Makalah Puebi 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PUEBI 2
( PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA )

Disusun oleh :
MILLENIA ELOK FATIMAH 40317010
DWI PUSPITA SARI 40317019

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PERADABAN BUMIAYU

2018
Kata Pengantar

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada kita semua selaku
umatnya yang insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, dan jauh
dari sempurna, itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, karena kami masih tahap belajar.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada ALLAH lah penulis pasrahkan
semua,karena kebenaran hanyalah milik-Nya.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca
sekalian Terutama untuk kelas kami tercinta.

Bumiayu, Maret 2018

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI............... .......................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Sejarah singkat Ejaan di Indonesia......................................................................
B. Ejaan yang Pernah Berlaku di Indonesia .............................................................
C. Pemakaian Huruf ................................................................................................
BAB III : PEMBAHASAN
A. Huruf Abjad.........................................................................................................
B. Huruf Vokal ........................................................................................................
C. Huruf Konsonan ..................................................................................................
D. Huruf Diftong ......................................................................................................
E. Gabungan Huruf Konsonan .................................................................................
F. Huruf Kapital........................................................................................................
G. Huruf Miring........................................................................................................
H. Huruf Tebal..........................................................................................................
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN ...............................................................................................................
B. SARAN ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbeda-beda tetapi tetap satu jua, semboyan bangsa Indonesia yang dapat
menyatukan Bangsa Indonesia dengan berbagai keragaman yang dimilikinya seperti
Suku, Ras, Golongan, Bahasa, dan Daerah. Adat yang merupakan khas dari Indonesia
sendiri. Berbeda daerah juga berbeda bahasa sehingga menyulitkan dalam berkomunikasi
, dengan adanya bahasa persatuan Bahasa Indonesia memudahkan dalam berkomunikasi
dengan kelompok manusia lainnya. Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang
sangat vital dalam kelangsungan berbangsa dan bernegara. Salah satu fungsinya adalah
sebagai alat untuk menjalankan administrasi Negara.

Dengan demikian, Bahasa Indonesia sangat berperan dalam mempersatukan


berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial,budaya dan bahasanya.
Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku Bahasa Indonesia yang bisa dijadikan
pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara sehingga dapat menggunakan
bahasa Indonesia secara benar dan baik. Selanjutnya, untuk kepentingan tersebut,
Pemerintah Republik Indonesia telah menyususn dan memberlakukan ejaan bahasa
Indonesia baku yang telah mengalami beberapa kali penyempurnaan yang sebelumnya
Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disingkat menjadi PUEBI.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah singkat Ejaan di Indonesia ?
2. Jelaskan mengenai Ejaan yang pernah ada di Indonesia ?
3. Bagaimana cara penggunaan huruf pada PUEBI ?

C. TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia
2. Ingin mengetahui tentang Penulisan Huruf pada PUEBI.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia


Sebelum 1900 di Indonesia,yang sebagian besar penduduknya masih
menggunakan bahasa Melayu ,belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada
1900,Ch. Van ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu dengan
mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu,ia sekadar mempersatukan
bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak dari sistem ejaan
bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan Wngku Nawawi,gelar
Soetan Ma’moer,dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan
itu dalam bukunya Kitab Logat Melajoe,yang terkenal dengan nama Ejaan Van
Ophuysen atau ada juga yang menyebutnya Ejaan Balai Pustaka. Ejaan tersebut tidak
sekali jadi,tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada
1926,mendapat bentuk yang baku.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang.
b. Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe,oemoer.
c. Penggunaan tanda diakritik,seperti koma ain,hamzah dan tanda trema,untuk
menuliskan kata-kata ma’moer,’akal,ta’,dinamai’.
Selama Kongres Bahasa Indonesia pada 1938,telah muncul usulan agar ejaan
itu lebih di internasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan
selanjutnya,terutama sesudah Indonesia merdeka,dirasakan bahwa ada beberapa hal
kurang praktis yang harus disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah
direncanakan sewaktu pendudukan Jepang. Pada 19 Maret 1947,di keluarkan
penetapan baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Suwandi
tentang perubahan Ejaan Bahasa Indonesia; sebab itu ejaan pengganti Ejaan Suwandi
atau Ejaan Republik. Sebagai dampak dari keputusan tersebut,bunyi oe tidak
semuanya diganti dengan u. baru pada 1949,berdasarkan pada surat edaran
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti
dengan u.
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan Republik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Huruf oe diganti dengan u,seperti pada guru,itu,umur.
b. Bunyi Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k,seperti pada kata-kata
tak,pak,maklum,rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-an.
d. Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya,seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan, dengan
imbuhan di-pada ditulis,dikarang.
Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan
dipersoalkan lagi. Prof.Dr.Prijono mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa
Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlungya
penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil
penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang
besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia. Usaha
penyempurnaan ejaan terus dilakukan,termasuk bekerjasama dengan Malaysia yang
menggunakan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama
ini,terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang diharapkan
pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua
Negara tersebut pada saat itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan.
Pada awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia.
Namun,hasil perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari berbagai
pihak sehingga gagal lagi diberlakukan.
Pada 16 Agustus 1972,Presiden Republik Indonesia meresmikan Ejaan baru, yang
lebih dikenal dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan
baru ini tetap dipakai sampai saat ini, dan tentunya telah mengalami revisi agar lebih
sempurna.[1]
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia pengembangan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku ”Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang labih luas. Setelah itu ,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
27 Agustus 1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan”.
Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penyemprnaan “Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan EYD edisi 1975. Pada tahun 2009, Menteri
Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikann Nasional Nomor
46 Tahun 2009 tentang pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Dengan di keluarkannya Peraturan menteri ini, maka EYD edisi
1987 di ganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
B. Ejaan yang pernah ada dan berlaku di Indonesia
1. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah keseluruhan sistem dan peraturan penulisan bunyi bahasa
untuk mencapai keseragaman. Sedangkan untuk Ejaan Yang Disempurnakan
adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.
Adapun pengertian lain dari ejaan yaitu penggambaran bunyi
bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidahtulisan (huruf) yang distandardisasikan
dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu;
1. Aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
2. Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-
satuan morfemis.
3. Aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
2. Macam Ejaan
Ejaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan fonetis dan ejaan fonemis.
Adapun penjelasanya sebagi berikut ;
a. Ejaan Fonetis ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa
fonem dengan lambang atau huruf. Hal itu dilakukan dengan mengukur dan
mencatat dengan alat pengukuran bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah
lambing yang diperluas cukup banyak.
b. Ejaan Fonemis ialah ejaan yang berusaha menyataka setiap fonem
dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang
diperlukan tidak terlalu banyak dalam bahasa Indonesia, ejaan yang dipakai ialah
ejaan fonetis. Namun, masih terdapat beberapa fonem yang dilambangkan dengan
dua tanda. Contoh: [ ng, ny, kh, sy]. Sebaliknya ada dua fonem yang
dilambangkan dengan satu tanda. Contoh: e [ pepet: makan apel] dan e [ taling:
apel bendera, rambut perang].
3. Ejaan yang (Pernah) Ada dan Berlaku DiIndonesia
Pada bahasa yang berkembang di Indonesia pernah memiliki Ejaan yang
berubah – ubah. Adapun penjelasan dari ejaan yang penah ada dan berrlaku di
Indonesia yakni:
a. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat
pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini
merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat
Melayoe(1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen yakni ejaan ini digunakan untuk
menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang
Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:
1) Huruf (u) ditulis (oe).
2) Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya
bapa’, ta’
3) Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i),
maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4) Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5) Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6) Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan
dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini. Kebanyakan
catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang
dikenal sebagai tulisan Jawi.

b. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi


Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan
latin untuk Bahasa Indonesia. Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3.Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4.Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
misalnya ejaan, seekor, dsb.
5) Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara. Contohnya berlari-
larian, berlari2-an.
6) Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara. Contohnya : tata
laksana, tata-laksana, tatalaksana.
7) Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah
(pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
c. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan
ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa
Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat
diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara
Indonesia dan Malaysia.
d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No.
156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan
yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada
tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987. EYD mengatur pemakaian huuf, pemakaian huruf kapital dan
huruf miring penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

C. PEMAKAIAN HURUF
1. Huruf Abjad
Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
Huruf Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital
A A a A
B B be Bé
C C ce Cé
D D de Dé
E E e É
F F ef Éf
G G ge Gé
H H ha Ha
I I i I
J J je Jé
K K ka Ka
L L el Él
M M em Ém
N N en Én
O O o O
P P pe Pé
Q Q ki Ki
R R er Ér
S S es És
T T te Té
U U u U
V V ve Vé
W W we Wé
X X eks Éks
Y Y ye Yé
Z Z zet Zét

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf,
yaitua, e, i, o, dan u.
Misalnya Pemakaian dalam Kata
Vokal Posisi Tengah
Posisi Awal Posisi Akhir
A Api padi Lusa
e* Enak petak Sore
Ember pendek -
Emas kena Tipe
I Itu simpan Murni
O Oleh kota Radio
U Ulang bumi Ibu
C.
Keterangan:
*Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik berikut ini dapat
digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan keraguan.
a. Diakritik ( e ) dilafalkan [ e ]
Misalnya : Anak-anak bermain di teras (teras)

b. Diakritik ( e ) dilafalkan [e]


Misalnya : Kami menonton film seri (seri)
c. Diakritik ( e ) dilafalkan [a]
Misalnya : Upacara itu dihadiri pejabat teras (teras) Bank Indonesia

3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21
huruf, yaitub, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Misalnya pemakaian dalam kata
Posisi Awal Posisi Posisi Akhir
Tengah
B Bahasa Sebut Adab
C Cakap Kaca -
D Dua Ada Abad
F Fakir Kafan Maaf
G Guna Tiga Gudeg
H Hari Saham Tuah
J Jalan Manja Mikraj
K Kami Paksa Politik
L Lekas Alas Akal
M Maka Kami Diam
N Nama Tanah Daun
P Pasang Apa siap
Q Qariah Iqra -
R Raih Bara Putar
S Sampai Asli Tangkas
T Tali Mata Rapat
V Variasi Lava Molotov
W Wanita Hawa Takraw
X Sajenon - -
Y Yakin Payung -
Z Zeni Lazim Juz

Keterangan:
*Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada
posisi awal kata diucapkan [s].
4. Huruf Iftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan
gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi
.
5. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi konsonan.
Gabungan Misalnya Pemakaian dalam Kata
Huruf Posisi Posisi Posisi
Konsonan Awal Tengah Akhir
Kh Khusus Akhir Tarikh
Ng Ngarai Bangun Senang
Ny Nyata Banyak -
Sy Syarat musyawarah Arasy
6. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya :
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya :
Amir Hamzah
Jenderal Kancil
Catatan:
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
ikan mujair.
5 ampere
2) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna ‘anak dari’ seperti bin, binti, boru, dan von,atau huruf pertama kata
tugas. Misalnya :
Siti Fatimah binti Salim
Ayam Jantan dariTimur
c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya :
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf partama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
Islam
Alquran
Allah
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Doktor Mohammad Hatta
Andri Wicaksono, Magister Pendidikan
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Silakan duduk, Prof.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Gubernur Papua Barat
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya
bangsa Indonesia
suku Dani
bahasa Bali
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai
bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya :
pengindonesiaan kata asing
kejawa-jawaan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada:
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari besar atau hari raya.
Misalnya:
bulan Agustus
hari Natal
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah.
Misalnya:
Perang Dunia II
Konferensi Asia Afrika
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama
tidak ditulisdengan huruf capital
Misalnya
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Jakarta
Sungai Musi
Catatan:
1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya: berlayar ke teluk mandi di sungai
2) Huruf pertama nama diri geografi dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis
dengan huruf kapital.
Misalnya: jeruk bali
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis
dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya.
Misalnya:
gula pasir
kunci tolak
contoh berikut bukan nama jenis
Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, dan batik Solo.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti, di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) didalam jusul buku, karangan, artikel, san
makalah, serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.H sarjana hukum
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan
Catatan:
1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
7. Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
Huruf terkhir kata abad adalah d.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing. Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah Garnicia mangostana
Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip
secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf
miring.
8. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring. Misalnya:
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemakaian huruf diantaranya mengenai huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, pemenggalan kata,
pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Pemakaian huruf kapital diantaranya yaitu
huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk. Huruf kapital dipakai sebegai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Adik bertanya,”Kapan kita pulang?”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin. Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika. Huruf
kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan. Misalnya Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan RakyatHuruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?”
tanya Harto. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda, misalnya:
Sudahkah Anda tahu? Pemakaian huruf miring diantaranya: huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan, misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negarakertagama.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: huruf pertama kata abad ialah a, Dia
bukan menipu, tetapi ditipu. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik,
harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat
dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depdikbub. (1987). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang


Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan Istilah.. Jakarta: Departemen
Pendidkan dan Kebudayaan.
2. https://ceritabahasa.co/2015/12/18/pedoman-umum-ejaan-bahasa-indonesia/ diunduh
pada 4 Maret 2018 pukul 10:12.

Anda mungkin juga menyukai