Artikel Pendidikan Seumur Hidup
Artikel Pendidikan Seumur Hidup
Artikel Pendidikan Seumur Hidup
xx—xxx
1
2 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol..., No..., Thn, Hal....-....
Abstract: Lifelong education is a concept that emphasizes the importance of lifelong learning,
not limited to the school or college years. It recognizes that learning does not stop once a
person has completed his or her formal education, but rather is a continuous process throughout
life. Lifelong education encompasses various forms of learning, including formal, non-formal
and informal, which can occur in various contexts, such as in the workplace, community or in
daily activities. The main goal of lifelong education is to improve individuals' skills,
knowledge and understanding so that they can continue to develop and contribute productively
to society.
Abstrak: Pendidikan seumur hidup adalah konsep yang menekankan pentingnya pembelajaran
sepanjang hayat, tidak terbatas pada masa sekolah atau perguruan tinggi saja. Konsep ini
mengakui bahwa pembelajaran tidak berhenti setelah seseorang menyelesaikan pendidikan
formalnya, melainkan merupakan proses berkelanjutan sepanjang kehidupan. Pendidikan
seumur hidup mencakup berbagai bentuk pembelajaran, termasuk formal, non-formal, dan
informal, yang dapat terjadi di berbagai konteks, seperti di tempat kerja, komunitas, atau dalam
kegiatan sehari-hari. Tujuan utama dari pendidikan seumur hidup adalah untuk meningkatkan
keterampilan, pengetahuan, dan pemahaman individu, sehingga mereka dapat terus
berkembang dan berkontribusi secara produktif dalam masyarakat.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Sebab melalui proses
pendidikan, manusia dapat menjadi manusia yang sebenarnya, yakni manusia yang memiliki
kualitas dan integritas kepribadian. Keharusan akan pendidikan bagi manusia merupakan refleksi
dari karakteristik manusia sebagai homo education. Ini berarti bahwa manusia dalam setiap
dinamikanya membutuhkan pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses memberikan indikasi
bahwa bidang garapan pendidikan merupakan interaksi fungsional antara komponen-komponen
pendidikan. Adapun komponen dari pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan tujuan
pendidikan.1
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematik dengan tujuan
untuk mengembangkan anak didik menjadi manusia yang berkepribadian matang. Dalam hal ini,
berkepribadian matang adalah manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, laju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja, profesional, produktif dan bertanggung jawab.2
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
mengupayakan pengembangan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.3
METODE
Langkah pertama adalah melakukan studi literatur yang komprehensif untuk
memahami perkembangan konsep pendidikan seumur hidup dan dampaknya pada
pembentukan masyarakat berbasis pengetahuan. Ini melibatkan review artikel, buku,
laporan, dan dokumen kebijakan yang relevan.
PEMBAHASAN
1
Fitria Carli Wiseza dan Iber Marza, Ilmu Pendidikan (Surabaya: CV Pustaka Media Guru, 2024), h. 16
2
Ibid., H.17-18
3
Siti Khamim, et.al., “Kompetensi Profesional Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Muara Bungo” dalam Taujih Jurnal Pendidikan Islam, vol. 4, no.2, h. 56
4 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol..., No..., Thn, Hal....-....
dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi, yaitu
masyarakat modern. Manusia tersebut harus mampu menyesuaikan dirinya secara terus-
menerus dengan situasi baru.
Pendidikan seumur hidup (Lifelong Education) merupakan jawaban terhadap kritik-kritik
yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah tradisional mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan
tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan-tuntutan manusia yang makin
meningkat. Kebutuhan manusia yang makin meningkat, aneka macam pekerjaan serta pasang
surutnya kesempatan kerja yang sangat cepat, memberikan pengaruh besar terhadap masalah-
masalah pendidikan.
Pendidikan sekolah yang terbatas pada tingkat pendidikan dari kanak-kanak sampai
dewasa tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia berkembang.
Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan sistem pendidikan yang fleksibel. Pendidikan
harus tetap bergerak dan berinovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan seumur hidup, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap
sebagai suatu keseluruhan, seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu.
Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang
bersangkutan. Dalam hal ini suatu bangsa yang telah maju (industri) akan memiliki kebutuhan
yang berbeda dengan masyarakat di negara berkembang. Apabila sebahagian besar masyarakat
suatu bangsa masih banyak buta huruf, maka pemberantasan buta huruf di kalangan orang
dewasa memegang peranan penting dalam sistem pendidikan seumur hidup, namun di negara
industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana cara mengisi waktu senggang memegang
peranan penting dalam sistem ini. Dari hal tersebut kita dapat gambaran bahwa kebutuhan
dapat menentukan arah kegiatan pendidikan.6
B. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Berbagai Perspektif
1. Pendidikan Seumur hidup dalam perspektif Barat
Pandangan liberal Barat memberi apresiasi kebebasan berpendapat, kebebasan
berekspresi seni, kebebasan menghujat dan kebebasan beragama. Tidak hanya bebas memilih
agama, namun juga kebebasan untuk tidak beragama. Liberalisme Barat mencakup tiga hal:
Kebebasan berfikir tanpa batas (free thingking), Senantiasa meragukan dan menolak
kebenaran dan semena-mena dalam beragama.
Sering kali orang memandang bahwa pendidikan seumur hidup adalah kegiatan mencari
ilmu di luar sekolah yang dilakukan secara terus menerus. Sebenarnya ide pendidikan seumur
hidup telah lama dalam sejarah pendidikan. Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan
6
Ibid., h. 64-65
6 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol..., No..., Thn, Hal....-....
suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontinyu) dari bayi
sampai meninggal dunia.
Dalam kepustakaan ada beberapa istilah yang digunakan dalam mendefinisikan
Pendidikan seumur hidup antara lain: Out of school Education, Continuing Education,
Education Permanente, Recurrent Education, dan Further Education. Unesco pada tahun
1960 mengusulkan istilah Adult Edmation. Namun semua istilah tersebut menunjuk pada
proses pendidikan yang terus berlangsung sesudah seseorang menyelesaikan program
pendidikan formal. Sedangkan Pendidikan seumur hidup mencakup ruang lingkup yang lebih
luas pendidikan formal, non formal dan informal. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan
seumur hidup perlu. Jalur pendidikan formal memiliki banyak kelemahan antara lain terlalu
menekankan pada aspek kognitif, tidak mampu menampung jumlah manusia, sekolah tidak
mampu memberikan informasi terkini yang terus mengalami percepatan yang diperparah oleh
ledakan kemajuan teknologi informasi. Jika skill dan kognitif seseorang hanya mengandalkan
dari pendidikan formal, pasti ia akan mengalami ketertinggalan.
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni
pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus: (1) Meliputi seluruh hidup setiap
individu (2) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan
secara sitematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi
hidupnya (3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap
individu (4) meningatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri (5) Mengakui
kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk formal, non-
formal dan informal.
Kurikulum pendidikan formal dapat memberikan dukungan terhadap pendidikan seumur
hidup dengan cara: (1) mengkaitkan kurikulum dengan masa depan anak didik dan
pengintegrasian masalah kehidupan nyata ke dalam kurikulum (2) Kurikulum mengantisipasi
perubahan sosial-budaya yang terus berubah di masyarakat (3) Kurikulum dirancang
berdasarkan prognosis: perilaku tamatan sekolah di dalam sebuah sistem yang berlaku (4)
Mempertahankan motivasi belajar secara permanen dengan melihat kemanfaatan dari
pendidikan itu (5) Kurikulum sekolah adalah merefleksikan kehidupan di luar sekolah (6)
membuat kegiatan pembelajaran di luar sekolah (7) Melibatkan orang tua dan masyarakat
dalam kegiatan belajar.
Sarana sarana yang digunakan di negeri-negeri Barat untuk menggiatkan pendidikan
seumur hidup ada banyak ragamnya. Melalui penyelenggaraan pelatihan, kursus-kursus,
perpustakaan.7
7
Nur Huda, “Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Barat: Sebuah Kajian Komparatif” dalam Ta’dibi:
Jurnal Pendidikan Islam, vol. VI, no. 2. h. 83-84
Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 7
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
Secara umum tujuan pendidikan seumur hidup adalah bahwa mengingat proses
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia bersifat dinamis, maka pendidikan
wajar berlangsung seumur hidup untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai
dengan kodrat dan hakekatnya.8
C. Implikasi Pendidikan Seumur Hidup Pada Program-Program Pendidikan
Implikasi di sini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
Maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up suatu kebijakan atau
keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran
pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. Implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ananda
W.P. Guruge dalam bukunya Toward Better Educational Management, dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori berikut:
1. Pendidikan Baca Tulis Fungsional
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup karena relevansinya dengan
kondisi yang ada pada negara- negara berkembang dengan alasan masih banyaknya penduduk
yang buta huruf, melainkan juga sangat penting ditinjau dari implementasinya. Bahkan di
negara yang sudah maju sekalipun di mana radio, film, tv, komputer sampai internet telah
menantang ketergantungan orang akan bahan-bahan bacaan, namun membaca masih
merupakan cara yang paling murah dan praktis untuk mendapatkan dan menyebarkan
pengetahuan.
Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap
pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh iptek terhadap kehidupn
masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri
mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui bahan bacaan utamanya. Oleh sebab itu,
realisasi baca tulis fungsional minimal memuat dua hal, yaitu:
a. memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak
didik;
b. menyediakan bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan
yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan Vokasional
8
Nur Ani Aziz, “Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)” dalam Pilar, vol. 2, no. 2, h. 105-108
Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 9
Pendidikan vokasional sebagai program pendidik di luar sekolah bagi anak di luar batas
usia sekolah, atau sebagai program pendidikan formal dan nonformal dalam rangka apprentice
ship training, merupakan salah satu program penting dalam rangka pendidikan seumur hidup.
Pada kebanyakan negara berkembang yang sistem pendidikan formalnya umumnya
diambil dari negara Barat, out put pendidikan sekolah pada umumnya dirasakan kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakatnya yang sedang membangun. Oleh sebab itu, program
pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga kerja yang
produktif menjadi sangat penting. Namun, yang lebih penting ialah bahwa pendidikan
vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai. Terus berkembang dan majunya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi menuntut pendidikan
vokasional itu tetap dilaksanakan secara kontinu.
3. Pendidikan Profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup dalam tiap-tiap profesi hendaknya telah
tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti
berbagai kemajuan perubahan yang menyangkut berbagai metodologi, perlengkapan,
terminologi, dan sikap profesionalnya.
Sebab bagaimapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi
profesional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
4. Pendidikan ke Arah Perubahan dan Pembangunan
Diakui bahwa era globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan iptek telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dari cara
memasak yang serba menggunakan mekanik dan elektronik, sampai dengan cara menerobos
angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya adalah menuntut prendidikan yang
berlangsung secara kontinyu (Life long education). Pendidikan bagi anggota masyarakat dari
berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dari pembangunan
juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur hidup.
5. Pendidikan Kewarganegaraan dan Kedewasaan Politik
Di samping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dalam kondisi
sekarang di mana pola pikir masyarakat semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa maupun
pemimpin pemerintahan di negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan
dan kedewasaan politik bagi setiap warga negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat
kontinu dalam konteks ini merupakan konsekuensinya.
6. Pendidikan Kultural dan Pengisian Waktu Senggang
Keahlian khusus (spesialisasi) yang berlebih-lebihan dalam masyarakat bahkan yang
dimulai pada usia muda dalam program pendidikan formal di sekolah, membuat manusia
10 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol..., No..., Thn, Hal....-....
berpandangan secara sempit pada bidangnya sendiri, buta akan nilai-nilai kultural yang
terkandung dalam warisan budaya masyarakatnya sendiri. Bagi orang-orang terpelajar di
harapkan mampu memahami dan menghargai nilai-nilai agama, sejarah, kesusastraan, filsafat
hidup, seni, dan musik milik bangsanya sendiri. Pengetahuan tersebut dapat memperkaya
hidupnya, terutama segi pengalaman yang memungkinkannya untuk mengisi waktu
senggangnya dengan menyenangkan. Oleh karena itu, pendidikan kultural dan pengisian waktu
senggang secara konstruktif akan merupakan bagian penting dari life long education.
Sementara itu implikasi konsep life long education ini pada sasaran pendidikan, juga
diklasifikasikan dalam enam kategori, yang meliputi:
a. para buruh dan petani;
b. golonga remaja yang terganggu pendidikan sekolahnya;
c. para pekerja yang berketerampilan;
d. golongan teknisi dan profesional;
e. para pemimpin dalam masyarakat;
f. golongan masyarakat yang sudah tua.
Hal yang dikemukakan di atas barangkali hanyalah sebagian kecil dari implikasi konsep
pendidikan seumur hidup pada program-program dan sasaran pendidikan sebab bagaimanapun
dalam kondisi sekarang adanya kebutuhan dan tekanan baru justru lebih kompleks.
Gelombang perubahan politik, sosial, dan ilmu pengetahuan merambah hampir semua aspek
kehidupan masyarakat. Pendidikan seumur hidup menekankan kerja sama antara keluarga dan
sekolah dalam menciptakan pengalaman pendidikan bersama. Para pendukung pendidikan
seumur hidup menerima individualitas kebudayaan keluarga dan menempatkannya sebagai
salah satu agen pendidikan dalam masyarakat.
Begitu juga berdasarkan uraian di atas, maka penerapan cara berpikir menurut asas
pendidikan seumur hidup itu akan mengubah pandangan kita tentang status dan fungsi
sekolah, di mana tugas utama pendidikan sekolah adalah mengajar anak didik tentang cara
belajar; peranan guru terutama adalah sebagai motivator, stimulator dan penunjuk jalan anak
didik dalam hal belajar; sekolah sebagai pusat kegiatan belajar (learning centre) bagi
masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, dalam pandangan mengenai pendidikan seumur
hidup, semua orang secara potensial merupakan anak didik.9
D. Strategi Pendidikan Seumur Hidup
Menurut Soelaiman Joesoef, strategi pendidikan seumur hidup meliputi:
1. Konsep dasar pendidikan seumur hidup, yaitu:
a. Sebagai tujuan / ide formal,
9
Dayun Rialdi, Dasar-dasar Pendidikan (Yogyakarta: Samudra Biru, 2018), h. 90-93
Nama Belakang Penulis - Judul dalam 3 Kata... 11
SIMPULAN
Menurut konsep life long education, pendidikan tidak terbatas oleh ruang dan waktu.
Pendidikan akan selalu berlangsung dalam totalitas kehidupan di dalam keluarga, suku bangsa,
melalui agama, sekolah formal, organisasi-organisasi kerja, organisasi pemuda, dan organisasi
masyarakat pada umumnya, membaca buku, mendengarkan radio, memperhatikan televisi, dan
sebagainya.
UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni
pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus: (1) Meliputi seluruh hidup setiap individu
(2) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara
sitematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya (3)
Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu (4)
meningatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri (5) Mengakui kontribusi dari semua
pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk formal, non-formal dan informal.
Penerapan asas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran
pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas dan bervariasi. Implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ananda
W.P. Guruge dalam bukunya Toward Better Educational Management, dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yaitu pendidikan baca tulis fungsional, pendidikan vokasional,
pendidikan profesional, pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan, pendidikan
kewarganegaraan dan kedewasaan politik, pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang.
10
Fathul Jannah, “Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya” dalam Dinamika Ilmu, vol. 13, no.1, h. 12
12 Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, Vol..., No..., Thn, Hal....-....
Penerapan cara berpikir menurut asas pendidikan seumur hidup itu akan mengubah
pandangan kita tentang status dan fungsi sekolah, di mana tugas utama pendidikan sekolah adalah
mengajar anak didik tentang cara belajar; peranan guru terutama adalah sebagai motivator,
stimulator dan penunjuk jalan anak didik dalam hal belajar; sekolah sebagai pusat kegiatan belajar
(learning centre) bagi masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, dalam pandangan mengenai
pendidikan seumur hidup, semua orang secara potensial merupakan anak didik.
DAFTAR RUJUKAN
Azizul Hakim “Teori Pendidikan Seumur Hidup dan Pendidikan untuk Semua” dalam Universitas
Islam, vol. 1, no. 2
Dayun Rialdi, (2018). Dasar-dasar Pendidikan.Yogyakarta: Samudra Biru.
Fathul Jannah, “Pendidikan Seumur Hidup dan Implikasinya” dalam Dinamika Ilmu, vol. 13, no.1
Fitria Carli Wiseza dan Iber Marza. (2024). Ilmu Pendidikan. Surabaya: CV Pustaka Media Guru.
Nur Ani Aziz, “Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)” dalam Pilar, vol. 2, no. 2
Nur Huda, “Pendidikan Seumur Hidup Dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Barat: Sebuah
Kajian Komparatif” dalam Ta’dibi: Jurnal Pendidikan Islam, vol. VI, no. 2
Siti Khamim, et.al., “Kompetensi Profesional Guru dalam Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Muara Bungo” dalam Taujih Jurnal
Pendidikan Islam, vol. 4, no.2