Makalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indone
Makalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indone
Makalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indone
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia”.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Puebi ................................................................................. 3
B. Pemakaian Tanda Baca ............................................................................... 5
C. Huruf Kapital .............................................................................................. 9
D. Huruf Miring ............................................................................................... 11
E. Singkatan Kata Dan Akronim .................................................................... 12
F. Penulisan kata serapan ................................................................................ 12
G. Angka Dan Lambang Bilangan .................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan.
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen
dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata
dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen,
kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem
ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan
disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon yang
paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terjadi, secara
otomatis pula akan bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah penampungnya,
yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut belum disertai
dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?
2. Bagaimana cara Pemakaian tanda baca?
3. Bagaimanakah cara penulisan kata serapan?
C. Tujuan
1. Ingin mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia.
2. Ingin mengetahui tentang cara Pemakaian tanda baca
3. Ingin mengetahui tentang cara Penulisan Kata serapan.
BAB II
PEMBAHASAN
Soetan Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe,yang
terkenal dengan nama Ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai
Pustaka. Ejaan tersebut tidak sekali jadi,tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke
tahun dan baru pada 1926,mendapat bentuk yang baku.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut : 1.
Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang.
Selama Kongres Bahasa Indonesia pada 1938,telah muncul usulan agar ejaan itu lebih
di internasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan selanjutnya,terutama sesudah
Indonesia merdeka,dirasakan bahwa ada beberapa hal kurang praktis yang harus
disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah direncanakan sewaktu pendudukan
Jepang. Pada 19 Maret 1947,di keluarkan penetapan baru oleh Menteri Pengajaran,
Pendidikan dan Kebudayaan, Suwandi tentang perubahan Ejaan Bahasa Indonesia; sebab
itu ejaan pengganti Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik. Sebagai dampak dari keputusan
tersebut,bunyi oe tidak semuanya diganti dengan u. baru pada 1949,berdasarkan pada surat
edaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti
dengan u.
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan Republik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Huruf oe diganti dengan u,seperti pada guru,itu,umur.
2. Bunyi Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k,seperti pada kata-kata
tak,pak,maklum,rakjat.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya,seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan, dengan
imbuhan di-pada ditulis,dikarang.
Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan dipersoalkan
lagi. Prof.Dr.Prijono mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan
Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlungya penyempurnaan kembali Ejaan
Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini
gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang
telah ada di Indonesia. Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan,termasuk bekerjasama
dengan Malaysia yang menggunakan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959.
Dari kerjasama ini,terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang diharapkan
pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua
Negara tersebut pada saat itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan.
Pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun,hasil
perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari berbagai pihak sehingga
gagal lagi diberlakukan.
1
Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyemprnaan “Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun 2009, Menteri
Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikann Nasional Nomor 46
Tahun 2009 tentang pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Dengan di keluarkannya Peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 di ganti dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.2
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata, seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali
3) Tanda koma dipakai untuk memisahka anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu,dan meskipun begitu.
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
7) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
8) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,(b) bagian alamat,(c) tempat
dan tanggal,serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
9) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
11) Tanda koma di pakai di antara nama orang dan gelar akdemik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga,atau marga.
12) Tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
3) tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsure-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapn yang memerlukan pemerian.
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman ,(b) bab dan
ayat dalam kitab suci,(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsure bahasa Indonesia dengan unsure
bahasa asing.
6. Tanda pisah(-)
1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2) Tanda petik di pakai untuk mengapit judul puisi,karangan,atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
11. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing.
3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
4) Tanda kurung dipakai unruk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.
2) Tanda garis miring dipakai sebagai penggganti kata atau,tiap, dan ataupun.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof(‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilamgam bagian kata atau bagian angka
tahun.3
C. HURUF KAPITAL
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan berukuran lebih
besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat. Misalnya:
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang,
termasuk julukan.
Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang diakui di
Indonesia.
3 Pustaka Setia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), hlm. 42
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia. Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya: bahasa Indonesia suku Dayak
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya atau hari besar keagamaan.
Misalnya:
bulan Juni tahun Masehi hari
Selasa hari Nyepi
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Agresi Militer Belanda II Perjanjian Renville
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
Kepulauan Seribu Sungai Siak
Kecamatan Tampan Jalan Utama
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas.
Misalnya:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Komisi Pemberantasan Korupsi
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama majalah, dan surat
kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Majalah Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak. Dia sedang
membaca novel Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan.
15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan lain
yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Wajah Kakak terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa. Ibu berkata kepadaku,
“Tolong bersihkan sayuran itu, Nak.”
D. HURUF MIRING
Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan tulisan
tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:
Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel Laskar Pelangi, Sang
Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Penulisan kata yang benar adalah dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari
peribahasa esa hilang dua terbilang!
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
Misalnya:
Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah ritual tahunan masyarakat di
Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di mancanegara. Ora et labora memiliki
makna ‘berdoa dan bekerja’.
1. Secara adapsi, yaitu apabila unsur asli diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan
maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi,
yaitu: editor, civitas, academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah
bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya. Salah satu contoh yang
tergolong secara adaptasi, yaitu: ekspor, material, sistem, atlet, manajemen,
koordinasi, fungsi.
Misalnya:
m yang dilisankan menter
ml yang dilisankan mililiter
cos yang dilisankan cosinus
2) Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf.
Misalnya:
DDT (diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan d-d-t kV
Ikilovolt-ampere) yang dilisankan k-v-a
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.Contoh: Dr. Bambang
3) Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik
setelah masing-masing huruf. Contoh :dll.
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing
tidak diikuti tanda titik. Contoh : Cu (kuprum)
2. Akronim
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia)
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri
(Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh:
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000)
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv)
kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut: 1)
Bilangan utuh Misalnya: dua belas dua puluh dua dua ratus dua puluh dua 12
2) Bilangan pecahan
Misalnya: setengah
tiga perempat
seperenam belas tiga
dua pertiga
seperseratus satu
persen satu dua
persepuluh 1/2
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku
Buwono X pada
awal abad XX
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti Misalnya: tahun
'50-an uang 5000-an lima uang 1000-an
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia,bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Hal itu karena peranan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi Negara. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku bahasa
Indonesia yang bias di jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara
sehingga dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Baik dan benar
dalam segi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ngadiyo dan Widya Sudio. 2010. Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Bandung: Yrama Widya.
Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia.
Murtiani, Anjar, dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Araska.
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kemendikbud.
Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia & Kesalahan Berbahasa.
Solo: Genta Smart Publisher.
Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta:
PT. Grasindo.