3.+dede KeterlibatanOrangTua 31-44 ReadyPublish

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Early Childhood: Jurnal Pendidikan

e-issn. 2579-7190
Vol. 6 No. 2, November 2022

KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PROGRAM


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Dede Nurul Qomariah1, Aang Andi Kuswandi2, Yunyun Saripatunnisa3,


Ika Puspita Noviana4, Enurmanah5,
1,2,3,4,5
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, STITNU Al-Farabi Pangandaran
Email: [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]

ABSTRAK
Keterlibatan orang tua merupakan salah satu prasyarat penting dalam pengasuhan anak sejak dini hingga dewasa.
Beragam penelitian sebelumnya banyak melaporkan bahwa hubungan positif antara orang tua dan sistem sekolah
dianggap hal yang penting bagi keberhasilan anak di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
keterlibatan orang tua dalam program pendidikan anak usia dini. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterlibatan orang tua dalam program
pendidikan anak usia dini yang paling dominan, ada pada konteks pola asuh orang tua di rumah, komunikasi
orangtua-guru, dan penciptaan lingkungan belajar di rumah. Sedangkan pada konteks pengambilan keputusan,
kesukarelawanan, dan kolaborasi dengan masyarakat para orang tua tidak begitu terlibat.

Kata kunci: anak, guru, keterlibatan orang tua

ABSTRACT
The parental involvement is one of the important prerequisites in raising children from an early age to adulthood.
Various studies before have reported that a positive relationship between parents and the school system is
considered important for children's success in school. This study aims to explore the involvement of parents in
early childhood education programs. Descriptive method with a qualitative approach is used in this study. The
results showed that the most dominant involvement of parents in early childhood education programs was in the
context of parenting at home, parent-teacher communication, and the creation of a learning environment at home.
Meanwhile, in the context of decision-making, volunteerism, and collaboration with the community, parents are
not very involved.

Keywords: children, teachers, parental involvement

PENDAHULUAN mereka, seakan lupa pada tanggungjawab


Keterlibatan orang tua merupakan orang tua sebagai pendidik pertama bagi
salah satu prasyarat penting dalam anak-anak mereka. Padahal, keterlibatan di
pengasuhan anak sejak dini hingga dewasa. rumahlah yang paling berpotensi
Namun tidak semua orang tua menyadari meningkatkan prestasi akademik anak
pentingnya peran mereka dalam melibatkan (Jeynes, 2012). Artinya keterlibatan orang
diri pada pendidikan anak mereka. tua pada tingkat anak usia dini tidak hanya
Anggapan keterlibatan orang tua dalam sebatas pada pengasuhan saja, tetapi juga
pendidikan anak saat ini, hanya sebatas keterlibatan dalam proses pendidikan di
pada memilihkan sekolah terbaik bagi anak, rumah yang diselaraskan dengan
tanpa ikut terlibat dalam proses pendidikan pendidikan di sekolah menjadi hal yang
anak selama di rumah. Hingga saat ini tidak boleh diabaikan. Ketika anak-anak
banyak orang tua yang merasa cukup telah masuk sekolah, gambaran tentang
menitipkan anak di sekolah terbaik pilihan bagaimana guru mendekati anak-anak

31
tergantung pada bagaimana keterlibatan membantu anak yang mengalami berbagai
orang tua, keyakinan, serta sikap mereka kesulitan sosial dan masalah akademik.
terhadap pendidikan. Hal ini berarti bahwa Selain itu Hornby & Lafaele (2011)
sikap anak di sekolah sangat dipengaruhi melaporkan manfaat keterlibatan orang tua
oleh apa yang terjadi di rumahnya dalam pendidikan anak meliputi:
(Anderson, 2014). peningkatan hubungan orang tua-guru,
Keterlibatan orang tua baru-baru ini memperkuat moral guru dan iklim sekolah,
banyak mendapatkan sorotan dari berbagai peningkatan kehadiran anak di sekolah
pihak terkait kebermanfaatannya dalam yang berdampak positif bagi sikap,
mendukung tumbuhkembang dan prestasi perilaku, dan kesehatan mental anak, serta
anak di sekolah. Keterlibatan orang tua di meningkatkan kepercayaan, kepuasan, dan
sekolah memainkan peran penting dalam minat orang tua terhadap pendidikan anak
fungsi sosial emosional, perkembangan, mereka. Meskipun banyak bukti yang
dan akademik sekolah anak-anak (Sheldon, menggarisbawahi manfaat keterlibatan
S. B., 2002). Beberapa dekade penelitian orang tua, orang tua mungkin menghadapi
telah banyak mengkonfirmasi bahwa berbagai hambatan untuk berpartisipasi
keterlibatan orang tua di sekolah adalah dalam pendidikan anak mereka, seperti
sarana yang menjanjikan agar hasil terkendala waktu dan sumber daya,
pendidikan siswa dapat ditingkatkan perbedaan budaya, dan kurangnya
(Howland, Anderson, Smiley & Abbott, keakraban dengan sistem sekolah
2006). Sejumlah ahli teori berpendapat (Shiffman, 2013; Ballenger, 2009). Adapun
pentingnya keselarasan antara rumah dan hambatan para orang tua untuk
sekolah, mengutip manfaat komunikasi dan berpartisipasi dalam pendidikan anak
penguatan timbal balik (Epstein, J. L., & mereka diantaranya yakni: Pertama,
Sheldon, S. B., 2002). Oleh karena itu, hambatan individu orang tua dan keluarga,
pembuat kebijakan telah menganjurkan seperti: keyakinan orang tua tentang
untuk meningkatkan kemitraan antara keterlibatan orang tua, konteks kehidupan
orang tua dan pendidik untuk orang tua saat ini, persepsi orang tua
mempromosikan perkembangan anak yang tentang ajakan untuk terlibat dan kelas
positif dan hasil sekolah yang lebih baik orang tua, etnis dan gender. Kedua, faktor
(Cox, 2005). Gillian Hampden-Thompson, anak seperti: usia, kesulitan dan
Lina Guzman Child Trends & Laura ketidakmampuan belajar, bakat, serta
Lippman (2013) melaporkan temuannya masalah perilaku. Ketiga, adalah faktor
bahwa keterlibatan orang tua merupakan orang tua-guru seperti: agenda yang
aspek penting dari pendidikan anak terlepas berbeda, sikap dan bahasa yang digunakan.
dari negara tempat mereka tinggal. Artinya Keempat, faktor sosial seperti: sejarah,
bahwa keterlibatan orang tua menekankan demografi, politik dan ekonomi yang dapat
pada kemitraan rumah-sekolah, dan menjadi penghambat keterlibatan orang tua
kemitraan rumah-sekolah telah ditemukan (Hornby & Lafaele, 2011).
dalam berbagai penelitian lintas negara Keterlibatan orang tua juga
sebagai cara yang efektif dimana guru dan dianggap sebagai elemen penting dari
orang tua dapat bekerja sama untuk penciptaan iklim sekolah. Iklim sekolah

32
didasarkan pada pengalaman seluruh melatih penjangkauan orang tua,
komunitas sekolah tentang kehidupan membangun hubungan dengan orang tua,
sekolah dan mencerminkan norma, tujuan, menciptakan iklim kelas yang positif,
nilai, hubungan interpersonal, praktik mengajar untuk melibatkan orang tua, dan
belajar-mengajar, dan struktur organisasi membuat koneksi sekolah-masyarakat.
(National Center for Learning and Keterlibatan orang tua memiliki bermacam-
Citizenship, 2007). Dalam iklim sekolah macam bentuk diantaranya: parenting,
yang positif, siswa, anggota staf, dan orang menyediakan lingkungan yang aman dan
tua bekerja sama untuk menciptakan stabil untuk anak, stimulasi intelektual,
lingkungan sekolah yang positif, aman, diskusi orang tua–anak, model tentang
mendukung, dan memelihara (Thapa, nilai-nilai pendidikan dan konstruksi sosial,
Cohen, Guffey & Higgins-D'Alessandro, aspirasi pemenuhan kepentingan pribadi
2013), yang berkontribusi terhadap anak, menjadi warga negara yang baik,
meningkatkan hasil sosial emosional dan berhubungan dengan sekolah, serta
akademik dikalangan siswa (Berkowitz et partisipasi dalam kegiatan sekolah
al., 2015). Selanjutnya, persepsi orang tua (Desforges & Abouchaarp, 2003). Model
tentang iklim sekolah terkait dengan keterlibatan orang tua menurut Hoover-
peningkatan skor prestasi siswa (Ladd & Dempsey & Sandler et al. (2005)
Dinella, 2009) dan nilai akhir tahun menjelaskan mengapa orang tua terlibat
(DiLalla, Marcus, & Wright-Phillips, dalam pembelajaran anak-anak mereka.
2004). Menurut Desforges & Abouchaarp Empat konstruksi ditemukan untuk
(2003), keterlibatan orang tua meliputi mendefinisikan orientasi orang tua terhadap
pengasuhan di rumah, memastikan keterlibatannya pada pendidikan anak
lingkungan rumah yang aman dan stabil mereka, yakni:
serta mendorong interaksi positif antara 1. konstruksi peran, berkaitan dengan
orang tua dan anak. Ini juga melibatkan pemahaman orang tua tentang peran
partisipasi di sekolah sesuai dengan mereka dalam pendidikan anak,
harapan para pendidik. Menurut Epstein keakraban dengan tahapan
(2010), ada beberapa tipe keterlibatan perkembangan anak, keyakinan dan
orang tua yang bisa dilakukan oleh pihak harapan tentang pengasuhan.
sekolah yaitu dalam bentuk: pola asuh, 2. rasa keberhasilan, berkaitan dengan
komunikasi, sukarelawan, belajar di rumah, pengalaman sekolah orang tua
pengambilan keputusan, dan pelibatan sehingga keberhasilan atau
orang tua dalam pelayanan masyarakat. kegagalan akademis mereka sendiri
Keterlibatan orang tua dalam membentuk seberapa jauh mereka
pendidikan anak didefinisikan sebagai mampu berpikir untuk membantu
bentuk aktifitas yang diterapkan oleh orang anak-anak mereka agar berhasil.
tua melalui kerja sama di rumah maupun 3. persepsi undangan untuk terlibat,
sekolah (Diadha, 2015). Lewis, et.al., berkaitan dengan keterlibatan
(2011, hlm. 26) membagi lima strategi sebagai respons terhadap kebijakan
utama yang digunakan oleh guru untuk sekolah yang disepakati bersama
mendorong keterlibatan orang tua, yakni: dengan para orang tua.

33
4. variabel konteks kehidupan, untuk menggali bagaimana keterlibatan
berkaitan dengan status sosial orang tua dalam konteks program
ekonomi, pengetahuan, pendidikan anak usia dini.
keterampilan, waktu yang tersedia Umumnya pada konteks keterlibatan
untuk keterlibatan, dan budaya orang tua dalam pendidikan anak, mereka
keluarga. sering membatasi perannya dilingkungan
Model keterlibatan orang tua Hoover- rumah saja seperti dalam memantau
Dempsey dan Sandler dipengaruhi oleh kemajuan anak, membantu pekerjaan
model keterlibatan orang tua Epstein rumah anak (jika ada), dan mendiskusikan
(1987). Overlapping Spheres of Influence sekolah dengan anak. Padahal keterlibatan
Model yang dikembangkan oleh Epstein orang tua dalam pendidikan anak di sekolah
(1987) menyebutkan bahwa perkembangan juga memiliki andil dalam prestasi
anak dipengaruhi oleh interaksi dan akademik anak. Rumah dan sekolah
tumpang tindih antara keluarga, sekolah memiliki tanggung jawab terpisah sesuai
dan masyarakat. Guna mendalami lebih dengan peran yang mereka mainkan namun
lanjut model ini Epstein (2010) sama-sama memastikan kemajuan
mengklasifikasi keterlibatan orang tua yang pendidikan anak-anak di rumah dan
paling umum dari jenisnya, yakni sekolah. Karena keterlibatan orang tua
menggabungkan perspektif psikologis, dalam pendidikan anak di sekolah, tidak
pendidikan dan sosiologis tentang hanya berfungsi untuk memastikan
kerjasama antara keluarga, sekolah, dan kemajuan pendidikan bagi anak-anak,
komunitas lokal. Dalam hal ini Epstein namun juga berkontribusi mengawal
membedakan enam jenis keterlibatan orang perkembangan anak yang bekerjasama
tua: (1) pola asuh: bantuan sekolah kepada dengan sekolah. Oleh karena itu kami
keluarga mengenai keterampilan mengasuh mencoba menggali keterlibatan orang tua
anak dan lingkungan rumah yang kondusif yang difokuskan pada konteks program
untuk belajar; (2) berkomunikasi: pendidikan anak di TK. Tujuan penelitian
pertukaran informasi secara teratur antara ini yakni mengeksplorasi bagaimana
sekolah dan orang tua tentang kurikulum keterlibatan orang tua dalam pendidikan
dan kemajuan siswa; (3) sukarela: anak yang dilaksanakan di TK PGRI Bina
mendorong orang tua untuk berpartisipasi Harmoni.
dalam kegiatan sekolah; (4) belajar di
rumah: dukungan bantuan orang tua dengan
pekerjaan rumah dan kegiatan terkait METODE PENELITIAN
kurikulum lainnya; (5) pengambilan Penelitian ini menggunakan
keputusan: melibatkan orang tua dalam pendekatan kualitatif dengan metode
pengelolaan sekolah; dan (6) berkolaborasi deskriptif. Sasaran penelitian ini yakni para
dengan masyarakat: temukan dan orang tua yang menyekolahkan anaknya di
gabungkan sumber daya masyarakat untuk lembaga pendidikan anak usia dini. Subjek
membantu pengasuhan dan pembelajaran di penelitian ini yakni para orang tua, guru dan
sekolah. Enam jenis inilah yang kami masyarakat setempat. Penetapan sample
kembangkan dalam instrumen penelitian dilakukan menggunakan teknik purposive

34
sampling, artinya peneliti menentukan tua memperoleh pengetahuan tentang pola
sample atas pertimbangan tertentu. asuh yang diterapkan diperoleh dari
Meskipun masih dalam masa pandemi, berbagai sumber, seperti dari pengalaman
teknik pengumpulan data tetap dilakukan hidup mereka, mencontoh dari pengasuhan
mengikuti prosedur pendekatan kualitatif orang tua mereka, lingkungan tetangga
yakni: obsevasi lapangan, sekaligus studi sekitar, buku, hingga internet. Sehari-hari
dokumentasi. Kemudian dilakukan para orang tua mengasuh anaknya dengan
wawancara mendalam selama 55 menit cara menemani anak bermain,
pada setiap responden. Sebanyak 59 mengantarkan anak ke sekolah, mengantar
pertanyaan ditanyakan kepada responden anak ke sekolah diniyah, gaya pengasuhan
yang menyatakan kesediaannya untuk yang tidak keras dan tidak juga tidak
terlibat dalam penelitian ini. Catatan lembut, berusaha memberikan apapun yang
observasi lapangan ditulis, studi diinginkan anak selama hal itu positif,
dokumentasi, dan hasil wawancara namun dengan catatan tidak semua
dihimpun sebagai data hasil penelitian. keinginan anak dituruti serta selalu
Analisis data dilakukan melalui prosedur berusaha meluangkan waktu untuk
kualitatif dengan cara mereduksi data, mengasuh anak-anak mereka.
display data, verifikasi data, hingga Sebagian besar para orang tua yang
penarikan kesimpulan. Untuk menguji bergabung dalam penelitian ini memiliki
kredibilitas data peneliti menggunakan cara khas tersendiri dalam mengasuh
triangulasi sumber data. Artinya peneliti anaknya, seperti: tidak banyak mengekang
membandingkan informasi yang diperoleh tapi mengarahkan anak, membiasakan anak
dari satu sumber dengan sumber lain. untuk selalu berkata jujur, menjaga sopan
Penelitian dilakukan selama bulan Agustus santun, dan mendidik anak agar
2022, berlokasi di TK PGRI Bina Harmoni, bertanggungjawab pada diri sendiri.
Kabupaten Pangandaran. Sedangkan sebagian orang tua lainnya tidak
memiliki cara khas dalam pengasuhan
(mengalir sesuai usia anak). Kekhasan pola
HASIL DAN PEMBAHASAN asuh mereka dituangkan melalui sikap
A. Pola Asuh Orang tua di Rumah dibawah ini:
Semua orang tua yang bergabung 1. Sikap para orang tua ketika anak
dalam penelitian ini mengasuh anak mereka melakukan hal-hal yg
secara langsung tanpa bantuan dari kerabat membahayakan yakni: melarang
atau baby sitter. Para orang tua berpendapat pelan-pelan, membujuk anak agar
bahwa pola asuh yang baik yakni tidak melakukan hal yg
pengasuhan oleh orang tua inti atau orang membahayakan, memberi arahan
tua kandung, mengajarkan, bersikap dan pada anak dengan penjelasan yg
memberi contoh yang baik di depan anak mudah dicerna oleh anak mengapa
(seperti dalam berbahasa, tatakrama pada hal itu dilarang;
orang lain, sopan santun), mengajarkan 2. Mengajak anak bermain, mengajak
kesadaran beragama sejak dini, dan anak jalan-jalan, memberikan
memerhatikan pendidikan anak. Para orang pelukan merupakan cara yang

35
dirasakan oleh para orang tua efektif memeluk anak supaya anak mudah
dalam menghibur anak-anak didekati dan paham terhadap apa
mereka ketika menangis; yang dijelaskan oleh orang tua
3. Memeluk anak, menenangkan anak, mereka. Para orang tua berpendapat
dan membujuk anak merupakan bahwa jika sikap keras dan kasar
cara yang dilakukan oleh sebagian yang diterapkan orang tua ketika
orang tua ketika anaknya menghadapi anak yang keras kepala
mengalami marah atau tantrum. dan melawan orang tua maka, anak
Para orang tua tidak ragu untuk tersebut akan semakin keras kepala;
menunjukan kasih sayang mereka 5. Sikap para orang tua
kepada anak-anaknya melalui mengekspresikan diri dalam
pelukan, sentuhan hangat atau memberi dukungan pada anaknya
mencium anak. Perilaku mesra ini dengan cara berbeda. Ada yang
tidak hanya ditunjukan ketika memberi semangat pada anak,
menghadapi anak trantrum, marah menampilkan senyum terbaik apada
atau menangis saja tetapi banyak anaknya dengan wajah ceria,
diwujudkan dalam perilaku sehari- menunjukan ekspresi bangga di
harinya. Mereka biasanya sering depan anak, memperbolehkan anak
memeluk dan mencium anak, melakukan apapun yang dia mau.
memberikan apa yang diminta oleh Namun para orang tua sepakat
anak selama bukan hal yang bahwa mayoritas mereka memuji
membahayakan, dan tidak ragu anak ketika berhasil melakukan hal
untuk mengucapkan sayang kepada baik atau menyelesaikan sesuatu
anaknya; baik di rumah maupun di sekolah,
4. Sikap para orang tua ketika sesekali memberikan reward
menghadapi anaknya yang keras sederhana pada anak berupa
kepala dan melawan orang tuanya makanan.
yakni dengan cara membujuk anak Pada tahapan perkembangan anak,
pelan-pelan, kemudian menasihati para orang tua sering mengamati anak-anak
anak bahwa melawan orang tua itu mereka dari perilaku sehari-harinya.
adalah perbuatan yang tidak baik, Mereka mengamati semua aspek
tak lupa mereka juga memberikan perkembangan anak mulai dari
pelukan kepada anaknya. Orang tua perkembangan kognitif, bahasa, sosio-
melakukan pendekatan secara halus emosional. Selain itu mereka juga berusaha
dengan menasihati anaknya karena memperhatikan makanan anak untuk
berprinsip pada segala hal yang mendukung pemenuhan gizinya. Mereka
didengar oleh anak di masa kecil berpendapat bahwa setiap hari mereka
diserap secara penuh oleh anak selalu menemukan hal baru yang terjadi
sehingga mereka berusaha pada diri anak mereka, meskipun
membentuk anak sesuai dengan perkembangannya bukan hal yang besar.
kepribadian yang baik. Mereka Namun hal itu dapat mendorong sikap
menasihati, membujuk, dan optimis para orang tua bahwa mereka akan

36
mampu dan berhasil dalam membesarkan terkait webinar/seminar/pelatihan parenting
anak mereka. Adapun perkembangan yang bagi para orang tua untuk menambah
diamati orang tua setelah mendaftarkan wawasan atau informasi para orang tua,
anak mereka ke TK yakni: anak menjadi setidaknya setahun 3x informasi tersebut
bisa membaca huruf alfabet sedikit demi disampaikan pada para orang tua. Para
sedikit, belajar menulis dan berhitung orang tua juga senang ketika ada guru atau
hitungan sederhana, menjadi mudah pihak sekolah memberikan informasi
bangun pagi, menjadi rajin mandi pagi terkait perkembangan anak mereka yang
karena mau ke sekolah, mau bergaul positif. Sedangkan jika terkait
dengan teman-temannya yang lain, dan perkembangan anak yang negatif mereka
anak mulai berani membangun komunikasi berusaha menerima dan mendengarkan
dengan teman sebayanya. terkait kekurangan atau masalah yang ada
B. Komunikasi Orangtua-Guru pada anak, setelah itu mereka berusaha
Para orang tua berkomunikasi dengan memperbaikinya. Mereka merasa bisa
guru atau pihak sekolah terkait program berbagi peran dengan pihak sekolah dalam
sekolah atau ide baru yang mendukung mewujudkan tumbuh kembang anak sesuai
program sekolah dilakukan dengan cara dua dengan tingkat usianya. Selain itu peran
cara yakni informal dan formal. komite sekolah dalam mendukung program
Komunikasi langsung dilakukan secara di sekolah dirasa cukup baik dalam
informal pada saat mengantarkan anak memfasilitasi komunikasi orang tua dan
maupun saat menjemput anak dari sekolah, pihak sekolah. Komite juga berperan aktif
dan terkadang via WA (WhatsApp) jika dalam menjembatani keduanya jika terjadi
tidak sempat bertemu dengan guru atau konflik antara pihak sekolah dan para orang
pihak sekolah. Sedangkan komunikasi tua. Temuan kami juga menemukan bahwa
secara formal dilakukan oleh para orang tua persatuan orang tua murid (POM)
pada saat rapat orang tua dengan pihak merupakan organisasi non-formal khusus
sekolah. Rapat orangtua-guru biasanya orang tua di sekolah. Organisasi ini
dilakukan secara musyawarah. Bertujuan beranggotakan semua orang tua yang
untuk menyepakati program yang menyekolahkan anaknya di TK PGRI Bina
dilaksanakan sekolah. Keputusan hasil Harmoni. Organisasi orang tua ini memiliki
musyawarah biasanya menjadi kesepakatan grup di WA guna menyampaikan informasi
bersama dalam merumuskan pengambilan dan koordinasi terkait pertemuan antar para
keputusan. Mayoritas para orang tua orang tua, atau pertemuan orang tua dengan
merasa bahwa program yang dilaksanakan pihak sekolah.
oleh pihak sekolah sudah cukup baik,
sehingga mendorong mereka untuk terlibat C. Lingkungan Belajar di Rumah
aktif dalam program sekolah yang Lingkungan belajar dirumah
dilaksanakan. Mereka merasakan banyak merupakan bukti lain dari keterlibatan
manfaat dari program yang dilaksanakan di orang tua dalam pendidikan anak mereka
sekolah, tidak hanya berkaitan dengan setelah pola asuh dan komunikasi guru-
perubahan pengetahuan tetapi juga sikap orang tua. Penciptaan lingkungan belajar di
anak. Pihak sekolah memberikan informasi rumah ditujukan oleh para orang tua agar

37
dapat membantu anak belajar di rumah. Hal untuk diskusi dan musyawarah terkait
yang mereka lakukan adalah mendampingi program sekolah baik yang sudah terencana
anak ketika belajar, membimbing atau sebelumnya maupun program yang bersifat
mengarahkan anak jika mereka meminta insidental. Para orang tua juga sering
bantuan atau menemui kesulitan, dilibatkan dalam menata ulang ruang kelas
memperhatikan mood anak ketika belajar. atau merenovasi lingkungan di sekolah.
Secara khsusus para orang tua tidak Keterlibatan orang tua terkait hal ini berupa
memiliki rancangan atau strategi materi, tenaga ataupun ide yang
pembelajaran dalam membimbing anak disampaikan saat rapat dengan pihak
mereka belajar di rumah, sebab mereka sekolah. Pihak sekolah juga membebaskan
menerapkan konsep bermain sambil belajar keterlibatan mereka sesuai dengan
di rumah sehingga anak tidak jenuh untuk kemampuan masing-masing keluarga.
belajar. Biasanya mereka mengarahkan Sedangkan terkait kurikulum dan tata
anak untuk mengulang kembali apa yang kelola tidak ada pelibatan dari pihak orang
diperoleh anak ketika di sekolah. Namun tua, karena itu merupakan kewenangan
temuan kali juga menemukan bahwa sekolah sesuai dengan kebijakan
sebagian besar para orang tua mewajibkan pemerintah.
anak-anak mereka untuk belajar mengaji
dan sholat sejak dini. Hal ini merupakan E. Sukarelawan
bukti bahwa adanya pengaruh budaya Tidak ada keikutsertaan para orang
keluarga indonesia yang religius. Didukung tua dalam menjadi sukarelawan
dengan bukti bahwa para orang tua narasumber pada kegiatan pertemuan
menyekolahkan anak ke sekolah diniyah antara pihak sekolah dan para orang tua.
meskipun anak belum bisa menulis dan Hal ini mereka lakukan karena mereka
menghapal setidaknya mereka mencoba menyerahkan tanggungjawab
menciptakan lingkungan dan kesadaran kesukarelawanan orang tua pada pengurus
beragama sejak dini kepada anak mereka. POM (persatuan orang tua murid).
Selain menciptakan lingkungan belajar Demikian pula dengan narasumber pada
yang ramah anak mereka juga memfasilitasi kegiatan pertemuan para orang tua, para
kebutuhan belajar anak seperti: penyediaan orang tua jarang bersedia menjadi
alat tulis, alat gambar, gambar tempelan sukarelawan narasumber di forum tersebut
edukatif, serta memastikan kebersihan bahkan cenderung pasif. Hal ini bisa jadi
ruangan. Para orang tua juga berusaha dipengaruhi oleh latar belakang para orang
selalu menyediakan bahan untuk anak tua (yang menjadi responden dalam
belajar di sekolah, dan selalu mengecek penelitian ini) rata-rata berlatar belakang
kelengkapan alat belajar anak sebelum pendidikan SMA, sehingga mereka merasa
berangkat ke sekolah. belum mumpuni untuk menjadi
sukarelawan narasumber. Disisi lain
D. Pengambilan Keputusan mereka bersedia terlibat aktif menjadi
Para orang tua merasa sering sukarelawan guru diawal semester
diundang dalam kegiatan di sekolah. pembelajaran. Hal ini dikarenakan anak-
Undangan bagi para orang tua bertujuan anak mereka masih malu dan ragu untuk

38
bersama gurunya sehingga para orang tua hidup mereka, mencontoh dari pengasuhan
duduk dikelas membersamai anak mereka orang tua mereka, lingkungan tetangga
belajar di hari pertama. sekitar, buku, hingga internet. Artinya
keterampilan pengasuhan merupakan
F. Kolaborasi dengan Masyarakat seperangkat keterampilan yang dapat
Tidak ada kerjasama dalam bentuk dipelajari karena ketersediaan informasinya
bisnis yang dilakukan oleh pihak sekolah sudah tersebar luas dan mudah untuk
dengan masyarakat. Adapun kemitraan atau diakses. Secara alami para orang tua
kelembagaan yang berkolaborasi dan memiliki sikap percaya diri yang
bermitra dengan pihak sekolah yakni diakumulasikan dengan beragam sumber
IGTK. Sekolah juga membuka kesempatan daya yang ada disekitarnya untuk
untuk bermitra dengan berbagai universitas membentuk keterampilan pengasuhan,
bagi kepentingan pendidikan dan terlepas dari latar belakang ekonomi dan
penelitian. Namun sejauh ini kami belum pendidikan mereka.
menemukan adanya berkolaborasi program Para orang tua berpendapat bahwa
sekolah dengan masyarakat sekitar guna pola asuh yang baik yakni pengasuhan oleh
mendukung pendidikan anak. orang tua inti atau orang tua kandung,
mengajarkan, bersikap dan memberi contoh
PEMBAHASAN yang baik di depan anak seperti dalam
Keterlibatan orang tua dalam berbahasa, tatakrama pada orang lain,
program pendidikan anak usia dini yang sopan santun, mengajarkan kesadaran
kami temukan paling dominan muncul pada beragama sejak dini, dan memerhatikan
konteks pola asuh orang tua di rumah, pendidikan anak. Sehari-hari para orang tua
komunikasi orangtua-guru, dan penciptaan mengasuh anaknya dengan cara menemani
lingkungan belajar di rumah. Pada konteks anak bermain, mengantarkan anak ke
pola asuh di rumah para orang tua memiliki sekolah, mengantar anak ke sekolah
keterampilan pengasuhan yang baik, hal ini diniyah, gaya pengasuhan yang tidak keras
dilatarbelakangi oleh pengalaman masa lalu dan tidak juga tidak lembut, berusaha
saat mereka dididik oleh orang tuanya dan memberikan apapun yang diinginkan anak
terakumulasi dengan pengalaman dari selama hal itu positif, namun dengan
orang-orang disekitarnya. Didukung catatan tidak semua keinginan anak dituruti
dengan cara mengasuh para orang tua di serta selalu berusaha meluangkan waktu
rumahnya yang menggambarkan bahwa untuk mengasuh anak-anak mereka.
mereka mencoba membangun hubungan Keterampilan yang mencoba dibangun oleh
yang hangat dengan anak mereka, para orang tua melalui gaya pengasuhan
membangun kelekatan dengan anak, sebagaimana dijelaskan di atas,
sehingga anak merasa nyaman, aman, dan menggambarkan bahwa para orang tua
penuh kasih sayang berada didekat orang memiliki gaya pengasuhan positif yang
tuanya. Kami menemukan para orang tua menjadi salah satu syarat dalam
memperoleh pengetahuan tentang pola asuh keterampilan. Pengasuhan positif
yang diterapkan oleh mereka diperoleh dari merupakan sebuah filosofi bahwa upaya
berbagai sumber, seperti: dari pengalaman orang tua untuk mempengaruhi anak-anak

39
mereka harus dibatasi pada bimbingan yang dapat membantu anak belajar di rumah. Hal
hangat dan mendukung. yang mereka lakukan ketika mendampingi
Konteks komunikasi terbuka yang anak belajar yaitu: membimbing atau
dilakukan oleh pihak guru dan orang tua mengarahkan anak jika mereka meminta
menggambarkan bahwa adanya dukungan bantuan atau menghadapi kesulitan, serta
kerjasama antara rumah dan sekolah untuk memperhatikan mood anak ketika belajar.
saling mendukung satu sama lain terhadap Beberapa cara ini menunjukan bahwa
pembelajaran anak. Pihak sekolah dan para adanya dukungan baik bersifat moril
orang tua rutin berkomunikasi atau maupun materil dari orang tua bagi
melakukan pertukaran informasi secara keberhasilan akademik anak-anak mereka.
teratur tentang kurikulum dan kemajuan Pembelajaran berbasis rumah bagi anak
anak. Komunikasi yang dilakukan oleh usia dini bukanlah wahana untuk
pihak sekolah dan para orang tua dilakukan menciptakan lingkungan belajar yang
melalui komunikasi formal, yakni ketika tinggi daya saing, namun untuk
para orang tua diundang untuk menghadiri menciptakan lingkungan yang nyaman
pertemuan dengan pihak sekolah. untuk anak bermain dan belajar. Intervensi
Undangan mengenai komunikasi termasuk orang tua dalam pembelajaran berbasis
salah satu cara dalam menjalin komunikasi rumah hanya sebatas bertindak sebagai
dari sekolah ke rumah dan dari rumah ke asisten guru di rumah. Seperti misalnya
sekolah tentang program sekolah dan membersihkan meja untuk memberi ruang
kemajuan anak. Melalui undangan dari bagi pekerjaan rumah dan membawakan
pihak sekolah para orang tua akan lebih anak minum. Tugas-tugas semacam ini
cenderung mudah untuk berinteraksi jelas bersifat kekeluargaan dan tidak akan
dengan guru dan sekolah. Orang tua merasa dilakukan oleh seorang guru. Oleh karena
bahwa mereka dihargai ketika mereka itu, anak akan berhasil di sekolah ketika
diundang untuk terlibat. Hal ini orang tua berbagi harapan yang tinggi
memberikan bukti bahwa terbukanya dengan anak-anak, mendiskusikan tugas
budaya sekolah untuk menumbuhkan sekolah dan menyediakan lingkungan
keterlibatan, sehingga pada beberapa rumah yang stabil bagi anak untuk belajar.
kesempatan mereka diundang untuk Selanjutnya pada konteks
terlibat. Disamping itu pihak sekolah juga pengambilan keputusan, kesukarelawanan,
perlu memastikan komunikasi yang efektif dan kolaborasi dengan masyarakat temuan
dengan orang tua terkait kemajuan kami menemukan bahwa para orang tua
akademik anak-anak mereka. Baik orang tidak begitu terlibat. Hal ini karena
tua maupun guru akan mendapat manfaat beberapa hal diantaranya yaitu: kehadiran
dari komunikasi antara sekolah dan rumah, komite sekolah yang menjadi fasilitator dan
karena informasi yang diberikan secara dianggap cukup mewakili aspirasi dari para
tidak langsung dapat meminta umpan balik orang tua. Padahal proses pengambilan
tentang bagaimana anak-anak keputusan sejatinya dapat mendorong
menyesuaikan diri di sekolah. kolaborasi lebih lanjut antara keluarga,
Penciptaan lingkungan belajar di sekolah dan masyarakat. Namun dalam hal
rumah ditujukan oleh para orang tua agar ini para orang tua mencukupkan diri dengan

40
mengikuti program yang tersedia di sekolah percaya diri dan memupuk sikap optimis
anak mereka, serta merasa telah cukup terhadap keberhasilan mendidik anak
terfasilitasi oleh adanya komite sekolah. mereka.
Sedikit disayangkan karena, komunikasi Kolaborasi dengan masyarakat juga
antara sekolah dan para orang tua belum merupakan konteks yang paling sedikit
sepenuhnya efektif, padahal komunikasi kami temukan dalam keterlibatan para
yang efektif dapat memfasilitasi orang tua dalam pendidikan anak.
pengembangan hubungan positif antara Kolaborasi merupakan salah satu sumber
guru atau sekolah dan orang tua secara daya untuk membantu pengasuhan dan
berkelanjutan. Untuk melanjutkan hasil pembelajaran di sekolah lebih ditekankan
positif siswa dan keberhasilan sekolah, pada norma sosial yang ada di masyarakat.
kesukarelaan merupakan hal yang tidak Norma sosial ini merupakan norma yang
kalah penting. Sebagai hasil dari dipegang teguh sejak lama, melekat pada
komunikasi orang tua dengan sekolah dan diri masyarakat, dan merupakan pusat
kegiatan sukarela, siswa mendapat manfaat pengendali dalam kehidupan sehari hari
karena orang tua memiliki pemahaman karena berada pada konteks sosial. Jika
tentang apa yang terjadi di sekolah dan mengacu pada teori ekologi manusia
bagaimana kinerja anak-anak mereka di Bronfenbrenner, dapat dikatakan bahwa
sekolah. individu dalam penelitian ini adalah anak,
Kesukarelawanan bagi para orang tua yang berproses dalam institusi sosial
untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah disemua tingkatan, mulai dari keluarga,
sudah ditawarkan sejak awal oleh pihak sekolah, dewan sekolah dan norma budaya
sekolah. Namun para orang tua merasa dimana anak tinggal saling mempengaruhi
belum memiliki kepercayaan diri yang baik perkembangan anak. Interaksi antara
dan latar belakang pendidikan yang belum individu dan pengaturan mikrosistem
mumpuni untuk menjadi sukarelawan pada membentuk mesosistem anak, dimana
kegiatan sekolah, sehingga mereka kurang hubungan antara beberapa pengaturan
berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat memiliki pengaruh langsung pada anak
sukarela. Undangan untuk terlibat aktif sehingga dapat melatarbelakangi
dikegiatan sekolah maupun kegiatan kehidupan anak. Kolaborasi dengan
kesukarelawanan dianggap hal yang masyarakat dalam temuan ini sebatas pada
penting bagi para orang tua yang ingin pembiasaan norma budaya atau norma
terlibat secara penuh dalam pendidikan sosial yang menjadi pengendali perilaku
anak mereka, sayangnya kami tidak anak secara tidak langsung. Hal ini secara
temukan dalam penelitian ini. Kami tidak langsung menjadi latar belakang
memandang bahwa kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh para orang
kesukarelawanan ini dapat dimanfaatkan tua, misal: membiasakan anak agar selalu
sebagai sarana memberdayakan para orang berkata jujur, sopan, mandiri hingga
tua dalam keterlibatan mereka di sekolah membangun kesadaran beragama sejak
anaknya. Setidaknya melalui kegiatan dini. Norma sosial ini menjadi bukti bahwa
kesukarelawanan para orang tua di sekolah pusat pengendali kehidupan masyarakat
anak mereka dapat membangun rasa

41
Indonesia yang harmonis, religius dan sukarelawan, dan kolaborasi dengan
hierarkis. masyarakat kami menemukan sedikit
Umumnya orang tua sering temuan yang memerlukan penelusuran
membatasi peran mereka di lingkungan lebih mendalam.
rumah saja seperti dalam memantau Pentingnya dukungan terhadap
kemajuan anak, membantu pekerjaan pembangunan hubungan kolaboratif antara
rumah anak (jika ada), dan mendiskusikan guru dan orang tua, khususnya dalam
sekolah dengan anak. Berasal dari latar konteks keterlibatan orang tua yang lainnya
belakang budaya dan pendidikan yang seperti pada pengambilan keputusan,
berbeda, mereka membawa seperangkat sukarelawanan, dan kolaborasi dengan
harapan yang berbeda. Menariknya temuan masyarakat menjadi rekomendasi dalam
kami menemukan bahwa orang tua dengan penelitian ini. Dengan harapan keterlibatan
tingkat pendidikan SMA dan tinggal orang tua dalam konteks pendidikan anak
didaerah pedesaan berperan aktif dalam dapat diwujudkan secara optimal.
mewujudkan keterlibatan orang tua pada
pendidikan anak mereka. Mereka juga DAFTAR PUSTAKA
cenderung mudah berkomunikasi dengan Anderson, Susan. R. (2014). Climbing
Every Mountain: Barriers,
pihak sekolah, baik secara tatap muka atau Opportunities and Experiences
via aplikasi tukar pesan (WA), sehingga of Jamaican Students with
memudahkan mereka untuk terlibat dalam Disabilities in Their Pursuit of
pembelajaran anak di rumah. Tidak hanya Personal Excellence. Kingston:
itu meskipun mereka berasal dari keluarga Arawak.
kelas menengah ke bawah, mereka juga Ballenger, J. (2009). Parental involvement:
sebisa mungkin selalu berusaha Low socio-economic status
meluangkan waktu untuk bermain bersama (SES) and ethnic minority
anak. Namun hal ini memerlukan parents’ struggle for
pendalaman penelitian lebih lanjut terkait recognition and identity. In P.
M. Jenlink & F.H. Townes
keterlibatan orang tua dalam pendidikan (Eds.), The struggle for identity
anak mereka dalam konteks orang tua yang in today’s schools: Cultural
keduanya bekerja. recognition in a time of
increasing diversity (pp. 156-
SIMPULAN 168). Lanham, MA: Rowman
& Littlefield Education.
Secara keseluruhan temuan kami
memberikan beberapa dukungan untuk Berkowitz, R., Glickman, H., Benbenishty,
teori Epistein (2010), bahwa pola R., Ben-Artzi, E., Raz, T.,
pengasuhan, komunikasi guru orang tua Lipshtadt, N., & Astor, R. A.
dan penyediaan lingkungan belajar erat (2015). Compensating,
mediating, and moderating
kaitannya dengan keterlibatan orang tua effects of school climate on
dalam pendidikan anak, yang pada akhirnya academic achievement gaps in
berkontribusi pada perkembangan dan Israel. Teachers College
kesejahteraan anak. Sedangkan pada Record, 117, 1-34.
konteks pengambilan keputusan,

42
Cox, D. (2005). Evidence-based involvement. Journal of
interventions using home– Educational Research, 95,
school collaboration. School 308–318.
Psychology Quarterly, 20,
473–497. Epstein, J. L. (2010). School, Family And
Community Partnerships.
Desforges, Charles, and Alberto Boulder, CO: Westview Press.
Abouchaarp. (2003). The
Impact of Parental Gillian Hampden-Thompson, Lina Guzman
Involvement, Parental Support Child Trends &Laura Lippman,
and Family Education on Pupil (2013). A cross-national
Achievement and Adjustment: analysis of parental
A Literature Review. London: involvement and student
Department for Education and literacy. International Journal
Skills. of Comparative Sociology 0(0)
https://www.nationalnumeracy 1–21, DOI:
.org.uk/sites/default/files/the_i 10.1177/0020715213501183
mpact_of_parental_involveme
nt.pdf Hornby, G., and R. Lafaele. (2011).
“Barriers to Parental
Diadha, R. (2015). Keterlibatan Orang Tua Involvement in Education: An
Dalam Pendidikan Anak Usia Explanatory Model.”
Dini Di Taman Kanak-Kanak. Educational Review 63 (1): 37–
Edusentris, 2(1), 61. 52.
https://doi.org/10.17509/eduse
ntris.v2i1.161. Hoover-Dempsey, Kathleen V., Joan M. T.
Walker, Howard M. Sandler,
DiLalla, L. F., Marcus, J. L., & Wright- Darlene Whetsel, Christa L.
Phillips, M. V. (2004). Green, Andrew S. Wilkins, and
Longitudinal effects of Kristen Closson. (2005). “Why
preschool behavioral styles on Do Parents Become Involved?
early adolescent school Research Findings and
performance. Journal of School Implications.” The Elementary
Psychology, 42, 385-401 School Journal 106 (2): 105–
130.
Epstein, Joyce. L. (1987). “Towards a
Theory of Family-School Howland, A., Anderson, J. A., Smiley, A.
Connections: Teacher Practices D., & Abbott, D. J. (2006).
and Parent Involvement Across School liaisons: Bridging the
the School Years.” Elementary gap between home and school.
School Journal 19: 119–136. School Community Journal, 16,
http:// 47–68.
www.jstor.org/jstor/gifcvtdir/a
p002419/00135984/ap030590/ Jeynes, W. (2012). Reaching out to make a
03a0002_S.I.gif? difference. Phi Delta Kappa,
93(5), 80.
Epstein, J. L., & Sheldon, S. B. (2002).
Present and accounted for: Ladd, G. W., & Dinella, L. M. (2009).
Improving student attendance Continuity and change in early
through family and community school engagement: Predictive

43
of children’s achievement
trajectories from first to eighth
grade? Journal of Educational
Psychology, 101, 190-206

Lewis, L. L., Kim, Y. A., & Bey, J. A.


(2011). Teaching practices and
strategies to involve inner-city
parents at home and in the
school. Teaching and Teacher
Education, 27, 221–234.
doi:10.1016/j.tate.2010.08.005.

National Center for Learning and


Citizenship. (2007). The school
climate challenge: Narrowing
the gap between school climate
research and school climate
policy, practice guidelines and
teacher education policy.
Retrieved from: http://www.
schoolclimate.org/climate/docu
ments/school-climate-
challenge.pdf

Sheldon, S. B. (2002). Parents’ social


networks and beliefs as
predictors of parent
involvement. The Primary
School Journal, 102, 301-316.

Shiffman, C. D. (2013). The Juggling Act


Navigating Parent Involvement
in the Welfare Reform Era.
Educational Policy, 27(1), 64-
91.

Thapa, A., Cohen, J., Guffey, S., &


Higgins-D’Alessandro, A.
(2013). A review of school
climate research. Review of
Educational Research, 83, 357-
385.

44

Anda mungkin juga menyukai