Makalah Khadafi Kapita Selekta Peningkatan Profesional Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PENINGKATAN PROFESIONAL GURU

DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Oleh:

Khadafi Ramadhani (2125.0037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BUMI SILAMPARI

LUBUKLINGGAU

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam
atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”Peningkatan
Profesional Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang terkait.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa
memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik
lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan
atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh
penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah
ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, Indonesia harus mampu meningkatkan mutu

pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Negara kita harus

mencetak orang-orang yang berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia.

Saat ini, Indonesia membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien

dan juga produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik

yang handal dan mampu mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil

yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran

proses seluruh kegiatan pendidikan terutama sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung

jawab para guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen merupakan tuntutan dari pentingnya keberadaan guru dan dosen sebagai pendidik

yang harus dihargai kerja dan pengabdiannya untuk mencerdaskan bangsa. Di samping

itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sitem Pendidikan Nasional yang

mensyaratkan bahwa untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu

dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang

mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara

terencana, terarah dan berkesinambungan.

Guru adalah seseorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan

mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup

tanggung jawabnya, serta merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses

belajar mengajar. Sudah selayaknya seorang guru itu diberikan kesejahteraan berupa
sertifikasi. Dapat dipahami bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan

yang layak.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang professional merupakan salah

satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang professional akan sangat

membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang

dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan

profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan probematika pendidikan ?

2. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru

3. Bagaimana peran guru professional dalam proses pembelajaran ?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru ?

5. Apa saja upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian tentang probematika pendidikan

2. Mengatahui pengertian tentang dengan profesionalisme guru

3. Mengetahui peran guru professional dalam proses pembelajaran

4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru

5. Mengetahui syarat- syarat menjadi guru profesionalisme


BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika Mutu Pendidikan

Sebelum melangkah lebih jauh dalam mengkaji peran guru dalam peningkatan mutu

pendidikan, ada baiknya melihat problematika mutu pendidikan saat ini. Hal ini sebagai. Hal

ini sebagai overview untuk kemudian mengantarkan pada

182 pemahaman diman dan seperti apa sebenanrnya kompetensi dan profesionalitas guru

secara ideal, seperti halnya juga yang dicantumkan dalam pengaturan Udang-undang guru

dan dosen saat ini. Pendidikan merupakan salah satu subsistem yang sentral, sehingga

senantiasa perlumendapatkan perhatian dan perbaikan dalam menjaga kontinuitas proses

kehidupandalam berbagai aspek di tengah-tengah masyarakat , negara-negara tersebut (input-

proses-output). Karena itu, mutu pendidikan perlu menjadi perhatian berbagai pihak untuk

kemudian mampu bersama memajukannya. Perlu diingat kita bahha mutu pendidikan

Indonesia belum beranjak dari prestasinya yang cukup rendah bahkan ditingkatan ASIA.

Memang ada paradigma yang terbangun di dalam sistem pendidikan kita bahwa ganti menteri

ganti kurikulum dan kebijakan pendidikan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada upaya

singkronisasi peningkatan mutu pendidikan. Dalam upaya untuk memperbaiki sistem

pendidikan nasional ternyata memerlukan adanya perbaikan pula dalam aspek sistemik

(regulasi-regulasi) serta meningkatnya kontrol sosial dari masyarakat, selain itu pendidikan

sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan,

sebab pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman (Malik Fadjar, 2001). Hasil survey

Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem

pendidikan di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh

lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem

pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina,serta Malaysia.
Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat di bawah Vietnam. Sedangkan laporan dari

United Nations Development Program (UNDP) tahun 2010 dan 2011, menyatakan bahwa

indeks pembangunan manusia di Indonesia ternyata tetap buruk. Tahun 2010 Indonesia

menempati urutan ke 111 dari 175 negara ditambah . Lebih sempit lagi pada kawasan

ASEAN, menurut UNDP menyatakan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara

anggota ASEAN masih tertinggal cukup jauh, Singapura pada urutan 25, Brunei pada urutan

33, Malaysia pada urutan 58, sementara Indonesia berda pada urutan 111. Kondisi ini

menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan pendidikan dengan

kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang dihasilkan selama ini, meskipun

masih ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhinya. Landasan

183 Pendidikan marupakan salah satu kajian yangdikembangkan dalam berkaitannya dengan

dunia pendidikan. Untuk diyakini bahwa dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan

mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran.

Secara ringkas dapat diartikan beberapa kata kunci mengeni pengertian mutu, yaitu sesuai

perkembangan kebutuhan, sesuai penggunaan pelanggan, sesuai perkembangan kebutuhan,

dan sesuai kebutuhan lingkungan global Ibrahim (2000:6). Sehingga untuk melihat hasil dari

mutu pendidikan yang tak biasa lepas dari hal tersebut adalah ketersediaan professional guru

dan aturan yang mengatur kerja guru, yang saling bersinergi dalam mewujudkan mutu

pendidikan yang baik


B. Pengertian Profesionalisme Guru

Ahmad Tafsir Mendefisinikan bahwa profesionalisme adalah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Istilah

professional aslinya adalah kata sifat dari kata “profession” (pekerjaan)yang berarti sangat

mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, professional lebih berarti orang yang

melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai mata pencarian (Mc.

Leod,1989). Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang

yang pekerjaannya (mata pencariannya) mengajar. Dalam bahasa arab disebut “Mu’alim”

dalam bahasa inggris “teacher” memiliki arti sederhana yakni “A person whose occupation is

teaching others” (Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.

Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2

menjelaskan: “Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan

dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. “

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu

keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan

pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang professional itu

sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten dan guru yang dikehendaki untuk

mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa yang

nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang secara kusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan

yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan yang
lainnya. Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide

pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksitensi sekolah.

C. Perkembangan Teknologi Informasi

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi informasi

merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya

perkembangan teknologi informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-

murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru

dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat

dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya

justru menjadi penghambat. Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang

dilandasi oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi

pendidikan di lapangan. Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi)

menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah

tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi

terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber

belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi

seseorang untuk belajar. Teknologi mempunyai gagasan mereformasi sistem pendidikan masa

depan. Apabila anak diajarkan untuk mampu belajar sendiri, mencipta, dan menjalani

kehidupannya dengan berani dan percaya diri atas fasilitasi lingkungannya (keluarga dan

masyarakat) serta peran sekolah tidak hanya menekankan untuk mendapatkan nilai-nilai ujian

yang baik saja, maka akan jauh lebih baik dapat menghasilkan generasi masa depan.

Orientasi pendidikan yang terlupakan adalah bagaimana agar lulusan suatu sekolah dapat

cukup pengetahuannya dan kompeten dalam bidangnya, tapi juga matang dan sehat

kepribadiannya. Bahkan konsep tentang sekolah di masa yang akan datang, menurutnya akan

berubah secara drastis. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat
tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan kepribadian atau

membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi

informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar

atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu

dapat diubah menjadi pembelajaran yang diindividualisasikan melalui jaringan internet yang

dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru.

Apakah perannya akan

186 digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi informasi

untuk menunjang peran profesinya. Melalui penerapan dan pemilihan teknologi informasi

yang tepat (sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang

berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara

konsisten/konstan akan mendorong orientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus

menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga

pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, hal ini akan menjadi

peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan

dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian

mutu pendidikan. Pemilihan jenis media sebagai bentuk aplikasi teknologi dalam pendidikan

harus dipilih secara tepat, cermat dan sesuai kebutuhan, serta bermakna bagi peningkatan

mutu pendidikan kita.

D. Peran Guru Professional Dalam Proses Pembelajaran

Guru yang professional dituntut harus mampu berperan selaku manajer yang baik

yang didalamnya harus mampu melangsungkan seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses

pembelajaran dengan manajerial yang baik sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan

dapat diraih dengan hasil yang memuaskan.


Peran guru professional atau tenaga kependidikan adalah :

a) Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga

kependidikan yang harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta

didik, bersifat realitis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap

perkembangan terutama inovasi pendidikan.

b) Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus menguasai

psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan

sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,

keterampilan bekerja sama.

c) Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu

kepemimpinan menguasai prinsip hubungan manusia, teknik berkomunikasi

serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada disekolah.

d) Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga

kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar

dan harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun

diluar kelas

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional

Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru professional antara lain

sebagai berikut:

a) Status Akademik

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana

pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka

yang secara khusus dsisiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya.
Untuk menciptakan tenaga-tenaga professional tersebut pada dasarnya

disekolah dibina dan dikembangkan dari berbagai segi diantaranya:

1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang

membina dan menciptakan tenaga-tenaga professional ini diberikan

ilmu-ilmu pengetahuan selain ilmu pengetahuan yang harus

disampaikan kepada anak didik, juga diberikan ilmu-ilmu pengetahuan

khusus untuk menunjang keprofesionalannya sebagai guru yang berupa

ilmu mendidik, ilmu jiwa dan sebagainya.

2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan

praktek adalah cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (W.J.S.

Porwadarminta 1999:99)

b) Pengalaman Belajar

Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir

mereka, dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai

guru yang mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar

mengajar yang menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu

untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar

yang berlangsung.

c) Mencintai profesi sebagai guru

Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan

mendorong individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan

pengorbanan. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa

cinta biasanya orang yang keadaanya dalam paksaan orang lain, maka dalam

melaksanankan haknya itu dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu


akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya rasa cinta terhadap apa

yang dilakukannya itu.

d) Berkepribadian

Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang

merupakan watak-watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar

kepribadian seorang guru ikut serta menentukan watak kepada siswanya.

Dalam proses belajar kepribadian seorang guru sangat menentukan terhadap

pembentukan kepribadian siswa untuk menanamkan akhlak yang baik sebagai

umat manusia.

Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian

dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar

mengajar sangat tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru

dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien, maka guru perlu

memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugasnya, yang disebut

kompetensi guru profesional. Kompetensi tersebut antara lain sebagaid berikut

1. Kompetensi Pribadi

Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian

yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi

kepribadian melliputi :
a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan

norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma.

b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan

pada kemanfatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan

menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memilii perilaku yang

berpengaruh positif terhadap peserta didik memiliki perilaku yang

disegani.

e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputi bertindak sesuai

norma religious (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki

perilaku yang diteladani peserta didik.

2. Kompetensi Profesional

Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam,

yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah

dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

tehadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam

kompetensi professional adalah:

a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan bai filosofi dan

psikologis

b) Mengerti dan dapat menerapkan teodi belhar sesuaii dengan tingkat

perkembangan perilaku peserta didik


c) Mampu menangani mata pelajaran atau bidan studi yang ditugaskan

kepadanya

d) Mengerti dan dapat menerapkann metode mengajar yang sesuai

e) Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas

yang lain

f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran

g) Mampu melaksanakan evaluasi belajar

h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

3. Kompetensi Sosial

Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau

kemampuan tenaga kependidikan untuk mempersiapkan perserta didik

menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,

membimbing masyarakat dalam menghadapu kehidupan yang akan dating.

Tenaga kepribadian harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat,

mampu bergaul dan melayani masyarakat dengan baik, mampu mendorong

dan menunjang kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku

yang tidak baik.

4. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik adalah:


a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan

mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi

memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan

pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

karakteristik pesera didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan

strategi yang dipilih.

c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d) Mengembangkan peseta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya meliputi memgasilitasi peserta didik yntuk

pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi

peserta didk untuk mengembangkan berbagai potensi non

akademik
F. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan

dunia pendidikan. Banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalsme

guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara

lain:

1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu

“membangun” manusia dengan penuh percaya diri, guru memiliki kesejahteraan

yang cukup (gaji yang memadai). Perlu ditata ulang sistem penggajian guru agar

gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan

keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang mencukupi,

tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar jam

kerjanya. Guru akan lebih konsentrasi ada profesinya, tanpa harus

menghawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatir akan pendidikan

putra-purtinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri

tampil prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guri dapat meningkatkan

profesinya dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat digunakan diri

sendiri untuk mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai

tingkatnya. Hal ini dapar lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih

meningkatkan status sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh

anak didiknya. Jika anak didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa

akan meningkat dan pendidikan pasti akan lebih berhasil.

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang

guru, dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan
harga mati) lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini

dapat dijadikan sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu

guru-guru pemula untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.

3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan

profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-

pelatihan tanpa beban biaya atau melengkapi sarana dan kesempatan agar guru

dapat banyak membaca buku-buku materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk

memoerdalam pengetahuannya.

4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal

abad ke-20 dan penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan bermuara pada

satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai wilayah kehidupan

ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja.

5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah bagian proses

pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah

menjadikan manusia makin menjadi “penganggur terhormat”, dalam arti semakin

memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian.

6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Upaya memahami tuntutan standar

profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan

sebagai prioritas utama jika guru ktita ingin meningkatkan profesionalitasmenya.

Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan

global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas Negara.

Kedua, sebagai professional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan

profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang

lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di

bidangnya.

7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan. Kemudian upaya

mencapao kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah

pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang

memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang

dibutuhkan.

8. Membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas temasuk lewat organisasi

profesi. Upaya membangun hubungan kerjawatan yang baik dan luas dapat

dilakukan dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha

untuk mengetahui aoa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.

9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan

bermutu tinggi. Selanjutnya upaya menmbangun etos kerja atau budaya kerja yang

mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu

keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan

pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah.

Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang

didanai, diandakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu

guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan

dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media

dan ide-ide baru bidan teknologi pendidikan seperti media presentasi, computer

dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan.


Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada

akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua puhak yang terkait agar benar-

benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah

organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.


BAB III
PENUTUP
Simpulan

Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber daya

manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat kadang kala

tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM

terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai

190 dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan

bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan profesional.

Saran

Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder pendidikan,

baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi semua lini harus

dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat

tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang harus saling

bahumembahu dalam perbaikan profesionalisme guru


DAFTAR PUSTAKA

- Drs. H. Sugito,M.Si, Pendidikan Sejarah Perjuangan dan Jati Diri PGRI (Jakarta :

YPLP/PPLP PGRI Pusat, 2011).

- Prof . Dr. Sudarwan Danim, Dr. H. Khairil proresi kependidikan, Bandung : Jl

Gegerkalong hilir

- http://file.upi.edu/Direktori/Fpmipa/PROD._ILMU_KOMPUTER/19660101199103I-

WAWAN_SETIAWAN/22._profesionalisme_guru.pdf

- Jurnal Aziz Shofi Nurdiansyah, PROFESIONALISME GURU DAN TANTANGAN

KEDEPAN

DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

- Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan

supervisi pengajaran.

- Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita

Karya Nusa.

- Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai