Resume Laporan Laba Rugi - Kelompok 8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

RESUME

LAPORAN LABA RUGI

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teori Akuntansi

Dosen Pengampu :

Meilani Purwanti, SE., M.Si.

KELOMPOK 8

Anggota:

Astri triani 10221138

Eulis Kamelia 10221155

Syadrina Ulya A 10221240

C3 Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL

BANDUNG

2024
BAB VIII

LAPORAN LABA RUGI

A. Hubungan Rugi Laba dan Neraca


Dalam teori akuntansi ada dua pendekatan dalam menilai hubungan antara
neraca dan laba rugi,yaitu : (1) articulated dan (2) non-articulated. Pendekatan
articulated artinya laporan laba rugi dianggap sebagai subklasifikasi dari pos modal.
Laba rugi hanya merupakan hasil matematis yang berasal dari perubahan modal dari
satu periode ke periode yang lainnya. Sementara dalam pendekatan non-
articulated, neraca dan laporan laba rugi secara sistematis independen satu sama lain.

Dalam pendekatan articulated ada dua konsep, yaitu konsep revenue expense
approach dan asset liability approach. Dalam konsep pertama, revenue expense,
laporan laba rugi dianggap laporan yang paling utama semua transaksi dipandang
sebagai pos revenue dan expense, semua transaksi dianggap sebagai pengakuan laba
(matching), pengukuran laba dan alokasi ke laba rugi.

B. Konsep Matching
Menurut teori matching concept, maka biaya harus dibebankan sesuai dengan
pengakuan dan periode penghasilan. Dalam hal sukar melakukan matching, maka
pembebanan harus dilakukan secara rasional dan sistematis. Dalam hal biaya yang
dikeluarkan masih memiliki potensi menghasilkan di masa yang akan datang, maka
dapat ditunda pendapatannya, sebaliknya jika tidak ada kemungkinannya lagi,
langsung dibebankan.
Berdasarkan waktu pengeluaran/pembebanan biaya dan prinsip matching
dikenal dua konsep berikut:
1. Direct atau Product Matching
Konsep ini sebenarnya adalah konsep yang mengabaikan beberapa masalah
antara lain biaya yang belum bisa dikaitkan langsung kepada produk atau jasa itu
dianggap sebagai aktiva yang dialihkan ke periode yang dialihkan ke periode yang
akan datang.
2. Indirect atau Period Matching
Matching dilakukan antara hasil (penjualan produk dan jasa) yang di peroleh
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan/dibebankan selama periode dimana
digunakan bukan berdasarkan waktu perolehan atau pembayaran ini disebut biaya
periodik. Sebenarnya ini bukan murni matching ini adalah approxiamition dari
matching.
C. Definisi Hasil, Biaya, dan Laba
Berikut tiga definisi yang akan kita bahas di bawah ini, yaitu:
1. Hasil (Revenue)
 Committee on Terminology mendefinisikan revenue sebagai hasil
dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan ataumer
eka yang menerima jasa. Definisi ini menggunakan pendekatan revenue
expense.
 APB mendefinisikan revenue sebagai kenaikan gross dalam kewajiban
yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan
mencari laba.
 FASB mendefinisikan revenue sebagai arus masuk atau peningkatan nilai
asset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari entitas atau
gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan
produksi barang, pemberian jasa atas pelaksanaan kegiatan lainnya yang
merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan.
2. Biaya (Expense)
 Committee on Terminology mendefinisikan biaya sebagai semua biaya
yang telah dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan.
 APB mendefinisikan biaya sebagai penurunan gross dalam asset atau
kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip
akuntansi yang diterima dan berasal dari kegiatan mencari laba yang
dilakukan perusahaan.
 FASB mendefinisikan biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva
atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu periode
yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan barang, pembebanan
jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan.
3. Gain and Loss
 Gains (Laba/keuntungan dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil).
FASB mendefinisikan Gain sebagai naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang
sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kejadian
lainnya yang memengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali yang
berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.
 Losses (rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil)
Losses merupakan turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil
dan bukan kegiatan utama entitas dan dari seluruh transaksi kegiatan lainnya
yang memengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang berasal dari
biaya atau pemberian kepada pemilik (prive).
4. Laba Rugi
 Committee on Terminology mendefiniskan laba sebagai jumlah
yang berasal dari pengurangan harga poko produksi, biaya lain dan
kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.
 APB mendefiniskan laba sebagai kelebihan penghasilan diatas biaya
selama satu periode akuntansi.
 FASB mendefinisikan laba sebagai perubahan dalam ekuitas dari suatu
entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan
kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik.
D. Pengakuan Penghasilan
Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan
utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.
Dalam hal waktu yang dimaksud di sini ada empat alternative, yaitu:

1. Selama produksi
2. Pada saat produksi selesai
3. Pada saat penjualan
4. Pada saat penagihan kas
Keempat alternative ini sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan.
Pengakuan pendapaan selama proses produksi berlangsung diterapkan pada proyek
pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat diterapkan pada
kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan dipakai untuk barang
perdagangan,pada saat penagihan diterapkan pada metode penjualan angsuran.

Bentuk penyajian laba rugi


Dalam menyajikan laporan laba rugi dikenal:
1. Current Operating Income
2. All Inclusive Income
Perbedaan ini timbul akibat perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan
dalam laporan laba rugi atau dalam laporan laba ditahan. Ada yang berpendapat
bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal
dari kegiatan normal (normal operating income), sedangkan pos yang berasal dari
kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laporan laba ditahan sehingga laba
di bottom line adalah laba normal.

Sebaiknya, jika semua income yang berasal dari kegiatan normal dan kegiatan
insidentil dicantumkan dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang
dilaporkan ke laporan laba ditahan, konsep ini disebut :

all inclusive income.

Pendukung konsep ini menyatakan bahwa pembagian normal dengan yang tidak
normal dapat dimanipulasi oleh manajemen karena merekalah yang menentukan
apakah sesuatu disebut berasal dari kegiatan normal (normal operating income) dan
laba yang berasal dari kegiatan yang bukan normal (extraordinary income). Akhirnya,
pendukung ini berpendapat bahwa laba suatu perusahaan memang extraordinary dari
laba yang normal dan yang insidentil oleh karena harus disajikan dilaporan laba rugi.
AAA ( Wolk et.al.) mendukung pendapat ini melaui pernyataan sebagai berikut:

“Laporan laba rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua penghasilan
yang diakui dan seluruh biaya yang dikelurkan dan dibebankan tanpa melihat apakah
berasal dari kegiatan operasi atau tidak.”

E. Pos Luar Biasa


APB mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian atau transaksi yang
mempengaruhi secara materiil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan tidak
dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasi yang biasa dari suatu
perusahaan. Suatu transaksi dikatakan pos luar biasa jika memenuhi syarat sebagai
berikut.

1. Unusual nature, yaitu yang bersifat tidak biasa. Tansaksi harus memiliki
tingkat ketidakbiasaan yangtinggi dan jelas tidak berhubungan dengan atau
tidak secara insidentil dikaitkan dengan kegiatan yang biasa dari suatu
perusahaan berdasarkan lingkungan kebiasaan dimana perusahaan itu
beroperasi.
2. Infrequncy of occurrence, tidak sering terjadi, yaitu kejadian atau transaksi
yang tidak secara rasional diperkirakan akan terjadi berulang kali di masa yang
akan datang menurut lingkungan kebiasaan di mana perusahaan beropersai.
Sementara itu PSAK menggunkan kriteria yang persis sama, yaitu:
1. Bersifat tidak normal (tidak biasa), artinya memiliki tingkat abnormal yang
tinggi dan tidak berhubungan dengan aktivitas perusahaan sehari-hari.
2. Tidak sering terjadi atau tidak diharapkan akan terjadi di masa yang akan
datang.
PSAK kemudan memberi pedoman sebagai berikut:
Pos luar biasa harus dipisahkan dari usaha sehari-hari dan ditunjukkan secara
terpisah dalam perhitungan laba rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan
jumlahnya.
Dalam hal jumlahnya tidak materiil dapat digabungkan kedalam laba rugi dan
tidak dikurangi pajak. Biasanya setiap pos luar biasa ini harus dijelaskan dalam
notes to financial statement. Kemudian komite PSAK telah mengeluarkan
Interprestasi PAI (IPAI) No. 5 sebagai penjelasan terhadap perlakuan koreksi masa
lalu pos luar biasa. Dalam PAI ini ditetapkan bahwa pos luar biasa harus
memenuhi dua kriteria yang disebutkan diatas , jika hanya memenuhi salah satu
kriteria saja, tidak dikatakan sebagai pos luar biasa.
F. Income Smoothing – Creative Accounting
Biasanya laba yang stabil di mana tidak banyak fluktuasi atau variance dari satu
periode ke periode lain dinilai sebagai prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini
disebut Income Smoothing. Income smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu:

1. Mengatur waktu kejadian transaksi


2. Memilih prinsip atau metode alokasi
3. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari
operasi normal.
G. Perubahan Akuntansi
Perubahan prinsip akuntansi tidak hanya mempengaruhi laba rugi periode berjalan,
tetapi juga periode yang lalu. Perubahan akuntansi ada tiga, yaitu:
1. Perubahan dalam Prinsip Akuntansi
Perubahan ini timbul dari penerapan prinsip akuntansi yang baru yang berbeda
dari prinsip akuntansi yang dianut sebelumnya.
2. Perubahan dalam Taksiran
Perubahan ini terjadi dalam akuntansi, misalnya taksiran umum dan taksiran
deposit barang tambang setelah beberapa lama kita mendapat informasi yang baru
sehingga mengubah taksiran yang lama.
3. Perubahan dalam Pelaporan Entitas
Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari perubahan yang materil terjadi dalam
entitas sebelumnya dilaporkan melalui laporan keuangan.
PSAK memberikan pedoman terhadap perubahan akuntansi ini sebagai
Berikut:
1. Pengaruh kumulatif dari perubahan ke prinsip akuntansi yang baru dilaporkan
dalam perhitungan laba rugi periode berjalan, dan disajikan diantara pos luar biasa
dan laba bersih. Perhitungan pengaruh kumulatif ini dapat dikecualikan apabila
perubahan prinsip akuntansi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan
ketentuan dalam UU No.7 Pajak Penghasilan Tahun 1983.
2. Untuk perubahan penilaian persediaan dari atau ke metode LIFO dimana pengaruh
kumulatif umumnya sulit ditentukan. Persediaan awal tahun dianutnya metode
baru dijadikan sebagai persediaan tahun dasar untuk seluruh perhitungan
berikutnya
3. Laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif (berlaku surut)
untuk perubahan berikut ini.
a. Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak pembangunan jangka
panjang.
b. Perubahan ke atau dari metode biaya penuh (fall cost) dalam industri
ekstraktif.
4. Sifat dan alasan dilakukannya perubahan dalam kebijaksanaan akuntansi harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan periode terjadinya perubahan.
Perubahan taksiran PSAK membagi dua, perubahan yang hanya memengaruhi
laporan keuangan periode berjalan seperti perubahan taksiran penyisihan piutang
ragu-ragu dan seperti perubahan taksiran manfaat.
H. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut PAI sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang
telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-
satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan di maksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan
prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak
dilaksanakan jika hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap
kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian
suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling kecil.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas) (Substance over
form).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akun, dan sifat dari
informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomislah tingkat kesuksesan antar
perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai