Isi Jurnal
Isi Jurnal
Isi Jurnal
isi Jurnal
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG
DI KABUPATEN PESAWARAN
ABSTRACT
The purpose of this study was to observe the development and carrying capacity of beef cattle livestock
from several aspects such as the environment, human resources and natural resources. The potential was
calculated based on the production and carrying capacity of agricultural residues, cattle capacities and
Location Quotient (LQ). This research was carried out at Pesawaran Regency on December 2015 until April
2016. This research used survey method with purposive sampling. The result of this research showed that the
potential of natural resources in Pesawaran Regency were 74.234 ha of agricultural land that supported by
crop residues production 898.875.420 kg/yr. Based on carrying capacity of crop residues production in
Pesawaran regency reached until 393.855 AU with 36.65 worth the carrying capacity Index. By looking at
the results of the carrying capacity index calculations in Pesawaran regency, all areas have the potential for
the development of beef cattle. Based on the capacity of cattle assuming the provision of rations of 30% as
many as 601.385 AU have additional opportunities of 586.107 head of cattles while the rations of 40% as
many as
451.039 AU have additional opportunities 435.684 head of cattles. Based on the analysis of Location
Quotient (LQ), Negeri Katon and Tegineneng could be base areas of beef cattle livestock breeding.
Keywords: Agricultural residues, Beef cattle, Carrying capacity, Location quotient, Pesawaran
116
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
117
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
kecamatan. A
konversinya adalah 0,7 untuk mewakili populasi
X = jumlah kepadatan peternakan ruminansia di
sapi yang terdiri dari induk betina, induk jantan,
kecamatan A
dan anak dengan berbagai tingkatan umur.
Xi = jumlah kepadatan ternak sapi potong di
Indeks konsentrasi ternak dihitung
Kabupaten Pesawaran
berdasarkan nisbah populasi ternak kecamatan
X.j = jumlah kepadatan seluruh peternakan
terhadap rataan populasi kecamatan dalam total
ruminansia di Kabupaten Pesawaran
kabupaten. Indeks konsentrasi ternak dapat
menggambarkan kepadatan populasi ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
komparatif antar kecamatan. Secara tidak
langsung indeks tersebut dapat menggambarkan
Potensi Lingkungan Pendukung
kecocokan wilayah dengan ternak sapi (Syamsu
Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu
dan Ahmad, 2002). Indeks konsentrasi ternak
kabupaten dalam wilayah administratif Provinsi
pada Kabupaten Pesawaran tiap kecamatannya
Lampung, dengan ibu kotanya Gedung Tataan.
dapat dilihat pada Tabel 1.
Secara administratif wilayah ini terdiri atas 9
kecamatan dan 144 desa.Letak geografis berada
Tabel 1. Populasi sapi potong menurut di
pada posisi 104˚92’ — 105˚34’BT dan 05˚12’ —
Kabupaten Pesawaran Pada 2014.
84’LS. Kabupaten Pesawaran memilki dua
musim, yaitu musim hujan dan musim
kemaraudengan iklim tropis, dengan curah hujan Kecamatan Populasi (ST) IKT
rata-rata 151,5 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari Punduh Pidada 55,3 0,046
hujan 12,1 hari/bulan. Rata-rata suhu udaranya Marga Punduh 50,4 0,042
adalah 26,7˚C. Rata-rata kelembaban adalah Padang Cermin 104,3 0,087
antara 78,25%. Berdasarkan suhu dan Kedondong 64,4 0,054
kelembabannya, Kabupaten Pesawaran cocok Way Khilau 60,2 0,050
untuk pengembangan sapi potong. Hal ini sesuai Way Lima 165,2 0,138
dengan Abidin (2002), kondisi ideal untuk Gedung Tataan 1.286,6 1,079
pengembangan sapi potong adalah dengan kisaran Negeri Katon 4.671,1 3,916
suhu 10˚ —27˚C dan kelembaban 60% — 80%. Tegineneng 4.290,3 3,597
Secara geografis Kabupaten Pesawaran Sumber: Hasil data olahan (2016)
memiliki luas wilayah sekitar 1.173,77 km2.
Kecamatan dengan wilayah terluas di Kabupaten Berdasarkan Indeks Konsentrasi Ternak (IKT)
Pesawaran adalah Padang Cermin sebagai (Tabel 1), hasil analisis menunjukkan bahwa
kecamatan terluas, yaitu 314,63 km2 dengan Kecamatan Negeri Katon (3,916), Tegineneng
persentase 27,06% dari total luas wilayah (3,597) dan Gedung Tataan (1,079) termasuk
kabupaten. Sedangkan luas wilayah tersempit dalam kategori tinggi. Sedangkan kecamatan lain
yaitu Gedung Tataan dengan luas sebesar masuk dalam kategori populasi yang rendah
97,06 km2 dengan 8,27% dari total luas wilayah dengan nilai IKT < 0,5. Hal ini menunjukkan
kabupaten. Berdasarkan hal tersebut, perbedaan tidak adanya nilai IKT 0,5 — 1 atau kategori
luas wilayah di beberapa kecamatan di Kabupaten sedang di Kabupaten Pesawaran yang berarti pola
Pesawaran dapat menjadi faktor yang yang dapat penyebaran sapi potong masih sangat ekstrim.
membedakan produksi dan produktivitas di sektor Menurut Syamsu et al. (2009), pola penyebaran
pertanian dan sub sektor peternakan di daerah sapi potong yang masih sangat ekstrim perlu
tersebut. dilakukan relokasi ternak dari kecamatan yang
masuk ketegori tinggi ke kecamatan yang masuk
Kondisi Peternakan Sapi Potong kategori rendah dengan tetap mempertimbangkan
Kabupaten Pesawaran memiliki populasi daya dukung wilayah.
sebesar 15.354 ekor 10.747,8 ST (Tabel 1).Satu
ST sapi potong dihitung dengan dikalikan 0,7. Hal Daya Dukung Berdasarkan SDM
ini sesuai dengan Ashari et al. (1995) yang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
menjelaskan bahwa Satuan Ternak (ST) adalah faktor kunci dalam segala sesuatu yang
satuan untuk populasi ternak ruminansia yang mendukung pengembangan peternakan sapi
diperoleh dari jumlah populasi dikalikan dengan potong. Hal ini disebabkan keberadaan, kapasitas,
faktor konversi, untuk ternak sapi faktor dan kapabilitas SDM di sebuah kawasan akan
118
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
119
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
Tabel 3. Produksi dan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Pesawaran
Nama limbah Luas Tanam Prod/ha Produksi Limbah Daya Dukung(ST)
(ha) (ton) segar (ton/th) kering (ton/th) dalam ton/th
Padi sawah 29.713 18,4 1.093.438,4 634.194,27 278.155
Jagung 13.914 23,468 653.067,5 248.753,41 109.102
Ubi kayu 3.710 11 40.810 13.875,4 6.086
Kacang tanah 253 12,48 6.314,88 2.052,34 900
Jumlah 1.793.630,78 898.875,42 394.243
Sumber.Hasil olahan data dan analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Universitas Lampung
120
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
Tabel 4. Daya dukung limbah pertanian dan Indeks Daya Dukung (IDD)
Kecamatan Populasi Sapi Produksi Total BK Daya Dukung (ST) Indeks Daya Kriteria
Potong (ST) (Kg/th) berdasarkan BK Dukung
Punduh Pidada 55,3 27.040.611 11.848,2 214,25 Aman
Marga Punduh 50,4 29.422.688 12.892 255,79 Aman
Padang Cermin 104,3 76.778419 33.641,5 322,55 Aman
Kedondong 64,4 61.951.428 27.144,9 421,50 Aman
Way Khilau 60,2 91.524.024 40.102,5 666,16 Aman
Way Lima 165,2 93.345.636 40.900,7 247,58 Aman
Gedung Tataan 1.286,6 101.783.150 44.597,7 34,66 Aman
Negeri Katon 4.671,1 174.193.975 76.325,5 16,34 Aman
Tegineneng 4.290,3 242.835.489 106.401,8 24,80 Aman
Total 106.401,8 898.875.420 393.855 36,65 Aman
Sumber : Hasil olahan data 2016
Kapasitas Tampung Sapi Potong di Kabupaten dengan asumsi 30% pemberian ransum pada sapi
Pesawaran berdasarkan Asumsi 30% dan 40% potong selisihnya yaitu 150.346,298 ST atau
Pemberian Ransum 150.346 ekor (Tabel 5). Berdasarkan hasil
Perhitungan kapasitas tampung menentukan perhitungan kapasitas tampung dengan asumsi
kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dalam 30% pemberian pakan sebesar 601.385 ST dengan
menampung ternak sapi potong. Kapasitas potensi ataupeluang penambahan sapi potong
tampung ternak sapi potong yang berasal dari sebanyak ± 586.107 ekor sapi potong dari
limbah tanaman pangan terdapat di Kabupaten keseluruhan populasi sapi potong di Kabupaten
Pesawaran dapat dilihat pada tabel 20 dengan Pesawaran sebesar 15.354 ekor. Sedangkan
asumsi konsumsi bahan kering satu ekor sapi/hari berdasarkan asumsi 40% pemberian pakan,
sebesar 3% dari bobot tubuh (Parakkasi, 1999). kapasitas tampung yang dimiliki keseluruhan
Satu unit ternak setara dengan satu ekor sapi Kabupaten Pesawaran yaitu sebesar 451.039 ekor,
seberat 455 kg dan asumsi penggunaan limbah sehingga potensi ataupeluang penambahan ternak
mencapai 30% dan 40% sebagai pakan (Santoso, yang dapat dilakukan sebanyak ±435.684 ekor
1995). Menurut Ensminger (1961), satu unit sapi potong dari keseluruhan populasi di
ternak adalah sama dengan seekor sapi dewasa. Kabupaten Pesawaran. Peluang penambahan
Diketahui bahwa jumlah produksi limbah ternak sapi potong tertinggi dalam asumsi 30%
tanaman pangan yang berasal dari padi, jagung, dan 40% pemberian pakan pada sapi potong
kacang tanah, dan ubi kayu di Kabupaten terdapatpada kecamatan tegineneng yaitu 156.338
Pesawaran sebesar 898.875,420 kg/th dengan ekor (30%) dan 115.721 (40%). Sedangkan
kapasitas tampung ternak sebesar 601.385 ST atau potensi atau peluang penambahan ternak sapi
601.384 ekor sapi potong dewasa dalam asumsi potong terendah terdapat pada Kecamatan Punduh
30% pemberian ransum dan untuk asumsi 40% Pidada 18.012 ekor (30%) dan 13.489 ekor (40%)
pemberian ransum yaitu 451.039ST atau sebanyak yang dapat dilihat dalam Tabel 5.
451.039 ekor lebih sedikit jika dibandingkan
121
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
Tabel 5. Kapasitas tampung berdasarkan asumsi pemberian pakan 30% dan 40% di masing-masing
kecamatan di Kabupaten Pesawaran
Analisis Location Quotient (LQ) yang tingkat spesialisasinya lebih rendah daripada
Berdasarkan Tabel 6, hasil analisis Location tingkat wilayah acuan yang terdapat pada hasil di
Quotient (LQ) sapi potong masing-masing Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh,
kecamatan di Kabupaten Pesawaran menunjukkan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way
bahwa Kecamatan Negeri Katon dan Tegineneng Lima dan Gedung Tataan.
merupakan sektor basis peternakan sapi potong
yang memiliki nilai LQ>1, hal ini disebabkan SIMPULAN DAN SARAN
populasi sapi potong di kecamatan tersebut lebih
banyak dibandingkan dengan kecamatan lain Simpulan
sesuai dengan Warpani (1984) menyatakan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki potensi
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor lingkungan peternakan yang baik, dilihat dari
yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi daripada faktor iklim suhu maupun kelembaban cukup
tingkat wilayah acuan. Sehingga baik dalam mendukung dalam pengembanganpeternakan sapi
pengembangan sapi potong di wilayah tersebut. potong.
Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor
Tabel 6. Hasil analisis Location Quetient (LQ) sapi potong di Kabupaten Pesawaran
122
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
123
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.
cetak/2005/0305/24/ cakrawala/
lainnya.html. Diakses 05 November 2015 .
Thapa, G.B dan Paudel, G.S. 2000. Evaluation of
Livestock Carrying Capacity of Land
Resources In The Hills Of Nepal Based On
Total Digestive Nutrient Analysis.
Agriculture, Ecosystems and Environment.
Wahyono, D.E., Hardianto, R. Anam, C. Wijono,
D.B. Purwanto, T. dan Malik M. 2003.
Strategi Pemanfaatan Limbah Pertanian
dan Agroindustri untuk Pembuatan Pakan
Lengkap Ruminansia. Makalah Seminar
Nasional Pengembangan Sapi Potong,
Lembang, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan
Daerah. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
http://perencanaankota.blogspot.co.id/2013
/06/location-quotient-dan-shift-share.html.
Diakses 7 November 2016.
124