Susilowati Fisol KB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA FISIOLOGIS

DENGAN AKSEPTOR KB IUD PADA Ny. C DI KLINIK

KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Oleh :

SUSILOWATI, S.Tr., Keb

NIM. 2182B1040

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

IIK STRADA INDONESIA


2022
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN

KELUARGA BERENCANA FISIOLOGIS DENGAN KASUS AKSEPTOR

IUD PADA NY “C” di KLINIK KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : April 2022

Banggai, April 2022

Mahasiswa

SUSILOWATI, S.Tr.,Keb

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Shanty Natalia, S.ST.,S.Keb.,Bd.,M.Kes Bd. Lija Mulanti, S.ST


NIDN: NIP :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
Holistik Keluarga Berencana Fisiologis di Klinik Kabupaten Kotawaringin
Timur .

Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan Holistik ini merupakan tugas yang


di wajibkan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA INDONESIA KEDIRI yang akan menyelesaikan pendidikan akhir
program. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama :

1. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Dekan Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia.
2. Miftakhur Rohmah, S.ST, Bd, M.Keb selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi
Bidan IIK STRADA Indonesia.
3. Shanty Natalia, S.ST., S.Keb., Bd., M.Kes,selaku Dosen Pembimbing
Akademik
4. Lija Mulanti, S.ST, selaku Pembimbing Lahan di Klinik Kabupaten
Kotawaringin Timur .
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat


dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan Holistik selanjutnya.

Sampit, Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................5

1.3 manfaat...................................................................................................6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian dari sumber pustaka....................................................................7

2.2 Kajian dari jurnal penelitian.................................................................40

2.3 Tinjauan menejemen 5 langkah askeb.................................................43

BAB 3 Tinjauan Kasus

3.1 Identifikasi Data Dasar.........................................................................50

3.2 Identifikasi diagnsa/masalah aktual.....................................................56

3.3 Merumuskan diagnosa potensial..........................................................62

3.4 Tidakan segera.....................................................................................63

3.5 Recana Tindakan..................................................................................63

3.6 Implementasi........................................................................................67

3.6 Evaluasi................................................................................................69

iv
Pendokumentasian.....................................................................................71

BAB 4 Pembahasan

4.1 Pembahasan..........................................................................................94

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan.........................................................................................120

5.2 Saran....................................................................................................121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR SINGKATAN

DepKes : Departemen Kesehatan

IRT : Ibu Rumah Tangga

WHO : World Health Organization

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Asuhan dari klien

Lampiran 2 Dokumentasi/foto kegiatan

vii
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu program untuk menurunkan angka kematian ibu dan

menekan angka pertumbuhan penduduk yakni melalui program Keluarga

Berencana (KB). Keluarga berencana menurut World Health Organization

(WHO) 1970 adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kehamilan yang tidak diingikan, mendapatkan kelahiran yang

sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengotrol waktu

saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan

jumlah anak dan keluarga. Peningkatan dan perluasan pelayanan Keluarga

Berencana (KB) merupakan salah satu usaha untuk menurukan angka

kesakitan dan kematian ibu yang tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh

wanita selain untuk menurunkan jumlah kelahiran anak. Pemerintah

mencanangkan suatu gerakan KB Nasional dengan tujuan mewujudkan

keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya sila

kelima. Program ini memperkenalkan masyarakat pada berbagai jenis

alat/obat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan dan mengatur jumlah anak yang diinginkan

sehingga diharapkan jumlah kelahiran dari tahun ke tahun dapat dikendalikan.

Peranan penting bidan dalam Keluarga Berencana adalah untuk

meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada

masyarakat. Sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan, metode KB

yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (kondom pantang berkala,


3

pemakaian spermisid, senggama terputus), Metode Kontrasepsi Efektif

(MKE) hormonal seperti suntik, pil dan susuk serta IUD (Intra Uterine

Device) metode MKE kontrasepsi mantap (Kontap)

Menurut data dan informasi kesehatan Indonesia bahwa tahun 2021 ,

jumlah akseptor KB aktif sebanyak 36.3006.662 peserta (74,80%), dengan

rincian yaitu Intra Uteri Device (IUD) 3.852.561 Pengguna KB IUD berada

di urutan ke-4. Beberapa faktor penyebab kurangnya minat PUS

menggunakan MKJP yaitu IUD dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu sebagai

pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling

maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya. Pada

umumnya PUS masih merasakan takut untuk menggunakan IUD karena

metode pemasangannya yang menggunakan berbagai alat-alat

medis .Kerugian dari pemakaian dari IUD adalah masih terjadinya kehamilan

yaitu 1 dalam 125-170 kehamilan. Beberapa efek samping IUD adalah

perdarahan, keputihan, ekspultasi, nyeri, infeksi, dan translokasi.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memaparkan secara spesifik

sebagai wujud perhatian dalam memberikan kontribusi pemikiran pada

berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut, sehingga

didapatkan solusi terbaik dalam menangani pemasalahan di atas dengan

menerapkan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah

dengan harapan masalah dapat teratasi dan untuk mengidentifikasi

kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu akseptor KB IUD.


4

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan Keluarga Berencana

dengan akseptor KB IUD pada Ny C di Klinik Kabupaten

Kotawaringin Timur sesuai dengan wewenang bidan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melaksanakan identifikasi dan analisa data pada Ny “C”

dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur.

2. Dapat mengidentifikasi diagnosa serta masalah aktual pada Ny “C”

dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur

3. Dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny

“C” dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin

Timur

4. Dapat mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi

pada Ny “C” dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten

Kotawaringin Timur

5. Dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny “C”

dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur

6. Dapat mengimplementasikan tindakan asuhan kebidanan yang telah

direncanakan pada Ny “C” dengan akseptor KB IUD di Klinik

Kabupaten Kotawaringin Timur

7. Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny

“C” dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin

Timur
5

8. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam

asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny “C” dengan akseptor

KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur

1.3 Manfaat Penulisan.

1.3.1 . Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan, maupun

tenaga kesehatan lainnya di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur

khususnya yang berkaitan dengan akseptor KB IUD .

1.3.2 Manfaat Institusi

Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan institusi.

1.3.3 Manfaat Bagi Penulis

Sebagai bahan tambahan pengalaman berharga bagi penulis untuk

memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Intra Uterine Device (IUD)

2.1.1 Pengertian

IUD atau KDR/Spiral adalah suatu benda kecil dari plastik

lentur, sebagian besar memiliki lilitan tembaga yang dimasukkan

kedalam rahi melalui vagina dan mempunyai benang. Kontrasepsi IUD

adalah benda atau alat yang dimasukkan kedalam uterus dengan tujuan

mencegah terjadinya kehamilan. Metode kontrasepsi dianggap lebih

baik dari metode kontrasepsi modern lainnya, karena IUD cenderung

tidak mengandung reaksi obat sehingga lebih aman bagi metabolisme

tubuh dan relatif lebih ekonomis serta lebih nyaman untuk pemakaian

jangka waktu lama. (Kemenkes, 2014).

2.1.2 Jenis – jenis IUD

Jenis AKDR dibagi menjadi dua yakni AKDR hormonal dan

non hormonal. AKDR hormonal dibedakan menurut bentuk dan

tambahanobat atau metal. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi

bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,

Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk tertutup (closed

device) misalnya Ota ring, Antigon, Grafen Berg Ring. Menurut

tambahan obat atau metal dibagi menjadi medicated intrauterine device

(IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu

250, 375, selain itu ada Copper-T, Copper-7, Multi Load, dan Lippes
1

Load. AKDR hormonal ada dua jenis yaitu Progestasert-T dan LNG-20

(Setyaningrum, 2016).

Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di

Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk yang kecil, kerangka dari

plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus

yang terbuat dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016).

2.1.3 Keuntungan dan Kerugian KB IUD

Keuntungan :

1) Efektivitasnya tinggi

2) IUD sangat efektif segera setelah pemasangan.

3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

4) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.

5) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

6) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

7) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

8) Mencegah kehamilan ektopik.

Kerugian :

a. Perubahan siklus haid (pada 3 bulan pertama akan berkurang setelah

3 bulan)

b. Haid lebih banyak dan lama.

c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.


2

d. Saat haid lebih sakit.

e. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang berganti - ganti pasangan.

2.1.4 Indikasi dan Kontraindikasi dan Efek Samping

1. Kontraindikasi

a. Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita

melakukan senggama tanpa menggungakan metode kontrasepsi yang

valid sejak periode menstruasi normal yang terakhir.

b. Penyakit Inflamasi Pelvic (PID) diantarnya : riwayat PID kronis,

riwayat PID akut, subakut, riwayat PID dalam 3 bulan terakhir

termasuk endometritis paska melahirkan atau aborsi terinfeksi.

c. Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah

ektopik.

d. Ukuran uterus drngan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas

yang telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6-9 cm.

e. IUD sudah ada didalam uterus dan belum dikeluarkan.

2. Indikasi

a. Usia reproduksi.

b. Keadaan nullipara.

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

d. Wanita yang sedang menyusui.

e. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.

f. Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal.


3

3. Efek Samping

a. Merasakan sakit dan kejang 3-5 hari setelah pemasangan.

b.Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab terjadinya anemia.

c. Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika

memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya

infertilisasi.

d. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

(Kemenkes, 2014).

2.1.5 Cara Pemasangan IUD

1. Konseling Pra – Pemasangan

a) Menjelaskan cara kerja KB IUD

b) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD

c) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD

d) Menjelaskan jadwal kunujngan ulang pra-pemasangan atau

seetelah pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan,

enam bulan setelah pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.

e) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).

f) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya

g) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,servitis)


4

h) Diketahui menderita TBC pelvik

i) Kanker alat genital

j) Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm

2. Pemasangan

a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

b) Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali

sarung tangan yang baru.

c) Pasang speculum vagina untuk melihat serviks.

d) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan

serviks

e) Jepit bibir serviks dengan tenakulum

f) Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan teknik tanpa sentuh,

kemudian doeong ke dalam kavum uteri hingga mencapai

fundus.

g) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke

bawah sehingga lengan IUD bebas.

h) Setelah pendorong ditarik keluar, salnjutnya keluarkan

selubung.

i) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan speculum

dengan hati-hati.

j) Dokumentasi dan pencegahan pasca tindakan


5

2.1.6 Komplikasi Pasca Pemasangan

1) Infeksi

IUD atau alat kontresepsi dalam rahim yang berada didalam

vagina, tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang

digunakan dan teknik pemasangan dilakukan secara steril jika

terjadi infeksi hal ini mungkin disebabkan sudah terdapat infeksi

yang subakut pada traktus genatalis sebelum pemasangan IUD.

2) Perforasi

Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada

permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding

uterus tetapi jika uterus berkontraksi IUD dapat terdorong lebih

jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai

kerongga perut. Kemugkinan adanya perforasi harus

diperhatikan apabila pada pemerikasaan dengan speculum

benang IUD tidak terlihat.

3) Kehamilan

Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih

terpasang perlu diberikan konseling tentang risiko yang akan

terjadi jika kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang,

risiko yang dapat terjadi antara lain infeksi intrauterus, sepsis,

aborsi spontas, aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan

persalinan premature. Apabila benang IUD tidak terlihat pada

tulang serviks atau tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu
6

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memastikan

apakah IUD masih berada didalam uterus.

(Rusmini, 2021 ).

2.2.1. Menurut jurnal “Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian KB

IUD Pada Wanita Usia Subur” (Johanna D, Agnes Madianung, Gresty

Masi, 2013).

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa Penelitian ini menemukan

Responden berusia di atas 20 tahun lebih memilih AKDR karena

secara fisik kesehatan reproduksi sudah lebih matang dan merupakan

tolak ukur tingkat kedewasaan seseorang. Makin bertambahnya usia

seseorang dikatakan makin dewasa dalam pikiran dan tingkah laku.

Usia di atas 20 tahun merupakan masa menjarangkan dan mencegah

kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih ditujukan pada

kontrasepsi jangka panjang. Responden berusia kurang dari 20 tahun

lebih memilih non AKDR karena usia tersebut merupakan masa

menunda kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi selain dari AKDR

yaitu pil, suntikan, implan, dan kontrasepsi sederhana. Responden

dengan pendidikan tinggi terbanyak membuktikan bahwa masyarakat

pada umumnya telah menyadari pendidikan merupakan hal penting

yang harus diikuti. Bekerja atau tidak bekerja tidak memengaruhi

seorang akseptor dalam pemilihan kontrasepsi, khususnya AKDR,

sebab kontrasepsi ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.


7

2.2.2. Menurut jurnal “Hubungan dukungan suami terhadap keikutsertaan

Ibu peserta KB IUD” (Ina Kuswanti, Galuh Kartika Sari, 2018)

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa bahwa bahwa ibu yang

menggunakan KB IUD mayoritas memiliki dukungan yang baik dari

suami (29,8%). Suami yang memberikan dukungan baik terhadap istri

dapat dikarenakan faktor kesadaran suami untuk turut bekerjasama

dalam menciptakan program KB yang efektif. Dukungan suami sangat

dibutuhkan bagi wanita usia subur terutama tentang alat kontrasepsi

IUD karena dapat mempengaruhi pemakaian KB IUD.

2.2.3. Menurut jurnal “Faktor- faktor yang mempengaruhi Ibu dalam

pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi AKDR ” (Desy

Handayani, 2018)

Beberapa faktor dari pribadi yang mempengaruhi ibu memilih

AKDR diantaranya adalah faktor usia karena sebagian besar ibu

mengatakan usia sudah tua sehingga sudah tidak ingin mempunyai

anak lagi. Kemudian faktor paritas / jumlah kelahiran anak karena

hampir semua ibu memakai AKDR saat anak kedua dan ketiga. Faktor

berikutnya yang mempengaruhi ibu memilih AKDR adalah faktor

tujuan reproduksi karena untuk menghentikan kehamilan dan untuk

menjaga jarak anak. Faktor selanjutnya yaitu faktor pengaruh orang

lain karena hampir sebagian besar ibu mendapat dukungan dari suami

dan bidan. Akan tetapi sebagian besar ibu menyatakan faktor

hubungan sanggama tidak mempengaruhi ibu untuk memilih AKDR.

Faktor efektivitas mempengaruhi ibu memilih AKDR, hal tersebut


8

dapat dibuktikan dari sebagian besar ibu- ibu menyatakan bahwa

mereka memilih AKDR karena tidak ditemukan peserta yang

mengalami kegagalan selain itu bila dilihat dari keefektifannya AKDR

aman, lebih praktis, dan kesehatan terjaga.

2.3 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan.

2.3.1 Pengertian

Menurut Helen Varney (1997) bahwa manajemen asuhan kebidanan

adalah proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan

bidan pada awal 1970-an.

2.3.2 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu:

1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Langkah I merupakan awal

yang akan menentukan langkah berikutnya.

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien atau orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang

tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang

rumit karena sifat manusia yang kompleks. Tahapan ini merupakan

langkah yang menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang

sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga

pada pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,

objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan

kondisi atau masukan klien yang sebenarnya. Dalam pengumpulan

data dasar pada umumnya klien datang untuk memeriksakan


9

kesehatannya. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

melakukan anamneses yang berupa tanya jawab dengan pasien

meliputi: riwayat kesehatan, riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat

obstetrik, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,

riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi

dan psikologi.

Dalam Pemeriksaan fisik, klien yang umumnya ditemukan keadaan

umum ibu baik. Dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

2) Langkah II: Interpretasi Diagnosa Aktual.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien. Berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik. Pada pasien ditemukan klien akseptor KB

IUD.

3) Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang

sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini

benar-benar terjadi.
10

4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera dan

Kolaborasi)

Beberapa data menunjukan situasi tidak ditemukan kebutuhan

segera untuk mengambil tindakan / kolaborasi.

5) Langkah V (Perencanaan)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data

dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Perencanaan asuhan yang

diberikan pada akseptor KB IUD yaitu, melakukan pendekatan

terhadap klien, menjelaskan hasil pemeriksaan, memberikan KIE

tentang indikasi dan kontraindikasi IUD, SOP pemasangan, konseling

pasca pemasangan.

6) Langkah VI (Pelaksanaan).

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman.

Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya

7) Langkah VII (Evaluasi).

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan


11

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah,

2017 ).

2.3.3 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

Varney menyatakan bahwa alur berfikir bidan saat menghadapi

klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah

dilakukan oleh seseorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka

dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:

1. Subjektif (S)

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

2. Objektif (O)

Pendokumentasian hasil pemerksaan fisik klien (Keadaan umum,

kesadaran, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik), hasil laboratorium

dan uji diagnosis lain yang merumuskan dalam data fokus untuk

mendukung asuhan.

3. Assessment (A)

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan

juga data objektif dalam suatu identifikasi.

a) Diagnosis masalah.

b) Antisipasi diagnosis/masalah potensial.


12

c) Tindakan segera.

4. Planning (P)

Pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan

assessment.
13

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA FISIOLOGIS PADA

NY “C” DENGAN AKSEPTOR KB IUD DI KLINIK KABUPATEN

KOTAWARINGIN TIMUR

TAHUN 2022

Tanggal Masuk : 25 April 2022 Pukul 09.20 wib

Tanggal Pengkajian : 25 April 2022 Pukul 09.20 wib

Nama Pengkaji : Susilowati

3.1 IDENTIFIKASI DATA DASAR

3.1.1 Identitas istri/suami

Nama : Ny “C” / Tn “E”

Umur : 30 tahun/32 tahun

Agama : Islam/Islam

Pendidikan : SMU/SMA

Pekerjaan : Wiraswasta/Wiraswasta

Alamat : Kec. Sampit.

3.1.2 Riwayat Keluhan

Keluhan utama: Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi

jangka panjang yang tidak mengganggu proses menyusui.


14

3.1.3 Riwayat Menstruasi

Haid pertama ibu saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya 28-30 hari,

haid biasanya dialami 5-6 hari dan tidak pernah mengalami

disminorhea pada saat haid. HPHT 18 April 2022 .

3.1.4 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu melahirkan anak pertama tahun 2017 dengan kehamilan aterm.

Persalinan normal di puskesmas dan ditolong oleh bidan dengan jenis

kelamin laki-laki. Melahirkan anak kedua tahun 2021 dengan

kehamilan aterm. Persalinan normal di puskesmas dan ditolong oleh

bidan dengan jenis kelamin Laki-laki. Selama kehamilan ibu tidak

pernah menderita penyakit yang menyertai kehamilan dan tidak ada

kelainan selama masa nifas dan ASI esklusif hingga sekarang.

3.1.5 Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pernah menjadi akseptor KB Suntik 3 bulan setelah anak kedua

lahir dan tidak ada kelainan selama menjadi akseptor KB.

3.1.6 Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya dan tekanan darah sebelum

hamil dalam batas normal yaitu tekanan sistol 110-120 mmHg dan

tekanan diastol 70- 80 mmHg, tidak ada riwayat penyakit asma, DM

dan jantung.
15

3.1.7 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga seperti

hipertensi, keturunan kembar dan riwayat penyakit menular lainnya.

3.1.8 Riwayat sosial budaya

Ini merupakan pernikahan yang pertama, keluarga sangat mendukung

kehamilan ibu yang sekarang dan sangat diharapkan terutama suami.

Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.

3.1.9 Riwayat fungsi kesehatan

1. Nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, 1 porsi penuh dengan menu

nasi, 1 potong lauk-pauk, kadang sayur dan buah, cemilan, minum 7-

8 gelas sehari berupa air putih.

2. Eliminasi

Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna

kuning, bau khas, tidak nyeri, tidak ada darah. BAK 6-7 kali per hari,

warna jernih, tidak ada darah dan tidak nyeri.

3. Istrahat/tidur

Ibu mengatakan tidur siang 2-3 jam perhari, dan tidur malam 6-7

jam perhari.

4. Aktivitas

Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti

memasak, mencuci, dan membersihkan rumah..


16

5. Aktivitas seksual

Ibu melakukan hubungan badan 2-3 kali perminggu.

6. Personal hygiene

Ibu mengatakan mandi 2-3 kali perhari, gosok gigi 2 kali perhari,

keramas 2-3 kali perminggu, ganti baju 2-3 kali perhari, ganti

pakaian dalam 2-3 kali perhari.

7. Perilaku kesehatan

Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman beralkohol.

3.1.10 Pemeriksaan fisik umum

1. Keadaan umum ibu tampak baik.

2. Kesadaran komposmentis.

3. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg Pernapasan : 20x/menit

Nadi : 88x/menit Suhu : 36.8ºC

4. TB : 155 cm

5. LiLA : 24 cm

6. BB 49 kg.

7. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Wajah : simetris kiri dan kanan, tidak ada cloasma gravidarum,

tidak ada edema dan nyeri tekan.

b. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera

putih.
17

c. Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, gigi tidak tanggal

dan tidak ada caries gigi.

d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

e. Payudara : simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tidak

ada benjolan dan nyeri tekan, terdapat pengeluaran

ASI sedikit.

f. Abdomen : terdapat linea nigra, striae alba dan tidak terdapat

luka bekas operasi, dan pada pemeriksaan palpasi

diketahui TFU tidak teraba, tidak ada tanda

kehamilan.

g. Genitalia :

- Pemeriksaan dalam : Tidak ada nyeri goyang pada porsio,

pergerakan serviks bebas, posisi uterusretrofleksi, ukuran

rongga rahim > 5 cm (7cm), tidak ada tanda Hegar.

- Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi/erosion pada porsio,

masih keluar darah haid sedikit, porsio warna merah muda ,

tidak ada tanda radang, tanda Chadwick(-).

- Pemeriksaan bimanual : Kedudukan rahim antefleksi, tidak

ada tanda infeksi panggul, dan tidak adanya kehamilan,

panjang uterus 6 cm.

h. Anus : tidak ada hemoroid pada anus.

i. Ekstremitas : simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, tidak

edema, refleks patella kiri (+) kanan (+).


18

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL

G2P2A0, dengan akseptor KB IUD.

3.2.1 P2A0

Data Dasar :

DS : Ibu melahirkan anak pertama tahun 2017 dengan kehamilan aterm.

Persalinan normal di puskesmas dan ditolong oleh bidan dengan

jenis kelamin laki-laki. Melahirkan anak kedua tahun 2021

dengan kehamilan aterm. Persalinan normal di puskesmas dan

ditolong oleh bidan dengan jenis kelamin Laki-laki. Selama

kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit yang menyertai

kehamilan dan tidak ada kelainan selama masa nifas dan ASI

esklusif hingga sekarang, Ibu mengatakan ingin menggunakan

alat kontrasepsi jangka panjang yang tidak mengganggu proses

menyusui,

DO :

- Haid pertama ibu saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya

28-30 hari, haid biasanya dialami 5-6 hari dan tidak pernah

mengalami disminorhea pada saat haid. HPHT 18 April

2022

- Pemeriksaan dalam : Tidak ada nyeri goyang pada porsio,

pergerakan serviks bebas, posisi uterusretrofleksi, ukuran

rongga rahim > 5 cm (7cm), tidak ada tanda Hegar.


19

- Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi/erosion pada porsio,

masih keluar darah haid sedikit, porsio warna merah muda ,

tidak ada tanda radang, tanda Chadwick(-).

- Pemeriksaan bimanual : Kedudukan rahim antefleksi, tidak

ada tanda infeksi panggul, dan tidak adanya kehamilan,

panjang uterus 6 cm

Analisa dan Interpretasi Data

Pada pemeriksaan didapatkan Ny. C G2P2A0 dengan akseptor KB IUD

3.3 RENCANA TINDAKAN

Tanggal 25 April 2022 pukul 09.30 wib

1. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan hal-hal yang

dianggap perlu seperti keadaan ibu, hasil pemeriksaan dalam, inspekulo,

dan bimanual.

Rasional : Penyampaian dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada

ibu sangat penting agar ibu dapat memahami dan sebagai

acuan daklam pengambilan keputusan menggunakan alat

kontrasepsi KB IUD.

2. Berikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan

suami.

Rasional :Dukungan psikologis dan keterlibatan suami berpengaruh positif

dalam pengambilan keputusan ber-KB.

3. Berikan konseling pra – pemasangan dan health education pada Ibu

tentang:

a. Profil jenis KB IUD


20

b. Keuntungan dan Kerugian KB IUD

c. Mekanisme kerja IUD

d. Efek samping IUD

Rasional : Dengan pengetahuan yang baik tentang seputar KB IUD

dapat meningkatkan kemantapan Ibu dalam pengambilan

keputusan dan memakai KB IUD.

4. Lakukan informed consent pada Ibu dan suami.

Rasional : Sebagai bukti bahwa Ibu dan suamin setuju untuk dilakukan

pemasangan KB IUD.

5. Lakukan pemasangan KB IUD (Cooper T Cu 380 A) sesuai SOP .

Rasional : Tekhnik pemasangan sesuai SOP dapat memninimalkan resiko

infeksi dan hal yang tidak diinginkan.

6. Lakukan konseling pasca pemasangan meliputi :

- Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet SF (Sulfas Ferosus) 1

tablet setiap kali haid

- Haid : terjadi perubahan siklus haid (umumnya bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan), haid akan lebih lama dan banyak,

saat haid terasa lebih sakit.

- Mengajarkan ibu cara mengontrol benang. Memasukkan jari tengah

atau jari telunujk ke dalam vagina, dan mencari benang apakah masih

ada/tidak

Rasional : Ibu mampu melakukan deteksi dini jika ada keluhan selama

pemakaian KB IUD.
21

7. Anjurkan Ibu untuk datang kontrol 1-2 minggu pasca pemasangan atau bila

ada keluhan.

Rasional : Follow up untuk memantau dan deteksi bila ada keluhan

pasca pemasangan.

8. Mendokumentasikan hasil tindakan ke dalam kartu kunjungan dan kartu

register.

Rasional: pendokumentasian memudahkan pemantauan selama pemakaian

alat kontrasepsi

3.6 IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 25 April 2022

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskan hal-hal yang

dianggap perlu seperti keadaan ibu, hasil pemeriksaan dalam, inspekulo,

dan bimanual.

Hasil : Ibu Telah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

2. Memberikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan

melibatkan suami dalam pengambilan keputusan memakai alat

kontrasepsi.

Hasil : Ibu merasa tenang dan merasa mantap dalam memutuskan

memakai alat kontrasepsi KB IUD.

3. Memberikan konseling pra – pemasangan dan health education pada Ibu

tentang:

a. Profil jenis KB IUD

b. Keuntungan dan Kerugian KB IUD


22

c. Mekanisme kerja IUD

d. Efek samping IUD

Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

4. Melakukan informed consent pada Ibu dan suami.

Hasil : Informed consent telah dilakukan.

5. Melakukan pemasangan KB IUD (Cooper T Cu 380 A) sesuai SOP.

Hasil : KB IUD telah terpasang dengan baik.

6. Melakukan konseling pasca pemasangan meliputi :

- Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet SF (Sulfas Ferosus) 1

tablet setiap kali haid

- Haid : terjadi perubahan siklus haid (umumnya bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan), haid akan lebih lama dan banyak,

saat haid terasa lebih sakit.

- Mengajarkan ibu cara mengontrol benang. Memasukkan jari tengah

atau jari telunujk ke dalam vagina, dan mencari benang apakah masih

ada/tidak

Hasil: Ibu mengerti dan memahami.

7. Menganjurkan Ibu untuk datang kontrol 1-2 minggu pasca pemasangan

atau bila ada keluhan.

Hasil : Ibu bersedia datang kembali untuk melakukan kontrol dan follow

up.

8. Mendokumentasikan hasil tindakan ke dalam kartu kunjungan dan kartu

register.

Hasil : dokumentasi telah dilakukan.


23

3.7 EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN

Tanggal 25 April 2022

1. Ibu sudah melakukan pemasangan KB IUD dan bersedia datang kembali

untuk kontrol sesuai jadwal kunjungan.

2. Pemeriksaan umum : Kesadaran Ibu composmentis, tekanan darah 110/70

mmHg, RR 24x/menit, HR 84x/menit.

Pemeriksaan obstetric : benang IUD tampak di mulut Rahim.

3. Health Education telah diberikan pada ibu

4. Dokumentasi telah dilakukan.


24

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada Ny

“C” dengan akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur . Dalam

hal ini pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan asuhan

kebidanan dengan 7 langkah Varney yaitu: pengumpulan data dasar, merumuskan

diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial,

melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan tindakan asuhan

kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan

kebidanan.

4.1 Langkah I. Identifikasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien,

riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik ssecara lengkap sesuai dengan

kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data

laboratorium. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini,

bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk,

2014: 5).

Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan

secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data

dapat dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat memberikan informasi

paling akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil

mungkin. Pasien adalah sumber informasi yang paling akurat dan ekonomis
25

yang disebut dengan sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber

data sekunder adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain dan

anggota keluarga. Tehnik pengumpulan data ada tiga yaitu, 1) observasi, 2)

wawancara, 3) pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui

indra penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah),

pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka),

perabaan (suhu badan, nadi). Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang

umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang

penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan di arahkan data yang

relefan. Dan Pemeriksaan, dimana pengumpulan data yang dilakukan dengan

memakai instrument/alat mengukur. Dengan tujuan untuk memastikan batas

dimensi angka, irama kuantitas. Misalnya pengukuran tinggi badan dengan

meteran, berat badan dengan timbangan, tekanan darah dengan tensimeter

(Dwi Asri, 2017 : 27-28).

Dalam tahapan pengakajian, Penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini

dapat dilihat dari profesionalitas ibu yang dapat menerima kehadiran penulis

saat pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukan

sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis

maupun tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan.

Ny “C” usia 30 tahun, G2P2A0, dengan akseptor KB IUD datang di

Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur, pada tanggal 25 April 2022 pukul

09. 15 di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur dan dari hasil pemeriksaan

TTV ibu di puskesmas didapatkan TD: 110/70mmHg, N: 88x/menit, S:

36,8ᵒC, P: 20x/menit, ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi


26

jangka panjang yang tidak mengganggu proses menyusui, Haid pertama ibu

saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya 28-30 hari, haid biasanya dialami 5-6

hari dan tidak pernah mengalami disminorhea pada saat haid. HPHT 18 April

2022 . Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan

umum ibu tampak baik, TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,8ᵒC, P:

20x/menit, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan ikterik, tidak ada

pembesaran pada kelnjar tiroid dan vena jugularis, payudara tampak simetris,

tampak hiperpigmentasi areola mammae,terdapat pengeluaran ASI sedikit,

pada pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu: TFU tidak teraba, tidak

ada tanda kehamilan. Pemeriksaan dalam : Tidak ada nyeri goyang pada

porsio, pergerakan serviks bebas, posisi uterusretrofleksi, ukuran rongga

rahim > 5 cm (7cm), tidak ada tanda Hegar. Pemeriksaan inspekulo : Tidak

ada lesi/erosion pada porsio, masih keluar darah haid sedikit, porsio warna

merah muda , tidak ada tanda radang, tanda Chadwick(-). Pemeriksaan

bimanual : Kedudukan rahim antefleksi, tidak ada tanda infeksi panggul, dan

tidak adanya kehamilan, panjang uterus 6 cm.

IUD (Intra Uterine Device) adalah suatu alat atau benda yang

dimasukkan kedalam Rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka

panjang dapat dipakai oleh semua perempuan berusia reproduktif (Handayani,

2010). IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam Rahim

yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polythyline), ada yang

dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit tembaga

bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormone

progesterone (Kusmarjati, 2011).


27

Sesuai dengan namanya, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)

adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, relatif lebih efektif dari

metode kontrasepsi lainnya seperti KB suntik, pil dan kondom. Alat

kontrasepsi IUD terbuat dari plastic yang elastis, dililit tembaga atau

campuran tembaga dengan perak (Imbarwati, 2018).

Usia wanita mengalami kehamilan terbaik, yaitu yang beresiko paling

rendah untuk ibu dan anak adalah 20-35 tahun.Untuk itu bagi wanita yang

menikah sebelum 20 tahun sebaiknya menunda kehamilan hingga usianya

mencukupi dan benar-benar siap secara psikologi menjadi seorang ibu. Umur

di atas 35 tahun seorang wanita tidak dianjurkan untuk hamil lagi karena

secara biologis tubuhnya sudah tidak mendukung untuk mengalami

kehamilan sehingga resiko komplikasi akan semakin besar. Paritas adalah

jumlah anak yang pernah dilahirkan ibu yang masih hidup maupun mati.

Jumlah anak sangat mempengaruhi keputusan pasangan usia subur dalam

menggunakan kontrasepsi (Lestari I dkk, 2019).

AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan

dipasang didalam uterus AKDR memiliki benang yang menggantung sampai

liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh

akseptor sendiri (Niken, dkk, 2012). Alat kontrasepsi IUD sangat efektif

untuk menekan angka kematian ibu dan mengendalikan laju pertumbuhan

penduduk karena tingkat efektifitas penggunaan sampai 99,4%. IUD dapat

efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi

dari CuT 380A) dan tidak perlu diganti). IUD sangat efektif karena tidak

perlu lagi mengingat-ingat, dan tidak mempengaruhi hubungan seksual.


28

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan

hasil pemeriksaan. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus.

4.2 Langkah II. Identifikasi diagnosa masalah aktual

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan

semua data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau

maslah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik

kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan

perihal yang berkaian dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian

(Betty mangkuji dkk, 2014: 5).

Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh

menunjukkan Ny “C” usia 30 tahun, G2P2A0, dengan akseptor KB IUD

datang di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur , pada tanggal 25 April 2022

pukul 09. 15 di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur dan dari hasil

pemeriksaan TTV ibu di puskesmas didapatkan TD: 110/70mmHg, N:

88x/menit, S: 36,8ᵒC, P: 20x/menit, ibu mengatakan ingin menggunakan alat

kontrasepsi jangka panjang yang tidak mengganggu proses menyusui, Haid

pertama ibu saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya 28-30 hari, haid biasanya

dialami 5-6 hari dan tidak pernah mengalami disminorhea pada saat haid.

HPHT 18 April 2022 . Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran

komposmentis, keadaan umum ibu tampak baik, TD: 110/70 mmHg, N:

88x/menit, S: 36,8ᵒC, P: 20x/menit, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan

ikterik, tidak ada pembesaran pada kelnjar tiroid dan vena jugularis, payudara
29

tampak simetris, tampak hiperpigmentasi areola mammae,terdapat

pengeluaran ASI sedikit, pada pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu:

TFU tidak teraba, tidak ada tanda kehamilan. Pemeriksaan dalam : Tidak ada

nyeri goyang pada porsio, pergerakan serviks bebas, posisi uterusretrofleksi,

ukuran rongga rahim > 5 cm (7cm), tidak ada tanda Hegar. Pemeriksaan

inspekulo : Tidak ada lesi/erosion pada porsio, masih keluar darah haid

sedikit, porsio warna merah muda , tidak ada tanda radang, tanda

Chadwick(-). Pemeriksaan bimanual : Kedudukan rahim antefleksi, tidak ada

tanda infeksi panggul, dan tidak adanya kehamilan, panjang uterus 6 cm.

Ibu yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang

mengandung hormone estrogen. Alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan

adalah alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD. Karena IUD dapat merangsang

uterus Ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hormone

oksitosin yaitu hormone yang dapat merangsang produksi ASI. (Nurannisa,

2020).

Berdasarkan uraian di atas maka diagnosis pada asuhan keluarga

berencana tersebut adalah G2P2A0, dengan akseptor KB IUD. Demikian

penerapan tinjauan pustaka pada kasus Ny “C” secara garis besar tampak

adanya persamaan antara teori dengan diagnosis aktual yang ditegakkan

sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

4.3 Langkah III. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah


30

teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila

diagnosa/masalah potensial ini benarbenar terjadi (Frisca Tresnawati, 2017 :

3-4).

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan

yang aman.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan dapat diharapkan

bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada

langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Dalam

mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dilakukan pengantisipasian

penaganan yang kemungkinan muncul.

Pada kasus Ny “C” penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau

kelainan komplikasi pada ibu pasca pemasangan, karena penanganan yang

dilakukan pada ibu dengan akseptor KB IUD telah sesuai dengan teori

sehingga tidak ada diagnosa potensial dan tidak ada kesenjangan antara teori

dana kasus.
31

4.4 Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera Atau Kolaborasi

Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan

kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan

tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain

masih bisa menunggu beberapa waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014: 6).

Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat

dapat terjadi pada saat mengelolaan ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi

baru lahir. Kondisi darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan

dengan segera untuk menangani diagnosis maupun masalah darurat yang

terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan segera, selain di atas bisa juga

berupa observasi/pemeriksaan. Pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa

bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas

masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan

tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosis/masalah

potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

darurat/segera yang harus dirumuskan. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan

segera yang mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan (Rita

Yulifah, 2013: 134).

Pada studi kasus Ny “C” tidak ada tindakan segera yang dilakukan

karena dalam pemantauan dan pemeriksaan tidak ditemukan adanya keluhan

untuk dilakukan tindakan segera.


32

4.5 Langkah V. Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap

dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi-kondisi klien atau dari setiap masalah

yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau

masalah psikologis (Th. Endang, dkk, 2014: 137).

Rencana asuhan pada kasus Ny “C” disusun berdasarkan teori dengan

melihat kondisi dari kebutuhan pasien. Hasil pengkajian data subjektif dan

objektif yang diperoleh menunjukkan Ny “C” usia 30 tahun, G2P2A0, dengan

akseptor KB IUD datang di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur, pada

tanggal 25 April 2022 pukul 09. 15 di Klinik Kabupaten Kotawaringin

Timur dan dari hasil pemeriksaan TTV ibu di puskesmas didapatkan TD:

110/70mmHg, N: 88x/menit, S: 36,8ᵒC, P: 20x/menit, ibu mengatakan ingin

menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yang tidak mengganggu proses

menyusui, Haid pertama ibu saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya 28-30

hari, haid biasanya dialami 5-6 hari dan tidak pernah mengalami disminorhea

pada saat haid. HPHT 18 April 2022 . Pada pemeriksaan fisik didapatkan

kesadaran komposmentis, keadaan umum ibu tampak baik, TD: 110/70


33

mmHg, N: 88x/menit, S: 36,8ᵒC, P: 20x/menit, kedua konjungtiva mata tidak

anemis dan ikterik, tidak ada pembesaran pada kelnjar tiroid dan vena

jugularis, payudara tampak simetris, tampak hiperpigmentasi areola

mammae,terdapat pengeluaran ASI sedikit, pada pemeriksaan abdomen

didapatkan kesan yaitu: TFU tidak teraba, tidak ada tanda kehamilan.

Pemeriksaan dalam : Tidak ada nyeri goyang pada porsio, pergerakan serviks

bebas, posisi uterusretrofleksi, ukuran rongga rahim > 5 cm (7cm), tidak ada

tanda Hegar. Pemeriksaan inspekulo : Tidak ada lesi/erosion pada porsio,

masih keluar darah haid sedikit, porsio warna merah muda , tidak ada tanda

radang, tanda Chadwick (-). Pemeriksaan bimanual : Kedudukan rahim

antefleksi, tidak ada tanda infeksi panggul, dan tidak adanya kehamilan,

panjang uterus 6 cm.

Perencanaan asuhan yang diberikan pada akseptor KB IUD yaitu,

melakukan pendekatan terhadap klien, menjelaskan hasil pemeriksaan,

memberikan KIE tentang indikasi dan kontraindikasi IUD, SOP pemasangan,

konseling pasca pemasangan. Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun

berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukan tidak

ada kesenjangan antara teori dengan manajemen asuhan kebidanan pada

penerapan studi kasus di lahan praktek.

4.6 Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian


34

dilakukan oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukan sendiri, ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan

penatalaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana)

(Dwi Asri, dkk. 2017 : 31).

Pada studi kasus Ny “C” dengan akseptor KB IUD , semua tindakan

yang direncanakan terlaksana dengan baik. Seperti dengan menyampaikan

hasil pemeriksaan pada pasien dengan baik, memberikan kesempatan kepada

pasien dan keluarga untuk bertanya apabila ada hal yang tidak dia mengerti,

memberikan dukungan moril kepada ibu dan suami untuk mengambil

keputusan penting dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Penjelasan

telah disampaikan, pasien dan keluarga mengerti dengan keadaannya,

memberikan dukungan psikologis kepada ibu, memberikan KIE tentang

indikasi dan kontraindikasi IUD, SOP pemasangan, konseling pasca

pemasangan.

4.7 Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan

di mana pada tahap ini ditemukan kemajuan atau keberhasilan dalam

mengatasi masalah yang dihadapi klien. Proses evaluasi merupakan langkah

dari proses manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak

mendapatkan permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan

masalah teratasi tanpa adanya komplikasi. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,

diagnosa yang ditegakkan pada Ny “C” adalah akseptor KB IUD . Rencana

asuhan yang telah disusun berorientasi sesuai dengan kebutuhan pasien dan
35

dilaksanakan secara menyeluruh. Adanya kerjasama antara pasien dan

petugas kesehatan sehingga tidak ditemukan hambatan pada saat pelaksanaan

asuhan.
36

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek

melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “C” dengan

Asuhan Akseptor KB IUD di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur , maka bab

ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Asuhan kebidanan pada Ny “C” P2A0 dengan akseptor KB IUD

dilakukan dengan teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan

yang dimulai dari pengkajian dan analisa data dasar, pada langkah ini

dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang

diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai

dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau yang

berhubungan dengan kondisi klien.

5.1.2 Diagnosa Ny “C” dengan akseptor KB IUD ditegakkan berdasarkan

adanya pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh

menunjukkan Ny “C” usia 30 tahun, G2P2A0, dengan akseptor KB

IUD datang di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur, pada tanggal

25 April 2022 pukul 09. 15 di Klinik Kabupaten Kotawaringin Timur

dan dari hasil pemeriksaan TTV ibu di puskesmas didapatkan TD:

110/70mmHg, N: 88x/menit, S: 36,8ᵒC, P: 20x/menit, ibu mengatakan

ingin menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yang tidak


37

mengganggu proses menyusui, Haid pertama ibu saat usia 14 tahun,

siklus haid biasanya 28-30 hari, haid biasanya dialami 5-6 hari dan

tidak pernah mengalami disminorhea pada saat haid. HPHT 18 April

2022 . Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis,

keadaan umum ibu tampak baik, TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, S:

36,8ᵒC, P: 20x/menit, kedua konjungtiva mata tidak anemis dan

ikterik, tidak ada pembesaran pada kelnjar tiroid dan vena jugularis,

payudara tampak simetris, tampak hiperpigmentasi areola

mammae,terdapat pengeluaran ASI sedikit, pada pemeriksaan

abdomen didapatkan kesan yaitu: TFU tidak teraba, tidak ada tanda

kehamilan. Pemeriksaan dalam : Tidak ada nyeri goyang pada porsio,

pergerakan serviks bebas, posisi uterusretrofleksi, ukuran rongga

rahim > 5 cm (7cm), tidak ada tanda Hegar. Pemeriksaan inspekulo :

Tidak ada lesi/erosion pada porsio, masih keluar darah haid sedikit,

porsio warna merah muda , tidak ada tanda radang, tanda

Chadwick(-). Pemeriksaan bimanual : Kedudukan rahim antefleksi,

tidak ada tanda infeksi panggul, dan tidak adanya kehamilan, panjang

uterus 6 cm.

5.1.3 Pada Ny “C” masalah yang mungkin muncul mewaspadai terjadinya

infeksi atau peradangan pasca pemasangan IUD namun data yang

menunjang adanya masalah potensial tidak didapatkan..

5.1.4 Pada Ny “C” diperlukan tindakan segera, kolaborasi atau rujukan

apabila terjadi masalah pasca pemasangan IUD namun dalam studib


38

kasus ini, tidak didapatkan data yang menunjang untuk diperlukan

tindakan segera..

5.1.5 Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny “C” bertujuan agar ibu

mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan SOP

pemasangan KB IUD dan mencegah terjadinya komplikasi.

5.1.6 Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai

dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar

dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.

5.1.7 Tindakan evaluasi pada Ny “C” dengan akseptor KB IUD telah

diberikan semaksimal mungkin dan sesuai standar pelayanan/rencana

asuhan kebidanan serta komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi

dapat teratasi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi klien

a. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan follow up sesuai jadwal

kontrol.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan organ

genetalianya.

5.2.2 Saran untuk bidan.

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan

pelayanan yang profesional sehingga dapat berperan dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian perinatal

(AKP). Oleh karena itu bidan harus meningkatkan kemampuan,


39

pengetahuan, keterampilan, melalui program pendidikan, pelatihan-

pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan

perkembangan IPTEK.

b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu

manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat

yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan

berbagai kasus.

5.2.4 Saran untuk institusi kebidanan

a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik

perlu menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang

pelaksanaan tugas.

b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan

teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan

untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.

c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya

penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang

pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan

keterampilan bidan.
40

DAFTAR PUSTAKA

Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. Patofisiologi dalam Kebidanan (Medical


Conditins Affering Pregnancy and Childbirth). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2013.
Dewi,Vivian Nanny Lia., Tri sunarsih. Asuhan keluarga berencana untuk
Kebidanan, Jakarta:Salemba Medika, 2017 .
DepkesRI,2015.ProfilKesehatanIndonesia.Jakarta.http//www.depkes.go.id/
resource/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil kesehatan-
indonesia-2015.pdf.
Dinas Kesehatan , 2016.Fauziah, Yulia. Obstetric PATOLOGI untuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan: Medical Book. Jakarta, 2017
Hackley, Barbara. Buku Ajar Bidan Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2013.
Hasanah, Noor Siti, Indiriani. Gambaran Pemilihan Kontrasepsi Intra Uterine
Device (IUD) pada Pasangan Usia Subur (PUS) Di Desa Sidorejo Sleman
Yogyakarta. Tesis 2017.
Imelda, 2018. Nifas, Kontrasepsi Terkini dan Keluarga Berencana.
Jakarta :Gosyen Publishing.
Kholis N. 2013. Gambaran Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana Tentang
Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) Di Desa Donoyudan Kecamatan
Kalijambe Kabupaten Sragen
Mangkuji, B dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta: EGC. 2013
Mega. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Jakarta Timur: CV. Trans Info
Media. 2017
Meihartati, Tuti. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alata
Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Azhar Kabupaten
Tana Bumbu. Jurnal Delima Azhar vol 2 No 1. 2017
Melani, Niken dkk. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Citramaya. 2012
Nurhayati, dkk. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2013
Prawirohardjo sarwono.Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2014.
Purwoastuti, Th. Endang, dkk. Konsep Kebidanan, Yogyakarta: PB, 2014
Sukarni, Icesmi dan Margareth ZH. Kehamian, Persalinan, dan Nifas Dilengkapi
Dengan Fisiologi. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.
Trisnawati, Frisca. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional,Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, 2017 .
Walyani, Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT. PUSTAKA
BUKU, 2015.
WHO (World Health Organization) 2016.World health statistic.Yulifah, Rita,
dkk. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta :
SalembaMedika : 2013.

Anda mungkin juga menyukai