air, sporangia dapat
berkembang menjadi zoospora. Zoospora adalah bentuk bergerak yang
membantu Oomycetes menyebar dan menginfeksi inang baru.

Selain itu, Oomycetes juga memiliki kemampuan untuk


berkembang biak secara seksual. Mereka menghasilkan struktur khusus
seperti antheridium dan oogonium untuk reproduksi seksual.
Antheridium menghasilkan sel sperma, sedangkan oogonium
menghasilkan sel telur. Ketika sel sperma dan sel telur bergabung,
mereka membentuk oospora, yang merupakan bentuk dorman yang
memungkinkan Oomycetes bertahan dalam kondisi yang tidak
menguntungkan.

26
Keseluruhan siklus hidup ini memberikan Oomycetes kemampuan
adaptasi yang luar biasa dalam menghadapi berbagai kondisi
lingkungan, dari kekeringan hingga lingkungan yang sangat lembap. Ini
juga memberi mereka kemampuan untuk menyebar dan menginfeksi
inang baru, menjadikannya organisme yang cukup menarik untuk
dipelajari dalam konteks biologi dan ekologi.

2.11.1 Seksual

Reproduksi seksual pada Filum Oomycota melibatkan dua


tahap utama yaitu gametogenesis dan Fertilisasi. Gametogenesis
merupakan proses yang melibatkan pembentukan gamet, yaitu sel telur
dan sperma.Pada Oomycota, gametogenesis terjadi melalui dua struktur
utama yaitu oogonium dan antheridium. Oogonium adalah struktur yang
menghasilkan sel telur (ovum) pada Oomycota. Biasanya, oogonium
berdinding tebal dan berisi satu atau beberapa sel telur. Sel telur ini
bersiap untuk pembuahan oleh sperma. Reproduksi generatif oomycetes
adalah dengan kontak gametangium, yaitu sebagai berikut. Protopisma
oogonium (alat kelamin betina) berdiferensiasi membentuk oosfer.
Oosfer dibuahi oleh inti sel jantan yang dihasilkan oleh anteridium.
Oosfer yang telah dibuahi selanjutnya melakukan pembelahan mitosis
menghasilkan oospora yang bernukleus.Sedangkan Antheridium adalah
struktur yang menghasilkan sperma pada Oomycota. Sperma adalah sel-
sel kecil yang bergerak dan aktif mencari sel telur untuk pembuahan.
Antheridium menghasilkan dan melepaskan sperma ke lingkungan
sekitarnya.Pada Proses pembuahan Setelah sperma dilepaskan, mereka
bergerak menuju oogonium yang mengandung sel telur. Proses
pembuahan terjadi ketika salah satu sperma berhasil menyatu dengan sel
telur, membentuk zigot. Zigot ini kemudian berkembang menjadi
struktur baru yang disebut oospora. Pada proses fertilisasi, di mana sel-
sel gamet bersatu untuk membentuk zigot yang kemudian berkembang
menjadi individu baru.Reproduksi seksual pada Filum Oomycota sering

27
terjadi di lingkungan air, di mana sperma dan sel telur dapat dengan
mudah bergerak dan bertemu. Proses ini penting untuk mempertahankan
keragaman genetik dalam populasi dan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan.

2.11.2 Aseksual
Beberapa anggota Oomycetes memproduksi spora aseksual yang
disebut zoospora. Mereka juga memproduksi spora seksual yang disebut
oospopra. Reproduksi Aseksual Bermula dengan adanya
zoosporangium (2n) yang berada pada ujung hifa yang terbentuk dari
benang atau hifa yang membengkak. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berflagella yang disebut zoospora (2n). Ketika
zoospora matang dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan
berkecambah dan tumbuh menjadi mycelium baru. Namun jika
lingkungan yang tidak memungkinkan, maka Zoospora ini kemudian
membentuk sista (2n) untuk bertahan hidup.

2.11.3 Daur Hidup Filum Oomycota

Gambar 2.11.3. siklus hidup filum oomycota

28
Daur hidup Oomycota melibatkan beberapa tahapan. Awalnya,
Oomycota hidup sebagai plasmodium yang dapat bergerak dan
mengkonsumsi makanan. Ketika habitatnya kering dan tidak dapat
memberikan makanan, plasmodium akan berhenti tumbuh dan
berkembang, serta akan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup
yang berfungsi untuk reproduksi seksual.

Pembentukan zoospora pada permukaan alga oleh kontak antara


E. dickson dan inangnya dimediasi oleh struktur yang memasang
kembali bantalan adhesorial. Proses penetrasi kemudian terjadi melalui
tabung germinal yang menembus dinding sel alga dan mentransfer
sitoplasma parasit ke dalam sel inang. Selama tahap awal infeksi, thallus
parasit tidak memiliki dinding sel dan kaya akan vakuola dan
mitokondria. Antarmuka antara Erychasma dan sel alga ditentukan oleh
dua membran, menunjukkan lapisan sel yang terdiri dari fibril seperti
pita di sela-selanya.

Tahap berikutnya disebut sebagai "tahap berbusa", di mana thallus


parasit diperluas dan mengalami ekspansi hipertrofik, hampir memenuhi
sel inangnya. Tahap infeksi ini diikuti oleh pembentukan flagela pada
zoospora sekunder yang muncul dari sporangium dan dilepaskan
melalui bukaan pelepasan. Namun, tidak semua zoospora dilepaskan,
dan sisanya dapat berkumpul di dalam sporangium dan menyebabkan
infeksi lebih lanjut. Siklus hidup genus Haptogloosa lebih kompleks,
dengan spesies dapat dibagi menjadi tipe aplanosporik atau zoosporik.

Struktur infeksi dalam genus Haptoglavsa telah dipelajari secara


rinci karena menggunakan sel senjata infeksi yang sangat terspesialisasi.
Sel-sel ini menembak secara eksplosif dengan proyektil seperti jarum
yang menembus inangnya. Infeksi Porphyra dengan Olpidiopsis, atau
penyakit hawar chytrid, telah terbukti menyebabkan penurunan
produksi nori, alga yang penting secara ekonomi. Infeksi ganda oleh
oomycetes dapat mengakibatkan pembusukan seluruh jaring dan
penurunan kualitas produk. Masalah infeksi oomycetes juga terjadi pada

29
krustasea yang penting secara ekonomi, seperti kepiting bakau dan
lobster, dengan infeksi menyebabkan kematian larva yang signifikan
dan penurunan tingkat kelangsungan hidup. Dampak infeksi oomycete
saat ini lebih dipahami pada organisme air tawar dibandingkan spesies
laut, namun masih merupakan area penelitian yang penting dalam
pemeliharaan dan budidaya sumber daya perairan.

Dalam sintesis, Oomycota memiliki dua cara reproduksi, yaitu


aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual melibatkan pembentukan
zoospora, sedangkan reproduksi seksual melibatkan proses oogami yang
menghasilkan oospora. Daur hidup Oomycota melibatkan tahapan-
tahapan yang berbeda, termasuk hidup sebagai plasmodium dan
berdiferensiasi menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi untuk
reproduksi seksual

2.12 Peran dan Manfaat Filum Oomycota


Oomycota, atau yang sering disebut sebagai jamur air, adalah kelompok
organisme eukariotik yang memiliki peran yang penting dalam
berbagai aspek ekosistem, mikrobiologi, dan juga dapat memengaruhi
manusia. Berikut adalah penjelasan mengenai peranannya dalam
berbagai konteks:

a. Ekosistem
- Sebagai dekomposer: Beberapa spesies Oomycota seperti Saprolegnia
sp. berperan sebagai dekomposer dalam ekosistem air tawar. Mereka
membantu mengurai materi organik yang mati seperti daun yang jatuh
ke dalam air, kayu yang tenggelam, atau sisa-sisa organisme lain. Proses
dekomposisi yang dilakukan oleh Oomycota membantu dalam siklus
nutrisi dengan melepaskan nutrien yang dapat digunakan kembali oleh
organisme lain di dalam ekosistem.
- Parasit tumbuhan: Beberapa spesies Oomycota, seperti Phytophthora
infestans yang menyebabkan penyakit busuk pada kentang, Phytophtora
nicotinae parasit pada tembakau dan Phytophtora palmifera parasit pada
kelapa berperan sebagai parasit tumbuhan. Mereka dapat menyebabkan

30
kerugian ekonomi yang besar dalam pertanian karena merusak tanaman
budidaya.
b. Mikrobiologi
- Peran dalam siklus nutrisi: Oomycota berperan penting dalam siklus
nutrisi tanah karena mereka mengurai materi organik kompleks dan
menghasilkan nutrisi yang dibutuhkan organisme lain. Dalam
lingkungan air seperti rawa, sungai, dan danau, oomycota menguraikan
bahan organik kompleks menjadi senyawa sederhana seperti air dan
karbon dioksida, serta nutrien lainnya, yang kemudian dapat digunakan
kembali oleh organisme lain di ekosistem.
- Interaksi dengan mikroorganisme lain: Beberapa spesies Oomycota
dapat berinteraksi dengan mikroorganisme lain, seperti bakteri tanah
dan fungi, dalam membentuk hubungan simbiotik atau kompetitif yang
memengaruhi keseimbangan mikrobiota tanah.
c. Manusia
- Kesehatan manusia: Beberapa spesies Oomycota dapat menjadi patogen
pada manusia, menyebabkan berbagai kondisi penyakit. Contohnya,
Pythium insidiosum dapat menyebabkan infeksi pada kulit, mata, atau
saluran pencernaan pada manusia. Infeksi serius juga dapat terjadi pada
sistem pernapasan dan sirkulasi darah, dan dalam beberapa kasus dapat
menjadi fatal jika tidak diobati dengan tepat.

d. Industri Pangan: Beberapa spesies Oomycota dapat menyebabkan


kerusakan pada produk pangan, seperti pada sayuran dan buah-buahan
yang disimpan dalam kondisi lembap. Misalnya, Pythium sp. dapat
menyebabkan busuk pada berbagai jenis buah dan sayuran,
mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan dalam industri
pangan.

31
2.13 Sistematika
a. Saprolegnia sp. c. phytium sp.

Kingdom: Kingdom:

protista protista

divisi:
filum:
eumycota
heterkonta

Kelas: subdivisi:

Phycomycetes mastigomycotina

subKelas: Kelas:

oomycetes oomycetes

Ordo: Ordo:

saprolegniales peronosporales

Famili: Famili:
saprolegniaceae pythiaceae

genus: genus:
Saprolegnia phytium

Spesies: Spesies:
Saprolegnia sp. 32
Phytium sp.
b. Phytophora infestan d. phytophora nicotinae
Kingdom: Kingdom:
protista protista

divisi: divisi:
oomycota oomycota

kelas: kelas:
oomycetes oomycetes

ordo: ordo:
peronosporales peronosporales

Famili Famili

pythiaceae pythiaceae

genus: genus:

phytophtphora phytophtphora

spesies: spesies:

phytopora infestan phytopora nicotinae

33
e. Phytopora palmifera f. phytium insidiosum

Kingdom: Kingdom:
protista protista

divisi:
divisi:
oomycota
eumycota

kelas:
oomycetes subdivisi:
mastigomycotina

ordo:
peronosporales Kelas:
oomycetes

Famili
pythiaceae Ordo:
peronosporales

genus:
phytophtphora Famili:
pythiaceae

spesies:
phytopora palmifera genus:
phytium

34 Spesies:
Phytium insidiosum
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makalah ini dapat disimpulkan bahwa Protista adalah kingdom yang
terdiridari satu sel atau banyak sel dan memiliki membrane inti (organisme
eukariot) serta bersel tunggal. Protista Mirip Hewan dalam Filum
Sarcomastigomorpha dan Filum Labyrinthomorpha merupakan suatu makhluk
hidup yang memiliki berbagai ragam karakteristik, habitat, serta spesies yang
beragam. Filum Sarcomastigomorpha dan Filum Labyrinthomorpha juga dapat
hidup lingkungan seperti air tawar, air laut, tanah, dalam tubuh organisme lain
sebagai parasit.
Protista mirip jamur memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai
produsen, konsumen, dekomposer, dan parasit. Mereka memiliki manfaat
signifikan bagi ekosistem dan kehidupan yang hidup di dalamnya. Misalnya,
alga hijau merupakan produsen oksigen dan menghambat dekomposisi,
sedangkan jamur lalat memiliki fungsi dekomposisi. Alga-alga dan jamur lalat
memiliki manfaat sebagai sumber pangan, mineral, dan energi untuk
organismen lainnya. Protista mirip jamur sebagai konsumen memanfaatkan
sumber energi organik, seperti plankton, maupun kerak laut, untuk tumbuh dan
berkembang.

3.2 Saran
Protista mempunyai peran penting dalam lingkungan dan organisme lain.
Oleh karena itu, kita sebagai makhluk hidup harus menjaga dan melestarikan
organisme yang ada di lingkungan sekitar untuk menjaga kelengkapan
ekosistem yang ada.

35
GLOSARIUM

• Biotrof: Organisme yang hanya dapat hidup dan berkembang biak pada
organisme hidup lain.
• Dekomposer: Organisme yang memakan organisme yang telah mati dan
produk-produk limbah dari organisme lain.
• Distribusi: Kegiatan menyalurkan barang atau jasa dari pihak produsen
kepada konsumen.
• Ekologis: Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme
atau kelompok organisme dengan lingkungannya.
• Ekosistem: Sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
• Eksoglukanase: enzim selulosa yang menyerang ujung rantai selulosa non
pereduksi
• Endoglukanase: komplek enzim selulase yang memiliki kemampuan
menghidrolisis selulosa
• Eukariotik: Organisme dengan sel yang memiliki inti atau nukleus yang
dikelilingi oleh membrane sehingga sel ini memiliki dua membran yaitu
sitoplasma dan membrane inti
• Fertilisasi: Suatu proses pertemuan kedua sel gamet, yang terdiri dari sel
sperma dari laki-laki dan sel telur dari perempuan. Apabila proses
pembuahan berhasil terjadi, maka proses ini akan menghasilkan sel tunggal
yang disebut dengan zigot.

• Filamen: Benang panjang yang terdiri dari subunit protein.


• Filogenetik: Klasifikasi yang menunjukkan hubungan kekerabatan suatu
spesies dengan nenek moyang dan hubungan evolusioner antara organisme.
• Filum: Tingkatan klasifikasi makhluk hidup setelah Kingdom untuk hewan,
sedangkan untuk tanaman adalah Diviso
• Gametangium: Organ atau sel tempat dihasilkannya gamet
• Gametogenesis : Proses yang melibatkan pembentukan gamet, yaitu sel telur
dan sperma
36
• Generatif: Proses repsoduksi pada hewan dan tumbuhan yang dilakukan
secara kawin atau seksual.
• Genus: Kelas atau kelompok taksonimi yang mencakup lebih dari satu
spesies.
• Glikosil-protein : molekul besar yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu protein dan gula.
• Habitat: Tempat hidup alami organisme atau makhluk hidup tertentu.
• Haploid: Sel yang berisi satu set kromosom yang tidak berpasangan.
• Haustorium: Hifa yang menembus sitoplasma inang.
• Hemiselulosa: Komponen dinding sel tumbuhanyang terdiri dari kelompok
polisakarida heterogen.
• Hifa: Struktur fungi berbetuk tabung menyerupai benang panjang yang
terbentuk dari pertumbuhan spora dan konidium.
• Inti sel: organel terbesar dalam tubuh yang terdiri dari empat bagian utama.

• Jamur sejati: Jamur sejati adalah anggota organisme eukariotik penghasil


spora yang termasuk dalam Kingdom Fungi.

• Kitin : suatu senyawa karbohidrat kompleks yang tersusun dari banyak unit
gula sederhana yang disebut N-asetil-D-glukosamin.
• Miselium: Bagian jamur yang bagian jamur multiseluler yang dibentuk oleh
kumpulan beberapa hifa berfungsi sebagai penyerap makanan yang tersisa
agar dapat tumbuh dengan baik.
• Multiseluler: Organisme yang mempunyai banyak sel
• Oospora: Spora seksual berdinding tebal yang berkembang dari oosfer yang
telah dibuahi di beberapa ganggang dan jamur Oomycetes.
• Parasit : organisme yang hidup pada atau di dalam inangnya dan
mendapatkan makanannya dari atau dengan mengorbankan inangnya dan
bergantung pada sel inang untuk bertahan hidup.
• Patogen: Organisme yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
• Peptidoglikan: Selubung kaku yang mengelilingi membran sitoplasma
• Protozoa adalah kelompok polifili eukariota bersel satu.

• Replikasi: Proses menyalin secara utuh 2 untai DNA menjadi 2 untai baru.

37
• Respirasi : proses yang terjadi ketika tubuh mendapatkan oksigen dari udara
dan mengeluarkan karbon dioksida keluar dari dalam tubuh.
• Saprofit: Organisme yang hidup dan makan serta mendapatkan nutrisi dari
bahan organik yang sudah mati atau membusuk.
• Sekresi : istilah biologi yang mengacu kepada proses pengeluaran zat sisa
dalam tubuh.
• Sel eukariotik: Kelompok organisme yang sel- selnya mengandung nukleus
dan dikelilingi oleh membran nukleus.

• Selobiohidrolase: bagian terbesar dari banyak campuran selulolitik jamur


• Selulosa: Senyawa karbohidrat kompleks yang tersusun atas benyak rantai
glukosa
• Septa: Dinding pemisah antara sisi kanan dan kiri jantung.
• Siklus nutrisi: Pergerakan dan pertukaran bahan organik dan anorganik
kembali menjadi produksi materi.
• Sitoplasma: Cairan di dalam sel yang mengelilingi nucleus dan menjadi
tempat untuk organel sel
• Sitosol: Komponen sel di dalam sitoplasma yang berupa cairan dan tempat
terjadinya banyak proses sel.
• Spesies: Klasifikasi yang terdiri dari organisme terkait yang memiliki
karakteristik yang serupa dan saling membuahi satu sama lain.
• Sporangia: Tempat terbentuknya spora
• Transkirpsi: Proses menyalin salah satu untai DNA menjadi mRNA
sedangkan translasi adalah proses penterjemahan mRNA menjadi
polipeptida.

• Zigot: Gabungan dari sperma dan sel telur yang memiliki semua informasi
genetik yang dibutuhkan

• Zoospora: Struktur reproduksi aseksual yang diciptakan oleh mitosis pada


zoosporangium organisme tingkat rendah seperti jamur dan alga.
• β-glukan : senyawa kaya serat yang merupakan bagian dari molekul
karbohidrat polisakarid.

38
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. (2012). Ilmu Penyakit Tumbuhan (Edisi Ketiga). Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Djafaruddin. (2010). Pengenalan Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Gandjar, I., R. A. Samson., K. V. D. Vermeulen., A. Oetari., dan I. Santoso.


(2000). Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal., dan A. Oetari. (2006). Mikologi Dasar dan


Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Semangun, H. (2014). Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suwandi, U., dan N. Nurtika. (2016). Teknik Pengendalian Penyakit


Phytophthora pada Tanaman Hortikultura. Jakarta: Penebar Swadaya.

Luyunah, L., & Ami, M. S. (2021). Modul pembelajaran biologi berbasis reading
questioning & answer (RQA): materi jamur (kingdom fungi) untuk peserta didik
sma/ma/sederajat kelas X. LPPM Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.

39

Anda mungkin juga menyukai