Isi Jurnal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

isi Jurnal
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG
DI KABUPATEN PESAWARAN

Potential Analysis of Beef Cattle Livestock Development in Pesawaran Regency

Juwita Indrya Saputraa, Limanb,dan Yusuf Widodob


a
The Student of Departement of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Departement of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Bojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
e-mail: [email protected] ; [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study was to observe the development and carrying capacity of beef cattle livestock
from several aspects such as the environment, human resources and natural resources. The potential was
calculated based on the production and carrying capacity of agricultural residues, cattle capacities and
Location Quotient (LQ). This research was carried out at Pesawaran Regency on December 2015 until April
2016. This research used survey method with purposive sampling. The result of this research showed that the
potential of natural resources in Pesawaran Regency were 74.234 ha of agricultural land that supported by
crop residues production 898.875.420 kg/yr. Based on carrying capacity of crop residues production in
Pesawaran regency reached until 393.855 AU with 36.65 worth the carrying capacity Index. By looking at
the results of the carrying capacity index calculations in Pesawaran regency, all areas have the potential for
the development of beef cattle. Based on the capacity of cattle assuming the provision of rations of 30% as
many as 601.385 AU have additional opportunities of 586.107 head of cattles while the rations of 40% as
many as
451.039 AU have additional opportunities 435.684 head of cattles. Based on the analysis of Location
Quotient (LQ), Negeri Katon and Tegineneng could be base areas of beef cattle livestock breeding.

Keywords: Agricultural residues, Beef cattle, Carrying capacity, Location quotient, Pesawaran

menurunnya populasi sapi potong. Selain itu,


PENDAHULUAN

Sub sektor peternakan memiliki peran yang


strategis dalam pembangunan sektor pertanian,
yaitu dalam upaya pemantapan ketahanan pangan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani,
pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan dapat
memacu pengembangan wilayah (Daryanto,
2011).
Salah satu bentuk usaha peternakan yang
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan
yaitu ternak sapi potong. Sementara itu, program
pengembangan sapi potong dihadapkan dengan
permasalahan semakin menyempitnya lahan usaha
akibat persaingan yang semakin meningkat dalam
penggunaan lahan. Akibatnya terjadinya
penurunan daya dukung sumber daya alam
terutama hijauan pakan untuk usaha ternak karena
konversi lahan pertanian, serta perubahan pola
budidaya menjadi salah satu penyebab
115
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

kebanyakan usaha peternakan sapi potong yang


kurang dalam pemanfaatan potensi daya dukung
yang ada di wilayahnya.
Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu
kabupaten di Propinsi Lampung yang memiliki
potensi cukup besar dalam pengembangan
peternakan sapi potong. Kabupaten Pesawaran
memilki luas lahan yang cukup luas untuk
digunakan sebagai tempat pengembangan sapi
potong terdiri dari sawah seluas 14.757 ha dan
sisanya yaitu seluas 102.620 ha bukan lahan
sawah dan lahan bukan pertanian (Badan Pusat
Statistik, 2015).
Daya dukung pengembangan ternak potong
merupakan salah satu faktor penting untuk
menunjang peningkatan produktivitas sapi
potong, untuk mencapai hasil yang optimal maka
perlu strategi pengembangan peternakan yang
memiliki daya dukung yang baik, seperti pakan
yang diberikan kepada ternak harus mengandung
nilai nutrisi yang baik, lahan yang luas,
pengolahan

116
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

limbah, pemanfaatan hijauan makanan ternak.


pertanian,kapasitas tampung ternak berdasarkan
Evaluasi ketersediaan hijauan dan limbah tanaman
produksi limbah berupa jerami padi, jerami
pangan dilakukan untuk mengetahui daya dukung
jagung, limbah ubi kayu dan jerami kacang tanah
wilayah terhadap hijauan makanan ternak sebagai
dan analisis Location Quotient (LQ) di Kabupaten
penunjang pakan sapi potong di Kabupaten
Pesawaran.Parameter-parameter tersebut akan
Pesawaran.
dianalisis secara deskriptif dengan identifikasi dan
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
analisis data yang digunakan sebagai berikut:
suatu wilayah untuk pengembangan ternak sapi
potong yang sekarang menjadi salah satu komoditi
Produksi limbah tanaman pangan
Luas 1 Ha
unggulan daerah karena mampu menghasilkan Produksi /Ha= x produksi ubin
Luas Sampel
produksi yang tinggi guna pemenuhan protein
hewani dan telah mempunyai pasar tersendiri,
yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan Produksi per tahun =
terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Produksi limbah /ha x Luas wilayah areal x
Bruto) kabupaten khususnya dan provinsi pada Jumlah panen setahun
umumnya.
Perhitungan daya dukung limbah pertanian
MATERI DAN METODE Daya dukung hijauan dihitung
berdasarkanproduksi bahan kering (BK) terhadap
Materi kebutuhan satu satuan ternak ( 1 ST) sapi potong
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini dalam satu tahun dimana kebutuhan BK adalah
adalah hijauan asal limbah pertanian yaitu jerami 6,25 kg/hari atau 2,28 ton/tahun (NRC, 1984).
jagung, padi, kacang tanah dan daun batang ubi Hasil perhitungan produksi bahan kering
kayu. Penelitian dilakukan pada bulan desember digunakan untuk mendapatkan daya dukung
2015 sampai april 2016 di Kabupaten Pesawaran. pakan hijauan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Metode
Metode yang akan digunakan dalam Daya Dukung (ST) =
Kg
penelitian ini yaitu metode survey yaitu metode Produksi Bahan Kering ( )
th
purposive sampling. Data yang digunakan dalam Kg
Kebutuhan Bahan Kering Sapi Dewasa( )
penelitian ini berdasarkan data primer yang th
diperoleh dari survei kelapangan dan data (Hamid, 2012)
sekunder dari instansi atau dinas-dinas tekait. Indeks Daya Dukung (IDD) hijauan makanan
Prosedur penentuan dan pengambilan sampel: ternak dihitung dari jumlahproduksi hijauan
1. menentukan lahan pertanian sebagai tempat makanan ternak yang tersedia terhadap jumlah
pengambilan data dan melakukan pengubinan kebutuhanhijauan bagi sejumlah populasi ternak
yang berdasarkan Dirjen Peternakan dan ruminansia di suatu wilayah. Indeks Daya Dukung
Fakultas Peternakan UGM (1982), padi dan dihitung berdasarkan bahan kering dengan
kacang tanah dilakukan pengubinan dengan persamaan sebagai berikut (Ashari,1995) :
2,5 x 2,5 m2 dengan 3 kali ulangan sedangkan
untuk jagung dan ubi kayu dilakukan IDD Hijauan =
pengubinan 5 x 5 m2 dengan 3 kali ulangan Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak (ST)
2. melakukan pengukuran luas lahan terhadap Jumlah Populasi Ruminansia (ST)
lahan pertanian yang akan diambil sampel
dan pengambilan sampel dengan memotong Analisis LQ
bagian sampel hijauan makanan ternak Analisis Location Quotient (LQ) dilakukan
tersebut; untuk mengetahui apakah usahapeternakan sapi
3. menimbang bobot segar dari sampel, lalu potong merupakan sektor basis atau non basis
analisis kadar air dan menghitung produksi pada suatu kecamatan, dengan rumus dalam
limbah tanaman pangan. penelitian Hamid (2012) sebagai berikut :
Xij /Xi
LQij =
X.j/X
Parameter yang diukur yaitu:
Potensi lingkungan pendukung peternakan, Dimana :
produksi limbah pertanian, daya dukung limbah Xij = kepadatan ternak sapi potong di

117
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

kecamatan. A
konversinya adalah 0,7 untuk mewakili populasi
X = jumlah kepadatan peternakan ruminansia di
sapi yang terdiri dari induk betina, induk jantan,
kecamatan A
dan anak dengan berbagai tingkatan umur.
Xi = jumlah kepadatan ternak sapi potong di
Indeks konsentrasi ternak dihitung
Kabupaten Pesawaran
berdasarkan nisbah populasi ternak kecamatan
X.j = jumlah kepadatan seluruh peternakan
terhadap rataan populasi kecamatan dalam total
ruminansia di Kabupaten Pesawaran
kabupaten. Indeks konsentrasi ternak dapat
menggambarkan kepadatan populasi ternak
HASIL DAN PEMBAHASAN
komparatif antar kecamatan. Secara tidak
langsung indeks tersebut dapat menggambarkan
Potensi Lingkungan Pendukung
kecocokan wilayah dengan ternak sapi (Syamsu
Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu
dan Ahmad, 2002). Indeks konsentrasi ternak
kabupaten dalam wilayah administratif Provinsi
pada Kabupaten Pesawaran tiap kecamatannya
Lampung, dengan ibu kotanya Gedung Tataan.
dapat dilihat pada Tabel 1.
Secara administratif wilayah ini terdiri atas 9
kecamatan dan 144 desa.Letak geografis berada
Tabel 1. Populasi sapi potong menurut di
pada posisi 104˚92’ — 105˚34’BT dan 05˚12’ —
Kabupaten Pesawaran Pada 2014.
84’LS. Kabupaten Pesawaran memilki dua
musim, yaitu musim hujan dan musim
kemaraudengan iklim tropis, dengan curah hujan Kecamatan Populasi (ST) IKT
rata-rata 151,5 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari Punduh Pidada 55,3 0,046
hujan 12,1 hari/bulan. Rata-rata suhu udaranya Marga Punduh 50,4 0,042
adalah 26,7˚C. Rata-rata kelembaban adalah Padang Cermin 104,3 0,087
antara 78,25%. Berdasarkan suhu dan Kedondong 64,4 0,054
kelembabannya, Kabupaten Pesawaran cocok Way Khilau 60,2 0,050
untuk pengembangan sapi potong. Hal ini sesuai Way Lima 165,2 0,138
dengan Abidin (2002), kondisi ideal untuk Gedung Tataan 1.286,6 1,079
pengembangan sapi potong adalah dengan kisaran Negeri Katon 4.671,1 3,916
suhu 10˚ —27˚C dan kelembaban 60% — 80%. Tegineneng 4.290,3 3,597
Secara geografis Kabupaten Pesawaran Sumber: Hasil data olahan (2016)
memiliki luas wilayah sekitar 1.173,77 km2.
Kecamatan dengan wilayah terluas di Kabupaten Berdasarkan Indeks Konsentrasi Ternak (IKT)
Pesawaran adalah Padang Cermin sebagai (Tabel 1), hasil analisis menunjukkan bahwa
kecamatan terluas, yaitu 314,63 km2 dengan Kecamatan Negeri Katon (3,916), Tegineneng
persentase 27,06% dari total luas wilayah (3,597) dan Gedung Tataan (1,079) termasuk
kabupaten. Sedangkan luas wilayah tersempit dalam kategori tinggi. Sedangkan kecamatan lain
yaitu Gedung Tataan dengan luas sebesar masuk dalam kategori populasi yang rendah
97,06 km2 dengan 8,27% dari total luas wilayah dengan nilai IKT < 0,5. Hal ini menunjukkan
kabupaten. Berdasarkan hal tersebut, perbedaan tidak adanya nilai IKT 0,5 — 1 atau kategori
luas wilayah di beberapa kecamatan di Kabupaten sedang di Kabupaten Pesawaran yang berarti pola
Pesawaran dapat menjadi faktor yang yang dapat penyebaran sapi potong masih sangat ekstrim.
membedakan produksi dan produktivitas di sektor Menurut Syamsu et al. (2009), pola penyebaran
pertanian dan sub sektor peternakan di daerah sapi potong yang masih sangat ekstrim perlu
tersebut. dilakukan relokasi ternak dari kecamatan yang
masuk ketegori tinggi ke kecamatan yang masuk
Kondisi Peternakan Sapi Potong kategori rendah dengan tetap mempertimbangkan
Kabupaten Pesawaran memiliki populasi daya dukung wilayah.
sebesar 15.354 ekor 10.747,8 ST (Tabel 1).Satu
ST sapi potong dihitung dengan dikalikan 0,7. Hal Daya Dukung Berdasarkan SDM
ini sesuai dengan Ashari et al. (1995) yang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
menjelaskan bahwa Satuan Ternak (ST) adalah faktor kunci dalam segala sesuatu yang
satuan untuk populasi ternak ruminansia yang mendukung pengembangan peternakan sapi
diperoleh dari jumlah populasi dikalikan dengan potong. Hal ini disebabkan keberadaan, kapasitas,
faktor konversi, untuk ternak sapi faktor dan kapabilitas SDM di sebuah kawasan akan

118
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

sangat menentukan kinerja dan output dari


Berdasarkan data Dinas Peternakan dan
kawasan tersebut. Berdasarkan Sumber Daya
Kesehatan Hewan (2015) (Tabel 2), jumlah dan
Manusia yang terdapat di Kabupaten Pesawaran,
keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan di
kepadatan penduduk pada tahun 2011 sebesar
sebagian kecamatan di Kabupaten Pesawaran
343,49 jiwa/km2 dengan jumlah 403.178 jiwa
sudah merata dalam pengembangan peternakan
yang tercatat pada 101.279 rumah tangga, terdiri
yang terdapat pada tahun 2010 — 2013. Dengan
dari 208.462 penduduk laki-laki dan 194.716
demikian, mengindikasikan daya dukung SDM
penduduk perempuan (Badan Pusat Statistik,
dalam pengembangan peternakan sapi potong
2012). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan
melalui implementasi teknologi peternakan seperti
bahwa potensi sumber daya manusia yang
teknologi reproduksi, pakan, perkandangan,
terdapat di Kabupaten Pesawaran sangat tinggi,
manajemen, pemasaran, maupun organisasi
sehingga mampu meningkatkan perekonomian di
kelompok.
desa tersebut. Selain itu, sebagian besar penduduk
Kabupaten Pesawaran juga memiliki Dinas
Kabupaten Pesawaran umumnya berpenghasilan
Peternakan dan Balai Penyuluhan Pertanian yang
sebagai petani yang bergabung dalam 116
dapat membantu dalam proses peningkatan,
Kelompok Tani Ternak (KTT) dan 1.080
keterampilan, maupun pengetahuan peternak
gabungan kelompok tani (gapoktan) yang sudah
dalam melakukan pengembangan usaha di sektor
teregistrasi. Dimana, KTT akan berperan sebagai
peternakan. Selain itu, dalam mendukung sektor
media transformasi budaya peternakan secara
peternakan adanya pelayanan kesehatan ternak di
keseluruhan dengan teknologi seperti inseminasi
lapangan yang dilayani oleh Pos Kesehatan
buatan dan penyebaran informasi. Kemudian
Hewan sebanyak 2 unit yang terdapat pada
adanya sekelompok KTT yang membentuk
Kecamatan Negeri Katon dan Tegineneng.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam
mendukung pengembangan peternakan.
Produksi dan Daya Dukung Limbah Pertanian
SDM yang sangat terpenting yaitu dokter
Menurut Ahmad et al. (2004) menyatakan
hewan. Hal tersebut dikarenakan dokter hewan
bahwa pakan merupakan faktor yang penting pada
terkait dengan pengembangan teknologi
usaha peternakan sapi. Kontinuitas penyediaan
reproduksi dalam pengembangan peternakan.
pakan sangat menentukan keberhasilan usaha
Selain itu, persoalan medik juga memerlukan
peternakan sapi karena sepanjang waktu sapi
SDM mantri hewan. Berdasarkan data Dinas
berada dalam kandang. Pemberian pakan yang
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten
tidak kontinu dapat menimbulkan stres dan akan
Pesawaran (2015) Kabupaten Pesawaran pada
berakibat sapi menjadi peka terhadap berbagai
2013, SDM tenaga medis masih minim yaitu 1
penyakit dan terganggu pertumbuhannya.
orang dokter hewan yang terdapat di Kecamatan
Berdasarkan hal tersebut menurut Wahyono et al
Gedong Tataan dan 7 orang tenaga mantri hewan
(2003), pemanfaatan limbah pertanian sebagai
orang yang terdapat pada Kecamatan Gedong
pakan alternatif adalah salah satu solusi untuk
Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Sehingga
menanggulangi kekurangan pakan ternak
diperlukan SDM selain keduanya yaitu berupa
ruminansia yaitu dengan diversifikasi
inseminator untuk pelaksanaan Inseminasi Buatan
pemanfaatan produk samping yang sering
(IB) pada sapi potong serta adanya Penyuluh
dianggap sebagai limbah dari limbah pertanian
Pertanian Lapangan (PPL)
dan perkebunan secara integratif dalam suatu
sistem produksi terpadu dengan pola pertanian
Tabel 2. Jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan
dan perkebunan melalui daur ulang biomas yang
di Kabupaten Pesawaran
ramah lingkungan atau dikenal “zero waste
Kecamatan 2010 2011 2012 2013 production system).
Kedondong 13 14 15 17 Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan
Gedung 13 14 16 16 ternak ruminansia terutama ternak sapi potong
Tataan sudah dikenal luas, hal ini dikarenakan
Negeri 19 21 22 23 kemampuan ternak sapi potong mengkonversi
Katon bahan pakan yang mengandung serat kasar
Tegineneng 10 11 11 13 menjadi produk yang bermanfaat untuk
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan pertumbuhan dan reproduksinya (Shiddieqy,
(2015). 2005).

119
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa


Berdasarkan penggunaan lahan tanaman
luas tanam / panen tanaman pangan yang terluas
pangan dilihat dari produksi limbahnya dalam
terdapat pada tanaman padi yaitu sebesar
bahan kering memiliki daya dukung yang
29.713 ha dan terkecil terdapat pada kacang tanah
berbeda-beda. Produksi limbah tanaman pangan
yaitu sebesar 253 ha. Namun jika dilihat dari hasil
berupa padi memiliki daya dukung sebesar
produksinya yang memiliki total produksi
278.155 ST, jagung 109.102 ST, ubi kayu 6.086
1.793.630,78 ton/th (dalam segar) dan 896.823,08
ST dan kacang tanah 900 ST. Hal ini
ton/th(dalam kering). Hasil produksi yang
menunjukkan bahwa daya dukung terbesar
tertinggi terdapat pada padi sawah yaitu sebesar
terdapat pada limbah padi yaitu 278.155 ST dan
1.093.438,4 ton/th (dalam segar) dan 634.194,27
terkecil terdapat pada limbah kacang tanah 900
ton/th (dalam produksi kering). Sedangkan
ST. Dapat dilihat dari Tabel 3 menunjukkan
produksi terkecil pada limbah berupa kacang
bahwa wilayah Kabupaten Pesawaran berdasarkan
tanah dengan hasil produksi 2.052,34 (dalam
potensinya berupa limbah tanaman pangan dapat
segar). Tinggi rendahnya produksi bahan pakan
mendukung pengembangan ternak sapi potong
berasal dari limbah tanaman pangan disebabkan
394.243 ST dalam ton/th.
oleh luas panen yang didukung dengan hasil
produksi per m2.

Tabel 3. Produksi dan daya dukung limbah tanaman pangan di Kabupaten Pesawaran
Nama limbah Luas Tanam Prod/ha Produksi Limbah Daya Dukung(ST)
(ha) (ton) segar (ton/th) kering (ton/th) dalam ton/th
Padi sawah 29.713 18,4 1.093.438,4 634.194,27 278.155
Jagung 13.914 23,468 653.067,5 248.753,41 109.102
Ubi kayu 3.710 11 40.810 13.875,4 6.086
Kacang tanah 253 12,48 6.314,88 2.052,34 900
Jumlah 1.793.630,78 898.875,42 394.243
Sumber.Hasil olahan data dan analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Universitas Lampung

Daya Dukung Limbah Pertanian di wilayah Kabupaten Pesawaran dalam upaya


Melalui pendekatan perpaduan kondisi swasembada daging sapi untuk mengurangi
agroklimat dan penggunaan lahan serta ketergantungan terhadap import sapi potong dan
produktivitas tanaman pangan dan hijauan yang mendukung pembangunan daerah sehingga terjadi
ada, maka kesesuaian lahan dan arah peningkatan perekonomian masyarakat.
pengembangan lahan bagi ternak ruminansia Berdasarkan Tabel 4, daya dukung tertinggi
dapat ditentukan. Pesawaran pada tahun 2014 terdapat pada Kecamatan Tegineneng dengan nilai
mencapai 106.401,8 ST atau 15.354 ekor. 106.401,8 ST dan Kecamatan Negeri Katon
Populasi sapi menyebar keseluruh kecamatan 76.325,5 ST, sedangkan daya dukung yang
yang berada di Kabupaten Pesawaran.Berdasarkan terendah terdapat pada Marga Punduh sebesar
Tabel 4 menunjukkan bahwa Indeks Daya 12.892 ST. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
Dukung limbah tanaman pangan berupa padi, produksi total BK limbah tanaman pangan di
jagung, kacang tanah dan ubi kayu mempunyai daerah tersebut untuk mencukupi kebutuhan sapi
nilai sebesar 36,65 yang berarti memiliki kriteria potong per satuan ternaknya yaitu 2.282,25 kg/ th.
aman untuk pengembangan sapi potong di Berdasarkan Indeks Daya Dukung (IDD)
wilayah tersebut. Berdasarkan perhitungan daya limbah tanaman pangan di Kabupaten Pesawaran,
dukung keseluruhan limbah tanaman pangan Kecamatan Way Khilau memiliki nilai IDD yang
diKabupaten Pesawaran mencapai 393.855 ST. tertinggi sebesar 666,16 ST, sehingga
Hal ini menunjukkan bahwa, daya dukung yang menunjukkan bahwa Kecamatan Way Khilau
berasal dari limbah tanaman ternak dapat dalam tingkat keamanan wilayahnya berdasarkan
mencukupi kebutuhan ternak sapi potong yang daya dukung limbah yang ada untuk populasi
ada.Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan ternak ternak sapi potong di wilayah tersebut sangat
yang masih tergolong sangat rendah. Oleh sebab tinggi dan perlu diadakan penambahan ternak.
itu, perlu diadakannya penambahan ternak sapi Sedangkan terendah yaitu Kecamatan Negeri
potong di masing-masing kecamatan yang berada Katon 16,34 ST dengan kriteria masih tergolong

120
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

aman untuk pengembangan ternak sapi potong.


berakibat degradasi lahan dan berkurangnya
Namun diperlukan pencegahan agar populasi
ketersediaan hijauan makanan ternak. Sehingga
ternak tidak melebihi kapasitas daya dukungnya.
diperlukan tindakan yang dapat meningkatkan
Hal ini sesuai dengan pendapat Thapa dan Paudel
daya dukung lahan seperti efisiensi penggunaan
(2000), populasi ternak yang melebihi kapasitas
lahan, penanaman tanaman kacang-kacangan
daya dukung sumber daya lahan yang berlangsung
(sejenis legum), pengembangan agroforestri dan
secara terus-menerus tanpa pencegahan, akan
penghijauan.

Tabel 4. Daya dukung limbah pertanian dan Indeks Daya Dukung (IDD)

Kecamatan Populasi Sapi Produksi Total BK Daya Dukung (ST) Indeks Daya Kriteria
Potong (ST) (Kg/th) berdasarkan BK Dukung
Punduh Pidada 55,3 27.040.611 11.848,2 214,25 Aman
Marga Punduh 50,4 29.422.688 12.892 255,79 Aman
Padang Cermin 104,3 76.778419 33.641,5 322,55 Aman
Kedondong 64,4 61.951.428 27.144,9 421,50 Aman
Way Khilau 60,2 91.524.024 40.102,5 666,16 Aman
Way Lima 165,2 93.345.636 40.900,7 247,58 Aman
Gedung Tataan 1.286,6 101.783.150 44.597,7 34,66 Aman
Negeri Katon 4.671,1 174.193.975 76.325,5 16,34 Aman
Tegineneng 4.290,3 242.835.489 106.401,8 24,80 Aman
Total 106.401,8 898.875.420 393.855 36,65 Aman
Sumber : Hasil olahan data 2016

Kapasitas Tampung Sapi Potong di Kabupaten dengan asumsi 30% pemberian ransum pada sapi
Pesawaran berdasarkan Asumsi 30% dan 40% potong selisihnya yaitu 150.346,298 ST atau
Pemberian Ransum 150.346 ekor (Tabel 5). Berdasarkan hasil
Perhitungan kapasitas tampung menentukan perhitungan kapasitas tampung dengan asumsi
kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran dalam 30% pemberian pakan sebesar 601.385 ST dengan
menampung ternak sapi potong. Kapasitas potensi ataupeluang penambahan sapi potong
tampung ternak sapi potong yang berasal dari sebanyak ± 586.107 ekor sapi potong dari
limbah tanaman pangan terdapat di Kabupaten keseluruhan populasi sapi potong di Kabupaten
Pesawaran dapat dilihat pada tabel 20 dengan Pesawaran sebesar 15.354 ekor. Sedangkan
asumsi konsumsi bahan kering satu ekor sapi/hari berdasarkan asumsi 40% pemberian pakan,
sebesar 3% dari bobot tubuh (Parakkasi, 1999). kapasitas tampung yang dimiliki keseluruhan
Satu unit ternak setara dengan satu ekor sapi Kabupaten Pesawaran yaitu sebesar 451.039 ekor,
seberat 455 kg dan asumsi penggunaan limbah sehingga potensi ataupeluang penambahan ternak
mencapai 30% dan 40% sebagai pakan (Santoso, yang dapat dilakukan sebanyak ±435.684 ekor
1995). Menurut Ensminger (1961), satu unit sapi potong dari keseluruhan populasi di
ternak adalah sama dengan seekor sapi dewasa. Kabupaten Pesawaran. Peluang penambahan
Diketahui bahwa jumlah produksi limbah ternak sapi potong tertinggi dalam asumsi 30%
tanaman pangan yang berasal dari padi, jagung, dan 40% pemberian pakan pada sapi potong
kacang tanah, dan ubi kayu di Kabupaten terdapatpada kecamatan tegineneng yaitu 156.338
Pesawaran sebesar 898.875,420 kg/th dengan ekor (30%) dan 115.721 (40%). Sedangkan
kapasitas tampung ternak sebesar 601.385 ST atau potensi atau peluang penambahan ternak sapi
601.384 ekor sapi potong dewasa dalam asumsi potong terendah terdapat pada Kecamatan Punduh
30% pemberian ransum dan untuk asumsi 40% Pidada 18.012 ekor (30%) dan 13.489 ekor (40%)
pemberian ransum yaitu 451.039ST atau sebanyak yang dapat dilihat dalam Tabel 5.
451.039 ekor lebih sedikit jika dibandingkan

121
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

Tabel 5. Kapasitas tampung berdasarkan asumsi pemberian pakan 30% dan 40% di masing-masing
kecamatan di Kabupaten Pesawaran

Kecamatan Populasi Produksi Kapasitas Kapasitas Potensi / Peluang


(ekor) BK Limbah Tampung Tampung Penambahan Sapi
Pangan Berdasarkan Berdasarkan Potong (ekor)
(Kg/th) Asumsi (ST) Asumsi (ekor)
30% 40% 30% 40% 30% 40%
Punduh Pidada 79 27.040.611 18.091 13.568 18.091 13.568 18.012 13.489
Marga Punduh 72 29.422.688 19.685 14.764 19.685 14.764 19.613 14.692
Padang Cermin 149 76.778419 51.368 38.526 51.368 38.526 51.296 38.377
Kedondong 92 61.951.428 41.448 31.086 41.448 31.086 41.356 30.994
Way Khilau 86 91.524.024 61.233 45.925 61.233 45.925 61.147 45.839
Way Lima 236 93.345.636 62.452 46.839 62.452 46.839 62.216 46.603
Gedung Tataan 1.838 101.783.150 68.097 51.073 68.097 51.073 66.259 49.235
Negeri Katon 6.673 174.193.975 116.543 87.407 116.543 87.407 109.870 80.734
Tegineneng 6.129 242.835.489 162.467 121.850 162.467 121.850 156.338 115.721
Total 15.354 898.875.420 601.385 451.039 601.385 451.039 586.107 435.684
Sumber: Hasil olahan data 2016

Analisis Location Quotient (LQ) yang tingkat spesialisasinya lebih rendah daripada
Berdasarkan Tabel 6, hasil analisis Location tingkat wilayah acuan yang terdapat pada hasil di
Quotient (LQ) sapi potong masing-masing Kecamatan Punduh Pidada, Marga Punduh,
kecamatan di Kabupaten Pesawaran menunjukkan Padang Cermin, Kedondong, Way Khilau, Way
bahwa Kecamatan Negeri Katon dan Tegineneng Lima dan Gedung Tataan.
merupakan sektor basis peternakan sapi potong
yang memiliki nilai LQ>1, hal ini disebabkan SIMPULAN DAN SARAN
populasi sapi potong di kecamatan tersebut lebih
banyak dibandingkan dengan kecamatan lain Simpulan
sesuai dengan Warpani (1984) menyatakan bahwa Kabupaten Pesawaran memiliki potensi
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor lingkungan peternakan yang baik, dilihat dari
yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi daripada faktor iklim suhu maupun kelembaban cukup
tingkat wilayah acuan. Sehingga baik dalam mendukung dalam pengembanganpeternakan sapi
pengembangan sapi potong di wilayah tersebut. potong.
Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor

Tabel 6. Hasil analisis Location Quetient (LQ) sapi potong di Kabupaten Pesawaran

Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba LQ


Punduh pidada 55,3 29,6 301 24,66 0,18
Marga punduh 50,4 23,2 202,58 20,52 0,23
Padang cermin 104,3 111,2 476,28 66,06 0,19
Kedondong 64,4 98,4 135,94 61,5 0,24
Way khilau 60,2 48,8 43,96 30,78 0,45
Way lima 165,2 113,6 184,52 97,8 0,40
Gedung tataan 1.286,6 184,8 407,68 20,94 0,92
Negeri katon 4.671,1 378,4 226,66 104,16 1,18
Tegineneng 4.290,3 245,6 186,34 37,68 1,23
Sumber: Hasil olahan data 2016

122
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

Berdasarkan Sumber Daya Manusia (SDM)


Pengembangan Peternakan. Balai
yang mendukung pengembangan peternakan sapi
Penelitian Ternak dan Direktorat Bina
potong sudah baik. Namun perlu ditingkatkan lagi
Penyebaran dan Pengembangan Peternakan
SDM seperti tenaga medis, inseminator dan
Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.
penyuluh pertanian lapangan yang harapannya
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten
dapat mendukung pengembangan peternakan sapi
Pesawaran dalam Angka. Badan Pusat
potong di Kabupaten Pesawaran.
Statistik Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Berdasarkan produksi limbah tanaman
. 2015. Kabupaten
pangan secara keseluruhan yaitu sebesar
Pesawaran dalam Angka. Badan Pusat
898.875.420 kg/th dengan produksi terbesar
Statistik Kabupaten Pesawaran, Lampung.
terdapat pada Kecamatan Tegineneng dan Negeri
Daryanto, A. 2011.Peranan Modal Sosial dalam
Katon.Berdasarkan daya dukung limbah tanaman
Pembangunan Peternakan. Trobos Edisi
pangan di Kabupaten Pesawaran mencapai
Januari 2011. Bandung.
393.855 ST dengan Indeks Daya Dukung sebesar
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
36,65 menunjukkan bahwa, daya dukung limbah
Lampung. 2015. Statistik Peternakan 2015.
tanaman pangan Kabupaten Pesawaran di masing-
Ensminger.1961. Nilai Konversi AU Pada Ternak
masing kecamatannya tergolong masih aman
Ruminansia.Http:/stpp-malang.ac.id//Nilai
dalam pengembangan sapi potong.
konversi AU Berbagai Jenis dan Umur
Berdasarkan kapasitas tampung ternak sapi
Fisiologi Ternak.Diakses pada 6 November
potongdengan asumsi pemberian ransum sebesar
2015.
30%yaitu sebanyak 601.385 ST dengan peluang
Hamid, A. A. 2012. Analisis Potensi Daya
penambahan ternak sebesar 586.107 ekor dan
Dukung Pengembangan Peternakan Sapi
451.039 ST dengan peluang penambahan ternak
Potong di Kabupaten Pohuwato.Laporan
sebesar 435.684 ekor sapi potong jika
Penelitian Dana APBD Tahun Anggaran
diasumsikan dengan pemberian ransum sebesar
2012. Jurusan Peternakan. Fakultas Ilmu-
40%.
ilmu Pertanian. Universitas Negeri
Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ),
Gorontalo. Gorontalo.
wilayah yang merupakanbasis peternakan sapi
NRC. 1984. Nutrient Requiremant of Domestic
potong yaitu Kecamatan Negeri Katon dan
No. 2. Nutrient Requiremant of Swine
Tegineneng.
National Academy of Washington DC.
Parrakasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan
Saran
Ternak Ruminansia.Universitas Indonesia.
Perlu dilakukan analisis lebih lanjut
Jakarta.
berdasarkan analisis ekonomi di Kabupaten
Santoso, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan
Pesawaran dalam menunjang keakuratan hasil
Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
analisis untuk penyebaran dan pengembangan sapi
Syamsu, J.A., M. Achmad. 2002. Keunggulan
potong.
kompetitif wilayah berdasarkan
Penambahan sapi potong dapat dilakukan
sumberdaya pakan untuk pengembangan
pada kecamatan-kecamatan yang indeks
ternak ruminansia di Sulawesi Selatan.
konsentrasi ternaknya rendah dengan
Jurnal Agribisnis 6 (2).
mempertimbangkan daya dukung wilayahnya.
Syamsu, J.A., Ilyas, Syamsuddin, dan Irsyam.
2009. Potensi Limbah Tanaman Pangan
DAFTAR PUSTAKA
Sebagai Sumber Pakan Sapi Potong dalam
Mendukung Integrasi Ternak-Tanaman di
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. PT.
Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Agro Media Pustaka. Jakarta.
Selatan.Makalah Seminar
Ahmad, S.N., Siswansyah, D. D. dan Swastika, D.
Nasional.Fakultas Peternakan Universitas
K. S. 2004. Kajian sistem usaha ternak sapi
hasanuddin, Dinas Pertanian dan
potong di Kalimantan Tengah. Jurnal
Peternakan Kabupaten Pinrang. Lembaga
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Peternakan.
Pertanian 7 (2) : 155 — 170.
Makassar.
Ashari, E. Juarini, B. Sumanto, Wibowo,
Shiddieqy, M.I. 2005. Pakan Ternak Jerami
Suratman dan Subagjo. 1995. Pedoman
Olahan.http://www.pikiran-rakyat.com/
Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan

123
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): 115-123, Mei 2016 Juwita Indrya Saputra et al.

cetak/2005/0305/24/ cakrawala/
lainnya.html. Diakses 05 November 2015 .
Thapa, G.B dan Paudel, G.S. 2000. Evaluation of
Livestock Carrying Capacity of Land
Resources In The Hills Of Nepal Based On
Total Digestive Nutrient Analysis.
Agriculture, Ecosystems and Environment.
Wahyono, D.E., Hardianto, R. Anam, C. Wijono,
D.B. Purwanto, T. dan Malik M. 2003.
Strategi Pemanfaatan Limbah Pertanian
dan Agroindustri untuk Pembuatan Pakan
Lengkap Ruminansia. Makalah Seminar
Nasional Pengembangan Sapi Potong,
Lembang, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan
Daerah. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
http://perencanaankota.blogspot.co.id/2013
/06/location-quotient-dan-shift-share.html.
Diakses 7 November 2016.

124

Anda mungkin juga menyukai