Makalah Kel 3 Ali&Lala

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

WUDHU DAN TAYAMUM, SHALAT DAN URGENSINYA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah: Fiqh Ibadah

Dosen Pengampu:
Ajamalus, M.H

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Ahmad Ali Badar Musyafa
(23120127)
2. Nirmala Dewa
(23120134)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH NAHDLATUL
ULAMA
(STIESNU) BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan nikmat iman dan kesehatan kepada kita.
Dengan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul "Wudhu dan
Tayamum, Shalat dan Urgensinya" yang merupakan salah satu pembelajaran mata kuliah
Fiqh Ibadah
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, dan
mungkin terdapat kesalahan di luar pemahaman kami.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka, kami menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Bengkulu, Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................2
C. TUJUAN.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. WUDHU.................................................................................................................................3
B. TAYAMUM...........................................................................................................................6
C. URGENSI SHALAT BAGI MANUSIA................................................................................8
D. ASPEK-ASPEK SHALAT BAGI MANUSIA......................................................................9
E. PENTINGNYA SHALAT BAGI KEHIDUPAN MANUSIA.............................................10
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN....................................................................................................................12
B. SARAN.................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah kebersihan, Allah
mensyariatkan wudhu sebagai syarat sah shalat, tawaf, dan menyentuh mushaf. Ia juga
mewajibkan mandi besar dari junub, haid, dan nifas, menyunahkan mandi besar pada hari
Jum’at dan sebelum melaksanakan Shalat Id. Bahkan, Islam sangat menganjurkan
pemeluknya untuk senantiasa memperhatikan kebersihan dan kesucian pakaian, badan, dan
tempat dari berbagai najis dan kotoran.
Allah Swt. juga memotivasi kita untuk melakukan itu semua, sesuai dengan firman Allah:
‫ِب ِح‬ ‫ِا ّٰل ِح‬
‫َّن ال َه ُي ُّب الَّتَّو ا ْيَن َوُي ُّب اْلُم َتَطِّه ِرْيَن‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang bertobat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah: 222).
Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu bersuci batin
(mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan lahir (bersih dari kotoran dan hadast).
Kebersihan dari kotoran cara menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat
ibadah, pakaian yang dipakai, dan pada badan seseorang. Sedang kebersihan dari hadast
dilakukan dengan mengambil air wudhu, dan bertayamum.
Shalat adalah sendi agama dan pangkal ketaatan. Berbagai riwayat yang masyhur telah
menyebutkan keutamaan-keutamaan shalat ini. Di antara adabnya yang paling bagus adalah
khusyu’.1 Shalat menurut bahasa Arab adalah doa yang berasal dari kata yang artinya
memohon pada- Nya.2 Menurut istilah syara'3 ialah ibadah yang dikerjakan untuk
membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. 4 Shalat, ibadah dan amalan
pertama yang akan diminta pertanggungjawaban di yaumul hisab 5 karena ibadah shalat
menggambarkan tingkat ketakwaan dan merupakan media komunikasi secara langsung untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Shalat menjadi sarana yang paling penting
dilaksanakan untuk mengadukan semua persoalan manusia kepada Allah SWT. Shalat secara

1 Ibnu Qudamah, Minhajul Qashidin; Jalan Orang-orang Yang Mendapat petunjuk, Terj. Kathur suhardi, Cet. II. (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2003), hlm. 27.
2 Lihat kamus, Mu’jam Al-Wajiz, (Mesir: Jumhuriyyah al-Misriyyah, 1994), hlm. 288.
3 Terj. Muhammad bin Ibrahim, Cet. I (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 18.
4 Bisri Mustafa, Rahasia Keajaiban Shalat dan Dzikir,(Surakarta: Qaula, 2007),hlm. 109.
5 Dijelaskan oleh Bustaman Ismail, Hari Akhir Zaman,
tidak langsung mendidik dan melatih diri menjadi disiplin, bersih, sabar, dan menjalin
hubungan sesama muslim sehingga memperkokoh rasa persaudaraan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Wudhu?
2. Apa pengertian dari Tayamum?
3. Apa pengertian tentang Urgensi Shalat bagi manusia?
4. Bagaimana aspek-aspek keteraturan Shalat bagi manusia?
5. Bagaimana pentingnya Shalat bagi kehidupan manusia?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui pengertian Wudhu
2. Untuk Mengetahui Pengertian Tayamum
3. Untuk Mengetahui Memahami mengenai Urgensi Shalat bagi manusia.
4. Untuk Mengetahui aspek-aspek keteraturan Shalat didalam kehidupan manusia.

5. Untuk Memahami dan mengerti pentingnya Shalat bagi kehidupan manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A. WUDHU
1. Pengertian Wudhu
Kata wudhu’ dengan dibaca dhommah huruf dhlo’ nya adalah sebutan untuk
sebuah pekerjaan. Sedangkan kata Al wadhu’ dibaca fathah huruf dhlo’nya adalah
sebutan untuk sesuatu yang digunakan untuk wudhu’. Wudhu diwajibkan pada malam
isra’ bersama sama diwajibkannya shalat. Wudhu’ termasuk syariat umat terdahulu.
Hal ini didasarkan pada hadist: “Ini adalah wudhu’-ku, wudhu’- nya para nabi, dan
wudhu’-nya kekasihku, yakni Ibrahim”
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk menghilangkan
hadas kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air besar, buang air kecil,
dan tidur nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat untuk menunaikan ibadah
seperti shalat. Tentang hal ini, Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَمُنْٓو ا ِاَذا ُقْم ُتْم ِاَلى الَّص ٰل وِة َفاْغِس ُلْو ا ُوُجْو َه ُك ْم َو َاْيِد َيُك ْم ِاَلى اْلَمَراِفِق َو اْم َس ُحْو ا‬

‫ٰل‬ ‫ۗا ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ِب ِس‬


‫ُرُءْو ُك ْم َو َاْرُج َلُك ْم َلى اْلَك ْع َبْيِۗن َو ْن ُك ْنُتْم ُج ُنًبا َفاَّطَّه ُرْو َو ْن ُك ْنُتْم َّمْر ى َاْو َع ى َس َف ٍر َاْو َج ۤاَء‬
‫ٰٓض‬

‫ِه‬ ‫ِع‬ ‫ِج‬ ‫ِط ٰل‬


‫َاَح ٌد ِّمْنُك ْم ِّمَن اْلَغۤإِى َاْو َمْس ُتُم الِّنَس ۤاَء َفَلْم َت ُد ْو ا َم ۤاًء َفَتَيَّم ُمْو ا َص ْيًد ا َطِّيًبا َفاْم َس ُحْو ا ِبُوُجْو ُك ْم‬
‫ِل ِت ِن‬ ‫ِل‬ ‫ٰلِك‬ ‫ّٰل ِل‬ ‫ُۗه‬ ‫ِد‬
‫َو َاْي ْيُك ْم ِّمْن َم ا ُيِرْيُد ال ُه َيْجَعَل َعَلْيُك ْم ِّمْن َح َر ٍج َّو ْن ُّيِرْيُد ُيَطِّه َرُك ْم َو ُي َّم ْع َم َت ٗه َعَلْيُك ْم َلَعَّلُك ْم‬

‫۝‬٦ ‫َتْش ُك ُرْو َن‬

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak


melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta
usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu
dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari
tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air,
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi
Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar
kamu bersyukur. (QS. Al-Maa’idah : 6)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa: ”Rasulullah Saw. pernah dibawakan
air wudhu, kemudian berwudhu dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak
tiga kali, lalu membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, setelah itu membasuh kedua
tangannya tiga kali. Kemudian, beliau kumur-kumur dan mengeluarkan air yang telah
dimasukkan kedalam hidung sebanyak tiga kali. Lalu, mengusap kepalanya dan dua
telinganya.” (HR. Abu Dawud).

2. Syarat Sah Wudhu


a. Islam, karena wudhu itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak sah kecuali
dilakukan oleh orang muslim.
b. Mumayyiz, karena wudhu itu merupakan ibadat yang wajib diniati, sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayyiz tidak diberi
hak untuk berniat
c. air mutlaq
d. tidak yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya
e. tidak berhadast besar
f. masuk waktu sholat (khusus bagi orang yang hadastnya berkepanjangan).
g. Tahu akan kefardhuan wudhu
h. Tidak mengiktikadkan fardhunya wudhu sebagai hal yang sunnah

3. Rukun Wudhu
a. Niat dalam hati, ikhlas karena Allat swt.
b. Membasuh wajah tiga kali
c. Membasuh kedua tangan hingga siku-siku tiga kali
d. Mengusap kepala dari depan hingga belakang (tengkuk) lalu kembali lagi ke
depan
e. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, dengan menggosok-gosok dan
menyela-nyelai jari-jari kaki
f. Tertib
4. Sebab Yang Membatalkan Wudhu
1. Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa zat atau angin, yang biasa
ataupun tidak biasa, seperti darah,baik yang keluar itu najis ataupun suci,
seperti ulat
2. Hilang akal, sebab mabuk atau gila
3. Tidur, kecuali dalam keadaan duduk yang pintu keluar anginya tertutup dengan
keadaan duduk yang tetap, maka tidak membatalkan wudhu
4. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan oleh karena itu dibatasi
pada sentuhan : Antara kulit dengan kulit Laki-laki dan perempuan yang telah
mencapai usia syahwat diantara mereka tidak ada hubungan mahram sentuhan
langsung tanpa alas atau penghalang.
5. Tingkatan Wudhu
Wudhu memiliki beberapa tingkatan hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh,
dan haram. Penjelasan mengenai masing-masing tingkatan wudhu adalah sebagai
berikut.
1) Wajib Status wudhu menjadi wajib dilakukan oleh setiap muslim sebagai
syarat sah-nya shalat. Baik shalat wajib, shalat sunnah, shalat jenazah, sujud
tilawah, tawaf, dan menyentuh mushaf.
2) Sunnah Setiap muslim disunnahkan berwudhu ketika akan melaksanakan
segala amal kebaikan, seperti ketika hendak berzikir, sebelum tidur, sebelum
melakukan hubungan suami istri, sebelum mandi wajib atau sunnah. Seseorang
juga disunnahkan untuk tajdid (memperbarui) wudhu setelah berbuat maksiat,
ketika dirundung kemarahan, akan membaca Al-Qur’an, setelah memandikan
jenazah. Tajdid juga disunnahkan ketika akan kembali shalat, meskipun ia belum
batal dari wudhu sebelumnya, dan sebagainya.
3) Haram Diharamkan bagi setiap muslim berwudhu dengan air hasil ghashab
(pemakaian sesuatu tanpa izin pemilik nya), atau hasil mencuri, dan semisalnya.
B. TAYAMUM
1. Pengertian Tayammum
Tayammum secara bahasa artinya sebagai Al Qosdu (ُ‫ )صْد َ الق‬yang berarti

bermaksud atau bertujuan atau memilih. Sedangkan secara istilah syari’at,


tayammum adalah tata cara bersuci dari hadats dengan mengusap wajah dan
tangan, menggunakan sho’id yang bersih. Dapat disimpulkan bahwa Tayamum
adalah bersuci sebagai pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya
seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau
debu yang suci.

2. Sebab Tayammum
a. Dalam perjalanan jauh
b. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
c. Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
d. Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
e. Air yang ada hanya untuk minum
f. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
g. Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
h. Sakit dan tidak boleh terkena air.

3. Syarat Sah Tayammum


a. Telah masuk waktu salat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
c. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
d. Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
e. Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh.

4. Rukun Tayammum
a. Niat Tayamum dan membaca “bismillahirahmanirrahim”
b. Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah (berdebu)
c. Meniup kedua telapak tangan yang sudah berdebu
d. Mengusap wajah dengan kedua tangan
e. Mengusap kedua tangan hingga pergelangan tangan
f. Tertib
5. Yang Membatalkan Tayammum
Perkara-perkara yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum,
dan jika menemukan air. Jika ada air, maka wajiblah baginya untuk berwudhu,
walaupun tayamumnya tidak batal disebabkan oleh hal-hal yang membatalkan
wudhu, berdasarkan hadits Abi Hurairah -semoga Allah meridhainya- ia berkata
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "As sha'iid adalah
wudhuknya muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun,
jika air ada, maka bertakwalah (takutlah) kepada Allah, dan basahilah air itu ke
kulitnya."[H.R Bazzar dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Abi Dzar
semisalnya]. Maka dengan hadits Abi Dzar ini maka hadits Abu Harairah menjadi
shaih, hanya saja shalat-shalat yang sudah dilakukan dengan tayamum tidak
diulang lagi.
C. URGENSI SHALAT BAGI MANUSIA
Hukum dalam melaksanakan Shalat adalah wajib dan manusia tidak akan pernah
terlepas dari segala aspek kehidupan yang berhubungan dengan Pencipta-Nya. Tentang
Tentang kewajiban shalat lima waktu, Rasulullah telah bersabda kepada Muadz bin Jabbal
pada waktu beliau mengutusnya untuk berdakwah ke negeri Yaman.
Shalat merupakan agenda yang maha penting dalam kehidupan umat Islam. Tidak ada
kegiatan lain yang lebih penting dibandingkan shalat. Sehingga bila waktu shalat tiba, umat
Islam harus meninggalkan segala kegiatan lain untuk melaksanakan shalat. Jangan sampai
terjadi seseorang meninggalkan shalatnya untuk melakukan urusan-urusan lain. Komitmen
seorang hamba terhadap agamanya sangat ditentukan oleh kenyataan apakah dia shalat atau
tidak. Rasulullah SAW bersabda: “Shalat adalah tiang agama.” Barangsiapa mendirikan
shalat berarti dia menegakkan agama.
Berikut pentingnya Urgensi Shalat bagi manusia didalam Islam:
1. Shalat adalah Tiang Agama Sesuatu tidak akan tegak jika tidak dengan tiangnya.
Begitupun agama ini hanya akan tegak dengan tiangnya pula yaitu shalat. Rasulullah
bersabda: “Ra’sul amril islaamu, wa’amuuduhush shalaatu wa dzirwatu sanaamihil
jihaad” Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya
adalah jihad. (H.R Imam at Tirmidzi, dan yang lainya, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
2. Kewajiban yang terus-menerus Kewajiban shalat adalah kewajiban yang terus
menerus sampai akhir hayat selagi akal masih ada. Dalam keadaan sulit seperti safar,
sakit bahkan dalam suasana perang sekalipun tidaklah kewajiban shalat ini gugur.
Yang ada hanya rukhshah bila dalam keadaan sulit untuk mengerjakannya. Allah telah
memerintahkan untuk memelihara shalat walaupun dalam keadaan mencekam. Allah
berfirman:
‫َح اِفُظۡو ا َعَلى‬٢٣٩ ‫َفِاۡن ِخ ۡف ُتۡم َفِرَج ااًل َاۡو ۡكُر َباًنا ۚ َفِاَذٓا َاِم ۡن ُتۡم َفاۡذ ُک ُروا الّٰل َه َک َم ا َعَّلَم ُک ۡم َّما َلۡم َتُك ۡو ُنۡو ا َتۡع َلُم ۡو َن‬

٢٣٨ ‫الَّصَلٰو ِت َوالَّصٰل وِة اۡل ُو ۡس ٰطى َو ُقۡو ُمۡو ا ِلّٰل ِه ٰقِنِتۡي َن‬

“Peliharalah semua shalat (mu) dan (pelihralah shalat wustha. Berdirilah untuk
Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk. Jika kamu dalam keadaan takut ( ada
bahaya) maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu
telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan
kepadamu apa yang belum kamu ketahui” (Q.S al Baqarah 238-239)
3. Ibadah yang akan dihisab pertama kali Demikian pentingnya kedudukan shalat maka
yang pertama kali akan ditanyakan kepada seorang hamba adalah shalatnya.
Rasulullah bersabda : “Awwalu maa yuhaasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamatish
shalatu, faiin shaluhat shaluha lahu saa-iru ‘amalihi wain fasadat fasada saa-iru
amalih” Pertama kali yang akan dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah
shalat. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalannnya, jika shalatnya buruk
maka buruk pula seluruh amalannya. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al
Albani).
4. Akhir perkara yang akan terlepas Apabila shalat telah hilang ditengah tengah manusia
maka itu pertanda bahwa akan hilang pula agama ini. Rasulullah
bersabda : “Layunqadhanna ‘ural islaami ‘urwatan fakullamaa nutaqadhat ‘urwatun
tatsabbatsan naasu billatii taliihaa wa auwaluhunna naqdhal hukmu wa
aakhiruhunnash shalaah” Akan terlepas tali Islam sehelai demi sehelai. Acap kali
satu tali Islam terlepas, maka manusia akan berpegang pada tali berikutnya. Yang
pertama kali terlepas dari Islam ini adalah hukum dan yang terakhir adalah shalat.
(H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
5. Wasiat terkahir Rasulullah Demikian urgentnya kedudukan shalat, maka pada saat
menjelang wafat beliau Rasulullah masih memberikan wasiat tentang shalat. Ali bin
Abi Thalib berkata: “Adalah ucapan terakhir yang disampaikan Nabi salallahu ‘alaihi
wasallam : Shalat … shalat… dan takutlah kepada Allah dari budak budak yang kalian
miliki” (H.R Imam ath Thabrani, Syaikh al Albani berkata : Hadits ini shahih dengan
terkumpulnya jalan yang sangat banyak).
D. ASPEK-ASPEK SHALAT BAGI MANUSIA
Shalat bagi manusia merupakan pondasi yang sangat penting didalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Saatmelaksanakan shalat, seluruh aspek kesehatan (lahir, mental dan
pikir) bersinergi secara harmonis. Motivasi menegakkan shalat bersumber pada kesadaran diri
(aspek mental, spritual dan pikir) untuk menghamba kepada Allah SWT sebagai Sang Khalik.
keteraturan shalat ialah setiap hari mengerjakan shalat lima waktu dan tidak satupun yang
ditinggalkan yaitu shalat subuh, shalat zhuhur, shalat ashar, shalat maghrib, dan shalat isya.
Aspek-aspek keteraturan Shalat meliputi:
1. Faktor Ketepatan dan Kedisiplinan Shalat wajib lima waktu harus dilaksanakan dengan
disiplin yaitu dengan menepati waktu-waktu shalat yang telah ditentukan. Seseorang
dikatakan disiplin bila selalu melakukan shalat tepat waktu secara terus menerus,
karena apabila sering terlambat atau bermalas-malas dalam mengerjakan shalat akan
dianggap gagal dalam mencapai keteraturan shalat.
2. Faktor Kesadaran dan Tanggung Jawab Kesadaran dan tanggung jawab sangat penting
dalam melaksanakan shalat wajib lima waktu. Kalau tidak diikuti kesadaran dan rasa
tanggung jawab untuk menjalankan shalat, maka akan menjadikan seseorang merasa
sulit dan berat untuk memenuhi kewajiban tersebut. Seolah-olah hanya terpaksa saja
dan kurang ikhlas. Seseorang yang memiiki kesadaran akan pentingnya shalat akan
memandang shalat dang shalat sebagai kebutuhan. sebagai kebutuhan.
3. Faktor kehendak dan dapat mengatasi Faktor kehendak dan dapat mengatasi pengaruh
lingku pengaruh lingkungan Kekuatan kehendak atau kekuatan niat sangat Kekuatan
kehendak atau kekuatan niat sangat menentu menentukan perilaku seseorang termasuk
kan perilaku seseorang termasuk shalatnya. Seseorang yang memilki kekuatan niat akan
senantiasa melaksanakan shalat dalam keadaan bagaimanapun juga, termasuk sakit atau
dalam perjalanan. Kekuatan niat dapat mengatasi pengaruh lingkungan yang bersifat
negatif, karena kalau tidak memilki kekuatan niat, tentu akan kurang kuat pula motivasi
dan gairahnya untuk menjalankan shalat, sehingga sering gagal dan menyerah saja pada
pengaruh lingkungan.
E. PENTINGNYA SHALAT BAGI KEHIDUPAN MANUSIA
Shalat adalah pembeda antara iman dan kufur, ukurannya sangat jelas, bila seseorang
konsisten melakukan shalat, berarti dia memiliki iman. Namun, jika dia tinggalkan shalat,
maka kufurlah dia. Apalagi, kalau seseorang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka
jadilah ia kafir secara nyata. Mengingat pentingnya shalat, maka setiap individu umat Islam
hendaklah menjadikan shalat sebagai urusan yang prioritas.
1. Shalat adalah rukun kedua dari rangkaian rangkaian lima rukun-rukun Islam, dan
shalat adalah rukun yang paling ditekankan setelah dua kalimat syahadat.
2. Shalat adalah washilah (media) antara seorang seorang hamba dengan Rabb-nya.
3. Shalat adalah latihan atas beragam bentuk peribadahan dalam serangkaian ritual shalat
(yang tersusun) dari setiap pasangan yang indah. Takbir yang dengannya ibadah shalat
dibuka, berdiri yang di dalamnya kalamullah (Al-Qur’an) dibacakan oleh para pelaku
shalat, ruku’ yang di dalamnya Rabb diagungkan, berdiri dari ruku’(i’ ruku’(i’tidal) yang
dipenuhi dengan pujian kepada Allah, sujud yang padanya Allah Ta’ala disucikan dengan
ke-MahatinggianNya, hadirnya sepenuh hati padanya do’a, lalu duduk untuk memohon
dan memuliakan, serta diakhiri dengan salam. dengan salam.
4. Shalat adalah permohonan atas perkara-perkara yang penting dan pencegahan dari
perbuatan keji dan munkar.
5. Shalat adalah cahaya di dalam hati-hati hati-hati kaum Mukminin Mukminin dan yang
melapangkan (dada-dada) mereka
6. Shalat adalah kebahagiaan jiwa kaum Mukminin dan keindahan pandangan- pandangan
mer pandangan mereka.
7. Shalat adalah penyebab dihapuskannya kesalahan dan penolak beragam keburukan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Wudhu merupakan cara bersuci yang tujuan utamanya untuk menghilangkan hadas
kecil, seperti keluar angin dari dubur (kentut), buang air besar, buang air kecil, dan tidur
nyenyak. Wudhu itu menjadi salah satu syarat untuk menunaikan ibadah seperti shalat.
Tayamum ialah mengusap debu ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai keringanan untuk
orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan. Wudhu, tayamum dan mandi
tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada aturan yang mengikatnya seperti syarat dan rukun.
Ada juga sunnah-sunnahnya, dan wudhu maupun tayamum bisa batal karena sesuatu hal.
Sebagai sebuah kewajiban shalat merupakan ibadah yang penuh dengan makna yang
apabila kita renungi dan praktekkan mampu membuat kita menjadi pribadi yang hebat dan
penjelasan di atas adalah sedikit dari nilai-nilai positif yang dapat kita ambil dari ibadah
shalat, tidak hanya mendidik dan mencetak karakter yang spiritual, disiplin, bersih, dan sabar
tapi nilai-nilai yang ada di dalam ibadah shalat sangatlah banyak yang tidak mungkin bisa
kita tuangkan di dalam makalah ini, maka sebagai muslim yang taat dan mengerjakan shalat
tentu kita harus pandai mengambil nilai-nilai tersebut agar rutinitas ibadah shalat yang kita
lakukan bukan tanpa makna dan nilai sehingga seharusnya Muslim yang shalat memiliki
pribadi dan karakter yang hebat, namun itu semua juga tergantung akan daya serap kita
terhadap nilai shalat itu sendiri.
Urgensi Shalat bagi manusia merupakan agenda yang maha penting dalam kehidupan
umat Islam. Tidak ada kegiatan lain yang lebih penting dibandingkan shalat. Sehingga bila
waktu shalat tiba, umat Islam harus meninggalkan segala kegiatan lain untuk melaksanakan
shalat. Jangan sampai terjadi seseorang meninggalkan shalatnya untuk melakukan urusan-
urusan lain. Komitmen seorang hamba terhadap agamanya sangat ditentukan oleh kenyataan
apakah dia shalat atau tidak. Rasulullah SAW bersabda: “Shalat adalah tiang agama.”
Barangsiapa mendirikan shalat berarti dia menegakkan agama. Barangsiapa meninggalkan
shalat, berarti dia meruntuhkan agama. Seorang hamba yang melaksanakan shalat lima waktu
dengan ikhlas karena keimanannya kepada Allah, maka Allah hapus segala dosanya
sebagaimana rontoknya dedaunan dari pohon. Sabda Rasulullah SAW: “Perumpamaan shalat
lima waktu bagaikan sungai lebar yang mengalir di depan pintu rumah seseorang, lalu ia
mandi didalamnya lima kali dalam sehari. Dengan demikian apakah masih ada kotoran yang
tersisa di badannya.”
B. SARAN
Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas. Saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari saya semoga dapat diterima di hati dan saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fahd, Qasim bin Shalih, 10 Duruus fii Tadabbur Ma’aani Aqwaal Ash- Sholaah, Terj.
Ahmad Hotib, Menyikap Makna Shalat Dari Takbiratul Ihram Sampai Salam, Cet. I.
Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007
Musbikin, Imam, Melogikakan Rukun Islam: Bagi Kesehatan Fisik dan Psikologi Manusia,
Yogyakarta: DIVA Press, 2008.
Mustafa, Bisri, Rahasia Keajaiban Shalat dan Dzikir, Surakarta: Qaula, 2007.
Qudamah, Ibnu, Minhajul Qashidin; Jalan Orang- orang Yang Mendapat petunjuk, Terj.
Kathur suhardi, Cet. II. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Al Gesindo.
Rauf, M. Amrin. 2011. Buku Pintar Agama Islam. Jogjakarta : Sabil.
Rifa’i, Moh. 2013. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Sadjak, Muhammad Nadjib. 2013. Terjamah Matan At-Taqrib wa al-Ghoyah. Jatirogo:
Kampong Kyai.
Shihab, M. Quraish Membumikan Al- Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung: Mizan, 1993.
Shihab, M. Quraish, Secerah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al- Qur’an, Cet. I. Bandung:
Mizan, 2000.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al- Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al Qur’an, volume 1,
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab, Muhammad Quraish, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Mawdu’iy atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1996.
Susetya, Wawan, Indahnya Meniti Jalan Ilahi dengan Shalat Tahajut: Menguak Misteri
Rahasia Shala Yogyakarta: Tugu, 2007.

Anda mungkin juga menyukai