NUR ARDAYANI PRATIWI PROMKES (CAMPAK) Done Bu Suharti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

LINDUNGI ANAK DAN KEKLUARGA DARI PENYAKIT CAMPAK

DOSEN PENGAMPU :

Hj. SUHARTI,SST,MPH

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ARDAYANI PRATIWI

NIM : PO7220122 1844

KELAS : 2 B KEPERAWATAN REGULER

MATA KULIAH : PROMOSI KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

LINDUNGI ANAK DAN KELUARGA DARI PENYAKIT CAMPAK

Topik : Lindungi anak dan keluarga dari penyakit campak

Hari/Tanggal : 25 Januari 2024

Waktu : 08.00/selesai

Penyuluhan/Pembicara : Nur ardayani pratiwi

Jumlah Peserta : 46 Orang

Metode : Ceramah

Media : PPT

A. - Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan , sasaran mampu memahami dan


mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari hari

- Tujuan intruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan masyarakat mampu :

A. Untuk Memahami pengertian dari penyakit campak


B. Untuk Mengenali penyebab dari penyakit campak
C. Untuk Memahami tanda tanda klinis dari penyakit campak
D. Untuk Mengetahui Patofisiologis dari penyakit campak
E. Untuk Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit campak
F. Untuk Mengetahui penularan dari penyakit campak
G. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari penyakit campak
H. Untuk Mengetahui cara pengobatan campak untuk mengetahui cara penanganan
penyakit campak
B. Kegiatan Penyuluhan

N Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Keluarga


O

1. 5 menit Pembukaan : - Menjawab salam

- Mengucapkan salam
- Mendengarkan
- Menjelaskan nama dan akademik

- Mendengarkan
- Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan

kesehatan
- Menjawab

- Menanyakan kesiapan keluarga

2 25 Menit Pelaksanaan : - Mendengarkan

Penyampaian Matteri

- Bertanya

- Memahami pengertian campak

- Mengenali penyebab campak

- Memahami tanda tanda klinis campak

- Mengetahui patofiologi campak

- Mengetahui tanda dan gejala campak

- Mengetahui Penularan campak


- Mengetahui cara pemeriksaan campak

- Mengetahui komplikasi yang diakibatkan


oleh campak

- Mengetahui penatalaksanaan

- Mengetahui cara pengobatan campak

- Mengetahui cara penanganan campak

Memberikan kesempatan keluarga untuk

Bertanya mengenai materi yang


disampaikan

3 10 Menit Evaluasi : - Menjawab

- Menanyakan Kembali apa itu campak

- Tanda Gejala campak

- Penyebab campak

- Pencegahan campak

- Penanganan campak
4 5 Menit Penutup - Mendengarkan

- Menutup pertemuan dengan - Menjawab salam


menyimpulkan materi yang telah dibahas

- Memberikan salam penutup

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. MEDIA
1. Leaflet
2. PPT (laptop)

E. EVALUASI

Diharapkan peserta mampu memahami pengertian campak, Tanda tanda campak, Penyebab ,
Pencegahan , Penanganan campak, Hewan yang harus kita waspadai untuk tidak terjadinya
campak
LAPORAN PENDAHULUAN

LINDUNGILAH ANAK DAN KELUARGA DARI PENYAKIT CAMPAK

A. Pengertian campak

Penyakit campak atau morbili atau measles merupakan salah satu jenis penyakit
yang menular (Meilani, 2013). Penyakit campak ini sebagian besar kasusnya terjadi
pada anak-anak yang masih berusia di bawah 15 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada
orang dewasa. Penyakit campak ini sangatlah berbeda dengan penyakit campak
jerman (rubella). Pada gejala yang timbul, penyakit campak lebih menunjukkan
adanya gejala jika mulai terjangkit, berbeda dengan penyakit rubella yang sulit
diperhatikan ada tidaknya gejala yang timbul, karena munculnya gejala ini biasanya
2-3 minggu setelah terjangkit penyakit tersebut. Selain itu, campak besar
kemungkinan bisa menimbulkan komplikasi, seperti pneumonia, diare, infeksi telinga,
dan ensefalitis, sedangkan rubella jarang menimbulkan komplikasi, meskipun
penyakit ini juga dapat menimbulkan komplikasi seperti, peradangan otak dan infeksi
pada telinga. Namun, rubella yang menyerang ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya
sindrom rubella kongenital.

Penyakit campak itu sendiri disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga
paramyxovirus. Virus yang termasuk keluarga paramyxovirus ini sangat mudah
menyebar melalui sistem pernapasan, terutama dalam bentuk droplet atau percikan
ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk,
maupun berbicara (Kemenkes RI dalam Oktaviasari, 2018).Campak merupakan
penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh infeksi virus campak. Sebelum
pengenalan dan meluasnya penggunaan vaksin campak terdapat 2 juta kasus kematian
setiap tahunnya (Moss, 2017). Setelah vaksin campak menyebar luas, jumlah kasus
campak turun menjadi kurang dari 150 kasus per tahun dari 2001 hingga 2010 (Keller
et al., 2019).

B. Etiologi

Campak disebabkan oleh virus RNA dari famili paramixoviridae, genus


Morbillivirus. Selama masa prodormal dan selama waktu singkat sesudah ruam
tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat aktif
sekurang- kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan ginjal kera
rhesus. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa
multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi
bila ruam muncul. Penyebaran virus maksimal adalah melalui percikan ludah
(droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium kataral). Penularan terhadap
penderita rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi
menjadi menular pada hari ke 9- 10 sesudah pemajanan, pada beberapa keadaan dapat
menularkan hari ke 7. Tindakan pencegahan dengan melakukan isolasi terutama di
rumah sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari hari ke 7 sesudah pemajanan
sampai hari ke 5 sesudahruammuncul.

C. Patofisiologi

Virus campak menular melalui droplet atau partikel aerosol pada mulanya
menginfeksi limfosit, sel dendritik, dan makrofag alveolar di saluran pernapasan.
Selama masa inkubasi, virus bereplikasi dan menyebar. Mulanya menyebar ke
jaringan limfoid kemudian disebarluaskan ke seluruh aliran darah oleh limfosit yang
terinfeksi. Sel dendritik yang terinfeksi dan limfosit mentransfer virus campak ke sel
epitel saluran pernapasan menggunakan reseptor nectin-4. Permukaan epitel yang
rusak memungkinkan transmisi menuju inang yang rentan. Masa infeksi campak
meluas beberapa hari sebelum maupun setelah dimulainya ruam. RNA virus campak
dapat terdeteksi 3 bulan setelah onset ruam. RNA virus campak tetap terdeteksi di
limfoid jaringan meskipun sudah tidak terdeteksi dalam darah (Moss, 2017).

D. Tanda dan Gejala

Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala klinis penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium.

- Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari dengan gejala demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings
merah, nyeri menelan, malaise, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik
timbulnya eksantema mukosa pipi di depan molar tiga yang meluas sampai seluruh
mukosa mulut disebut bercak Koplik.

- Stadium erupsi

Pada stadium erupsi penderita campak ditandai dengan timbulnya ruam makulo-
papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.
Gejala lain yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk bertambah. Timbul
eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai
anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.

- Stadium penyembuhan (konvalesens)

Setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam


kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk
mewaspadai timbulnya komplikasi. Gizi buruk merupakan risiko komplikasi berat.
Dua hari kemudian biasanya suhu akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam
kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan
mungkin mengelupas. Penderit akan tampak sehat bila tidak disertai komplikasi.
Komplikasi yang sering terjadi adala konjungtivitis, bronkopneumonia, radang telinga
tengah, dan peradangan otak. (Irianto Koes, 2014). Sedangkan gejala yang sering
timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, dengan gejala- gejala seperti: panas
badan, nyeri tenggorokan, hidung meler (Coryza), batuk (Cough), bercak koplik,
nyeri otot dan mata merah.

Kemudian 2-4 hari muncul bintik putih kecil dimulut bagian dalam (bintik koplik).
Ruam atau kemerahan di kulit yang terasa agak gatal, ini muncul 3-5 hari setelah
timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam
tampak pada wajah, yaitu di depan dan di bawah telingaserta di leher sebelah
samping, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai melebar. Pada puncak
penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40 drajad C. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari. (Andareto Obi, 2015)

E. Penularan penyakit campak

Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama


pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak rentan
akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari
sebelum timbulnya gejala klinis samai 4 hari sesudah munculnya ruam. Ibu yang
pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang
dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya
berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri
secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi
campak sampai puncak sekitar 21 hari, igM akan terbentuk dan akan cepat
menghilang untuk kemudian digantikan oleh igG. Cakupan imunisasi campak yang
lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) yang akan
menyebabkan penurunan kasus campak di masyarakat. (Irianto Koes, 2014)

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien campak terdiri dari terapi suportif untuk memperbaiki atau
mencegah dehidrasi dan defisiensi nutrisi, penyediaan vitamin A, pengenalan dan
pengobatan infeksi bakteri sekunder (Moss, 2017). Vitamin A harus diberikan pada
kasus akut. Vitamin A dosis oral harus diberikan segera setelah diagnosis dan diulang
keesokan harinya, untuk anak 12 bulan Jika anak memiliki tanda-tanda oftalmik klinis
defisiensi vitamin A seperti: bintik bitot, berikan dosis ketiga dalam waktu 4-6
minggu kemudian. Kasus berat campak, seperti pneumonia berat, dehidrasi atau
kejang, memerlukan perawatan khusus (antibiotik, rehidrasi, antikonvulsan). Kasus
campak yang tidak dirawat di rumah sakit harus diisolasi di rumah sampai empat hari
setelah onset ruam (World Health Organization, 2018).

G. Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan penyakit campak

- Pencegahan

- Imunisasi aktif.

Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin
diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif
dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut
diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10-15
bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula
agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di
Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9
bulan ke atas.

Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya
saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga
dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita.
Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan
tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat
pengobatan imunosupresif.

- Imunisasi pasif.

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum


konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah
efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk
kontak dibangsal rumah sakit anak.

- Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit


campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk
diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

- Pengobatan

Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori
yang cukup. Obat simptomatik yang perlu diberikan antara lain:
Antidemam, Antibatuk, Vitamin A, Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya
jika campak disertai dengan komplikasi. Pasien tanpa komplikasi dapat berobat
jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lainnya, sedangkan pasien campak
dengan komplikasi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Tidak ada pengobatan
khusus untuk campak. Namun sebaiknya. menjalani istirahat. Untuk menurunkan
demam, berikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan
antibiotik, maka dari itu harus berjaga-jaga. (Irianto Koes, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Giarsawan, Nyoman, Asmara, IWS, Yulianti, AE. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Campak di Wilayah Puskesmas Tejakula I Kabupaten Buleleng Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 4(2), 140-145.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Campak dan Rubella di Indonesia 2018.
Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Infodatin;2018. Kemenkes RI,
ISSN 2442-7659.

Depkes, R.I. 2004. Campak di Indonesia . http://www.penyakitmenular.info. 18 Januari 2010.

Anda mungkin juga menyukai