Makalah Rekayasa Lalu Lintas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA LALU LINTAS

“Penerapan Sistem

Sydney Coordinated Adaptive Traffic System (SCATS)

Di Kota Makassar”

Oleh:

Andi Muhammad Zulfan ( 03120210227 )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2024
BAB I
PENDAHULUAN

Permasalahan transportasi akan selalu berkembang mengikuti perkembangan kemajuan suatu


negara daerah. Perkembangan teknologi transportasi yang ada saat ini mempengaruhi banyaknya
jenis dan jumlah kendaraan yang menyebabkan kemacetan di jalan-jalan utama setiap wilayah
perkotaan.

Kemacetan mayoritas terjadi di jalan-jalan utama perkotaan, begitu pula dengan jalan utama
titik pertemuan kendaraan berbagai tujuan. Dan kemacetan sering terjadi pada persimpangan
karena kinerja penataan persimpang tidak berjalan dengan baik, salah satunya diantaranya
dipengaruhi oleh lambatnya pergerakan kendaraan yang mengakibatkan terjadinya kemacetan
[2].

Kemacetan lalu lintas merupakan masalah serius yang dihadapi oleh banyak kota besar di
Indonesia, termasuk Makassar. Sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar berfungsi
sebagai pusat ekonomi, pendidikan, dan budaya di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan urbanisasi yang terus meningkat telah mengakibatkan bertambahnya
jumlah kendaraan di jalan-jalan kota. Hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
signifikan, terutama pada jam-jam sibuk. Kemacetan lalu lintas tidak hanya berdampak pada
efisiensi waktu, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup masyarakat, produktivitas ekonomi,
serta lingkungan.

Kemacetan lalu lintas di Makassar merupakan masalah kompleks yang memerlukan


penanganan terpadu dan strategis. Diperlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan
pihak swasta untuk mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan. Peningkatan kualitas
infrastruktur, pengembangan sistem transportasi publik yang lebih baik, serta penerapan
kebijakan lalu lintas yang lebih efektif adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil
untuk mengatasi permasalahan ini. Tanpa upaya yang serius dan terkoordinasi, kemacetan lalu
lintas di Makassar akan terus menjadi hambatan bagi perkembangan kota dan kualitas hidup
warganya.
BAB II

MASALAH

1) Peningkatan Jumlah Kendaraan


Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita di Makassar telah mendorong
peningkatan jumlah kendaraan pribadi. Menurut data statistik, jumlah kendaraan bermotor di
Makassar meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Jalan-jalan yang tidak dirancang untuk
menampung volume kendaraan yang tinggi menjadi cepat penuh, menyebabkan kemacetan parah
di banyak titik.
2) Infrastruktur yang Tidak Memadai
Meskipun telah dilakukan berbagai upaya pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan dan
pelebaran jalan, infrastruktur jalan di Makassar masih belum memadai untuk mengatasi lonjakan
jumlah kendaraan. Selain itu, perencanaan kota yang kurang baik sering kali mengakibatkan
adanya bottleneck di berbagai lokasi strategis, memperparah kondisi kemacetan.
3) Sistem Transportasi Publik yang Kurang Efektif
Sistem transportasi publik di Makassar, seperti bus kota dan angkutan umum, masih kurang
efektif dan efisien. Keterbatasan jumlah armada, rute yang tidak memadai, dan kurangnya
kenyamanan serta keamanan membuat masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan
pribadi. Hal ini memperparah kondisi kemacetan di jalan raya.
4) Kebijakan Lalu Lintas yang Kurang Optimal
Kebijakan lalu lintas yang diterapkan sering kali kurang efektif dalam mengatur aliran
kendaraan. Penerapan aturan lalu lintas yang tidak konsisten, kurangnya penegakan hukum, serta
kurangnya koordinasi antar instansi terkait berkontribusi pada peningkatan kemacetan.
BAB III

REFERENSI SOLUSI

Dalam upaya mengurangi lalu lintas kemacetan di persimpangan, Dapat menerapkan otomatis
dan pengaturan yang dapat dikontrol dari jarak jauh menghambat penerapan ATCS (Area Traffic
Control System) sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja simpang, Penerapan
ATCS (Area Traffic Control System) pada simpang jalan menggunakan aplikasi pendukungnya
yaitu SCATS (Sydney Coordinated Adaptive Traffic System),

Sydney Coordinated Adaptive Traffic System (SCATS) merupakan inovasi teknologi dari
Sydney, Australia untuk membantu mengatasi kemacetan lalu lintas . Kamera dan sensor
ditempatkan pada jalan-jalan raya untuk menghitung jumlah kendaraan serta mengatur lampu
lalu lintas melalui data center terpusat. Saat terjadi kemacetan, lampu hijau akan menyala lebih
lama agar kendaraan tidak berhenti dan menumpuk. Sebaliknya, waktu nyala lampu hijau segera
kembali normal bila jalanan kosong.

Kota besar lainnya yang mengadaptasi teknologi untuk mengatasi kemacetan adalah
Kopenhagen. Ibu kota Denmark ini menerapkan Integrative Public Transport Model yang
mengintegrasikan akses tiga jenis kendaraan umum sekaligus. Pengguna dapat melihat berbagai
informasi, seperti tiket, waktu kedatangan kendaraan, dan tujuan keberangkatan, dalam satu
aplikasi ponsel atau melalui pesan singkat. Sistem tersebut juga menginformasikan keberadaan
halte bus terdekat serta fasilitas parkir yang tersedia.

Selain itu, fitur sinyal radio dan GPS pada Integrative Public Transport Model memungkinkan
bus datang sesuai kebutuhan penumpang. Alhasil, integrasi angkutan umum tersebut mampu
mengurangi penggunaan mobil pribadi secara signifikan. Merujuk ada sumber yang sama
diWorld Economic Forum, pengurangan terlihat dari adanya penurunan emisi CO2 sebesar 83
persen.
Setting SCATS bersifat adaptif yaitu pengaturan sinyal lampu lalu lintas diatur berdasarkan
volume kendaraan yang ada. Data volume kendaraan simpang susun dapat diatur secara manual
dengan operator atau secara real-time menggunakan sensor kendaraan yang dipasang pada lampu
lalu lintas di lapangan.

Melalui observasi dan pengumpulan data (survei) yang dilakukan, sebelum diterapkan SCATS
pada simpang ini mengalami kemacetan, terutama pada jam sibuk saat berangkat dan kembali
bekerja. Solusi untuk mengatasi kemacetan di persimpangan adalah dengan mengatur waktu
siklus tersebut persimpangan berdasarkan besar kecilnya kapasitas, panjang antrian dan tundaan
persimpangan (MKJI, 1997)
BAB IV

ANALISA SOLUSI & PERMASALAHAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan Jalan Indonesia
Metode Manual Kapasitas (MKJI) 1997. Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan suatu
flowchart penelitian yang dapat memberikan pedoman agar penelitian yang dilakukan berjalan
dengan baik. Secara garis besar, itu berikut diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metode Penelitian

Pengambilan data untuk menghitung jumlah kendaraan yang lalu lalang pada simpang tersebut
dilakukan secara manual. Pendataan dilakukan di Gedung Dinas Teknis DKI Jakarta lantai 16
melalui monitor CCTV sehingga pandangan luas dan jernih. Selanjutnya peneliti mencatat setiap
kendaraan berdasarkan jenisnya yang melintasi batas yang ditentukan menggunakan aplikasi
hand counter pada telepon seluler peneliti, setelah itu data ditransfer untuk mengisi formulir
survei .

Data volume kendaraan pada lalu lintas simpang susun diambil selama 5 hari (hari kerja yaitu
Senin s/d Jumat), survei dibagi menjadi 2 bagian yaitu pada jam sibuk saat perjalanan pulang
pergi jam kerja (07:00 – 09:00) dan pulang kerja (16:00 – 18:00), data diambil satu kali setiap 15
menit. Kendaraan yang disurvei dibagi menjadi tiga kelompok kendaraan, yaitu sebagai berikut:

1. Kendaraan Ringan (Light Vehicle / LV).


2. Kendaraan Berat (Heavy Vehicle / HV).
3. Sepeda motor (Motor Cycle / MC)

Pendataan volume kendaraan diambil dari berbagai arah pada setiap simpang susun lengan yaitu
ada yang belok kanan, belok kiri, dan lurus. Bentuk datanya adalah dikumpulkan menjadi dua,
yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah diperoleh melalui studi literatur yang
dilakukan peneliti dari berbagai sumber diantaranya instansi terkait dalam penelitian ini.
Sedangkan data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lokasi survei
yang telah ditentukan. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data geometrik jalan seperti
garis tengah dan garis berhenti. Jarak diukur dengan menggunakan alat ukur panjang instrumen
(dalam meter). Data geometrik yang diukur adalah lebar jalur dan lebar jalan lebar lengan jalan
tempat kendaraan berhenti sebelum melewati garis berhenti. Sedangkan data arus lalu lintas yang
diambil meliputi volume kendaraan dan waktu siklus pada saat persimpangan itu.

Data survei di lokasi pengamatan diperoleh berupa satuan kendaraan per jam. Lalu data akan
diubah menjadi satuan yang sama yaitu smp (satuan mobil penumpang) per jam sesuai ke celana
pendek masing-masing.

Data volume lalu lintas pada jam sibuk tertentu akan menjadi data utama dalam menganalisa
bagaimana keadaannya pertukaran berfungsi. Data tersebut kemudian akan digunakan dalam
perhitungan sesuai dengan tahun 1997 MKJI tentang kapasitas jalan, tundaan kendaraan, jumlah
dan panjang antrian simpang. Itu Data utama dikatakan data volume lalu lintas tertinggi jika data
arus lalu lintasnya paling padat dibandingkan dengan data lain.
Dalam penyusunannya, sistem SCATS membagi waktu siklus menjadi beberapa rencana,
dimana hal ini rencana dibagi menjadi 5 (lima) menurut beberapa pembagian waktu. Berikut
SCATSnya merencanakan data waktu sinyal untuk pengaturan di lokasi survei.

1) Tipe pendek
2) Lebar pendek efektif
3) Arus jenuh dasar
4) Saat ini

Alat observasi, kebutuhan observasi yang diperlukan antara lain :

1) Aplikasi Hand counter, digunakan untuk menaungi banyak kendaraan yang lalu lalang di
lapangan pengamatan. dihitung berdasarkan jenisnya.
2) Media untuk mencatat data hasil survei.
3) Meter, digunakan untuk menghitung ukuran geometri suatu lokasi.
4) Alat Tulis.

Tata cara penghitungan kapasitas dan tingkat kinerja simpang menurut Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) Tahun 1997 dilakukan sebagai urutan berikut:

Langkah pertama: Masukkan data

a) Data geometri, kondisi lingkungan lokasi survei dan pengaturan lalu lintas.
b) Kondisi lalu lintas

Langkah kedua: Memproses data masukan

a) Lebar celana pendek dapat dipertukarkan secara efektif.


b) Arus jenuh dari basis pertukaran.
c) Faktor penyesuaian.

Langkah ketiga: Kapasitas

a) Kapasitas pertukaran.
b) Derajat kejenuhan.
Langkah keempat: Tingkat Kinerja Pertukaran

a) Panjang antrian simpang susun.


b) Jumlah kendaraan yang mogok.
c) Jumlah penundaan simpang susun.

Aplikasi SCATS (Sydney Coordinated Adaptive Traffic System) di Simpang Kota Makassar
beroperasi pada mode pengoperasian flexilink, yaitu sinyal yang berdekatan disinkronkan
berdasarkan frekuensi satuan listrik atau dengan jam akurat yang ditentukan oleh rencana yang
ada berdasarkan jam waktu masing-masing durasi, misalnya menurut data harian dan jam. Data
harian dan jam pada mode flexilink dikumpulkan secara manual. Arsitektur SCATS dapat dilihat
pada Gambar 2.

Gambar 2. Arsitektur ATCS

Prinsip kerja ATCS adalah LC (Local Control) memerintahkan TL (Traffic Light) berdasarkan
menginput data dari detektor, lalu TraffiCam menginput data lalu lintas, CCTV untuk memantau
persimpangan kepadatan, dan TL (Traffic Light) menerima data dari LC (Local Control) dan
menginformasikan warna merah dan hijau waktu. Peralatan yang digunakan seperti sensor
detektor, kamera CCTV, pengontrol SCATS, server, perangkat lunak SCATS, komputer, dan
telepon. Penggunaan SCATS dibagi menjadi 5 (lima) operator yang bertugas pada setiap shift.
Tugas operator bertanggung jawab atas 5-7 koridor, periksa apakah ada ekor antrian kendaraan
di koridor dengan bantuan google map, lalu periksa CCTV untuk memastikan kemacetan di
koridor, lalu segera lakukan simpang susun pengaturan pada aplikasi SCATS. Setiap
persimpangan yang terkoordinasi mempunyai pengatur lampu lalu lintas, menjadi suatu sistem
yang terhubung satu sama lain.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan temuan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa menurut perhitungan


menggunakan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Penerapan SCATS
aplikasi menghasilkan nilai penundaan dan Indeks Layanan Pertukaran, untuk masing-
masingnya, yaitu nilai tundaan tertinggi terdapat pada puncak utara.
Delay terendah terdapat pada puncak timur untuk puncak pagi hari dan short selatan untuk
puncak sore hari. Selanjutnya dari hasil perhitungan data delay pada masing-masing short
diperoleh delay untuk keseluruhan short pada puncak pagi hari dengan Service Nilai Indeks
Tingkat menurut MKJI 1997 adalah B dan untuk puncak keterlambatan sore hari secara
keseluruhan pendek dengan nilai Service Level Index sesuai MKJI 1997 adalah A. Sehingga
penerapan aplikasi SCATS dalam mengatasi kemacetan tersebut yang telah diterapkan di Kota
Makassar memberikan hasil indeks yang baik yaitu B pada pagi hari dan A di sore hari.
Aplikasi SCATS dapat secara adaptif mengatur waktu siklus lalu lintas berbasis sensor lampu.
Manajemen lalu lintas dapat dikontrol secara manual oleh operator dari jarak jauh menggunakan
internet jaringan komunikasi dan dapat dikondisikan dengan kasus-kasus khusus dan darurat.
Lebih lanjut peneliti meyakini bahwa penerapan SCATS dapat diterapkan di semua jurusan kota-
kota di tanah air dalam mengatasi permasalahan kemacetan.

Anda mungkin juga menyukai