Kurs On Roa 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

184 Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen

e-ISSN 2580-3743 Vol. 9 No. 2, Juni 2021 (184-196)

THE EFFECTS OF INTEREST AND EXCHANGE RATE ON STOCK RETURNS OF LQ-45 COMPANIES
LISTED ON IDX FOR THE PERIOD OF 2015-2019 WITH PROFITABILITY AS INTERVENING VARIABLE

Fadrul1, Johansen2, Debbi Chyntia Ovami3


1&2
Institut Bisnis dan Teknologi Pelita Indonesia, 3Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah
Email: [email protected]

ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of interest rates and exchange rates on stock returns with profitability as an
intervening variable of the LQ-45 company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). The sampling method used
in this study was purposive sampling. The sample consisted of 28 companies out of 45listed on the IDX that published
complete annual reports from 2015-2019. Data analysis techniques used multiple linear regression analysis. The
results of the study found that interest rates and exchange rate has a negative effect on Return On Assets (ROA) and
LQ-45 company stock return in 2015-2019, while the value of interest rates and exchange rates have a positive effect
on stock returns through the Return of Assets (ROA) of LQ-45 companies 2015-2019

Keywords: Interest Rate; Exhange Rate; Stock Returns; Return on Assets (ROA)

PENGARUH SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN LQ-45 YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015-2019 DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga dan kurs terhadapreturn saham dengan profitabilitas
sebagai variable intervening perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling.Sampel yang digunakan adalah 28 perusahaan
dari 45 perusahaan yang terdaftar dalam BEI yang mempublikasikan laporan tahunan lengkap dari tahun 2015-
2019.Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian menemukan bahwa suku
bunga dan kurs berpengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA) dan Return saham perusahaan LQ-45 tahun
2015-2019, sedangkan nilai suku bunga dan kurs berpengaruh positif terhadap return saham melalui Return Of
Asset(ROA) perusahaan LQ-45 tahun 2015-2019

Kata kunci: Kurs; Suku Bunga; Return Saham; Return on Assets (ROA)

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/PROCURATIO/index
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 185
e-ISSN 2580-3743

PENDAHULUAN
Peranan penting pasar modal bagi pihak emiten sebagi tempat untuk mendapatkan sumber dana sedangkan bagi
investor sebagai tempat untuk menginvestasikan dananya. Bila pasar modal efesien maka pasar modal akan
memberikan return seperti yang diharapkan oleh para investor. Investor selalu menginginkan return yang tinggi tetapi
selalu menghindari resiko. Akan tetapi, teori menyebutkan bahwa investasi yang mempunyai return tinggi pasti akan
mempunyai resiko yang tinggi juga, (Tandelilin, 2010). Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan
memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian
tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham merupakan penilaian sesaat
yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala
eksteral, kekuatan penawaran dan permintaan saham dipasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi
saham.
Bagi investor, pasar modal merupakan tempat untuk menyalurkan dananya dalam bentuk berupa
saham.Investasi berupa saham memiliki daya tarik tersendiri untuk para investor dimana dengan melakukan investasi
saham mereka memiliki harapan agar mendapatkan deviden saham atau pembagian laba yang tinggi.Investor
menggunakan pasar modal untuk dapat memperoleh tingkat penghasilan yang tinggi dan juga memiliki risiko yang
tinggi terhadap investasi tersebut. Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public untuk mendapatkan tambahan
dana, pasar modal menjadi pilihannya agar perusahaan memiliki kemampuan untuk bertahan dan bersaing dengan
perusahaan yang lain.
Untuk menentukan return ekspektasi dan risiko yang akan dihadapi maka digunakan return historis. Return
yang memiliki sifat tidak pasti yang diharapkan oleh investor dan terjadi dikemudian hari merupakan pengertian return
ekspektasi. Dengan begitu, investor memiliki tantangan yaitu mendapatkan antara profit dengan loss. Yang menjadi
konsep return yaitu semakin tinggi tingkat return yang diinginkan maka semakin tinggi pula risiko yang akan diterima
dan sebaliknya, berdasarkan konsep return dapat di ambil keputusan bahwa return berpengaruh positif terhadap risiko.
Berdasarkan hasil penelusuran sementara, saham LQ-45 mengalami fluktuasi return saham.berikut disajikan
grafik return saham LQ-45 3 tahun terakhir:

Return Saham(%)

2017(I)
2017(II)
2018(II)
2.19% 2019(I)
1.71% 1.34% 2019(II)
0.58%
0.06%
2018(I)

-2.76%

Sumber : Yahoo Finance, 2020


Gambar 1. Data Return saham (Tahun 2017-2019)

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pergerakan indeks cenderung fluktuatif dan pergeseran paling
jauh ada pada 2017 Semester ke 2 – 2018 Semester 1 yakni dari 1,71% merosot jauh ke -2,76% dalam 1 Semester.
Pada hakekatnya, harga saham sifatnya fluktuatif, bisa naik dan bisa juga turun, sama halnya dengan harga barang atau
komoditas di pasar. Bagi sebagian orang, pergerakan harga saham yang fluktuatif justru merupakan seni dalam
berdagang karena di sanalah terdapat potensi capital gain (keuntungan dari jual beli saham).Sebaliknya, apabila pasar
statis tidak menarik minat investor, khususnya investor jangka pendek (trader).

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


186
e-ISSN 2580-3743

Faktor ekonomi makro berasal dari permasalahan ekonomi secara luas sebagai contoh kebijakan ekonomi,
inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang, pendapatan masyarakat dan lain-lain. Faktor fundamental adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang mengeluarkan saham itu sendiri(emiten). Apabila perusahaan
yang mengeluarkan saham dalam kondisi yang baik kinerjanya, harga saham akan cenderung meningkat dan apabila
harga saham meningkat maka return yang diterima juga meningkat. Hal ini di sebabkan kepercayaan investor kepada
emiten semakin baik, investor mempunyai harapan akan mem peroleh bagian keuntungan atau dividen yang besar.
Faktor fundamental ini bisa dilihat dari laporan keuangan, dan dari laporan keuangan emiten bisa dilihat tingkat kinerja
keuangan nya baik dari segi kemampuan menghasilkan keuntungan (profitabilitas), kemampuan membayar hutang
(solvabilitas), maupun tingkat efisiensi dan efektivitasnya dalam mengelola kekayaannya(Aktivitas).
Suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Di samping itu, “suku bunga yang tinggi juga akan
menyebabkan return yang di isyaratkan dari suatu investasi meningkat” (Tandelilin, 2010)Hasil penelitian oleh
(Wulan, 2018) suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan return saham secara langsung, sedangkan
penelitian oleh (Ade, 2018),(Alfiatul et al., 2016)suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA dan
return saham secara langsung.
Faktor kedua yakni perubahan kurs rupiah memengaruhi pendapatan dan biaya operasional perusahaan yang
selanjutnya akan menyebabkan perubahan pada return saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan
volume ekspor. Jika permintaan pasar internasional cukup elastis maka cash flow perusahaan, sebaliknya jika emiten
membeli produk luar negri dan memiliki hutang dalam bentuk dolar maka harga saham dan return sahamnya akan
turun (Kewal, 2012).Penelitian yang dilakukan oleh (Kewal, 2012)menemukan bahwa saat kurs rupiah menguat
terhadap dolar, terjadi peningkatan permintaan mata uang rupiah sehingga terjadi peningkatan harga saham yang
akhirnya akan berpengaruh meningkatkan return sahamnya. (Randa & Abraham, 2009) juga melakukan penelitian
yang mendukung perubahan nilai tukar rupiah akan memberikan pengaruh negatif terhadap harga saham.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh suku bunga dan kurs terhadap return saham dengan profitabilitas sebagai variabel intervening.

TINJAUAN PUSTAKA
Saham
Menurut (Tandelilin, 2011), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah selembaran kertas
atau dokumen yang menegaskan kepemilikanseseorang atau badan usaha terhadap suatu perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut. Setiap pemegang saham memiliki hak untuk bergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).

Return Saham
Setiap investasi yang dipilih memiliki harapan keuntungan di masa yang akan datang, baik investasi jangka panjang
maupun jangka pendek. Komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan
capital gain (selisih harga). Current income adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat
periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen, dan sebagainya. Current income mencerminkan
keuntungan yang diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat.(Tandelilin, 2011).

Pi,t - Pi,t - 1
Ri,t =
Pi,t - 1

Keterangan :
Ri,t : Pendapatan aktual return untuk saham i pada periode peristiwa t
Pi,t : Harga sekuritas i pada periode peristiwa t
Pi,t-1: Harga sekuritas i pada periode peristiwa t-1

Return on Assets (ROA)


Menurut (Saqafi & Vakilifard, 2012)dalam penelitiannya menyatakan bahwa ROA memiliki hubungan dengan tingkat
pengembalian (return) dari suatu investasi dimasa yang akan datang. Meningkatnya ROA berarti perusahaan dianggap
mampu menghasilkan laba perusahaan yang tinggi dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan meningkat.
menurut (Tandelilin, 2010), tingkat pengembalian aktiva (ROA) dapat diukur dengan formula sebagai berikut:

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 187
e-ISSN 2580-3743

Laba Bersih
ROA = x 100%
Total Asset

Suku Bunga
Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia merupakan variabel yang cukup penting, karena BI rate menjadi dasar bagi
penetapan tingkat suku bunga bagi perbankan konvensional ataupun nisbah bagi hasil bagi perbankan syariah.
Meskipun perbankan syariah tidak menggunakan variabel tingkat suku bunga dalam aktivitas pendanaan dan
pembiayaan, namun secara tidak langsung para pelaku perbankan syariah menjadikan BI Rate sebagai tolak ukur
(benchmark) dalam menentukan ekuivalen tingkat bagi hasil maupun margin pada akad jual beli.
Menurut Bank Indonesia, Suku Bunga adalah kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai acuan dalam oprasi moneter melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Menurut (Boediono, 2014), “suku bunga adalah harga dari
penggunaan dana investasi (loanable funds”). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator dalam menetukan
apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.

Kurs
Nilai tukar mata uang atau sering disebut kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Ada dua
pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar.
Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan
terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang (Tjiptono
Darmadji & Hendy M, 2006). Nilai kurs ini sangat penting dalam mengambil keputusan untuk berbelanja atau juga
membeli barang dari luar negri, disebabkan karena dengan kurs ini kita akan menerjemahkan harga-harga barang dari
berbagai macam negara kedalam mata uang negara kita.

Hubungan Suku Bunga dengan ROA


Menurut Bank Indonesia, suku bunga adalah kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebagai acuan dalam oprasi moneter melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Digunakannya BI Rate sebagai acuan dalam penentuan ekuivalen bagi
hasil(bunga bank) menyebabkan perubahan tingkat suku bunga yang turut mempengaruhi profitabilitas perusahan dan
tingkat pembiayaan bermasalahnya (risiko gagal bayar).
H1 : Suku Bunga berpengaruh terhadap ROA.

Hubungan Suku Bunga dengan Return Saham


Suku bunga yang tinggi menyebabkan beban kredit meningkat dan dapat menyebabkan penurunan laba bersih.
Kenaikan suku bunga dapat menurunkan minat investor dalam berinvestasi saham sehingga mengakibatkan jatuhnya
harga saham akibat penjualan saham secara besar-besaran (Samsul, 2006).
H2 : Suku bunga berpengaruh terhadap return saham.

Hubungan Suku Bunga dengan Return Saham melalui ROA


Menurut(Boediono, 2014)“suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds)”. Tingkat suku
bunga merupakan salah satu indikator dalam menetukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung.
Suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekaranh (present value) aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan investasi yang ada tidak menarik lagi. Tingkat suku bunga pinjaman tersebut dapat menjadi salah satu
pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal (Abdul Aziz, 2010).
H3 : Suku Bunga berpengaruh terhadap return saham melalui ROA sebagai variabel intervening.

Hubungan Kurs dengan ROA


Menurut (Mankiw, 2006)“kurs merupakan tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan transaksi perdagangan”. Nilai tukar satu mata uang mempengaruhi perekonomian apabila nilai tukar mata
uang tersebut terapresiasi atau terdepresiasi.Sebagai lembaga yang memfasilitasi perdagangan internasional,
perbankan syariah tidak dapat menghindarkan diri dari keterlibatannya pada pasar valuta asing.
H4 : Kurs berpengaruh terhadap ROA.

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


188
e-ISSN 2580-3743

Hubungan Kurs dengan Return Saham


Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara.Kurs nominal bergantung pada
kurs rill dan tingkat harga atau inflasi kedua negara.Hal ini menunjukan kebijakan moneter mempengaruhi kurs
nominal.Pertumbuhan jumlah uang meningkatkan harga barang yang diukur dengan uang, pertumbuhan itu cenderung
meningkatkan harga mata uang asing yang diukur dalam kurs mata uang domestik.
Investor asing yang melakukan diversifikasi portofolio akan mengharapkan return atas investasinya dalam
dua hal yaitu saham dan valas. Investor juga menanggung risiko atas saham dan risiko nilai tukar. Laba yang diperoleh
dari kepemilikan saham akan dikonversikan pada mata uang negara mereka, jika kurs mata uang negara asal investor
tersebut menguat maka keuntungan yang didapat akan lebih kecil dibanding keuntungan yang didapat oleh investor
domestik Negara tempat ia menginvestasikan modal dan berlaku sebaliknya.
H5 : Kurs berpengaruh terhadap return saham.

Hubungan Kurs dengan Return Saham melalui ROA


Kurs rill (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara.Kurs rill menyatakan tingkat
di mana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain (Mankiw,
2006).Apabila kurs rill mengalami penurunan maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibanding barang-
barang luar negeri sehingga meningkatkan tingkat investasi domestik. Kenaikan permintaan investasi akan mengurangi
penawaran mata uang domestik yang diinvestasikan ke luar negeri. Ketika kurs domestik mengalami apresiasi, barang-
barnag menjadi relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri dan ekspor neto akan turun.
H6 : Kurs berpengaruh terhadap return saham melalui ROA sebagai variabel intervening.
Hubungan ROA dengan Return Saham
Perusahaan berupaya agar ROA dapat selalu ditingkatkan karena semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif
perusahaan memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak dan dengan semakin meningkatnya
ROA maka profitabilitas perusahaan semakin baik.Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk
menghasilkan keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham dan
menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Hal tersebut akan menyebabkan harga saham perusahaan akan
meningkat dengan kata lain ROA akan berdampak positif terhadap return saham (Purama, 2017)
H7 : ROA berpengaruh terhadap return saham.

Kurs
(X1)

Profitabilitas Return Saham


(Z) (Y)

Suku Bunga
(X2)
Sumber : Data Olahan, 2020
Gambar 2. Kerangka Pemikiran

MODEL PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan
laporan keuangan yang terdapat pada website finance.yahoo.com dan idx.co.id dengan waktu penelitian dari bulan
Agustus 2020 sampai dengan Februari 2021.Menurut (Sugiyono, 2013), populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 45 perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
suatu populasi (Sugiyono, 2013).Teknik sampling mencakup probability sampling dan nonprobability sampling.Pada
penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan metode purposive sampling.
Menurut (Sugiyono, 2013), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 189
e-ISSN 2580-3743

Tabel 1. Data Sampel


No Kriteria Jumlah
1 Semua perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 45
2 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap selama periode penelitian (17)
(Tidak masuk dalam LQ-45 selama periode penelitian)
Total 28
Sumber : Data olahan, 2020

Metode Analisis Data


Analisis Statistik Deskriptif
Pada statistik deskriptif akan dibahas cara-cara penyajian data dengan tabel biasa maupun distribusi grafik. Analisis
statistik deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan pengolahan hasil data keuangan dan laporan tahunan
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Peneliti bermaksud memberikan gambaran
umum tentang Kurs, Suku Bunga, Return on Assets (ROA) dan Return saham.

Analisis Statistik Inferensial


Statistik inferensial menurut (Sugiyono, 2013)adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan model variance based
dengan metode Partial Least Square (PLS) untuk analisis jalur (path analysis) pada data keuangan perusahaan LQ-45
di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019. Di dalam PLS, model struktural hubungan antar variabel laten (variabel
yang tidak dapat diukur secara langsung) disebut inner model, sedangkan model pengukuran disebut outer model.

Partial Least Square (PLS)


Pada penelitian ini menggunakan pendekatan model persamaan struktural atau Structural Equation Modelling (SEM),
karena model ini mampu melakukan uji analisis jalur dengan variabel laten. Partial Least Squares (PLS) menurut
(Ghozali, 2013) merupakan jenis SEM berbasis variance yang diciptakan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan
oleh SEM berbasis covariance. Metode analisis PLS ini bias digunakan untuk menguji teori yang lemah dan data yang
lemah seperti jumlah sampel kecil atau adanya masalah normalitas data. Sehingga metode PLS yang powerfull dan
sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi Ordinary Least Square (OLS) regresi
seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel
eksogen (Ghozali, 2013)

Outer Model
Model pengukuran atau disebut juga outer model untuk menguji validitas dan reliabilitas yang merepresentasikan
setiap konstruk. Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indicator dinilai berdasarkan
korelasi antar item score/component score dengan construct score yang di hitung dengan PLS. Ukuran reflektif
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap
dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup. Discriminant validity dari model
pengukuran dengan reflektif indicator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi
konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa
konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baikdaripada ukuran blok lainnya.
Metode ini untuk menilai discriminant validity yaitu membandingkan nilai square root of Average Variance
Extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk lainnya dalam model.Jika nilai akar AVE setiap
konstruk lebih besar dari nilai korelasi antar konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discrimant
validity yang baik. Pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas component score variabel laten dan
hasilnya lebih konservatif dibandingkan dengan composite reliability. Direkomendasikan nilai AVE harus lebih besar
0,50. Composite reliability yang mengukur suatu konstruk dapat dievaluasi dengan dua macam ukuran yaitu internal
consistency dan Crobanch’s Alpha.
Untuk konstruk berbentuk formatif maka evaluasi model pengukuran dilihat dari signifikansi weight-
nya.Sehingga uji validitas dan reliabilitas konstruk tidak diperlukan.Namun pada penelitian ini pengukuran model
tetap dilampirkan guna untuk mengetahui sejauh mana pengukuran model jalur yang digunakan dapat menjelaskan
penelitian.Untuk memperoleh signifikansi weight harus melalui prosedur resampling (atau bootstrapping).Selain itu
uji multikolonieritas untuk konstuk formatif diperlukan dengan menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan
lawannya Tolerance. Jika didapat nilai signifikansi weight T-statistics > 1.96 maka dapat disimpulkan bahwa indikator
konstruk valid. Untuk nilai VIF direkomendasikan <10 atau < 5, (Ghozali,2015). Namun perlu diketahui untuk analisis

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


190
e-ISSN 2580-3743

jalur dengan variabel observed menggunakan SmartPLS tidak perlu melakukan pengukuran model untuk menguji
validitas dan reliabilitas sehingga langsung dilakukan estimasi model struktural.

Inner Model
Model struktural atau disebut juga inner model untuk menguji kekuatan prediksi dengan melihat signifikansi dari
semua path estimasi.Untuk kekuatan prediksi model struktural dapat dilihat dari nilai R-Square variabel endogen atau
dependen.Hasil dari PLS R-Square merepresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dapat dijelaskan oleh model.
Perubahan nilai R-Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten eksogen atau independen
tertentu terhadap variabel laten endogen atau dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive.
Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.75 dikategorikan sebagai model kuat
Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.50 dikategorikan sebagai model moderate
Nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒𝑠 sebesar 0.25 dikategorikan sebagai model lemah
Selain dengan melihat R-Square, model PLS juga dapat dievaluasi dengan melihat Q2 predictive relevance
untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Jika Q2 > 0
menunjukkan model mempunyai predictive relevance dan Jika Q2 < 0 menunjukkan model kurang predictive
relevance.

Uji Hipotesis
Uji t
Untuk menguji hipotesis yang diajukan atau melihat tingkat signifikansi dapat dilihat dari besarnya nilai t-statistik (t-
Statistics) melalui prosedur bootstrapping (Santosa, 2018). Tingkat signifikansi pada program PLS masuk dalam
analisis Inner Model. Untuk pengaruh langsung dari variabel penelitian dapat dilihat dari Path Coefficient sedangkan
untuk pengaruh tidak langsungnya dapat diketahui melalui Indirect Effects. Batas untuk menolak dan menerima
hipotesis yang diajukan adalah 1,96 (Ghozali, 2013), dimana apabila: (1) Nilai t-statistik berada dibawah 1,96 maka
hipotesis ditolak. (2) Nilai t-statistik berada diatas 1,96 maka hipotesis diterima.

Uji Regresi
Untuk menguji pengaruh variabe intervening menggunakan uji interaksi atau Moderate Regression Analysis (MRA).
Model persamaan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Y = β1X1 + β2X2 + β3Z + β4X1Z + β5X2Z
Keterangan:
Y = Return saham
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien Regresi
X1 = Kurs
X2 = Suku Bunga
Z1 = ROA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada dikumpulkan atau dikelompokkan
kemudian data-data tersebut dianalisis dan diinterprestasikan secara objektif.Variabel Penelitian dalam penelitian ini
terdiri dari Kurs (X1), Insentif (X2), dan Knowledge Sharing Behavior (X3), variabel terikat yaitu Kinerja Karyawan
(Y). Hasil analisis statistik deskriptif ini disarikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Data Analisa Deskriptif


Mean Median Min Max Standard Deviation
X1 13.922 14.148 13.381 14.237 3.843
X2 0,051 0,051 0,046 0,056 0,004
Z1 0,090 0,060 - 0,057 0,467 0,095
Y1 0,003 0,002 - 0,045 0,088 0,025
Sumber : Data olahan, 2020

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 191
e-ISSN 2580-3743

Uji Asumsi Klasik


Uji Multikolinearitas

Tabel 3. Collinearity Statistics (VIF)


ROA Return Saham
Kurs 1,003 1,003
Suku Bunga 1,003 1,004
ROA 1,001
Sumber:Data Olahan (2020)

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk meninjau kembali apakah di dalam sebuah model regresi ada
interkorelasi atau kolinearitas antar variabel bebas (independen). Metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
apakah model regresi terbebas dari multikolinieritas adalah dengan melihat nilai dari variance inflation factor (VIF)
di Tabel 3. Syarat untuk tidak terjadi gangguan multikolinearitas adalah nilai VIF < 10.

Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4. R Square
R Square R Square Adjusted
ROA 0,001 0.013
Return Saham 0,139 0,120
Sumber :Data Olahan (2020)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Persentase tersebut menunjukkan seberapa besar variabel independen (Kurs,Suku Bunga) dapat
menjelaskan variabel dependen (Return Saham) Melalui variabel intervening (Return On Asset). Nilai koefisien
determinasi dapat dilihat dari adjusted R2 seperti yang terlihat di Tabel 4.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai R Square sebesar 0,139. Hal ini bermakna bahwa kemampuan
variabel kurs dan suku bunga menjelaskan variabel return saham melalui ROA 13,9%, sedangkan sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Sesuai kriteria yang ada jika nilai koefisien determinasi 0-0,50 maka
pengaruh kurs dan suku bunga terhadap return saham melalui ROA dikategorikan lemah.

Persamaan Jalur dan Pengujian Hipotesis

Sumber : Data Olahan SmartPLS, 2020


Gambar 3. Path Olahan SEM PLS

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


192
e-ISSN 2580-3743

Dari gambar 3 di atas, maka model analisis penelitian ini:


Y= -0,293X1 - 0,211X2 - 0,137Z - 0,024 - 0,031
Dimana:
Y : Return Saham
Z : ROA
X1 : Kurs
X2 : Suku Bunga
β1, β2, β3,β4,β5 : Koefisien Regresi variabel independen

Berdasarkan hasil uji analisis jalur yang telah dilakukan, maka dapat menunjukan hasil, sebagai berikut :
Koefisien regresi variabel kurs terhadap return saham menunjukan nilai sebesar -0,293. Hal ini menunjukan bahwa
kurs memiliki arah hubungan yang negatif. Dengan kata lain, semakin besar kurs maka return saham akan semakin
kecil. Sebaliknya apabila kurs semakin kecil maka return saham akan semakin besar.
Koefisien regresi variabel suku bunga terhadap return saham menunjukan nilai sebesar -0,211. Hal ini
menunjukan bahwa kurs memiliki arah hubungan yang negatif. Dengan kata lain, semakin besar suku bunga maka
return saham akan semakin kecil. Sebaliknya apabila suku bunga semakin kecil maka return saham akan semakin
besar.Koefisien regresi variabel ROA terhadap return saham menunjukan nilai sebesar -0,137. Hal ini menunjukan
bahwa ROA memiliki arah hubungan yang negatif. Dengan kata lain, semakin besar ROA maka return saham akan
semakin kecil. Sebaliknya apabila ROA semakin kecil maka return saham akan semakin besar. Koefisien regresi
variabel kurs terhadap ROA menunjukan nilai sebesar -0,024. Hal ini menunjukan bahwa kurs memiliki arah hubungan
yang negatif. Dengan kata lain, semakin besar kurs maka ROA akan semakin kecil. Sebaliknya apabila kurs semakin
kecil maka ROA akan semakin besar. Koefisien regresi variabel suku bunga terhadap ROA menunjukan nilai sebesar
-0,031. Hal ini menunjukan bahwa suku bunga memiliki arah hubungan yang negatif. Dengan kata lain, semakin besar
suku bunga maka ROA akan semakin kecil. Sebaliknya apabila ROA semakin kecil maka ROA akan semakin besar.

Tabel 5. Path Coefficients


Original Standard
T Statistics P Hasil
Sample Deviation
(|O/STDEV|) Values Pengujian
(O) (STDEV)
Kurs -> ROA -0.024 0.083 0.286 0.775 Ditolak
Kurs -> Return Saham -0.293 0.066 4.415 0.000 Diterima
ROA -> Return Saham -0.137 0.067 2,026 0.043 Diterima
Suku Bunga -> ROA -0.031 0.089 0.352 0.725 Ditolak
Suku Bunga -> Return Saham -0.211 0.086 2.456 0.014 Diterima
Kurs -> ROA -> Return Saham 0.003 0.014 0.239 0.811 Ditolak
Suku Bunga -> ROA -> Return Saham 0.004 0.016 0.277 0.782 Ditolak
Sumber : Data Olahan SmartPLS, 2020

Uji pengaruh parsial untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen.Berdasarkan hasil perhitungan SmartPLS diatas, maka uji parsial untuk setiap variabel independen adalah
sebagai berikut.

Uji Hipotesis Kurs terhadap ROA


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample kurs sebesar minus 0.024 dan nilai P Values sebesar 0.775 lebih
besar dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha) artinya kurs berpengaruh
negatifdan tidak signifikan terhadap ROA. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian ditolak.

Uji Hipotesis Kurs terhadap Return Saham


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample kura sebesar minus 0,293 dan nilai P Values sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) artinya kurs berpengaruh
negatifdan signifikan terhadap return saham. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian diterima.

Uji Hipotesis ROA terhadap Return Saham


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample ROA sebesar minus 0,137 dan nilai P Values sebesar 0.043 lebih
kecil dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha) artinya ROA berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian diterima.

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 193
e-ISSN 2580-3743

Uji Hipotesis Suku Bunga terhadap ROA


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample suku bunga sebesar minus 0,031 dan nilai P Values sebesar 0.725
lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha) artinya ROA berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian ditolak.

Uji Hipotesis Suku Bunga terhadap Return Saham


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample suku bunga sebesar minus 0,211 dan nilai P Values sebesar 0.014
lebih kecil dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) artinya suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis
penelitian diterima.

Uji Hipotesis Kurs terhadap Return Saham melalui ROA


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample kurs sebesar 0.003 dan nilai P Values sebesar 0.811 lebih besar dari
0.05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha) artinya Kurs berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap return saham melalui ROA. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis penelitian
ditolak.

Uji Hipotesis Suku Bunga terhadap Return Saham melalui ROA


Dari pengujian T – Statistic nilai Original Sample suku bunga sebesar 0.004 dan nilai P Values sebesar 0.782 lebih
besar dari 0.05, maka hipotesis nol (H0) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha) artinya suku bungaberpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap return saham melalui ROA. sehingga kesimpulan yang diambil adalah hipotesis
penelitian ditolak.

Pembahasan Hasil Penelitian


Pengaruh Kurs terhadap ROA
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi, hasil uji
tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi kurs berpengaruh signifikan terhadap ROA
ditolak.Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu dari penelitian Ade,dkk (2018), Alfiatul,dkk (2016),
Meysila (2016) yang menyatakan kursberpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.
Adanya pengaruh nilai kurs terhadap profitabilitas negatif maka ROA akan berpengaruh positif, dimana
perusahaan mengidentifikasikan apabila nilai tukar mengalami apresiasi atau depresiasi, maka akan berdampak pada
kewajiban valas pada saat jatuh tempo. Akibatnya, profitabilitas perusahaan akan mengalami perubahan jika dalam
kasus tersebut bank tidak melakukan headging. Kurs menjadi penting karena pada saat krisis ekonomi biasanya terjadi
peningkatan terhadap mata uang dollar amerika juga, sehingga menyebabkan hutang luar negeri tidak mampu
dibayarkan, sehingga perusahaan sendiri akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembayaran.

Pengaruh Kurs terhadap Return Saham


Hasil pengujian menunjukkan bahwa kurs berpengaruh dan signifikan terhadap return saham. Jadi, hasil uji tersebut
membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi kurs berpengaruh terhadap return saham diterima. Penelitian
ini sejalan dengan penlitian yang dilakukan oleh Inarotul (2018), Putu,dkk (2015) yang menyatakan kurs berpengaruh
negatif signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan, dapat diketahui bahwa banyak sampel
perusahaan yang melakukan impor bahan baku, sehingga biaya produksinya sangat dipengaruhi oleh pergerakan kurs
rupiah. Oleh karena itu, investor menganggap bahwa fluktuasi kurs rupiah yang tinggi dapat berakibat pada tingkat
pendapatan perusahaan serta return yang akan diperoleh investor. Investor dalam mengambil keputusan atas
kepemilikan saham pada perusahaan tentu memperhatikan pergerakan kurs rupiah dari tahun ke tahun. Depresiasi kurs
rupiah dapat menaikkan perolehan laba atas ekspor perusahaan, di sisi lain juga dapat menurunkan perolehan laba
perusahaan jika perusahaan melakukan impor dalam jumlah besar. Oleh karena beberapa perusahaan memiliki tingkat
impor yang tinggi, maka pada saat nilai rupiah terus mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika secara konstan,
banyak investor akan mengambil posisi jual yang mengakibatkan permintaan terhadap saham perusahaan menurun
dan berdampak pada return saham persahaan tersebut.

Pengaruh ROA terhadap Return Saham


Hasil pengujian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Jadi, hasil uji
tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi ROA berpengaruh terhadap return sahamditerima.

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


194
e-ISSN 2580-3743

Penelitian ini sejalan dengan penlitian yang dilakukan oleh Ghasempour &Mehdi (2013), Haghiri (2012) serta
Malintan (2012) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh dan signifikan terhadap return saham.
Hal ini menunjukkan bahwa ROA yang semakin meningkat belum tentu memperlihatkan kinerja perusahaan
yang semakin baik dan para pemegang saham bisa saja tidak memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima
semakin meningkat.Tetapi, dengan semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham,
merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut.
Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut maka banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut.
Jika permintaan atas saham suatu perusahaan semakin banyak maka harga sahamnya akan meningkat. Dengan
meningkatnya harga saham maka return yang diperoleh investor dari saham tersebut juga meningkat.

Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA


Hasil pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Jadi, hasil
uji tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi suku bunga berpengaruh terhadap ROA ditolak.
Penelitian ini sejalan dengan penlitian yang dilakukan oleh Ade,dkk (2018), Alfiatul dkk (2016), yang menyatakan
suku bunga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.
Artinya rendahnya tingkat suku bunga perusahaan perbankan mempengaruhi manajemen dalam
mengungkapkan informasi di laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumya dari Alfiatul
dkk (2016) Perkembangan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berpengaruh pada struktur aktiva produktif yang sebagian returnnya sangat dipengaruhi oleh
fluktuasi suku bunga, sedangkan faktor eksternal berpengaruh pada banyaknya nasabah yang mengharapkan
penurunan tingkat suku bunga sebelum mengajukan pinjaman pada bank.

Pengaruh Suku Bunga terhadap Return Saham


Hasil pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Jadi, hasil
uji tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi suku bunga berpengaruh terhadap return saham
diterima. Penelitian ini sejalan dengan penlitian yang dilakukan oleh Alfiatul dkk (2016), Wulan dkk (2018) yang
menyatakan suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
Investor dalam melakukan analisis saham suatu perusahaan cukup dengan membandingkan modal internal
(ekuitas) dengan modal pinjaman dari luar perusahaan (liabilitas) untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan. Jika
modal internal lebih besar daripada modal pinjaman, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut sehat dan tidak
mudah bangkrut, hal ini juga selaras dengan proyeksi nilai sahamnya di pasar modal. Kinerja keuangan perusahaan
manufaktur berdasarkan uraian pada laporan tahunan (annualreport) menunjukkan bahwa keuangan sebagian besar
perusahaan dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat diketahui dari prosentase ekuitas yang lebih besar dibandingkan
dengan liabilitas, terjadi peningkatan rasio lancar (current ratio), dan perusahaan selalu memperoleh laba usaha.
Selain itu, guna meminimalkan risiko terkait suku bunga yang bepengaruh negatif, perusahaan
mengombinasikan suku bunga mengambang dengan suku bunga tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa keuangan
perusahaan yang berkaitan dengan kredit sedang dalam kondisi baik sehingga investor dalam melakukan transaksi
saham tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat suku bunga, begitu pun dengan tingkat perolehan return saham pada
perusahaan tersebut. Strategi-strategi yang dilakukan perusahaan tersebut dinilai mampu menjaga perolehan laba
perusahaan di tengah perubahan tingkat suku bunga, sehingga minat investor untuk menanam saham di perusahaan
tetap tinggi.

Pengaruh Kurs terhadap Return Saham melalui ROA


Hasil pengujian menunjukkan bahwa kurs berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return Saham melalui
ROA. Jadi, hasil uji tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi kurs berpengaruh terhadap ROA
melalui return saham ditolak.Penelitian bertentangan dengan penlitian yang dilakukan oleh Ade,dkk (2018), Inarotul
dkk (2018), (Alfiatul et al., 2016) yang menyatakan kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham
melalui ROA.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan kurs berpengaruh terhadap return saham melalui ROA
menunjukkan adanya kurs rill mengalami penurunan ,maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibanding
barang-barang luar negeri sehingga meningkatkan tingkat investasi domestik. Kenaikan permintaan investasi akan
mengurangi penawaran mata uang domestik yang diinvestasikan ke luar negeri. Ketika kurs domestik mengalami
apresiasi, barang-barang menjadi relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri dan ekspor neto akan turun.
Selain penerimaan dan pengeluaran, perubahaan nilai tukar juga akan merubah besarnya hutang luar negeri
yang nantinya besar kecilnya hutang akan mempengaruhi laba rugi perusahaan. Ada beberapa penelitian yang telah
dilakukan, beberapa diantaranya menemukan bahwa perubahan nilai tukar akan memberikan pengaruh yang positif

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)
Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen 195
e-ISSN 2580-3743

bagi return saham. Hal ini berati dengan menguatnya nilai tukar maka penerimaan return perusahaan akan ikut
meningkat.

Pengaruh Suku Bunga terhadap Return Saham melalui ROA


Hasil pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA.Jadi, hasil
uji tersebut membuktikan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi suku bunga berpengaruh terhadap return saham
melalui ROA ditolak. Penelitian ini sejalan dengan penlitian yang dilakukan oleh Inarotul,dkk (2018), Hidayatul
(2017) yang menyatakan suku bunga berpengaruh negatif terhadap return saham melalui ROA.
Penelitian yang tidak konsisten dengan penelitian ini yaitu penelitian dari (Kurniasih, 2012) yang
membuktikan “suku bunga memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap return saham di Bank Umum”. yang
artinya berdampak penurunan kinerja kerja terhadap return sahamnya yang diperoleh sebagai pengukuran kinerja kerja
di Bank menurun. Hasil penelitian terdahulu adanya pengaruh suku bunga ke return saham dan adanya pengaruh ROA
terhadap return saham menjadikan inspirasi bagi penulis. Jadi, berdasarkan penelitian terdahulu peneliti
mengembangkan dan memodifikasi model penelitian menjadi suku bunga berpengaruh terhadap return saham melalui
ROA yang hasilnya berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan.
Hasil penelitian sebelumnya menyatakan suku bunga berpengaruh terhadap return saham melalui ROA yang
merupakan salah satu indikator dalam menetukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung. Suku
bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga
kesempatan investasi yang ada tidak menarik lagi.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data analisis data
mengenai pengaruh suku bunga dan kurs terhadap return saham LQ-45 melalui ROA sebagai variabel intervening
periode 2015-2019 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Kurs dan suku bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap
ROA pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.Kurs dan suku bunga
berpengaruh signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2015-2019. ROA berpengaruh signifikan terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2019.Kurs berpengaruh signifikan terhadap Return Saham melalui ROA pada Perusahaan LQ-
45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap Return
Saham melalui ROA pada Perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.
Dengan telah dilakukannya penelitian tentang pengaruh suku bunga dan kurs terhadap return saham LQ-45
melalui ROA sebagai variabel intervening periode 2015-2019 peneliti memberikan saran Dapatmenggunakanseluruh
variable dalam penelitian ini sebagai pertimbangan perusahaan untuk dapat meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan profitabilitas perusahaan. Manajemen perusahaan sebaiknya memperhatikan perubahan nilai kurs
dan suku bunga agar lebih efektif dan efisien dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan laba maksimal
Diharapkan untuk pihak akademisi dapat dijadikan sebagai acuan atau pembanding untuk penelitian selanjutnya
dengan kajian yang lebih mendalam dan terperinci. Selain itu diharapkan pihak kampus lebih menambah lagi referensi
berupa jurnal penelitian dalam perkembangan emiten LQ-45.Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dibidang rasio keuangan dan pembiayaan serta mengkaji lebih dalam terkait kinerja
keuangan (ROA) dalam perkembangan saham LQ-45 di Indonesia, selain itu diharapkan dapat menjadikan penelitian
ilmiah untuk menerapkan berbagai teori kurs, suku bunga, ROA dan return saham yang telah diperoleh di bangku
kuliah. Disarankan agar memperbanyak jumlah objek penelitian, variabel rasio keuangan dan penambahan variabel
moderating sehingga dapat membandingkan dengan variabel intervening

DAFTAR RUJUKAN
Ade, dkk. (2018). Analisis Pengaruh Fundamental dan Makroekonomi terhadap kebijakan Deviden dengan Return on
Asset sebagai variabel Intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012-2015. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, Vol X no 2.
Alfiatul, Elok, & Sumani. (2016). Pengaruh Kurs, Suku Bunga dan Inflasi melalui Return on Asset terhadap Return
Saham. Universitas Jember.
Aziz, A. (2010). Manajemen Investasi Syariah. Bandung: A.
Boediono. (2014). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 Ekonomi Makro. Yogyakarta.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang:
Kewal, S. S. (2012). Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Jurnal Eko(April), pp 53-64.
Kurniasih, E. (2012). Pengaruh Capital Adequency Ratio (CAR), Non Perfoming Financing (NPF), Financing To

Procuratio: Jurnal Ilmiah Manajemen--- Vol. 9 No. 2, Juni 2021


196
e-ISSN 2580-3743

Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Suku Bunga Dan Inflasi
terhadap Profitabilitas (Perbandingan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensi. Yogyakarta.
Mankiw, N. G. (2006). Makroekonomi. Edisi keenam. Jakarta: E.
Purama, A. (2017). Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Profitabilitas Bank Non Devisa Di Indonesia Periode
2012 -2016. Jurnal Ilm.
Randa, F., & Abraham, I. (2009). Pengaruh Profitabilitas, Leverage , Harga Saham, Dan Firm Size Terhadap Jumlah
Dividen Tunai. Jurnal Sistem Informasi Manajemen Dan Akuntansi, 7(April), 17–32.
Samsul, M. (2006). Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:Er.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: A.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Kanisius.

Pengaruh Suku Bunga dan Kurs terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Intervening (Fadrul, Johansen, dan Debbi Chyntia Ovami)

Anda mungkin juga menyukai