Memahami Khiyar Dan Riba

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Memahami Khiyar dan Riba

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas terstruktur


Mata Kuliah : Fikih Muamalah
Dosen Pengampu : Bapak Drs. Sahidin, M.Si.

Disusun Oleh :

1. Ahmad Ayyash Al Banna (23020160106)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT yang hingga saat ini masih memberikan nikmat iman dan kesehatan,
sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang
“Memahami Khiyar dan Riba” yang mana ditulis untuk memenuhi syarat
tugas mata kuliah Fiqih Muamalah

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada setiap pihak yang telah


mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas
hingga selesai. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak
Sahidin dan teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah, serta sumber-sumber terkait yang turut menjadi referensi makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kami. Maka dari
itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Semarang, 30 Mei 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1. Latar belakang.......................................................................................4
1.2. Rumusan masalah..................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian, Hukum dan Contoh Kasus Khiyar.......................................5
B. Pengertian, Hukum, dan Contoh Kasus Riba..........................................8
Kesimpulan...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Konsep keadilan dan kesetaraan antara kedua belah pihak yang terlibat
sangat penting dalam praktik transaksi ekonomi, terutama yang
didasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Konsep khiyar, yang secara
harfiah berarti pilihan, adalah sebuah prinsip dalam hukum Islam yang
memberikan hak kepada salah satu atau kedua belah pihak dalam sebuah
akad untuk membatalkan transaksi dalam kondisi tertentu. Konsep ini
digunakan untuk menjaga prinsip ini dalam transaksi jual beli. Hak ini
merupakan salah satu bentuk perlindungan konsumen yang paling
dihargai dalam hukum Islam, yang menunjukkan betapa sensitifnya
hukum Islam terhadap kemungkinan ketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang terjadi dalam transaksi.
Khiyar tidak hanya memungkinkan keadilan dan kepastian hukum,
tetapi juga mengandung aspek etis seperti kejujuran, transparansi, dan
kepercayaan. Dengan khiyar, penjual diharuskan untuk bersikap
transparan tentang kondisi barang atau jasa yang mereka jual, sementara
pembeli memiliki kesempatan untuk membuat keputusan yang lebih baik
setelah mendapatkan informasi lebih lanjut atau setelah menerima
informasi lebih lanjut.
Meskipun prinsip ini sudah lama ada dan diakui dalam hukum Islam,
masih ada beberapa masalah untuk menerapkannya. Ini termasuk
masalah dalam memahami konsep, menerapkannya dalam praktik bisnis
modern, dan menyelesaikan sengketa. Dengan munculnya model bisnis
baru dan transaksi elektronik yang tidak terbatas ruang dan waktu,
masalah ini menjadi semakin sulit.

1.2. Rumusan masalah


a. Apa pengertian dari Khiyar dan Riba?
b. Bagaimana hukum Khiyar dan Riba
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Hukum dan Contoh Kasus Khiyar

Dalam segi bahasa khiyar bisa diartikan suatu pilihan. Para ulama
dalam bidang ekonomi sudah biasa memahami definisi khiyar jika ada
masalah yang berkaitan dengan transaksi hukum perdata. Konsep
khiyar memungkinkan setiap orang memiliki hak untuk menanyakan
transaksi yang dilaksanakan. Namun, Sayyid Sabiq mengatakan bahwa
khiyar adalah salah satu perjuangan untuk mencapai kemaslahatan
untuk menyelesaikan dua masalah: melanjutkan atau membatalkan
transaksi.1
Menurut Wahbah Az-Zuhaili, khiyar adalah menentukan pilihan
kedua belah pihak yang melaksanakan akad antara melanjutkan atau
membatalkan transaksi yang disetujui. Keputusan ini didasarkan pada
keadaan kedua belah pihak yang melaksanakan akad.2
Namun, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, hak penjual
dan pembeli untuk memilih untuk melanjutkan atau membatalkan
transaksi jual beli disebut khiyar. Dalam Hukum Islam, bagaimanapun,
diperbolehkan adanya khiyar dalam transaksi jual beli, seperti yang
disebutkan dalam Qs. An Nisa':29:

‫ْأ‬ ‫ٰا‬ ‫ٰٓي‬


‫َاُّيَها اَّلِذ ْيَن َم ُنْو ا اَل َت ُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض‬
‫۝‬٢٩ ‫ِّم ْنُك ْۗم َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْۗم ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬
artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa
perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.

Yang menjelaskan bahwa kaum muslim melarang memakai harta


orang lain dengan cara yang batil kecuali dalam hubungan perniagaan
di mana kedua belah pihak memiliki sikap ridho atau suka sama suka.
Selanjutnya, dalam Al-Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Rasulullah SAW bersabda,

1
Sayyid Sabiq, Terj Fikih Sunnah jilid 5 ,Tahkik & Takhrij: Muhammad Nasiruddin Al
Albani, (Cakrawala Publishing 2008.)209
2
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, Terj. Muhammad Afifi, Abdul Hafiz,
“ Fiqih Imam Syafi‟i,( Jakarta: Almahira, 2010) 670
)‫َأْنَت ِباْلِخَياِر ِفي ُك ِّل ِس ْلَعٍة اْبَتْعَتَها َثَالَث َلَياٍل (رواه البيهقى وابن ماجه‬

Artinya: “Kalian boleh melakukan khiyar dalam suatu barang yang


kalian beli sekitar tiga malam”(HR.Al-Baihaqy dan Ibnu Majah)

Dalam situasi seperti ini, melanjutkan atau membatalkan transaksi


tergantung pada keadaan barang atau jasa yang dibeli. Akad jual beli
bersifat mengikat sehingga sempurna hukum asalnya. Jika ada hak
khiyar di dalamnya, maka jual beli tersebut tidak mengikat selama
jangka waktu khiyar karena ada kemungkinan salah satu pihak akan
membatalkan berakad, menimbulkan ketidakpastian dalam transaksi.
Namun, cara terbaik untuk melakukan transaksi barang atau jasa adalah
dengan hak khiyar yang diatur oleh hukum Islam dalam tingkat
kepuasan para pihak yang melaksanakan akad.
Adapun dibolehkan nya khiyar, hal tersebut adalah yang menjadi
pendapat jumhur para ulama kecuali Ats-Tsauri serta Ibnu
Syubrumah
serta sekelompok dari kalangan ahli Zhahir.
Dalil yang dijadikan landasan oleh jumhur ulama adalah hadits
Ibnu Umar3

‫ "اْلُم َتَباِيَع اِن‬: ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫ َقاَل‬،‫َع ْن اْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا‬
‫"ُك ُّل َو اِحٍد ِم ْنُهَم ا ِباْلِخ َياِر َع َلى َص اِح ِبِه َم ا َلْم َيَتَفَّر َقا ِإاَّل َبْيَع اْلِخَياِر‬
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Penjual dan pembeli memiliki
khiyar (hak untuk memilih) selama keduanya belum berpisah, kecuali
jual beli dengan khiyar (syarat)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Khiyar berakhir jika terjadi hal-hal seperti berikut:
1. Masa berlaku akad berakhir ketika ada tenggang waktunya.
2. Jika akad mengikat, para pihak yang terlibat dalam akad dapat
membatalkannya.
3. Akad bersifat mengikat ketika: akad itu fasid, adanya khiyar
syarat dan khiyar aib, para pihak yang terlibat dalam akad tidak
melaksanakannya, dan tujuan akad telah tercapai.
4. Hikmah dari konsep khiyar ini adalah agar kemaslahatan tercipta
bagi pihak yang sedang bertransaksi, memelihara kerukunan, menjalin
hubungan yang baik sesama manusia, dan menumbuhkan cinta dan
kasih sayang kepada semua orang. Apabila seseorang telah terlanjur
membeli sesuatu, dan barang tersebut mengecewakan mereka, mereka

3
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 2 Takhrij: Ahmad Abu Al Majdi (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007) h 412
akan menyesal, yang dapat menyebabkan kemarahan, kedengkian,
dendam, persengketaan, dan perbuatan buruk lainnya yang dilarang
oleh agama. Tujuan syariat adalah untuk melindungi manusia dari
berbagai keburukan tersebut. Oleh karena itu, syariat Islam menetapkan
hak khiyar untuk melindungi keselamatan, kerukunan, dan
keharmonisan dalam hubungan antara manusia.4

 Budi sedang mencari smartphone bekas. Ia melihat iklan online yang


ditawarkan oleh Rini. Melalui foto di iklan tersebut, smartphone
tersebut terlihat mulus dan menarik. Budi menghubungi Rini dan
sepakat untuk membeli smartphone tersebut dengan harga Rp.
2.000.000,-. Transaksi dilakukan secara online dengan transfer bank.
Setelah menerima smartphone tersebut, Budi terkejut karena ternyata
terdapat lecet yang cukup besar pada layar smartphone yang
sebelumnya tidak terlihat di foto iklan. Budi merasa dirugikan
karena ia tidak mengetahui kondisi barang yang sebenarnya sebelum
membeli.

Khiyar Ru'yah:

Dalam situasi ini, Budi bisa menggunakan hak khiyar ru'yah. Khiyar
ru'yah adalah hak bagi pembeli untuk membatalkan akad jual beli
jika sebelumnya ia belum pernah melihat barang yang dibeli.

Pilihan Budi:

 Menerima smartphone: Budi bisa menerima smartphone tersebut


meskipun terdapat lecet di layar. Ia tetap harus membayar Rp.
2.000.000,- kepada Rini sesuai dengan kesepakatan awal.
 Membatalkan pembelian: Budi bisa membatalkan pembelian
dengan mengembalikan smartphone kepada Rini. Rini wajib
mengembalikan uang Rp. 2.000.000,- yang telah dibayarkan oleh
Budi.

Catatan:

 Budi harus segera memberitahukan kepada Rini mengenai


keputusannya, apakah ia ingin tetap menerima smartphone atau
membatalkan pembelian.
 Jika lecet tersebut tergolong aib (cacat) yang tersembunyi, maka
Budi bisa menggunakan hak khiyar aib untuk meminta perbaikan
kepada Rini atau meminta pengurangan harga.

4
Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup dalam
Berekonomi), (Bandung: CV.Diponegoro, 1992), 101
B. Pengertian, Hukum, dan Contoh Kasus Riba

Para ulama setuju bahwa riba terjadi pada dua hal: jual beli dan
tanggungan, seperti pinjaman, penjualan, atau yang lainnya. Yang
pertama adalah riba yang disepakati; yang kedua adalah riba
jahiliyah, yaitu memberikan pinjaman dengan pengembalian yang
meningkat jika penundaan pembayaran dilakukan, mereka
mengatakan:

"Tangguhkanlah aku, maka akan aku berikan tambahan


untukmu." Inilah yang dimaksudkan oleh Nabi SAW dalam sabda
beliau pada haji Wada':5

‫ َفِإَّنُه‬،‫ َو َأَّوُل ِر ًبا َأَض ُع ِر َبا َع ِّم ي اْلَع َّباِس ْبِن َع ْبِد اْلُم َّطِلِب‬، ‫ِإَّن ِر َبا اْلَج اِهِلَّيِة َم ْو ُضوٌع‬
‫َم ْو ُضوٌع ُك ُّلُه‬

Artinya: "Dari Jabir radhiyallahu 'anhu berkata: Kami bersama


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haji Wada', beliau
bersabda: 'Sesungguhnya riba jahiliyah itu dihapuskan, dan riba
pertama yang saya hapuskan adalah riba paman saya Al-Abbas bin
Abdul Muththalib, sesungguhnya semua riba itu dihapuskan." (HR.
Muslim)

Ayat 39 surah pertama menjelaskan secara implisit keharaman


riba. Menurut al-Rûm:

‫َو َم ٓا ٰا َتْيُتْم ِّم ْن ِّر ًبا ِّلَيْر ُبَو ۠ا ِفْٓي َاْم َو اِل الَّناِس َفاَل َيْر ُبْو ا ِع ْنَد ِۚهّٰللا َو َم ٓا ٰا َتْيُتْم ِّم ْن‬
‫ٰۤل‬
‫۝‬٣٩ ‫َز ٰك وٍة ُتِرْيُد ْو َن َو ْج َه ِهّٰللا َفُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْض ِع ُفْو َن‬

Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).‛
(Q.s. al-Rûm [30]: 39).
Riba secara bahasa berarti "tambahan" atau "kelebihan". Dalam
konteks syariah, riba didefinisikan sebagai tambahan yang diambil
dari pinjaman atau pertukaran barang sejenis yang tidak dibenarkan
syariat Islam (Tafsir Al-Qurthubi, 3:196).6
5
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Jilid 2 Takhrij: Ahmad Abu Al Majdi (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007) h 256

6
Abu Abdullah Muhammad, Tafsir al-Qurthubi Jilid 3 Takhrij: Mahmud Hamid Utsman
(Jakarta: Pustaka Azzam)
Dalil larangan Riba;
1. Qs. Al-Baqarah 2: 275:
‫َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّش ْيٰط ُن ِم َن‬
‫اْلَم ِّۗس ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهْم َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم‬
‫الِّر ٰب وۗا َفَم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفاْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَۗف َو َاْم ُر ٓٗه ِاَلى ِۗهّٰللا‬
‫ٰۤل‬
‫۝‬٢٧٥ ‫َو َم ْن َعاَد َفُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِۚر ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن‬

Artinya: Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba


tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan
karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata
bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Siapa pun yang
telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut
riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu
menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang
mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka
kekal di dalamnya.

2. Qs. Al-Baqarah 4 : 161:

‫َّو َاْخ ِذِهُم الِّر ٰب وا َو َقْد ُنُهْو ا َع ْنُه َو َاْك ِلِهْم َاْم َو اَل الَّناِس ِباْلَباِط ِۗل َو َاْعَتْد َنا‬
‫۝‬١٦١ ‫ِلْلٰك ِفِر ْيَن ِم ْنُهْم َع َذ اًبا َاِلْيًم ا‬

Artinya: melakukan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang


darinya; dan memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil).
Kami sediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka azab yang
sangat pedih.

3. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah


shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

‫َلَع َن َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم آِكَل الِّر َبا َو ُم وِكَلُه َو َك اِتَبُه َو َش اِهَد ْيِه َو َقاَل ُهْم َس َو اٌء‬

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknat orang yang


memakan riba, yang membayarnya, dan juga orang yang
mencatatnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda, 'Mereka itu
sama (dosanya).'" (Muslim)

4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu


'alaihi wasallam bersabda:
‫الِّر َبا َس ْبُعوَن َباًبا َأْيَس ُرَها ِم ْثُل َأْن َيْنِكَح الَّرُجُل ُأَّم ُه‬

"Riba itu mempunyai 73 pintu (cabang), yang paling ringan adalah


seperti seseorang menzinahi ibunya sendiri." (Ibnu Majah dan Al-
Hakim)

5. Dari 'Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu, Rasulullah


shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

‫الَّذ َهُب ِبالَّذ َهِب َو اْلِفَّض ُة ِباْلِفَّض ِة َو اْلُبُّر ِباْلُبِّر َو الَّش ِع يُر ِبالَّش ِع يِر َو الَّتْم ُر ِبالَّتْم ِر َو اْلِم ْلُح‬
‫ِباْلِم ْلِح ِم ْثاًل ِبِم ْثٍل َس َو اًء ِبَس َو اٍء َيًدا ِبَيٍد َفَم ْن َز اَد َأِو اْز َداَد َفَقْد َأْر َبى آِخ ُذ ُه َو ُم ْع ِط يِه َس َو اٌء‬

"Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum


dengan gandum, sejenis dengan sejenis, sama dan tunai. Barangsiapa
memberi tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah
berbuat riba." (Muslim)

Dalam Islam, terdapat beberapa jenis riba yang diharamkan,


diantaranya:

1. Riba Nasi'ah ( ‫ )ِرَبا الَّنِس يَئِة‬Riba ini terjadi pada transaksi utang-piutang
yang mensyaratkan adanya tambahan (bunga) pada saat
pengembalian utang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan
riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba." (QS. Al-Baqarah: 275)

2. Riba Fadhl ( ‫ )ِرَب ا اْلَفْض ِل‬Riba ini terjadi dalam pertukaran barang
sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, atau waktu
penyerahannya. Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah SAW
bersabda:

"Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama


(nilainya) dan janganlah kamu menambahkan sebagian atas sebagian
yang lain; janganlah kamu menjual perak dengan perak kecuali sama
(nilainya) dan janganlah kamu menambahkan sebagian atas sebagian
yang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Riba Yad ( ‫ )ِرَبا اْلَي ِد‬Riba ini terjadi dalam pertukaran barang yang
sama jenisnya tetapi berbeda kualitasnya, seperti menukar kurma
kualitas rendah dengan kurma kualitas bagus dengan takaran yang
sama.
4. Riba Qardh ( ‫ )ِرَبا اْلَقْر ِض‬Riba ini terjadi pada pinjaman atau utang
yang mensyaratkan adanya tambahan pada saat pengembalian
sebagai imbalan karena penundaan pembayaran.
5. Riba Jahiliyah ( ‫ )ِرَب ا اْلَج اِهِلَّي ِة‬Riba jenis ini adalah riba yang
dipraktikkan pada masa jahiliyah (pra-Islam) di Arab. Misalnya,
seseorang berhutang lalu tidak mampu membayar pada waktu yang
ditentukan, maka jumlah hutangnya akan bertambah berlipat ganda.

Contoh riba:

Budi membutuhkan uang untuk modal usaha. Ia meminjam uang Rp.


10.000.000,- kepada Rini dengan perjanjian mengembalikan Rp.
12.000.000,- dalam waktu satu tahun. Dalam kasus ini, terdapat unsur riba
nasiah, yaitu adanya penambahan nominal pinjaman yang harus dibayarkan
oleh peminjam (Budi) kepada pemberi pinjaman (Rini).

Hukum Riba Nasiah: Riba nasiah termasuk dalam kategori riba qardh
yang secara tegas diharamkan dalam Islam. Hal ini berdasarkan dalil Al-
Qur'an dan hadis, seperti:

 Al-Qur'an:
o Surah Al-Baqarah ayat 275: "Riba itu terlipat ganda di sisi
Allah. Allah menghapus riba dan menumbuhkan sedekah.
Dan Allah tidak menyukai orang yang zhalim."
 Hadis:
o Dari Rasulullah SAW bersabda: "Setiap pinjaman yang
mengandung riba itu tidak diberkati." (HR. Ahmad)

Solusi: Budi dan Rini harus segera menyelesaikan transaksi riba ini
dengan cara:

 Mengembalikan nominal pinjaman sesuai dengan pokoknya saja,


yaitu Rp. 10.000.000,-. Rini tidak boleh mengambil keuntungan
tambahan dari Budi.
 Bertobat kepada Allah SWT atas dosa riba yang telah dilakukan.

Kesimpulan

Dalam Islam, riba adalah istilah yang berarti mengambil keuntungan


tambahan atau uang dari pinjaman uang atau komoditas. Ini biasanya
disebut sebagai "bunga" atau "tambahan yang tidak perlu". Dua jenis riba
yang dilarang dalam Islam adalah sebagai berikut: Riba al-Nasi'ah: Riba
yang terkait dengan pinjaman uang atau komoditas di mana pembayaran
kembali melebihi jumlah pokok pinjaman; dan Riba al-Fadl: Riba yang
terjadi dalam pertukaran barang yang serupa tetapi dalam jumlah yang
berbeda (Al-Qur'an 2:275-280, Hadits Bukhari dan Muslim). Nabi
Muhammad SAW juga melarang keras riba dalam berbagai bentuk dalam
beberapa hadits (Hadits Bukhari dan Muslim).

DAFTAR PUSTAKA

M Abdullah Abu, (2007). Tafsir al-Qurthubi Jilid 3 Takhrij: Mahmud


Hamid Utsman (Jakarta: Pustaka Azzam)
Rusyd Ibnu, (2007). Bidayatul Mujtahid (Jakarta: Pustaka Azzam)

Sabiq Sayyid, (2008). Fikih Sunnah jilid 5, (Cakrawala Publishing)

Ya’qub Hamzah, (1992). Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola


Pembinaan Hidup dalam Berekonomi), (Bandung: CV.Diponegoro)
Zuhailiy Wahbah, (2010) Al-Fiqhu As-Syafi‟i Al-Muyassar, ( Jakarta:
Almahira)

Anda mungkin juga menyukai