LP Cva Infark

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN CVA (CEREBROVASCULAR ACCIDENT) INFARK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Profesi Keperawatan Gawat Darurat dan
Kritis Di Ruang ICU RS Lavalette Malang

Oleh:
Mentari Della Romadani
P17212235081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa


Medis CVA (Cerebrovascular Accident) Infark Di Ruang ICU RS Lavalette
Malang Periode 26 Februari 2024 sampai dengan 09 Maret 2024 Tahun Ajaran
2023/2024.

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal............Maret 2024.

Malang,...........Maret 2024

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

NIP. NIP.

Mengetahui,
Kepala Ruang
ICU

NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Kesehatan
CVA (Cerebrovascular Accident) Infark

B. Pengertian
Cerebrovascular accident (CVA) infark merupakan penyakit yang terjadi
ketika pasokan darah ke otak terganggu atau bahkan berkurang yang bisa
menyebabkan jaringan pada otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Kekurangan
oksigen menyebabkan fungsi control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak
tidak berfungsi. Penyakit pada kondisi ini dapat mengancam kehidupan seseorang
hingga kecacatan permanen dalam otak (Sholeh, 2019).
CVA infark adalah suatu syndrome klinis yang diakibatkan karena terjadinya
penyempitan atau sumbatan pada jaringan nekrotik otak, sehingga pasokan
oksigen dan darah ke otak berkurang yang dapat menyebabkan infark, jika aliran
darah tidak dipulihkan dalam waktu yang relatif singkat (Cuccurullo, 2019).
Stroke iskemik atau infark adalah aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan
darah yang telah menyumbat pembuluh darah di otak (Nurarif & Kusuma, 2016).

C. Etiologi
Menurut Muttaqin (2015) dalam (Putra et al., 2020), ada beberapa yang bisa
menyebabkan CVA Infark yaitu sebagai berikut:
1. Trombosis Serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi atau penyumbatan
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema
dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena
adanya:
1) Aterosklerosis (menumpuknya lemak, kolestrol di dalam dan di dinding
arteri): mengerasnya atau berkurangnya kelenturan dan elastisitas dinding
pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan menyebabkan
viskositas atau hematokrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah serebral.
3) Arteritis: radang pada arteri
2. Emboli serebri
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari trombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan
yang dapat menimbulkan emboli:
1) Penyakit jantung reumatik.
2) Infark miokardium.
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia: dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil
yang dapat menyebabkan emboli serebri.
4) Endokarditis: menyebabkan gangguan pada endokardium.

D. Faktor Resiko
Menurut Muttaqin (2015) dalam (Putra et al., 2020), faktor resiko yang bisa
menyebabkan CVA Infark yaitu sebagai berikut:
1. Hipertensi merupakan faktor resiko utama. Hipertensi dapat disebabkan
arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut
mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah atau
menimbulkan pendarahan.
2. Penyakit Kardiovaskuler, pada firilasi atrium menyebabkan penurunan CO,
sehingga perfusi darah ke otak menurun, maka otak akan kekurangan oksigen
akhirnya dapat terjadi CVA. Pada arterosklerosis elastisitas pembuluh darah
menurun, sehingga perfusi ke otak menurun akhirnya terjadi CVA.
3. Peningkatan Kolesterol dapat menyebabkan arterosklerosis dan terbentuknya
emboli lemak sehingga aliran darah lambat masuk ke otak, maka perfusi otak
menurun.
4. Pada pasien obesitas kadar kolesterol tinggi dan dapat mengalami hipertensi
karena terjadi gangguan pada pembuluh darah.
5. Pada pasien Diabetes Mellitus akan mengalami penyakit vaskuler sehingga
bisa terjadi mikrovaskularisasi dan arterosklerosis, terjadinya arterosklerosis
dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemia,
iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi CVA.
6. Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan mengakibatkan CVA.
7. Alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan
kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi
emboli serebral.

E. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala CVA Infark menurut (Feigin et al., 2018), yaitu sebagai
berikut ini:
1. Kehilangan Motorik: Hemiplegi (paralisis atau kelumpuhan pada satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan, hemiparasis atau kelemahan salah
satu sisi tubuh.
2. Kehilangan Komunukasi: Disartia (kesulitan bicara), disfasia atau afasia
(bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang di pelajari sebelumnya).
3. Hilangnya sensasi di suatu bagian tubuh atau salah satu sisi tubuh
4. Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap atau jatuh tanpa sebab
5. Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
6. Serangan sementara jenis lain, vertigo, pusing bergoyang, kesulitan menelan
(disfagia), kebingungan akut, dan gangguan daya ingat
7. Nyeri kepala yang terlalu parah, muncul mendadak atau memiliki karakter
yang tidak lazim
8. Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.
F. Pohon Masalah
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Sholeh, 2019), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada
pasien CVA infark yaitu:
1. Laboratorium
Hitung darah lengkap, Kimia klinik, Masa protrombin, Urinalisis
2. Diagnostic
1) Computerized Tomographic Scanner (CT-Scan) kepala : membedakan
stroke iskemik atau stroke perdarahan dan dapat menilai letak, besar, luas
dari area infark (setelah 24 jam).
2) Angiografi cerebral : mampu mendeteksi kelainan pembuluh darah
intrakranial, misalnya : aneurisma, angioma.
3) Doppler : melihat progesi penyempitan atau vasospasme arteri penyuplai
darah ke otak, intra maupun ekstrakranial.
4) Photon Emission Tomography (PET) : mengukur dan membedakan
daerah iskemik yang masih reversibel dan yang sudah irreversibel.
5) Magnetic Resonance Imaging (MRI) : mendeteksi kelainan otak dan
memperlihatkan area iskemik dalam waktu 6 jam.
6) Electro Cardiography (ECG).

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada pasien dengan CVA Infark menurut (Muttaqin, 2008
dalam (Sholeh, 2019), yaitu:
1. Untuk mengobati keadaan akut berusaha menstabilkan TTV dengan:
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten
2) Kontrol tekanan darah
3) Posisi yang tepat, posisi diubah tiap 2 jam latihan gerak pasif
2. Terapi konservatif
1) Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral
2) Anti agresi trombolis: aspirin untuk menghambat reaksi perlepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
3) Anti koagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis
atau embolisasi dari tempat lain pada sistem kardiovaskuler.
3. Posisi kepala dengan head up (15-30◦)
4. Menghindari batuk dan mengeden pada BAB
5. Pengobatan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki aliran darah
serebral:
1) Endosterektomi atau endarterektomi karotis, membuka arteri karotis di
leher dan membuang atau menghilangkan sumbatan (plak).
2) Revaskulerisasi dengan tindakan pembedahan untuk mengembalikan
aliran darah dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor register
2. Keluhan utama: Seperti kelemahan anggota gerak, bicara pelo
3. Riwayat penyakit sekarang: Nyeri kepala, mual, kejang, tidak sadar
4. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat sroke sebelumnya, hipertensi, DM,
anemian, penyakit jantung, riwayat pemakaian obat-obatan
5. Riwayat penyakit keluarga: adanya riwayat penyakit dari generasi
terdahulu seperti riwayat HT, DM, penyakit jantung
6. Pengkajian aktivitas/Isitrahat: Paisen mengalami kesulitan aktivitas akibat
kelelahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplagia, susah tidur
7. Pengkajian eliminasi: Perubahan BAB dan BAK seperti inkotinensia urine,
anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus hilang.
8. Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital, pemeriksaan kepala, leher,
punggung, pemeriksaan status mental, syaraf cranial, saraf sensorik, saraf
motorik, refleks dan sistem syaraf otonom.

F. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0054) Gangguan Mobilitas Fisik
2. (D.0119) Gangguan Komunikasi Verbal
3. (D.0017) Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
4. (D.0143) Resiko Jatuh
G. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan intervensi Perawatan Tirah Baring (1.14572)
(D.0054) keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
maka Mobilitas Fisik meningkat 1. Monitor kondisi kulit
dengan kriteria hasil: 2. Monitor komplikasi tirah baring (mis. kehilangan massa otot, sakit
- Pergerakan ekstermitas punggung, konstipasi, stress, depresi, kebingungan, perubahan
meningkat irama tidur, infeksi saluran kemih, sulit buang air kecil, pneumonia)
- Kekuatan otot meningkat Terapeutik
- Rentan gerak (ROM) 3. Tempatkan pada kasur terapeutik, jika tersedia
meningkat 4. Posisikan senyaman mungkin
- Kelemahan menurun 5. Pertahankan seprei tetap kering, bersih dan tidak kusut
(L.05042) 6. Pasang siderails, jika perlu
7. Posisikan tempat tidur dekat dengan nurse station, jika perlu
8. Dekatkan posisi meja tempat tidur
9. Berikan latihan gerak aktif atau pasif
10. Pertahankan kebersihan pasien
11. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari
12. Berikan stocking antiembolisme, jika perlu
13. Ubah posisi setiap 2 jam
Edukasi
14. Jelaskan tujuan dilakukan tirah baring
Gangguan Komunikasi Setelah dilakukan intervensi Promosi Komunikasi: Defisit Bicara (1.13492)
Verbal keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
(D.0119) maka Komunikasi Verbal 1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan disi bicara
2. Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang
meningkat dengan kriteria hasil:
berkaitan dengan bicara (mis. memori, pendengaran, dan
- Kemampuan berbicara bahasa)
meningkat 3. Monitor frustrasi, marah, depresi, atau hal lain yang
- Kemampuan mendengar mengganggu bicara
meningkat 4. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk
- Kesesuaian ekspresi wajah komunikasi Terapeutik
atau tubuh meningkat 5. Gunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata
berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat
- Kontak mata meningkat
tangan, dan komputer)
- Pelo menurun 6. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan (mis. berdiri di depan
(L.13118) pasien, dengarkan dengan seksama, tunjukkan satu gagasan atau
pemikiran sekaligus, bicaralah dengan perlahan sambil menghindari
teriakan, gunakan komunikasi tertulis, atau meminta bantuan
keluarga untuk memahami capan pasien)
7. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
8. Ulangi apa yang disampaikan pasien
9. Berikan dukungan psikologis
10. Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan berbicara perlahan
12. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis
yang berhubungan dengan kemampuan berbicara
Kolaborasi
13. Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Resiko Perfusi Serebral Setelah dilakukan intervensi Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (1.06194)
Tidak Efektif keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
(D.0017) maka Perfusi Serebral 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. lesi, gangguan
meningkat dengan kriteria hasil: metabolisme, edema serebral)
- Tingkat kesadaran 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. tekanan darah
meningkat meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler,
- Tekanan intracranial kesadaran menurun)
menurun 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
- Gelisah menurun 4. Monitor CVP (Centra/ Venous Pressure), jika perlu
- Nilai rata-rata tekanan 5. Monitor PAWP, jika perlu
darah membaik 6. Monitor PAP, jika perlu
- Kesadaran membaik 7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
- Tekanan darah membaik 8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
(L.02014) 9. Monitor gelombang ICP
10. Monitor status pemapasan
11. Monitor intake dan ouput cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis (mis. warna, konsistensi)
Terapeutik
13. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
14. Berikan posisi semi Fowler
15. Hindari Maneuver Valsava
16. Cegah terjadlnya kejang
17. Hindari penggunaan PEEP
18. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
19. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
20. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
21. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
22. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
23. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

Resiko Jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Jatuh (1.14540)


(D.0143) keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
maka Tingkat Jatuh menurun 1. Identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65 tahun, penurunan tingkat
dengan kriteria hasil: kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan
- Jatuh dari tempat tidur keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesai
- Jatuh dari duduk menurun dengan kebijakan Institusi
- Jatuh saat berdiri menurun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jath mis.
(L.14128) lantai licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis. Fall Morse
Scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik
6. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
7. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
8. Pasang handrall tempat tidur
9. Atur tempat tidur meanis pada posisi terendah
10. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat
dari nurse station
11. Gunakan alat bantu berjalan (mis. kursi roda, walker)
12. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
13. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
14. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
15. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
16. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
17. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat
DAFTAR PUSTAKA

Cuccurullo, S. J. (2019). Physical medicine and rehabilitation board review.


Springer Publishing Company.
Feigin, V. L., Forouzanfar, M. H., Krishnamurthi, R., Mensah, G. A., Connor, M.,
Bennett, D. A., Moran, A. E., Sacco, R. L., Anderson, L., Truelsen, T., &
others. (2018). Global and regional burden of stroke during 1990--2010:
findings from the Global Burden of Disease Study 2010. The Lancet,
383(9913), 245–255.
Nur arif dan kusuma, 2016. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
diagnosa NANDA & NIC-NOC, Yogjakarta, salemba medika
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (Jakarta Selatan; 1 ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Jakarta; 1 ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (Jakarta; 1 ed.). DPP PPNI
Putra, F. N., Nursalam, N., & Kunaifi, A. (2020). Manfaat Discharge Planning
pada Pasien CVA Infark: A Systematic Review. Jurnal Penelitian
Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research" Forikes
Voice"), 12(1), 85–88.
Sholeh, N. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Cerebral Vascular
Accident Infark (Cva Infark) Dengan Masalah Keperawatan Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Krisan Rumah Sakit Umum Daerah Bangil
Kabupaten Pasuruan. STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Anda mungkin juga menyukai