Bab1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam setiap studi tentang mutu pendidikan di Indonesia, persoalan yang
berkenaaan dengan kompetensi, profesionalisme dan kinerja guru senantiasa
diperbincangkan. Bahkan permasalahan mengenai kinerja guru menjadi salah satu
pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu pendidikan
dan kependidikan yang begitu luas dan kompleks.1 Kinerja guru akan sangat
menentukan kualitas hasil pendidikan karena guru merupakan pihak yang paling
banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan dan
pengajaran di lembaga pendidikan madrasah.2
Demikian pula halnya dengan problematika mutu pembelajaran dan
kinerja guru di madrasah ibtidaiyah (MI). Pendidikan di madrasah ibtidaiyah
merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang tentunya
harus berbenah dan senantiasa diperbaiki dan ditingkatkan mutunya, mencakup
peningkatan mutu pembelajaran termasuk di dalamnya kualitas kinerja guru
sebagai pendidik.
Kajian yang dilakukan oleh Depdiknas, Bappenas, dan Bank Dunia pada
tahun 2010 menemukan bahwa guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan
memperbaiki mutu pendidikan.3 Lebih lanjut Kusumaningtyas dan Setyawati
menegaskan bahwa “guru adalah komponen pendidikan yang sangat menentukan
dalam bentuk wajah pendidikan di Indonesia dan guru merupakan ujung tombak
dari semua kebijakan pendidikan”.4 Guru merupakan titik sentral dalam usaha
mereformasi pendidikan, dan mereka menjadi kunci keberhasilan setiap usaha
peningkatan mutu pendidikan. Apapun namanya, apakah itu pembaharuan
1
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), 33.
2
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan (Bandung: Refika Aditama, 2013), 166.
3
Rismawan, “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru
terhadap Kinerja Mengajar Guru di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung” Tesis Sarjana
Administrasi Pendidikan (Bandung: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), 3. t.d.
4
Amiartuti Kusumaningtyas dan Endang Setyawati, Teacher Performance of The State
Vocational High School Teachers in Surabaya (International Journal of Evaluation and Research
in Education (IJERE) Volume 4 Nomor 2: 76-83, June 2015), 77.

1
2

kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar, peningkatan pelayanan


belajar, penyediaan buku teks, hanya akan berarti apabila melibatkan guru. Profesi
dan kinerja guru menjadi sangat menentukan pembangunan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas dan unggul”.5 Dengan demikian kinerja
guru menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran dan
pendidikan di madrasah.
Kebijakan pemerintah untuk mendorong terwujudnya kinerja guru yang
berkualitas dan profesional salah satunya berupa disahkan dan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dalam
Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.6

Seiring berbagai perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan dalam bidang


ilmu pengetahuan dan teknologi maka peran seorang guru tidak hanya menjadi
sumber informasi, namun guru juga harus dapat menjadi motivator, inspirator,
dinamisator, fasilisator, katalisator, evaluator dan sebagainya.7
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin mengajarkan dan menyeru
manusia agar senantiasa menampilkan kinerja yang baik, sebagaimana firman-
Nya sebagai berikut:
ğ hû h h h̀ Ġ i h̀ û û ii ihh ûi hhh iğ hhhh l ihû ih
ʼnhŠʇhŒ ɉ‹‫ َو‬Ķj žûŤů‹űjjۊɢ ǓŠj? bIǛh Ŏhbh ðźŶiŲjİųiɉ‹‫ۥ َو‬Ȕź
jC  ŎKbűȲ Űųȭ Ĭ ‹c Ǟ ŏ Ŧ AźŰųȭ‹ Ůjũb
h̀ i h i i hh
ͪ  źŰųhšûȩűûļiŶŬĵųhjķűȲ Ĵijĸkȿžiȯ
Artinya:
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu

5
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2014), 311.
6
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosda karya, 2007),
227.
7
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan mengatasi Kelemahan Sistem Pendidikan Islam
di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2003), 147.
3

diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S-At-Taubah:


105).8

Ayat di atas menjelaskan adanya perintah bekerja secara profesional.


Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan tentunya dituntut agar memiliki
kompetensi dan keterampilan sehingga mampu menampilkan kinerja yang baik
sesuai dengan yang diharapkan. Demikian halnya dengan guru sebagai ujung
tombak pendidikan. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan professional
membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi
ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai
ajaran agama kepada murid, sehingga murid dapat menjalankan kehidupan sesuai
dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru
menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.
Sejalan dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang standar proses pembelajaran
yang sedang dikembangkan, Suryobroto dan Sumaryana mengelompokkan tugas
guru dalam mengajar ke dalam 3 kegiatan, yaitu: 1) menyusun perencanaan
pembelajaran, 2) menyajikan / melaksanakan pembelajaran, dan 3) melaksanakan
evaluasi belajar.9 Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru tidak semata-
mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga
sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai
“pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam
belajar.10 Dengan demikian dibutuhkan penguasaan kompetensi dan kinerja yang
optimal dari para guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pendidik profesional.
Akan tetapi, tidak semua guru dapat melakukan pekerjaannya terkait
kinerja mengajar dengan profesional.11 Kajian yang dilakukan oleh UNESCO
menunjukkan kinerja guru di Indonesia masih belum mencapai pada taraf yang

8
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Departemen
Agama RI (Semarang: Karya Toha, 2002), 273.
9
Yayan Sumaryana, Pengaruh Kepemimpinan Intruksional, 27. t.d.
10
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), 125.
11
Abdul Haris Pito, Upaya Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru (Jurnal Diklat
Teknis Andragogi Volume III No. 2, 2005), 37.
4

memuaskan walaupun berbagai program telah pemerintah gulirkan. Hal ini dapat
dilihat dari data Bappenas sebagaimana diungkapkan oleh Muslim pada tahun
2013 menyebutkan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk
kualitas kinerja guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara
berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru di Indonesia masih belum
sesuai dengan yang dicita-citakan. Dengan kata lain, sebagian guru di negara kita
belum optimal melaksanakan kinerja mengajarnya sesuai dengan yang
diharapkan.12
Permasalahan utama yang dihadapi pendidikan pada jenjang madrasah
ibtidaiyah (MI) hari ini adalah terkait masih rendahnya kinerja guru. Hal tersebut
dilihat dari adanya beberapa hal berikut: a) Pada aspek perencanaan pembelajaran,
keterampilan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran seperti silabus,
RPP, prota, promes dan agenda mengajar masih belum optimal. Hal tersebut
terlihat dengan adanya guru yang dari tahun ke tahun masih menggunakan
perangkat pembelajaran yang sama. Masih terdapat guru yang belum mampu
menyusun perangkat perencanaan pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Kondisi
tersebut diperparah dengan adanya kondisi guru yang dalam membuat
perencanaan pembelajaran mengandalkan jasa orang lain; b) Pada aspek
pelaksanaan pembelajaran, pemahaman guru tentang strategi pembelajaran masih
rendah, kurangnya kemahiran guru dalam mengelola kelas, rendahnya motivasi
mengajar, guru kurang disiplin, rendahnya komitmen guru terhadap profesi, serta
rendahnya kemampuan guru dalam manajemen waktu; c) Pada aspek
melaksanakan evaluasi pembelajaran, guru dalam membuat soal masih terpaku
bahkan plagiat dari buku paket dan LKS, guru dalam membuat soal belum
menguasai tingkatan kognitif sebagaimana teori kognitif yang dikemukakan
Bloom dan Anderson, guru masih kesulitan menurunkan indikator pembelajaran
menjadi indikator soal lalu membuat soal yang tepat sesuai kompetensi yang
hendak dicapai, guru tidak melakukan analisis butir soal evaluasi belajar sehingga
dari tahun ke tahun masih menggunakan soal yang sama, guru dalam melakukan
12
Edi Rismawan, Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru
terhadap Kinerja Mengajar Guru (Jurnal Administrasi Pendidikan Volume 22 Nomor 1: 114-132,
April 2015), 115.
5

penilaian hasil belajar belum sepenuhnya menerapkan (authentic assessment) atau


penilaian objektif bahkan masih ditemukan guru melakukan mark-up dalam
penilaian hasil belajar siswa.13 Kondisi kinerja guru seperti ini dapat
menyebabkan kualitas layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak
optimal. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan pendidikan yang
memiliki mutu yang rendah sehingga menghasilkan lulusan dan sumber daya
manusia yang memiliki daya saing rendah.
Kinerja guru dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal diantaranya mencakup: motivasi, kompetensi
profesional, kesehatan, pendidikan, masa kerja, bakat, dan strata sosial ekonomi.
Sedangkan faktor eksternal mencakup: sarana dan prasarana, kurikulum, program
pendidikan, kepemimpinan, supervisi, struktur tugas, insentif, kompensasi,
suasana kerja serta lingkungan kerja.14 Dari sekian banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan dan supervisi kepala madrasah.
Dalam organisasi atau lembaga pendidikan, tugas dan fungsi
kepemimpinan dijalankan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan kepala madrasah
akan menentukan bagaimana kinerja organisasi secara keseluruhan sehingga
menjadikan organisasi dapat bergerak secara terarah dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.15 Kepala madrasah merupakan alasan terpenting bagi
berkembangnya guru atau membuatnya tidak berdaya. Ini bermakna bahwa
berkembangnya atau melemahnya kemampuan guru ditentukan oleh bagaimana
upaya kepala madrasah dalam mengelola SDM guru.16 Selain itu keberadaan
pemimpin memegang peranan penting dalam suatu organisasi. Peran seorang
pemimpin adalah sebagai penunjuk arah dan tujuan di masa depan (direct setter),

13
Wawancara dan observasi kelas dengan Aceng, S.Pd.I (Kamad MIN 2 Purwakarta) dan
R. Isep saepulloh, S.Ag Purwakarta (Kamad MIN 1 Purwakarta), Senin 15 Mei 2017.
14
Yayan Sumaryana, Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah, 34. t.d.
15
Uhar Suharsaputra, Administrasi pendidikan, 125.
16
Uhar Suharsaputra, Kepemimpinan Inovasi Pendidikan (Bandung: Refika Aditama,
2016), 161.
6

agen perubahan (change agent), negosiator (spokes person), dan sebagai pembina
(coach).17
Dalam studi mengenai kepemimpinan kekinian berkembang
kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan. Teori kepemimpinan
transformasional merupakan pendekatan terakhir yang biasa pula dikatakan gaya
kepemimpinan mutakhir yang hangat dibicarakan selama dua dekade terakhir ini.
Konsep awal mengenai kepemimpinan dikemukakan oleh Mac Gregor Burns yang
menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana
pimpinan dan bawahan berusaha untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi
yang tinggi. Artinya pemimpin transformasional mencoba membangun kesadaran
para bawahan dengan menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi
seperti kejayaan, kebersamaan dan kemanusiaan.18
Karakter kepemimpinan transformasional merupakan salah satu model
atau gaya kepemimpinan yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana
ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya berikut:
q h hğ hhhh h hûhûَ hğ l iûh h̀ h hkxhh h fhûi ğ ih ûi h h̀ h ûhğ
̖ ˊǞ jĿŬ Ĭ ‹ŋŬJb ŋj
Ň˖ ‹_źȎ‹‫ و‬Ĭ ‹AźŁŋŽ ǽŴ ųjɉĹŶŏ ńCźŎ =jĬ ‹^jźŎKǍjűȲ ů ǽ ʼnŪů

Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21).19

Dalam kehidupannya, Rasulullah Saw senantiasa melakukan terlebih


dahulu apa yang ia perintahkan kepada orang lain. Keteladanan ini sangat penting
karena sehebat apa pun yang kita katakan, tidak akan berharga kecuali kalau
perbuatan kita seimbang dengan kata-kata. Rasulullah tidak menyuruh orang lain
sebelum menyuruh dirinya sendiri. Rasulullah tidak melarang sebelum melarang
dirinya. Kata dan perbuatannya amat serasi sehingga setiap kata-kata diyakini

17
Munawaroh, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
terhadap Kinerja Guru (Jurnal Ekonomi Bisnis Vol. 16 No. 2: 136-144, Juli 2011), 136.
18
Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith, Transformational Leadership Ilustrasi di Bidang
Organisasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), 100.
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 595.
7

kebenarannya. Efeknya, dakwah beliau punya kekuatan ruhiah yang sangat


dahsyat.20
Dalam kepemimpinan transformasional, para pemimpin mencapai tujuan
yang diharapkan dengan menggunakan idealized influence-charisma (pengaruh
ideal, inspirational motivation (motivasi inspirasional), intellectual simulation
(stimulasi intelektual) dan individualized consideration (pertimbangan
individual). Pemimpin transformasional berbagi visi, mengilhami pengikut,
mentor, pelatih, menghormati individu, menumbuhkan kreativitas, dan bertindak
dengan integritas.21
Akan tetapi kondisi saat ini menunjukkan kepemimpinan transformasional
kepala madrasah dirasakan belum optimal. Kepala madrasah belum mampu
meningkatkan kesadaran bawahan tentang pentingnya tugas mereka dan
pentingnya melakukan kinerja mengajar yang baik. Sebagian guru masih
menganggap bahwa mengajar sebatas menggugurkan kewajiban. Hanya sebagian
kecil guru yang aktif dan kreatif dalam berinovasi. Kepemimpinan kepala
madrasah belum mampu membuat bawahan sadar akan kebutuhan mereka akan
pertumbuhan, perkembangan dan pencapaian pribadi. Hal tersebut ditunjukkan
oleh rendahnya motivasi guru dalam keikutsertaan program peningkatan karier
guru dan kompetensi guru. Masih terdapat guru yang belum mengikuti diklat
pengembangan kurikum KTSP 2013. Kepemimpinan kepala madrasah belum
mampu memotivasi bawahan mereka untuk bekerja demi kebaikan organisasi
daripada secara eksklusif untuk keuntungan atau keuntungan pribadi mereka
sendiri. Guru selaku pendidik masih bekerja sebatas memenuhi tuntutan dan
kebutuhan pribadi dan keluarga, belum menyentuh pada aspek kemajuan dan
pencapaian visi misi lembaga pendidikan. Apabila diadakan kegiatan di luar

20
Siti Fatimah, Manajemen Kepemimpinan Islam dan Aplikasinya dalam Organisasi
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 40.
21
Jim Allen McCleskey, Situational, Transformational, and Transactional Leadership
and Leadership Development (Journal of Business Studies Quarterly Volume 5 Number 4: 117-
130, 2014), 124.
8

kewajiban mengajar, guru lebih berorientasi kepada keuntungan pribadi daripada


kebersamaan dan kemajuan organisasi.22
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tokhibin & Wuradji menjelaskan
bahwa kepemimpinan transformaisonal kepala sekolah memberikan sumbangan
kepada kinerja guru sebesar 15,2 %.23 Penelitian lain dilakukan oleh Kharis
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformaisonal kepala sekolah memberikan
sumbangan kepada kinerja guru sebesar 35,6 %.24 Yukl dalam Moynihan
menjelaskan bahwa “penelitian tentang kepemimpinan transformasional
mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan bentuk
kepemimpinan yang sangat sesuai untuk membina perubahan organisasi seperti
reformasi kinerja”.25
Selain faktor kepemimpinan transformasional, faktor lain yang
mempengaruhi kinerja guru yakni pembinaan oleh kepala madrasah melalui
supervisi. Kepala madrasah sebagai pemimpin sekolah berkewajiban membina
kemampuan guru melalui kegiatan supervisi. Dengan kata lain, kepala madrasah
harus mampu melaksanakan supervisi secara efektif serta melibatkan guru dalam
kegiatan supervisi.26. Kewajiban kepala madrasah berkenaan kegiatan supervisi
merupakan amanat Permendiknas nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses
untuk Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menyatakan bahwa salah satu
kompetensi kepala sekolah adalah kompetensi supervisi.27
Berbicara mengenai supervisi sebagai salah satu fungsi manajemen
pendidikan, Allah SWT menjelaskan sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

22
Wawancara dengan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kabupaten Purwakarta, Senin
22 Mei 2017.
23
Tokhibin & Wuradji, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,
Kompetensi, Motivasi dan Kedisiplinan Guru Terhadap Kinerja Guru SMK (Jurnal Akutabilitas
Manajemen Pendidikan Volume 1 Nomor 2: 308-321, 2013), 316.
24
Indra Kharis, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja
Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi Pada Karyawan Bank
Jatim Cabang Malang (Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 3 No. 1: 1-9, Maret 2015), 1.
25
Donald P. Moynihan, et. al., Setting the Table: How Transformational Leadership
Fosters Performance Information Use (Journal of Public Administration Research and Theory
Volume 22 Number 1: 143-164, 2011), 147.
26
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 67.
27
Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah, Bahan Pembelajaran
Supervisi Akademik (Surakarta: LPPKS, 2011), 8.
9

h̀ i ûh h h̀ ihûh h Šh qh h i hh ğ̀
̍  źŰšhŧȩĵŲ źųŰšȬ ̌ ǻ jȼjļɦ ĵŲAŋjŬ ̋ ǻh ŞjjŧŠɳh ůűûȲ žûŰŠ ˯

Artinya:
(10) Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu); (11) yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-
pekerjaanmu itu); (12) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-
Infithar: 10-12).28

Ayat di atas menjelaskan adanya fungsi pengawasan dalam setiap aktivitas


yang dilaksanakan manusia sebagai hamba Allah. Demikian pula dengan kinerja
guru selaku pendidik, senantiasa ada yang mengawasi dan memonitor setiap
aktivitas kinerjanya. Fungsi pengawasan tersebut dijalankan oleh para supervisor
pendidikan diantaranya adalah oleh kepala madrasah. Dengan adanya pengawasan
dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi
dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
Supervisi merupakan aktivitas menilai dan membina guru dalam rangka
meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar kompetensi peserta didik
mencapai optimal.”29 Supervisi yaitu suatu upaya membantu para guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran, sehingga esensi
supervisi akademik itu sama sekali bukan untuk menilai kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, tetapi untuk membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalitasnya. Meskipun demikian, supervisi tidak bisa lepas
dari penilaian unjuk kerja guru di dalam mengelola pembelajaran.30
Dalam Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah, dijelaskan salah satu dimensi kompetensi kepala sekolah yaitu
kompetensi supervisi, yaitu: 1) merencanakan program supervisi akademik, 2)
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru, dan 3) menindaklanjuti hasil
supervisi akademik. Adapun tujuan supervisi akademik adalah membantu guru

28
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 876.
29
Daryanto & Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran (Yogyakarta: Gacva Media,
2015), 191.
30
Daryanto & Tutik Rachmawati, Supervisi Pembelajaran, 36.
10

bagaimana belajar meningkatkan kemampuan mereka sendiri guna mencapai


tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.31
Novitasari dalam penelitiannya menunjukkan bahwa “rendahnya motivasi,
dan prestasi guru yang mempengaruhi profesi guru tidak terlepas dari rendahnya
kontribusi kepala sekolah dalam membina guru di sekolah melalui kegiatan
supervisi”.32 Rismawan dalam penelitiannya mengemukakan bahwa supervisi
kepala sekolah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru .33
Lebih lanjut dinyatakan dalam penelitian Suhayati menunjukkan bahwa supervisi
akademik memberikan pengaruh positif terhadap kinerja guru sebesar 17,81 %.34
Dalam melakukan supervisi, kepala madrasah terlebih dahulu akan
melakukan penelitian secara seksama mengenai seluruh situasi pembelajaran,
faktor-faktor pengaruh, serta bagaimana sifat guru dan peserta didik dan
sebagainya. Selanjutnya penilaian akan dilakukan bersama oleh kepala sekolah
dan guru untuk menemukan kekurangan atau kelemahan. Setelah menemukan
kelemahan dari guru tersebut, kepala madrasah akan memberikan bantuan
pelayanan dan bimbingan terhadap guru agar kualitasnya meningkat.35
Permasalahan terkait supervisi oleh kepala madrasah menunjukkan bahwa
guru masih belum merasakan pengaruh dari supervisi itu sendiri. Kepala madrasah
disibukkan dengan aktivitas manajerial dan administrasi sekolah. Sehingga
pelaksanaan supervisi sebatas pengumpulan dan pemeriksaan administrasi dan
belum mengarah pada pembinaan kompetensi guru dan kinerja guru secara
maksimal. Meskipun demikian, kegiatan pembinaan guru lebih banyak
dilaksanakan kepala madrasah secara maksimal melalui kegiatan KKG dan rapat

31
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru
(Bandung: Alfabeta, 2013), 43.
32
Rahmi Novitasari, ”Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Mengajar Guru Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan
Conggeang , Kabupaten Sumedang” Tesis Sarjana Administrasi Pendidikan (Bandung:
Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, 2015), 2.
33
Edi Rismawan, Pengaruh Supervisi, 1.
34
Iis Yeti Suhayati, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Kinerja
Mengajar Guru (Jurnal Adminisistrasi Pendidikan Vol.17 No.1: 86-95, Oktober 2013), 86.
35
Rahmi Novitasari, Pengaruh Supervisi, 5. t.d.
11

guru, dan itu pun dirasakan belum optimal dalam meningkatkan kinerja guru.36
Dampaknya pun sangat jelas dalam hal peningkatan kinerja pun masih kurang
terlaksana dengan optimal. Terlihat dari proses belajar mengajar dikelas yang
masih belum ada inovasi dalam pembelajaran. Tetapi jika melihat kembali tujuan
dari supervisi akademik itu sendiri harusnya sudah bias menyelesaikan masalah-
masalah yang di hadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar. Melalui
kegiatan supervisi yang dilakukan kepala madrasah seharusnya guru bisa
memanfaatkan waktu tersebut untuk memperbaiki kinerjanya dan kepala
madrasah bisa meminimalisir masalah-masalah yang dihadapi guru.
Dengan adanya kondisi kepemimpinan transformasional dan supervisi
kepala madrasah yang belum optimal tersebut, maka tentunya berkontribusi pula
pada kondisi kinerja guru yang belum optimal. Dengan meninjau dan
berlandaskan latar belakang fenomena tersebut penulis merasa penting untuk
melakukan sebuah penelitian terkait permasalahan diatas. Mengingat luasnya
permasalahan yang dibahas dan untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan
lebih terarah, penulis memfokuskan penelitian pada Madrasah Ibtidaiyah di
kabupaten Purwakarta dengan judul “Hubungan Kepemimpinan Transformasional
dan Supervisi Kepala Madrasah terhadap Kinerja Guru Madrasah”.

B. Perumusan Masalah Penelitian


Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum mengenai hubungan
kepemimpinan transformasional dan supervisi kepala madrasah terhadap kinerja
guru. Fokus penelitian mengambil objek penelitian pada Madrasah Ibtidaiyah
Negeri di kabupaten Purwakarta tahun pelajaran 2017-2018. Adapun secara rinci
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kepemimpinan transformasional Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Negeri di kabupaten Purwakarta?
2. Bagaimana supervisi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri di kabupaten
Purwakarta?

36
Observasi dan wawancara dengan guru MI Negeri di kabupaten Purwakarta, Senin 17
Mei 2017.
12

3. Bagaimana kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri di kabupaten


Purwakarta?
4. Apakah terdapat hubungan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri di kabupaten Purwakarta?
5. Apakah terdapat hubungan supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru
Madrasah Ibtidaiyah Negeri di kabupaten Purwakarta?
6. Apakah terdapat hubungan kepemimpinan transformasional dan supervisi
kepala madrasah terhadap kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri di
kabupaten Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Menguji teori mengenai kepemimpinan transformasional, supervisi dan
kinerja guru.
2. Menguji hipotesis mengenai hubungan kepemimpinan transformasional dan
supervisi kepala madrasah terhadap kinerja guru.
3. Menambahkan dan melengkapi hasil riset sebelumnya mengenai
kepemimpinan transformasional, supervisi kepala madrasah dan kinerja
guru.
4. Menemukan solusi bagi permasalahan yang berkaitan dengan
kepemimpinan transformasional, supervisi kepala madrasah dan kinerja
guru.

D. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Kepala Madrasah
Kepala madrasah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan
fungsi kepemimpinan, pembinaan serta pengembangan pendidikan secara
terarah, berencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Dalam kerangka ini diperlukan jenis kepemimpinan kepala
sekolah yang tepat dan strategi dalam supervisi kepala sekolah yang efektif.
13

Selain itu penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pembinaan atau
supervisi akademik guru serta solusi dalam berbagai permasalahan terkait
kepemimpinan pendidikan dan supervisi akademik.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan
bagi kepala madrasah sebagai pemimpin dan manajer guna menemukan dan
menerapkan kepemimpinan yang strategis dalam memunculkan motivasi
guru sehingga kompetensi dan kinerja guru optimal. Dengan kinerja guru
yang optimal tersebut tentunya akan berkontribusi dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan dan mengurangi berbagai kendala yang
selama ini dirasa sangat mengganggu proses pencapaian mutu, dan dapat
memberi manfaat dalam memecahkan masalah khususnya meningkatkan
kualitas pendidikan.
b. Bagi Praktisi Pendidikan
Hasil Penelitian ini secara umum dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi para praktisi pendidikan bahwa tujuan pendidikan nasional
akan tercapai bila didukung oleh mutu pendidikan yang baik dari kepala
madrasah, pengawas, tenaga kependidikan dan guru. Dan secara khusus
bagi kepala madrasah dan guru di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Negeri di
kabupaten Purwakarta.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
1) Dapat dilakukan penelitian pada aspek di luar dari variabel yang
diteliti sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi lembaga pendidikan
madrasah dalam membuat strategi yang lebih tepat dalam upaya untuk
lebih meningkatkan kinerja guru.
2) Mendapatkan informasi baru mengenai hubungan kepemimpinan,
supervisi dan kinerja guru dalam meningkatan kualitas pembelajaran
dan mutu pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai