Sap Campak
Sap Campak
Sap Campak
DISUSUN
OLEH :
RESVI ZULPIA
NIM P0 5120219 077
KELAS 3B
Sub-Pokok bahasan : Pengertian campak, penyebab campak, tanda dan gejala campak, cara penularan campak, cara
pencegahan campak, cara pengobatan campak
Tempat : Puskesmas
Waktu : 20 menit
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang campak, diharapkan peserta penyuluhan dapat mengetahui dan memahami
penyakit campak.
IV. Metode
V. Media
PPT
CERAMA
DISKUSI
VI. Kegiatan Belajar-Mengajar
Pendahuluan:
- Menjawab
Pelaksanaan:
I. Pengertian campak
Campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga
hari atau lebih yang disertai panas 38oC atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah.
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan paramyxovirus genus morbili virus
merupakan salah satu virus RNA. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring (jaringan antara
tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal hingga 24 jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.
Virus ini berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari
lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi
asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks 5 nukleoproteindari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium,
kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi atau daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak
selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah
kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnosa pasti terhadap penyakit campak.
B. B.Stadium Erupsi
Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadang-kadang anak kejang-kejang, disusul
timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3-7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai
timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa
gatal dan muka bengkak.
Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama
akan hilang sendiri. Panas badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.
Cara penularan penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup percikan ludah (droplet)
dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau campak artinya, seseorang dapat tertular campak bila
menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum
gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama
pada anak usia prasekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan
kebal terhadap penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi atau resiko terhadap penyakit
campak. Sasaran dari pencegahan primordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi
agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit campak. Edukasi kepada orang tua anak sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan
kesehatan, konseling nutrisi dan penataan rumah yang baik.
b) Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum
terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
1. Penyuluhan
Edukasi campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai campak. Di samping kepada
penderita campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-
pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien campak adalah definisi
penyakit campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya campak dan upaya-upaya menekan campak,
pengelolaan campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi campak.
2. Imunisasi
Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi campak secara rutin yaitu
diberikan pada bayi berumur 9-15 bulan. Vaksin yang digunakan adalah Schwarz vaccine yaitu vaksin hidup yang diolah
menjadi lemah. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita
hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia. Vaksin campak dapat diberikan sebagai vaksin
monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). Vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9
bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan dan transportasi
vaksin harus pada temperature antara 2 oC-8oC atau ± 4oC, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah
rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. Dimana imunisasi ini terbagi atas 2
yaitu :
a. Imunisasi aktif
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Pada tahun
1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup yang dilemahkan (tipe
Edmonstone B); vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (dalam larutan formalin dicampur dengan garam
alumunium). Namun sejak tahun1967, vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi,
oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Vaksin
yang berasal dari virus campak yang dilemahkan berkembang dari Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965) dan
kemudian menjadi strais Moraten (1968). Dosis baku minimal pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 0,5 ml,
secara subkutan, namun dilaporkan bahwa pemberian secara intramuskular mempunyai efektivitas yang sama. Vaksin ini
biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan campak Jerman (vaksin MMR atau mumps, measles, rubella),
disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam
bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. Vaksin campak
sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubela dan parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, difteri,
tetanus, polio dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada umumnya aman dan
tetap efektif.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma
globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan
Immune serum globulin (gamma globulin) dengan dosis 0,25 ml/kgBB intramuskuler, maksimal 15 ml dalam waktu 5 hari
sesudah terpapar, atau sesegera mungkin. Perlindungan yang sempurna diindikasikan untuk bayi, anak-anak dengan
penyakit kronis, dan para kontak di bangsal rumah sakit serta institusi penampungan anak. Setelah hari ke 7-8 dari masa
inkubasi, maka jumlah antibodi yang diberikan harus ditingkatkan untuk mendapatkan derajat perlindungan yang
diharapkan. Kontraindikasi vaksin: reaksi anafilaksis terhadap neomisin atau gelatin, kehamilan imunodefisiensi
(keganasan hematologi atau tumor padat), imunodefisiensi kongenital, terapi imunosupresan jangka panjang, infeksi HIV
dengan imunosupresi berat.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari,
demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
c) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-
tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan segera dan efektif.
Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah
sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan
penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah 13 kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan
pengelolaan campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
d) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara
lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter
maupun antara dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit campak. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan yang holistik dan
terintegrasi antar disiplin terkait sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama ilmu.
Penderita campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Sehingga pengobatannya bersifat symptomatik, yaitu
memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dengan pemberian vitamin A.
a. Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk balita
b. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
c. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang sedikitpun isi kapsul.
d. Untuk anak yang sudah bisa menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk diminum
a. Diberikan segera setelah melahirkan dengan cara meminum langsung 1 (satu) kapsul
b. Kemudian minum 1 (satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
Tempat pemberian vitamin A diberikan secara gratis di sarana fasilitas pelayanan kesehatan, seperti : RS,
Puskesmas, Postu, polindes, praktek dokter/bidan swasta, posyandu, sekolah, TK, dan PAUD.