NUR ARDAYANI PRATIWI PROMKES (CAMPAK) Done Bu Suharti
NUR ARDAYANI PRATIWI PROMKES (CAMPAK) Done Bu Suharti
NUR ARDAYANI PRATIWI PROMKES (CAMPAK) Done Bu Suharti
DOSEN PENGAMPU :
Hj. SUHARTI,SST,MPH
DISUSUN OLEH :
Waktu : 08.00/selesai
Metode : Ceramah
Media : PPT
- Mengucapkan salam
- Mendengarkan
- Menjelaskan nama dan akademik
- Mendengarkan
- Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan
kesehatan
- Menjawab
Penyampaian Matteri
- Bertanya
- Mengetahui penatalaksanaan
- Penyebab campak
- Pencegahan campak
- Penanganan campak
4 5 Menit Penutup - Mendengarkan
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA
1. Leaflet
2. PPT (laptop)
E. EVALUASI
Diharapkan peserta mampu memahami pengertian campak, Tanda tanda campak, Penyebab ,
Pencegahan , Penanganan campak, Hewan yang harus kita waspadai untuk tidak terjadinya
campak
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian campak
Penyakit campak atau morbili atau measles merupakan salah satu jenis penyakit
yang menular (Meilani, 2013). Penyakit campak ini sebagian besar kasusnya terjadi
pada anak-anak yang masih berusia di bawah 15 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada
orang dewasa. Penyakit campak ini sangatlah berbeda dengan penyakit campak
jerman (rubella). Pada gejala yang timbul, penyakit campak lebih menunjukkan
adanya gejala jika mulai terjangkit, berbeda dengan penyakit rubella yang sulit
diperhatikan ada tidaknya gejala yang timbul, karena munculnya gejala ini biasanya
2-3 minggu setelah terjangkit penyakit tersebut. Selain itu, campak besar
kemungkinan bisa menimbulkan komplikasi, seperti pneumonia, diare, infeksi telinga,
dan ensefalitis, sedangkan rubella jarang menimbulkan komplikasi, meskipun
penyakit ini juga dapat menimbulkan komplikasi seperti, peradangan otak dan infeksi
pada telinga. Namun, rubella yang menyerang ibu hamil bisa menyebabkan terjadinya
sindrom rubella kongenital.
Penyakit campak itu sendiri disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga
paramyxovirus. Virus yang termasuk keluarga paramyxovirus ini sangat mudah
menyebar melalui sistem pernapasan, terutama dalam bentuk droplet atau percikan
ludah atau cairan yang keluar dari sistem pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk,
maupun berbicara (Kemenkes RI dalam Oktaviasari, 2018).Campak merupakan
penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh infeksi virus campak. Sebelum
pengenalan dan meluasnya penggunaan vaksin campak terdapat 2 juta kasus kematian
setiap tahunnya (Moss, 2017). Setelah vaksin campak menyebar luas, jumlah kasus
campak turun menjadi kurang dari 150 kasus per tahun dari 2001 hingga 2010 (Keller
et al., 2019).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Virus campak menular melalui droplet atau partikel aerosol pada mulanya
menginfeksi limfosit, sel dendritik, dan makrofag alveolar di saluran pernapasan.
Selama masa inkubasi, virus bereplikasi dan menyebar. Mulanya menyebar ke
jaringan limfoid kemudian disebarluaskan ke seluruh aliran darah oleh limfosit yang
terinfeksi. Sel dendritik yang terinfeksi dan limfosit mentransfer virus campak ke sel
epitel saluran pernapasan menggunakan reseptor nectin-4. Permukaan epitel yang
rusak memungkinkan transmisi menuju inang yang rentan. Masa infeksi campak
meluas beberapa hari sebelum maupun setelah dimulainya ruam. RNA virus campak
dapat terdeteksi 3 bulan setelah onset ruam. RNA virus campak tetap terdeteksi di
limfoid jaringan meskipun sudah tidak terdeteksi dalam darah (Moss, 2017).
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala klinis penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium.
- Stadium prodromal
Berlangsung 2-4 hari dengan gejala demam yang diikuti dengan batuk, pilek, farings
merah, nyeri menelan, malaise, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik
timbulnya eksantema mukosa pipi di depan molar tiga yang meluas sampai seluruh
mukosa mulut disebut bercak Koplik.
- Stadium erupsi
Pada stadium erupsi penderita campak ditandai dengan timbulnya ruam makulo-
papular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstrimitas.
Gejala lain yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk bertambah. Timbul
eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai
anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
Kemudian 2-4 hari muncul bintik putih kecil dimulut bagian dalam (bintik koplik).
Ruam atau kemerahan di kulit yang terasa agak gatal, ini muncul 3-5 hari setelah
timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang
mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam
tampak pada wajah, yaitu di depan dan di bawah telingaserta di leher sebelah
samping, lengan dan kaki, sedangkan ruam di wajah mulai melebar. Pada puncak
penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40 drajad C. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. selama beberapa hari diikuti
dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada
selama 4 hari hingga 7 hari. (Andareto Obi, 2015)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien campak terdiri dari terapi suportif untuk memperbaiki atau
mencegah dehidrasi dan defisiensi nutrisi, penyediaan vitamin A, pengenalan dan
pengobatan infeksi bakteri sekunder (Moss, 2017). Vitamin A harus diberikan pada
kasus akut. Vitamin A dosis oral harus diberikan segera setelah diagnosis dan diulang
keesokan harinya, untuk anak 12 bulan Jika anak memiliki tanda-tanda oftalmik klinis
defisiensi vitamin A seperti: bintik bitot, berikan dosis ketiga dalam waktu 4-6
minggu kemudian. Kasus berat campak, seperti pneumonia berat, dehidrasi atau
kejang, memerlukan perawatan khusus (antibiotik, rehidrasi, antikonvulsan). Kasus
campak yang tidak dirawat di rumah sakit harus diisolasi di rumah sampai empat hari
setelah onset ruam (World Health Organization, 2018).
- Pencegahan
- Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin
diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif
dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut
diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10-15
bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk
antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula
agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis
diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi pada umur 15 bulan. Di
Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9
bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya
saja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga
dapat diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita.
Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan
tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat
pengobatan imunosupresif.
- Imunisasi pasif.
- Isolasi
- Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori
yang cukup. Obat simptomatik yang perlu diberikan antara lain:
Antidemam, Antibatuk, Vitamin A, Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya
jika campak disertai dengan komplikasi. Pasien tanpa komplikasi dapat berobat
jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lainnya, sedangkan pasien campak
dengan komplikasi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Tidak ada pengobatan
khusus untuk campak. Namun sebaiknya. menjalani istirahat. Untuk menurunkan
demam, berikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan
antibiotik, maka dari itu harus berjaga-jaga. (Irianto Koes, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Giarsawan, Nyoman, Asmara, IWS, Yulianti, AE. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Campak di Wilayah Puskesmas Tejakula I Kabupaten Buleleng Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 4(2), 140-145.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Campak dan Rubella di Indonesia 2018.
Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Infodatin;2018. Kemenkes RI,
ISSN 2442-7659.