Tugas Modul Pembiayaan Pembangunan 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Tugas Modul

Pembiayaan Pembangunan
(PENGELOLAAN KEUANGAN DESA)

Mata Kuliah:
Pembiayaan Pembangunan

Dosen Pembimbing :
Ir. Titik Poerwati, MT

Nama :
Elvin Kaharap (2224002)
Vicky Arjuna Subagya (2224028)
Carlos Rianto(2224041)
Indisma Zildan Zahwa A.N. (2224051)

Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota


Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Nasional Malang
2024

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap rasa puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
dan berkat rahmat dan hidayahnya, Saya dapat menyelesaikan penyusunan
“Modul Pengelolaan Keuangan Desa” ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Penyusunan Modul ini Saya lakukan dan kerjakan sebagaimana untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Perkotaan
Selama dalam proses penyusunan “Modul Pengelolaan Keuangan
Desa” ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari
beberapa pihak tertentu, oleh sebab itu, Saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Ir. Titik Poerwati, MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Pembiayaan Pembangunan
2. Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan, baik
dalam doa, motivasi maupun finansial.
3. Dan semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Dalam penyusunan Makalah ini Saya sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya. Namun, Saya
sadar bahwa Saya memiliki keterbatasan akan pengetahuan maupun
pengalaman. Oleh karena itu Saya sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini dan
kemajuan studi Saya selanjutnya dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, dan bagi mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota.

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diharapkan
segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa dapat diakomodir dengan
lebih baik. Pemberian kesempatan yang lebih besar bagi desa untuk mengurus tata
pemerintahannya sendiri serta pemerataan pelaksanaan pembangunan diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa, sehingga
permasalahan seperti kesenjangan antar wilayah, kemiskinan, dan masalah sosial
budaya lainnya dapat diminimalisir. UU Nomor 6 Tahun 2014 beserta peraturan
pelaksanaanya telah mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam
mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk
di dalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa. Dalam APBN-P
2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp 20,776 triliun kepada seluruh
desa yang tersebar di Indonesia. Jumlah desa yang ada saat ini sesuai Permendagri
39 Tahun 2015 sebanyak 74.093 desa. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal
72, Desa memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer berupa Alokasi
Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan Bantuan
Keuangan dari APBD Provinsi/ Kabupaten/Kota Peran besar yang diterima oleh
desa, tentunya disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Oleh karena itu
pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata
pemerintahannya, dimana semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan
ketentuan. Dalam hal keuangan desa, pemerintah desa wajib menyusun Laporan
Realisasi Pelaksanaan APB Desa dan Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APB Desa. Laporan ini dihasilkan dari suatu siklus pengelolaan
keuangan desa, yang dimulai dari tahapan perencanaan dan penganggaran;
pelaksanaan dan penatausahaan; hingga pelaporan dan pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan desa.

Dalam tahap perencanaan dan penganggaran, pemerintah desa harus


melibatkan masyarakat desa yang direpresentasikan oleh Badan Permusyawaratan

3
Desa (BPD), sehingga program kerja dan kegiatan yang disusun dapat
mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa serta sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut. Selain itu pemerintah desa harus
bisa menyelenggarakan pencatatan, atau minimal melakukan pembukuan atas
transaksi keuangannya sebagai wujud pertanggungjawaban keuangan yang
dilakukannya. Namun demikian, peran dan tanggung jawab yang diterima oleh
desa belum diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) yang memadai baik
dari segi kuantitas maupun kualitas. Kendala umum lainnya yaitu desa belum
memiliki prosedur serta dukungan sarana dan prasarana dalam pengelolaan
keuangannya serta belum kritisnya masyarakat atas pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja desa. Besarnya dana yang harus dikelola oleh pemerintah
desa memiliki risiko yang cukup tinggi dalam pengelolaannya, khususnya bagi
aparatur pemerintah desa. Fenomena pejabat daerah yang tersangkut kasus hukum
jangan sampai terulang kembali dalam skala pemerintahan desa. Aparatur
pemerintah desa dan masyarakat desa yang direpresentasikan oleh BPD harus
memiliki pemahaman atas peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya,
serta memiliki kemampuan untuk melaksanakan pencatatan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Oleh karena itu, sebagaimana diamanatkan dalam UU Desa,
pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota turut membantu
memberdayakan masyarakat desa dengan pendampingan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan pembangunan desa. BPKP selaku pengemban
amanat untuk mempercepat peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara
sebagaimana tercantum dalam diktum keempat Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun
2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara,
berinisiatif menyusun Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konsultasi
Pengelolaan Keuangan Desa. ini diharapkan berguna bagi Tim Perwakilan BPKP
dan aparat pemerintah daerah Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa 3
kabupaten/kota untuk meningkatkan pemahaman bagi aparatur pemerintah desa
dalam pengelolaan keuangan desa, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan meningkatkan kualitas laporan keuangan dan tata
kelola.

4
I.2 Rumusan Masalah

Dari penyusunan modul yang telah kami buat, kami membuat beberapa
rumusan masalah pada materi-materi yang akan kami sampaikan dimana sebagai
berikut:

1. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan untuk mencegah korupsi atau


penyalahgunaan dana.
2. Efektivitas alokasi dana untuk pembangunan dan pelayanan masyarakat.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam manajemen keuangan
desa.

I.3 Tujuan
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan untuk mengurangi kemungkinan korupsi atau
penyalahgunaan dana Pembangunan dan Memastikan bahwa dana
yang dialokasikan untuk Pembangunan
2. pelayanan masyarakat digunakan secara efektif dan efisien, dengan
memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat yang dituju.
3. Mengembangkan kemampuan dan pengetahuan dalam manajemen
keuangan desa agar para pengelola keuangan desa dapat mengelola
dana dengan lebih baik dan memastikan keberlanjutan pembangunan
di tingkat lokal.

I.4 Sasaran

Memastikan bahwa semua transaksi keuangan desa tersedia untuk diakses oleh
masyarakat secara transparan, termasuk laporan keuangan, anggaran, dan
penggunaan dana dan memperkuat mekanisme akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan desa, termasuk melalui audit internal dan eksternal, serta pemberian
pertanggungjawaban kepada masyarakat setempat.

5
BAB II
KEBIJAKAN KEUANGAN DESA
Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(selanjutnya ditulis UU Desa), yang ditindaklanjuti dengan terbitnya PP Nomor 43
tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta PP
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, dinyatakan
bahwa tugas penataan desa serta pemantauan dan pengawasan pembangunan desa
diemban secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam konteks keuangan desa, instansi pemerintah
pusat dan daerah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
tingkatannya. Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri sesuai perundangan.

II.1 Arah Kebijakan Keuangan Desa


Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan Keuangan Desa adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa.Kebijakan Keuangan
Pemerintah Desa Pedawa mendasarkan pada pendekatan kinerja dan komitmen
untuk menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, partisipatif dan
dilaksanakan secara tertib dan disiplin anggaran. Anggaran kinerja adalah suatu
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kegiatan atau output dari
rencana alokasi biaya atau input yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi
semua komponen keuangan. Transparansi, akuntabilitas, partisipatif dan
dilaksanakan secara tertib dan disiplin anggaran merupakan prinsip pengelolaan
keuangan yang dilakukan dengan mengefektifkan fungsi pengawasan serta upaya
penghematan sehingga dana yang terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk kegiatan pembangunan dan pemerintahan serta berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan keberlanjutan pembangunan.

6
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan tidak dapat dipungkiri salah satunya
sangat tergantung pada kemampuan anggaran/keuangan Desa. Berdasarkan data
bahwa Pendapatan Desa terus mengalami peningkatan, sehingga kondisi tersebut
menjadi ruang yang sangat penting bagi Pemerintah Desa Pedawa untuk terus
meningkatkan kuantitas dan kualitas pembangunan bagi seluruh masyarakat Desa.

Ada 3 (Tiga) komponen yang membentuk pendapatan yaitu Pendapatan Asli


Desa, Pendapatan Transfer, dan Pendapatan Lain-Lain.

Arah kebijakan pengelolaan keuangan Desa Pedawa sesuai dengan amanah


peraturan perundang-undangan yang berlaku, salah satunya terkait dengan
terbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomoe 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa menggantikan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 Tahun 2014. Kebijakan pengelolaan keuangan Desa Pedawa bahwa
sebesar-besarnya kemampuan keuangan Desa akan dipergunakan secara efektif
dan efisien dan mencerminkan keperpihakan terhadap kebutuhan masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa, yaitu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
percepatan penanggulangan kemiskinan di Desa Pedawa.

Penyusunan perencanaan pembangunan Desa dibahas dan disepakati dalam


Musdes dan Musrenbangdes dengan melibatkan seluruh stakeholder masyarakat
Desa secara partisipatif. Demikian hasil perencananan pembangunan Desa
dimaksud akan menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran
keuangan Desa yang dibahas dan disepakti dengan BPD.

II.2 Proyeksi Keuangan Desa


II.1.2 Proyeksi Pendapatan Desa
Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan Desa dalam 1 (satu) tahun
anggaran yang menjadi hak Desa dan tidak perlu dikembalikan oleh Desa. Sumber
Pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Desa (PAD), Transfer dan
Pendapatan Lain. Rencana pendapatan Desa yang akan digunakan adalah
perkiraan yang terukur, rasional dan mempunyai kepastian dasar hukumnya.

7
Khusus untuk PAD penerimaan pendapatan dihitung mendasarkan potensi riil dari
hasil kajian yang dilakukan secara bertahap.

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) sesuai dengan
peraturan perundangan diawali dengan proses Musyawarah Desa (Musdes) dan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) yang hasilnya
dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa). RKP
Desa menjadi dasar penyusunan APB Desa. Adapun kebijakan penerimaan
pendapatan Desa adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Desa yang dianggarkan dalam APB Desa merupakan


perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta
dasar hukum penerimaannya.
2. Pendapatan asli Desa dihitung dengan memperhatikan
perkembangan pendapatan selama dua tahun tahun terakhir, serta
prakiraan masing-masing potensi jenis pendapatan asli Desa.
3. Penerimaan transfer yaitu Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa
(DD), Bagi Hasil Pajak/Retribusi dan Bantuan Keuangan Khusus
(BKK) sementara mempertimbangkan angka Tahun .
4. Pendapatan Lain, sementara diperhitungkan pada sumber-sumber
pendapatan yang dapat dipastikan.

II.2.2 Proyeksi Belanja Desa


Belanja Desa adalah semua pengeluaran yang merupakan kewajiban Desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh Desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa, belanja Desa digunakan untuk mendanai
pelaksanaan kewenangan Desa yang diklasifikasikan dalam bidang
penyelenggaraan pemerintahan Desa, bidang pelaksanaan pembangunan Desa,
bidang pembinaan kemasyarakatan Desa, bidang pemberdayaan masyarakat Desa
dan bidang penanggulangan bencana, keadaan darurat dan keadaan mendesak.

8
Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan APB Desa harus lebih fokus
terhadap bidang, sub bidang dan kegiatan yang berorientasi produktif dan
memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pelayanan
publik, pertumbuhan ekonomi Desa. Pemerintah Desa menetapkan target capaian
kinerja setiap belanja, baik dalam bidang, sub bidang dan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan
memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Perencanaan bidang,
sub bidang dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta
memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari bidang, sub
bidang dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target
kinerjanya.

9
BAB III
Prinsip Dasar Pengelolaan Keuangan Desa
Prinsip dasar pengelolaan keuangan desa berdasarkan asas-asas transparan,
akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Pengelolaan keuangan desa harus dilakukan dengan cara yang transparan,
akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Tujuan
pengelolaan keuangan desa adalah untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas,
akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan keuangan publik, serta untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan yang lebih baik

III.1 Asas Pengelolaan Keuangan Desa


Pedoman asas dan prinsip agar mencapai suatu efektivitas dan efesiensi yang
baik terhadap sebuah pengelolaan keuangan desa. Asas dan prinsip yang mengenai
terhadap pengelolaan keuangan desa yaitu sebagai berikut:

1. Asas kesatuan, merupakan suatu asas dan prinsip yang mengenai


dalam pendapatannya dan belanja. Hal ini yang akan disajikan dalam
suatu bentuk dokumen pada anggaran desa.
2. Asas global, merupakan asas dan prinsip yang mengenai suatu
transaksi, dalam transaksi keuangan desa diwajibkan menampilkan
semua dokumen anggaran desa dengan utuh.
3. Asas annual, merupakan asas dan prinsip tahunan yang memiliki
batasan dalam berlakunya anggaran. Asas spesialitas, merupakan suatu
asas dan prinsip yang diwajibkan ketika adanya utang terhadap
anggaran maka harus menyediakan dan menampilkan dokumen
terperinci dan jelas.
4. Asas akuntanbilitas merupakan asas dan prinsip yang memiliki sebuah
tanggungjawab terhadap kegiatan dalam pengelolaan keuangan harus
dipertanggung jawabkan sesaui UUD terhadap masyarakat.
5. Asas hak dan kewajiban merupakan asas dan prinsip, merupakan asas
dan prinsip yang mengunggulkan dalam kesepadanan hak dan
kewajiban yang berdasarkan terhadap manajemen keuangan desa.

10
6. Asas profesionalitas, merupakan asas dan prinsip yang memiliki
kemampuan untuk bertindak secara profesional yang mengenai kode
etik terhadap UUD.
7. Asas transparasi, merupakan asas dan prinsip yang reall atau jujur
dalam membuka diri terhadap masyarakat atau keterbukaan hal ini
memiliki tujuan yaitu bertujuan dalam mendapatkan sebuah informasi
secara benar dan reall yang tidak menyebabkan pemecahan dalam
golongan masyarakat.
8. Asas pemeriksaan keuangan yang bebas dan mandiri yang
dilaksanakan oleh BPK merupakan suatu pemeriksaan yang terbuka
dan bebas yang tidak boleh ada interaksi dari orang lain atau
terpengaruh dari orang lain.
9. Asas nilai untuk uang, merupakan sebuah asas dan prinsip yang secara
baik dan cermat dalam mengelola keuangannya untuk mencapai
tujuan.
10. Asas bertanggungjawab, merupakan asas dan prinsip yang memiliki
amanah dalam pertanggung jawabkan pengelolaan keuangan terhadap
pengendalian sumberdaya selain itu juga terdapat suatu kebijakan
dalam pelaksanaan yang terpercaya tujuannya agar mencapainya suatu
tujuan yang diinginkan.

Terdapat peraturan yang mengenai dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri


Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pedoman terhadap sebuah
Pengelolaan Keuangan yang transparan, akuntanbilitas dan partisipasif secara
tertib dalam melaksanakan rencana keuangan yang biasanya dilaksanakan pada
jangka 1 tahun. Selain itu terdapat beberapa asas-asas yang dikelola dalam
keuangan desa yaitu:

1. Transparan
Transparan merupakan kejujuran terhadap masyarakat agar
mendapatan infomasi yang akurat. Hal ini merupakan suatu asas
membuka diri atau interaksi kepada masyarakat agar mendapatkan
informasi yang akurat, benar dan juga jujur dan memperhatikan
ketentuan dalam sebuah peraturan perundang undangan. 23 Transparan

11
adalah perancanaan penganggaran untuk mengetahui, mengamati, dan
menghadari dalam pertemuan publik yang memberikan informasi
terbuka untuk dipahami masyarakat dengan adanya publikasi dalam
keuangan.24 Transparan juga diartikan sebagai pengelolaan yang
terbuka yaitu pengelolaan yang dilakukan secara terbuka, karena
keuangan wajib diketahui oleh masyarakat karena uang atau barang itu
hak milik rakyat. 25 Dapat disimpulkan mengenai transparan yaitu
prinsip yang terbuka dengan jujur dan benar untuk masyarakat agar
mengetahui dan mendapatkan informasi. Keterbukaan dapat
meningkatkan kepercayaan dan penghormatan masyarakat
kepemerintah.
2. Akuntanbilitas
Akuntanbilitas adalah suatu pelaksanaan pertanggung jawaban
terhadap suatu pengelolaan yang memiliki sebuah tujuan dalam
tercapainya pengontrolan terhadap sumber daya yang dilaksanakan
pemerintah terhadap masyarakat. Akuntanbilitas merupakan sebuah
bentuk pertanggung jawaban yang seharusnya tugas seseoarang itu
terlaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam merencanakan
ataupun melaksanakan kegiatan dalam mengelola keuangan dalam
pertanggung jawabannya dan pengawasan yang dapat dilaporkan dan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan juga BPD.
Akuntanbilitas yaitu perwujudan dalam pemegang amanah sebagai
pertanggung jawaban keberhasilan ataupun kegagalan mengenai misi
dalam tujuan mempertanggung jawabkan secara periodic uraian diatas
dapat dijelaskan bahwa akuntanbilitas merupakan suatu pertanggung
jawaban dalam mengelola dan melaksanakan suatu pengontrolan agar
mencapai tujuan yang telah ditetapkan merupakan proses dalam
pengelolaan keuangan.
3. Partisipasi
Partisipasi adalah semua warga yang terlibat dalam musyawarah
dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan keuangan desa, warga
wajib dalam pengambilan keputusan untuk kesejahteraan masyarakat.

12
Partisipasi yaitu keterlibatan dari masyarakat dalam mendapatkan
sebuah keputusan prosedur yang mengenai pembangunan dan juga
kegiatan lainnya. Keterlibatan masyarakat memberikan dampak yang
positif dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Slamet Suryono
partisipasi masyarakat dalam pembangunan diartikan sebagai ikut
sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan
pembangunan dan ikut serta memanfaatkan dan ikut menikmati hasil-
hasil pembangunan. Dari penjelasan diatas terdapat kesimpulan bahwa
partisipasi merupakan sebuah musyawarah yang melibatkan
masyarakat dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan keuangan
desa dalam pengambilan keputusan yang lebih baik supaya
terkomodasi dalam suatu kebutuhan dalam sebuah kepentingan
masyarakat dan keterlibatan masyarakat dapat memberikan dampak
yang positif dalam pengambilan keputusan tersebut.

III.2 Tahap Pengelolaan Keuangan Desa


A. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan perencanaan penerimaan dan
pengeluaran Pemerintahan Desa pada tahun anggaran berkenaan yang dianggarkan dalam
APB Desa. Sekretaris Desa mengkoordinasikan penyusunan APB Desa berdasarkan
Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) tahun berkenaan dan pedoman
penyusunannya diatur dengan Peraturan Bupati (Perbup) setiap tahun. Rancangan APB
Desa yang telah disusun merupakan bahan penyusunan Peraturan Desa (Perdes) tentang
APB Desa.
Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kepada
Kepala Desa untuk dibahas dan disepakati bersama BPD dalam sebuah Musyawarah
BPD. Rancangan tersebut disepakati paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. Atas
dasar kesepakatan bersama Kepala Desa dan BPD maka Kepala Desa menyiapkan
Rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai penjabaran APB Desa. Dalam hal BPD
tidak menyepakati Rancangan Peraturan Desa dimaksud, maka Pemerintah Desa hanya
dapat melakukan kegiatan yang berkenaan dengan pengeluaran operasional
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan menggunakan pagu tahun sebelumnya
dimana dasar pelaksanaannya harus ditetapkan dengan Peraturan Kepala Desa.

13
Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa kemudian disampaikan kepada Bupati
melalui Camat paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. Penyampaian
Rancangan Peraturan Desa ini dilengkapi dengan:
1. Surat Pengantar;
2. Rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai penjabaran APB Desa;
3. Peraturan mengenai RKP Desa;
4. Peraturan Desa mengenai kewenangan berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan lokal berskala Desa;
5. Peraturan Desa mengenai pembentukan dana cadangan (jika tersedia);
6. Peraturan Desa mengenai penyertaan modal (jika tersedia); dan
7. Berita Acara Hasil Musyawarah BPD.
Hasil evaluasi Bupati dituangkan dalam Keputusan Bupati yang disampaikan kepada
Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan
dimaksud. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah dievaluasi ditetapkan
oleh Kepala Desa menjadi Peraturan Desa tentang APB Desa paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal Bupati tidak memberikan hasil
evaluasi dalam batas waktu yang ditentukan maka Rancangan Peraturan Desa dimaksud
berlaku dengan sendirinya. Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah penetapan, Kepala
Desa menyampaikan Peraturan Desa tentang APB Desa dan Peraturan Kepala Desa
tentang Penjabaran APB Desa kepada Bupati.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa merupakan penerimaan dan pengeluaran
Desa yang dilaksanakan melalui rekening kas Desa pada Bank yang ditunjuk Bupati.
Kepala Desa menugaskan Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran sesuai tugasnya
untuk menyusun Dokumen Penyelenggaraan Anggaran (DPA) setelah Peraturan Desa
tentang APB Desa dan Peraturan Kepala Desa tentang Penjabaran APB Desa ditetapkan.
DPA tersebut terdiri atas:
1) Rencana kegiatan dan Anggaran Desa;
2) Rencana kerja kegiatan Desa; dan
3) Rencana Anggaran Biaya.
Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran menyerahkan Rancangan DPA kepada
Kepala Desa untuk disetujui setelah diverifikasi oleh Sekretaris Desa. Berdasarkan DPA
yang telah disetujui tersebut, Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran mulai
melaksanakan kegiatan.

14
Setelah seluruh kegiatan selesai, Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran wajib
menyampaikan laporan akhir realisasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran kepada Kepala
Desa.

C. Penatausahaan
Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi
kebendaharaan. Penatausahaan dimaksud dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan
dan pengeluaran dalam Buku Kas Umum yang ditutup setiap akhir bulan kemudian
dilaporkan kepada Sekretaris Desa paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.
Sekretaris Desa melakukan verifikasi, evaluasi, dan analisis atas laporan Kaur
Keuangan tersebut untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Desa untuk disetujui.
D. Pelaporan
Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksanaan APB Desa semester pertama
kepada Bupati melalui Camat yang terdiri atas:
1) laporan pelaksanaan APB Desa, dan
2) laporan realisasi kegiatan.
Bupati menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APB Desa kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa paling lambat minggu kedua bulan
Agustus tahun berjalan
E. Pertanggung Jawaban
Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APB Desa kepada
Bupati melalui Camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban tersebut
ditetapkan dengan Peraturan Desa dimana di dalamnya memuat tentang:
8. laporan keuangan (terdiri atas laporan realisasi APBD Desa dan catatan
atas laporan keuangan);
9. laporan realisasi kegiatan; dan
10. daftar program sektoral, program daerah, dan program lainnya yang
masuk ke Desa.
Laporan pertanggungjawaban dimaksud merupakan bagian dari laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran.

15

Anda mungkin juga menyukai