Makalah Keperawatan Dewasa III Kelompok 9 (Cva)
Makalah Keperawatan Dewasa III Kelompok 9 (Cva)
Makalah Keperawatan Dewasa III Kelompok 9 (Cva)
ACCIDENT (CVA)
NAMA KELOMPOK :
1. DEBI FIRMANASIA (2201140746)
2. EDO FARDIANTOKO (2201140751)
3. NAFA WAHYUNING TYAS (2201140763)
KELAS : AQUIRA
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan CVA Bleeding diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (Hemiparese atau hemipegia).
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku.
4. Menurun atau hilangnya rasa.
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus ahaemianopsia”.
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata).
7. Gangguan persepsi.
8. Gangguan status mental.
Faktor Terjadinya CVA
Mansjoer dalam Safithri (2014) menyatakan terdapat 2 faktor resiko yang menyebabkan seseorang
bisa terkena stroke diantaranya :
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, dan riwayat
keluarga sebelumnya.
2. Faktor resiko yang dapat diubah : Faktor resiko stroke yang dapat diubah ini penting untuk
dikenali. Penanganan berbagai faktor resiko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke.
Faktor resiko stroke yang utama adalah hipertensi, diabetes dan merokok.
Hipertensi kronis yang tidak terkendali dapat memacu mikroangiopati selain itu juga dapat memacu timbulnya plak.
Plak yang tidak stabil akan terlepas dan berakibat tersumbatnya pembuluh darah di otak atau bisa disebut dengan
stroke. Sedangkan, diabetes melitus merupakan salah satu faktor resiko stroke iskemik yang utama, diabetes akan
meningkatkan resiko stroke dua kali lipat (Joyce &Jane, 2014).
Patofisiologi CVA Bleeding
Menurut Nastiti (2012), patofisiologi terjadinya stroke sebagai berikut :
1. Perdarahan intra cerebral :
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang
terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi
otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub
kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid.
2. Perdarahan Subarachnoid (SAH)
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau Arteriovenous Malformation
(AVM). Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di
sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam Ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya
arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul
nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan
selaput otak lainnya.
Pathway
Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostik, diperiksa kimia
sitologi, mikrobiologi, dan virologi. Disamping itu, dilihat pula tetesan cairan
serebrospinal saat keluar baik kecepatannya, kejernihannya, warna dan tekanan
yang menggambarkan proses terjadi di intaspinal. Tekanan yang meningkat dan
disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada
subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial (Ariani, 2012).
3. CT-Scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang
menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes
dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum
sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian : Airway, Breathing, Circulation, Disability
2. Identitas Pasien : Keluhan Utama, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Dahulu
3. Pemeriksaan Fisik : B1 (Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6
(Bone)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya.
Menurut (Ariani, 2012) pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti tingkat kesadaran,
kekuatan otot, tonus otot, serta pemeriksaan radiologi dan laboratorium. Pada pemeriksaan tingkat
kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal sebagai Glascow Coma Scale (GCS) untuk
mengamati pembukaan kelopak mata, kemampuan bicara, dan tanggap motoric (gerakan).
Sementara itu, untuk pemeriksaan kekuatan otot atau Range Of Motion (ROM)
adalah sebagai berikut: Tidak ada kontraksi otot 0, Terjadi kontraksi otot tanpa
gerakan nyata 1, Pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki 2 Mampu
angkat tangan, tidak mampu menahan gravitasi 3, Tidak mampu menahan tangan
pemeriksa 4, Kekuatan penuh 5.