LP Dan Askep Sepsis Neonatorum Lala Kel 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

L
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEONATORUM DIRUMAH SAKIT
dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KEPERAWATAN NEONATAL

DISUSUN OLEH
Lala Veronica
2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PRODI SARJANA
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Lala Veronica
NIM : 2018.C.10a.0974
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. L
dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum di Rumah Sakit dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya Keperawatan Neonatal”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh
Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK 3) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Mengetahui, Pembimbing Akademik


Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Nia Pristina, S. Kep., Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. L dengan Diagnosa Medis
Sepsis Neonatrum di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka RayaKeperawatan
Neonatal”
.Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka
Harap Palangka Raya.
3. Nia Pristina, S. Kep., Nersselaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik Keperawatan
Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 15 Juni 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Sepsis Neonatrum
..................................................................................................................................7
2.1.1 Definisi Sepsi Neonatrum..........................................................................................8
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................................8
2.1.3 Etiologi......................................................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................................10
2.1.5 Fatosiologi (WOC)..................................................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis...................................................................................................14
2.1.7 Komplikasi..............................................................................................................16
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang.........................................................................................20
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................................................21
2.2. Manajemen Bayi Baru Lahir............................................................................................22
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................................................24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan...........................................................................................27
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................28
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................................39
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................................41
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................................45
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian......................................................................................................................52

4
3.2 Diagnosa.........................................................................................................................55
3.3 Intervensi........................................................................................................................58
3.4 Implementasi..................................................................................................................62
3.5 Evaluasi.........................................................................................................................66
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................69
4.2 Saran..............................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
SAP..........................................................................................................................................78
LEAFLET...............................................................................................................................78

5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka kematian bayi tersebut dapat
didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum
berusia tepat satu tahun (wordpress.com , 2011).
Berdasarkan data world Health Organization (WHO) terdapat 10 juta kematian
neonatus dari 130 juta bayi yang lahir setiap tahunnya. Secara global lima juta neonatus
meninggal setiap tahunnya, 98% diantaranya terjadi di negara sedang berkembang. Angka
kematian bayi 50% terjadi pada periode neonatus dan 50% terjadi pada minggu
pertama kehidupan (Sianturi dkk, 2012).Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 mengestimasi angka kematian neonatus (AKN) di Indonesia sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan
tahun 2007 sepsis menjadi salah satu penyebab utama kematian. Tingginya angka kematian
neonatus yaitu sebesar 12%, disamping penyebab-penyebab lain seperti gangguan/kelainan
pernapasan (37%) dan prematuritas (34%).
Sepsis neonatorum merupakan masalah kesehatan yang belum dapat ditanggulangi
dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Sampai saat ini, sepsis neonatorum
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir. Pada bulan
pertama kehidupan, infeksi yang terjadi berhubungan dengan angka kematian yang tinggi,
yaitu 13%-15% (Hartanto et al., 2016).Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi
baru lahir yang dirawat mempunyai masalah yang berkaitan dengan sepsis. Hal yang sama
juga ditemukan di negara maju pada bayi yang dirawat di unit perawatan intensif bayi baru
lahir. Di samping morbiditas, mortalitas yang tinggi ditemukan pula pada bayi baru lahir
yang menderita sepsis (Effendi & Indrasanto, 2018).
Berdasarkan masih tingginya prevalensi angka kejadian Sepsi Neonatrum, khususnya
di Indonesia, dan juga melihat dari segi sebab akibat yang dapat di timbulkan, maka saya
tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Sepsi Neonatrumdan asuhan keperawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam laporan pendahuluan ini adalah :
Bagaimana pemberian asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Sepsi
Neonatrumpada An. L di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung
tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Sepsis
Neonatrum di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada An. L dengan Diagnosa
Medis Sepsis Neonatrum ?
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis
Neonatrum ?
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan pada
An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum ?
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi pada
An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum ?
1.3.2.5 Mahasiswa dapatmelakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan
pada An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum ?
1.3.2.6 Mahasiswa dapatmengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada
An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum ?
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan pada An.L dengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum ?
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan Diagnosa Medis
Sepsis Neonatrumsecara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

7
Sebagai sumber bacaan tentang Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum dan Asuhan
Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan mutu
pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Diagnosa Medis Sepsis
Neonatrum melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat membantu
serta menunjang pelayanan perawatandengan Diagnosa Medis Sepsis Neonatrum yang
berguna bagi status kesembuhan klien.

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Sepsis
Neonatrum

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat


infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi pada bayi baru lahir 0 – 28 hari
pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama bulan
pertama kehidupan. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala
infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan (usia 0 sampai
28 hari) (Stoll, 2017).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi Sepsi Neonatrum
adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Infeksi ini bisa menyebabkan
kerusakan di berbagai organ tubuh bayi disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus.

(Gambar 2.1 Sepsis Neonatrum)

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular terdiri dari berbagai organ yang
memiliki fungsinya masing-masing. Sistem organ ini memiliki tugas utama untuk
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh.
9
1. Jantung

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak di bagian tengah rongga dada, tepatnya di
bagian belakang sisi kiri tulang dada. Ukuran jantung orang dewasa kira-kira sedikit lebih
besar dari satu kepalan tangan.

Di dalam jantung, terdapat empat ruangan yang terbagi menjadi dua bilik (ventrikel)
dan dua serambi (atrium). Serambi dan bilik kiri jantung berisi darah bersih yang kaya
oksigen, sedangkan bilik dan serambi kanan berisi darah kotor.

Empat ruangan di dalam jantung juga dilengkapi empat katup yang berfungsi untuk
menjaga aliran darah mengalir ke arah yang tepat.

2. Pembuluh darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem peredaran darah yang berfungsi untuk
mengedarkan darah dari jantung ke berbagai organ dan jaringan tubuh maupun sebaliknya.
Ada dua jenis pembuluh darah di dalam tubuh, yaitu:
a. Arteri
Pembuluh darah ini bertugas membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung
menuju seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali pembuluh arteri pulmonalis.
Darah bersih dipompa keluar dari jantung akan melalui pembuluh darah utama (aorta)
dari bilik kiri jantung. Aorta ini kemudian bercabang menjadi pembuluh darah arteri yang
lebih kecil (arteriol) yang menyebar di seluruh bagian tubuh.

b. Vena
Pembuluh darah vena berfungsi untuk membawa darah dari seluruh jaringan dan
organ tubuh untuk kembali ke jantung, baik dari seluruh tubuh atau dari paru-paru.
Pembuluh vena besar (vena cava) membawa darah kotor yang mengandung karbon
dioksida dari seluruh tubuh untuk dialirkan ke paru-paru dan ditukar dengan oksigen
melalui proses pernapasan. Sementara itu, vena pulmonalis (vena paru) membawa darah
bersih yang kaya oksigen dari paru-paru menuju jantung.
3. Darah
Darah adalah komponen terpenting dari sistem peredaran darah manusia. Darah
berperan sebagai pembawa nutrisi, oksigen, hormon, dan antibodi ke seluruh tubuh. Tak
hanya itu, darah juga mengangkut zat beracun dan sisa metabolisme seperti karbondioksida,
untuk dikeluarkan dari tubuh.

10
Darah manusia terdiri atas beberapa bagian, yang meliputi:
a. Plasma darah merupakan cairan berwarna kekuningan yang mengandung berbagai zat
penting, seperti hormon dan protein.
b. Sel darah merah (eritrosit) berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida.
c. Sel darah putih (leukosit) merupakan komponen utama dari sistem kekebalan tubuh.
Sel darah ini bertugas untuk mendeteksi keberadaan benda asing yang berbahaya,
seperti zat beracun dan kuman, lalu melawannya agar tubuh terlindungi dari berbagai
penyakit.
d. Keping darah (trombosit) dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang proses pembekuan
darah saat terjadi luka atau cedera.
2.1.3 Etiologi
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti E.Coli,
Listeria monocytogene, Neisseria meningitidis, Streptokokus pneumonia, Haemophilus
influenza tipe b, Salmonella, Strepkokus group B (Putra, 2012).
Selain itu juga disebabkan oleh bakteri Acinetobacter sp, Enterobacter sp,
pseudomonas sp, Serratia sp (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis. Berbagai macam patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur
dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada sepsis neonatorum. Pola kuman
penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bakteri
gram negatif merupakan penyebab terbanyak kejadian sepsis neonatorum di negara
berkembang (Modi dan Carr, 2011).
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh
World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999 di empat negara
berkembang, yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea, dan Gambia. Penelitian tersebut
mengemukakan bahwa kuman isolat tersering yang ditemukan pada kultur darah adalah
Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%). Selain
mikroorganisme di atas, patogen yang sering ditemukan adalah Pseudomonas sp, dan
Enterobacter sp (WHO, 2019).

11
2.1.4 Klasifikasi
1. Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang
dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero.Karakteristiknya
yaitu sumber organisme pada saluran genetalia ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi. Jenis kuman yang sering ditemukan adalah
streptokokus group B, Escherichia Coli, Haemophilus Influenzae, Listeria Monocytogenesis,
batang gram negatif (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
2. Sepsis Awitan Lambat (SAL) / Sepsis Lanjutan / Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yangdiperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Karakteristiknya yaitu didapat dari bentuk
langsung atau tidak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan bayi sering mengalami komplikasi (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
2.1.5 Patofisiologi
1. Selama dalam kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion
dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion, janin selama dalam kandungan
sebenarnya relatif aman terhadap kontaminasi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan
kontaminasi kuman melalui :
a. Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin melalui aliran darah
menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.
b. Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan faktor antiseptic misalnya
pada saat pengambilan contoh darah janin.
c. Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akan berperan
dalam infeksi janin.
2. Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh karena antara lain hal-hal
berikut ini :
1. Infeksi silang
2. Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
3. Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
4. Kurang memperhatikan tindakan aseptik
5. Rawat inap terlalu lama

12
Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat (Maryunani dan Nurhayati, 2019).

13
Sepsis pada bayi baru lahir isebabkan oleh bakteri, seperti
E.Coli, Listeria monocytogene, Neisseria meningitidis,
Streptokokus pneumonia, Haemophilus influenza tipe b,
Salmonella, Strepkokus group B

SEPSIS NEONATRUM

B1( BREAT B2( BLOO B3( BRAIN ) B4( BLADDER B5( BOWEL ) B6( BONE )
HI NG ) D
O2 dalam
Infeksi CO2 menurun Manifestasi klinis Sepsis
Ketidak darah lebih Peristaltik usus
dalam
mampuan sel
darah GFR menurun Peningkatan suhu tubuh
menggunakan O2 Aliran darah Distensi
Gangguan
O2 di paru- pada perifer Oliguria, abdomen,
paru lebih gangguan Metabolisme anaerob
sedikit Sianosis, akral MK : Gangguan Mual, muntah
Pernapasan cepat Resp Tonus otot
dingin Eliminasi Urine
on
Tidak mau minum ASI
Peningkatan suhu tubuh MK :
MK : Pola Napas Tidak Efektif MK : Penurunan
Curah Jantung Intoleransi
MK : Defisit Nutrisi
MK : Risiko Syok

14
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam kelompok, antara lain :
1. Gejala umum
a. Tampak sakit
b. Tidak mau minum
c. Suhu naik turun
d. Sklerema
2. Gejala gastrointestinal
a. Muntah
b. Diare
c. Hepatomegali
d. Perut kembung
3. Gejala saluran nafas
a. Dispneu
b. Takipneu
c. Sianosis
4. Gejala kardiovaskuler
a. Takikardi
b. Edema
c. Dehidrasi
5. Gejala syaraf pusat
a. Letargi
b. Iritabel
c. Kejang
6. Gejala hematomegali
a. Ikterus
b. Splenomegali
c. Pteki/perdarahan
d. Lekopenia(Fauziah dan Sudarti, 2013).
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat menyebabkan
terjadinya hidrosefalus dan/ atau leukomalasia periventrikular. Komplikasi acute respiratory
distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat dijumpai pada pasien sepsis neonatorum.
Komplikasi lain adalah berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti tuli dan/

1
atau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit
neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental bahkan
sampai menimbulkan kematian (Depkes, 2017).
2.1.8Pemeriksaan Penunjang
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini meliputi beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan hematologi
a. Trombosit : < 100.000/µL
b. Leukosit : dapat meningkat atau menurun
c. Pemeriksaan kadar D-Dimer
Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati dan ginjal (Maryunani
dan Nurhayati, 2019).
2. Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam darah (Putra, 2012).
3. Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine di bawah mikroskop, dan
kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri (Putra, 2012).
4. Fungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk mengetahui bayi
terkena meningitis (Putra, 2012).
a. Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih dari 20/mm3 sel
darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3 (5x10 9/L) neutrofil.
b. Protein – pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c. Glukosa – kurang dari 30% gula darah.
d. Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram tanpa ada sel darah putih
yang muncul(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
5. Rontgen terutama paru-paru untuk memastikan ada atau tidaknya pneumonia (Putra,
2012).
6. Jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti infus atau kateter, maka
cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan diperiksa ada atau tidaknya tanda-tanda
infeksi (Putra, 2012).
7. Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan protein yang disintesis di
hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan (Maryunani dan
Nurhayati, 2019).
8. Lokasi infeksi-pertimbangkan aspirasi jarum atau biopsi untuk pemeriksaan gram dan
mikroskopi direk(Fanaroff dan Lissauer, 2013).

1
9. Aspirat trakea bila menggunakan ventilasi mekanik. Pertimbangkan (Fanaroff dan
Lissauer, 2013).
10. Kultur vagina ibu (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
11. Kultur jaringan plasenta dan histopatologi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
12. Skrining antigen cepat (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
13. Gas darah (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
14. Skrining koagulasi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi suportif – jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation). Periksa gula darah.
2. Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah mengambil kultur
tetapi sambil menunggu hasil kultur.
3. Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
a. Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis). Mencakup organisme gram positif dan gram
negatif, contoh : penicillin / amoxcillin + aminoglikosida (misalnya : gentamisin /
tobramisin).
b. Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis). Perlu juga mencakup stafilokokus dan
enterokokkus koagulase negatif, contoh : methicillin / flucloxacillin + gentamisin atau
sefalosporin / gentamisin + vancomysin.
2.2 Manajemen Bayi Baru Lahir
2.2.1 Definisi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan
2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2015).
Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir
biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2013).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan
dengan berat 2.500-4.000 gram.

1
2.2.2 Etiologi
2.2.2.1 His(Kontraksi otot rahim)
2.2.2.2 Kontraksi otot dinding perut
2.2.2.3 Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
2.2.2.4 Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
2.2.3 Manifestasi Klinis
2.2.3.1 Lahir aterm antara 37-42 minggu
2.2.3.2 Berat badan 2500 – 4000 gram
2.2.3.3 Panjang lahir 48 – 52 cm
2.2.3.4 Lingkar dada 30 – 38 cm
2.2.3.5 Lingkar kepala 33 – 35 cm
2.2.3.6 Lingkar lengan 11-12
2.2.3.7 Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
2.2.3.8 Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
2.2.3.9 Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
2.2.3.10 Kuku agak panjang dan lemas
2.2.3.11 Nilai APGAR >7
2.2.3.12 Gerakan aktif
2.2.3.13 Bayi lahir langsung menangis kuat
2.2.3.14 Genetalia :
1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang.
2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang
berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
2.2.3.15 Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
2.2.3.16 Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
2.2.3.17 Refleks grasping sudah baik
2.2.3.18 Refleks morro
2.2.3.19 Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
2.2.4 Patofisiologi
Adaptasi Fisiologis
Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:

1
2.2.4.1 Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta.Setelah
bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).Rangsangan
untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu
melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga
oksigen tertahan di dalam.Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
pernapasan diafragma dan abdominal.Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran
yaitu 30 – 60 x / menit.
2.2.4.2 Jantung dan Sirkulasi Darah
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta masuk
ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior
melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh
dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis,
demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian paru-
paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan
demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen
ovale terjadi karena pemotongan tali pusat.
2.2.4.3 Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat
menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak.Absorpsi air ketuban terjadi melalui
mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan
adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama
yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama.
2.2.4.4 Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme hidrat
arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen
cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar.
Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum
matang).Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas
penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus,

1
misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang
sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.
2.2.4.5 Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua
energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-
jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah
dapat mencapai 120 mg/100 ml.
2.2.4.6 Produksi Panas
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu
terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran “Brown
Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa.Cara
penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke
udara sekeliling yang lebih dingin.Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung.Evaporasi yaitu perubahan
cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap
dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih
dingin dengan kontak secara langsung.
2.2.4.7 Kelenjar Endoktrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir
kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari vagina
yang menyerupai haid perempuan.Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir
dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
2.2.4.8 Keseimbangan Air dan Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal
belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal
blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa.
2.2.4.9 Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat bahwa janin
tersebut dapat mengadakan gerakan spontan.Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada

2
kehamilan empat bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam
bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih
sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
2.2.4.10 Imunologi
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan
baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris
kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak
dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih
bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang
menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
2.2.4.11 Sistem Integumen
Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit ada
pada saat lahir tetapi tidak matur.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat dan sangat
tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung
dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
2.2.4.12 Sistem Hematopoiesis.
Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai normal
orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan
Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb
janin.Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke
20.
2.2.4.13 Sistem Skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
keseluruhan.Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.Lengan sedikit
lebih panjang daripada tungkai.Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan lebih besar dan berat.Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi
akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga
tungkai bawah terlihat agak melengkung.Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada
telapak kaki.Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis
telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.

2
2.2.5 Komplikasi
2.2.5.1 Sebore
2.2.5.2 Ruam
2.2.5.3 Moniliasis
2.2.5.4 Ikterus fisiologi
2.2.5.5 gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
2.2.5.6 Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
2.2.5.7 Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
2.2.5.8 Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.2.6.1 pH tali pusat, tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status praasidosis, tingkat
rendah menunjukkan gangguan asfiksia bermakna.
2.2.6.2 Hemoglobin mencapai 15 sampai 20 g. hematokrit berkisar antara 43% sampai 61%.
2.2.6.3 Tes Coombs langsung pada daerah tali pusat menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah yang menunjukkan kondisi hemolitik.
2.2.6.4 Bilirubin Total sebanyak 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1 sampai 2
hari dan 12 mg/dl pada 3 sampai 5 hari.
2.2.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Prawirohardjo, (2015) tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah:

2.2.7.1 Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas
dengan cara sebagai berikut :
1) Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang Bersihkan hidung, rongga
mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
3) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain.
2.2.7.2 Memotong dan Merawat Tali Pusat Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah
plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali
pada bayi kurang bulan. Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan
dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70%

2
atau povidon iodin 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari
dan atau setiap tali basah / kotor. Sebelum memotong tali pusat, pastikan bahwa tali
pusat telah diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.
2.2.7.3 Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu
mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat.
2.2.7.4 Memberi Vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir
normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 1 mg I.M
2.2.7.5 Memberi Obat Tetes / Salep Mata Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir
secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya oplitalmic neonatorum. Di
daerah dimana prevalensi gonorhoe tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep
mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin
1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
2.2.7.6 Identifikasi Bayi
1) Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
3) Pada alat/gelang identifikasi harus tercantum : nama (bayi, nyonya) tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. d. Di setiap tempat tidur harus
diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
2.2.7.7 Pemantauan Bayi Baru Lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak
lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru

2
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Menurut hidayat (2004:98), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien dengan Diagnosa Medis
Sepsis Neonatrumadalah :
1. Data Subyektif (DS)
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien atau keluarga klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak ditentukan oleh tim
kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam,
2019).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan keluarga dan tim kesehatan
yang lain, dimana wawancara tersebut untuk mengetahui pada ibu meliputi :
1. Biodata
Menggunakan identitas menurut Matondang dkk, (2013) antara lain :
1. Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.
2. Umur bayi : Untuk memberikan asuhan yang sesuaipada bayi.
3. Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui umur bayi
4. Jenis Kelamin : Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,misalnya insiden seks,
penyakit-penyakit seks (seks linked).
5. Berat badan : Untuk mengetahui berapa kilo berat badanbayi baru lahir
6. Panjang badan : Untuk mengetahui panjang badan bayi.
7. Nama ibu/ayah : Untuk mengetahui identitas orang tuabayi.
8. Umur : Untuk mengetahui umur orang tua bayi.
9. Agama : Untuk memberikan support kepadakeluarga sesuai agamanya.
10. Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawa ras.
11. Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikanyang diperlukan untuk
memberikan KIE.
12. Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomikeluarga.
13. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
2. Riwayat kehamilan sekarang
1. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Sesuai dengan hukum Naegele yaitu dari
hari pertama haid terakhir ditambah tujuh dikurangi tiga bulan ditambah satu tahun (Varney,
2017).

2
2. Hari Perkiraan Lahir (HPL). Untuk mengetahui taksiran persalinan (Varney,
2017).
3. Keluhan pada kehamilan. Berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan, maupun
penyakit pada saat hamil, mulai dari trimester I, II dan III (Varney, 2017).
4. Ante Natal Care (ANC). Ante Natal Care yaitu pengawasan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
(Manuaba dkk, 2012). Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa
minggu, tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Saifuddin, 2016).
5. Penyuluhan. Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu ditanyakan
untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan berguna bagi
kehamilannya (Astuti, 2012).
6. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan
berapa kali yang nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus (Astuti, 2012).
7. Kebiasaan ibu sewaktu hamil
a. Pola nutrisi. Dikaji untuk mengetahui nafsu makan, porsi makan dalam sehari,
jumlah minum dan pola makan selama ibu hamil (Saminem, 2018).
b. Pola eliminasi. Dikaji untuk mengetahui keluhan berkemih atau defekasi ibu
selama hamil dan sebelum hamil (Saminem, 2008). Perlu juga dikaji jumlah, warna, bau,
konsistensi,konstipasi, incontinensia, frekuensi BAB dan BAK klien serta upaya mengatasi
masalah yang dialami klien (Evania, 2013).
c. Pola istirahat. Yakni mengkaji waktu mulai tidur dan bangun, penyulit tidur,
hal yang mempermudah tidur, gangguan tidur, pemakaian jenis obat tidur, serta hal yang
menyebabkan klien mudah terbangun (Evania, 2013).
d. Pola seksualitas. Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksualitas sebelum dan selama hamil serta keluhan dalam melakukan hubungan
seksual (Saminem, 2018).
e. Personal hygiene. Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki,
frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, hingga potong kuku (Evania, 2013).
f. Psikologi sosial budaya. Kaji keadaan psikis klien saat ini, hubungan klien
dengan keluarga dan tetangga, bagaimana kehamilannya saat ini diharapkan atau tidak. Jika
kehamilan diharapkan, jenis kelamin yang diinginkan laki-laki atau perempuan, kebiasaan
minum jamu selama hamil, pantangan makanan bagi ibu dan adat budaya yang mengikat
(Saminem, 2018).

2
g. Perokok dan pemakaian obat-obatan. Dikaji untuk mengetahui apakah ibu
merokok atau tidak dan ibu menggunakan obat-obatan dan alkohol yang mengakibatkan
abortus, persalinan premature, berat badan lahir rendah dan kerusakan janin (Emilia, 2008).
2. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak (Anggraini, 2011).
3. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit saat hamil. Untuk mengetahui berbagai penyakit yang pernah
dialami oleh klien pada saat hamil (Evania, 2013). seperti sakit kepala, gangguan
penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas (Tresnawati, 2012).
2. Riwayat penyakit sistemik. Untuk mengkaji keadaan pasien yang dapat memicu
terjadinya komplikasi pada saat hamil yaitu, Jantung, ginjal, asma, hepatitis, DM,
hipertensi dan sebagainya (Varney, 2017).
3. Riwayat penyakit keluarga. Meliputi ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama atau tidak, ada jenis penyakit herediter atau tidak dalam keluarga seperti
asma, DM (Evania, 2013).
4. Riwayat keturunan kembar. Untuk mengetahui keluarga pasien mempunyai
riwayat keturunan kembar atau tidak (Varney, 2017).
5. Riwayat operasi. Untuk mengetahui apakah wanita tersebut punya riwayat operasi
umum / lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan
sebagainya) (Mufdlilah, 2009).
2. Data Objektif (DO)
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, informasi tersebut biasanya
diperoleh melalui kepekaan perawat “senses”selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S
(sight, smell) dan HT (hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2019).Hal ini diperoleh dari
pemeriksaan fisik yang meliputi:
a. Pemeriksaan khusus. Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit ke-1, ke-5,
ke-10 (Marmi dan Rahardjo, 2012).
b. Pemeriksaan umum. Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat
kesadaran (Sadar, penuh, apatis, gelisah, koma), pernafasan, warna kulit, denyut
jantung, suhu aksiler, postur, gerakan dan ketegangan otot (Muslihatun, 2011).
c. Tanda-tanda vital, meliputi :
1. Suhu dinilai dari temperatur normal rectal atau axilla yaitu 36,5ºC sampai 37ºC.

2
2. Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan.Dalam satu menit
normalnya 120-160x/menit.
3. Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas.Dalam satu menit,
pernapasan normal, 40-60 x/menit (Marmi dan Rahardjo, 2012).
d. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Muslihatun, (2010) adalah :
1. Kepala : Untuk mengkaji ubun-ubun besar, ubun-ubunkecil, adakah
mesochepal atau mekrochepal serta adakah kelainan cephal hematoma caput
succedaneum, hidrochepalus.
2. Muka : Adakah tanda-tanda paralisis (kelumpuhanotot wajah) antara lain :
wajah asimetris, peningkatan air mata, gerakan kelopak mata lambat (Muttaqin,
2012).
3. Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warnakuning di sklera dan warna
putih pucat di konjungtiva.
4. Telinga : Adakah serumen atau cairan simetris atautidak.
5. Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering, adakahkelainan seperti labioskizis,
atau labio palatoskizis.
6. Hidung : Adakah nafas cuping,kotoran yang
menyumbat jalan nafas.
7. Leher : Adakah pembesaran kelenjer thyroid
8. Dada : Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah
kelainan.
9. Abdomen : Bentuk, dinding perut dan adanya benjolan,penonjolan sekitar tali
pusat, perdarahan tali pusat, adakah pembesaran hati, dan limpa.
10. Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun padaskrotum, perempuan
apakah labia mayora sudah menutupi labia minora.
11. Ekstremitas : Adakah oedema, tanpa sianosis, akral dingin,apakah kuku
sudah melebihi jari-jari, apakah ada kelainan polidaktili atau sindaktili.
12. Anus : Apakah anus berlubang atau tidak.
4. Pemeriksaan reflex
1. Reflek moro. Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.
2. Reflek rooting. Untuk mengetahui cara mencari putting susu dengan
rangsangan atau sentuhan pada pipi daerah mulut.
3. Reflek walking. Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam suatu gerakan
berjalan atau melangkah jika diberikan dengan cara memegang lengannya

2
sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dan keras.
4. Reflek sucking. Untuk mengetahui reflek hisap dan menelan
5. Reflek grasping. Untuk mengetahui kekuatan menggenggam.
6. Reflek tonik neck. Untuk mengetahui otot leher bayi akan mengangkat leher dan
menoleh kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi tengkurap.(Marmi dan
Rahardjo, 2012).
5. Pemeriksaan antropometri
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), pemeriksaan antropometri meliputi :
a. Lingkar kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak(normal 30-38 cm).
b. Lingkar dada : Untuk mengetahuiketerlambatanpertumbuhan (normal 33-35 cm).
c. Panjang badan : Normal (48-50 cm)
d. Berat badan : Normal (2500-4000 gram)
6. Eliminasi
Dalam 24 jam pertama bayi akan mengeluarkan meconium dan dapat BAK dengan
volume 20-30 ml / hari(Marmi dan Rahardjo, 2012).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan diluar
pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosis penyakit (Matondang dkk, 2013).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan penurunan energi (D.0005. Halaman
26).
2. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan benda asing dalam napas
(D.0149. Halaman 18).
3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung (D.0008.
Halaman 34).
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)(halaman 284, D.0130).
5. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penuruna kapasitas kandung
kemih(halaman 96, D.0149).
6. Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism (halaman 56,
D.0019).
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan(halaman 128, D.0056).
8. Risiko Syok berhubungan dengan sepsis (halaman 92, D.0039).

2
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian krisis untuk
mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan tindakan keperawatan adalah
prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimpementasikan
intervensi keperawatan. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia menggunakan sistem
klasifiksai yang sama dengan SDKI. Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi
international classification of nursing precite (ICNP) yang dikembangkan oleh International
Council of Nursing (ICN) sejak tahun 1991.
Komponen ini merupakan rangkaian prilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. tindakan-tindakan pada intervensi
keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi (Berman et al, 2015:
Potter dan Perry, 2013; Seba, 2007; Wilkinson et al, 2016).
Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu mempertimbangkan beberapa
faktor yaitu: karakteristik diagnosis keperawatan, luaran (outcome) keperawatan yang
diharapkan, kemampulaksanaan intervensi keperawatan, kemampuan perawat, penerimaan
pasien, hasil penelitian.
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka perawat dapat
menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah terstandar
sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat, seragam secara nasional, peka
budaya, dan terukur mutu pelayanannya.

2
3
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
( halaman 95, L.01004 ) ( halaman 185, I.01011 )
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
Efektif berhubungan jam di harapkan masalah keperawatan Pola napas)
dengan penurunan energi Napas Tidak Efektif dapat teratasi dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
(D.0005. Halaman 26). kriteria hasil : wheezing, ronkhi kering)
1. Ventilasi semenit meningkat(5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Kapasitas vital meningkat(5) 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
3. Diarmeter thotaks anterior – posterior dan chin-lift (jaw-trust jika curiga trauma servikal)
meningkat(5) 5. Posisi semi – fowler atau fowler
4. Tekanan ekspirasi meningkat(5) 6. Berikan minuman hangat
5. Tekanan inspirasi meningkat(5) 7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Dipsnue menurun (5) 8. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
7. Penggunaan otot bantu napas 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
menurun(5) endotrakeal
8. Pemanjangan fase ekspirasi menurun(5) 10. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
9. Ortopnea menurun(5) McGill
10. Pernapasan pursed – lip menurun(5) 11. Berikan oksigen, jika perlu
11. Pernapasan cuping hidung menurun(5) 12. Anjurkan asupan cairan 2.000 ml/hari , jika tidak
12. Frekuensi napas membaik(5) terkontaindikasi
13. Ekskursi dada membaik(5) 13. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

DiagnosaKeperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 20, L.02008 ) ( halaman 317, I.02075 )
2. Penurunan Curah Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
Jantung berhubungan jam di harapkan masalah keperawatan jantung
dengan perubahan Penurunan Curah Jantungdapat teratasi 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
frekuensi jantung dengan kriteria hasil : jantung
(D.0008. Halaman 34). 1. Kekuatan nadi perifer meningkat (5) 3. Monitor tekanan darah
2. Ejection Fraction (EF) meningkat (5) 4. Monitor intake dan output cairan
3. Left Venrricular Stroke Work Index 5. Monitor berat badan setiap waktu pada waktu yang
(LVSWI) meningkat (5) sama
4. Stroke Volume Index (SVI) meningkat 6. Monitor saturasi oksigen
(5) 7. Monitor EKS 12 sadapan
5. Palpitasi menurun (5) 8. Monitor aritmia
6. Bradikardia menurun (5) 9. Monitor nilai laboratoruim jantung
7. Gambaran EKG aritmia menurun (5) 10. Monitor fungsi alat pacu jantung
8. Lelah menurun (5) 11. Periksa tekanan darah dan dan frekuensi nadi sebelum
9. Edema menurun (5) dan sesudah aktivitas
10. Distensi vena jugularis menurun (5) 12. Periksa tekanan darah dan dan frekuensi nadi sebelum
11. Dipsnea menurun (5) dan sesudah pemberian obat
12. Oliguria menurun (5) 13. Posisikan pasien Semi-fowler atau Fowler dengan kaki
13. Pucat/sianosis menurun (5) ke bawah atau posisi nyaman
14. Ortopnea menurun (5) 14. Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten,
15. Batuk menurun (5) sesuai indikasi
16. Murmur jantung menurun (5) 15. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi
17. Sistemic vascular resistence menurun gaya hidup sehat
(5) 16. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
18. Tekanan darah membaik (5) oksigen >94%
19. Capitari Refill Time (CRT) membaik 17. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
(5) harian

3
20. Pulmonary Artery Wedge Pressure 18. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
(PAWP) membaik (5) output cairan harian
19. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
20. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 129, L.14134 ) ( halaman 181, I.15506 )
4.Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x7 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi,
berhubungan dengan jam di harapkan masalah keperawatan terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
proses penyakit (infeksi) Hipertermia dapat teratasi dengan kriteria 2. Monitor suhu tubuh
(halaman 284, D.0130). hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Mengigil menurun (5) 4. Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun (5) 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
3. Kejang menurun (5) 6. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Akrosiasis menurun (5) 7. Longgarkan atau lepas pakaian
5. Konsumsi oksigen menurun (5) 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Piloreksi menurun (5) 9. Berikan cairan oral
7. Vasokonstriksi perifer menurun (5) 10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
8. Kutis memorata menurun (5) mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
9. Pucat menurun (5) 11. Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut
10. Takikardi menurun (5) hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,
11. Takipnea menurun (5) abdomen, aksila)
12. Bradikardi menurun (5) 12. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
13. Dasar kuku sianotik menurun (5) 13. Berikan oksigen, jika perl
14. Hipoksia menurun (5) 14. Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena, jika
15. Suhu tubuh membaik (5) perlu
16. Suhu kulit membaik (5)
17. Kadar glukosa darah membaik (5)
18. Pengisian kapiler membaik (5)
19. Ventilasi membaik (5)
20. Tekanan darah membaik (5)

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 24, L.04034 ) ( halaman 175, I.04152 )
5. Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia
Urine berhubungan jam di harapkan masalah keperawatan urine
dengan penuruna gangguan eliminasi urine dapat teratasi 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
kapasitas kandung kemih dengan kriteria hasil : inkontinensia urine
(halaman 96, D.0149). 1. Sensasi berkemih meningkat (5) 3. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi,
2. Desakan berkemih (urgensi) menurun aroma, volume, dan warna)
(5) 4. Catat waktu – waktu dan haluaran berkemih
3. Distensi kandung kemih menurun (5) 5. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Berkemih tidak tuntas (hesitancy) 6. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
menurun (5) 7. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
5. Volume residu urine menurun (5) kontraindikasi
6. Urine menetes (dribbling) menurun (5) 8. Kolaborasi pemberian asupan obat supostoria, jika
7. Nokturia menurun (5) perlu
8. Mengompol menurun (5)
9. Enuresis menurun (5)
10. Disuria menurun (5)
11. Anuria menurun (5)
12. Frekuensi BAK membaik (5)
13. Karakteristik urine membaik (5)

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 121, L.03030 ) ( halaman 200, I.03119 )
6. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan jam di harapkan masalah keperawatan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
peningkatan kebutuhan Defisit Nutrisi dapat teratasi dengan 3. Identifikasi makanan yang di sukai
metabolisme(halaman 56, kriteria hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
D.0019). 1. Porsi makan yang di habiskan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
meningkat 6. Monitor asupan maknan
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 7. Monitor berat badan
3. Kekuatan otot menelan meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Serum albumin meningkat 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
5. Verbalisasi keinginan untuk 10. Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
meningkatkan nutrisi meningkat 11. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
6. Pengetahuan tentang pilihan makanan konstipasi
yang sehat meningkat 12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
7. Pilihan tentang pilihan minuman yang 13. Berikan suplemen makan, jika perlu
sehat meningkat 14. Hentikan pemberian makanan melalui selang
8. Pengetahuan tentang standar asupan nasogastric jika asupan oral bisa di toleransi
nutrisi yang tepat meningkat 15. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
9. Penyiapan dan penyimpanan makan Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
yang aman meningkat 16. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
10. Penyiapan dan penyimpanan minuman kalori dam jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu
yang aman meningkat
11. Sikap terhadap makanan/minuman
sesuai dengan tujuan kesehatan
Penyiapan dan penyimpanan makan
yang aman meningkat
12. Perasaan cepat kenyang menurun
13. Nyeri abdomen menurun

3
14. Sariawan menurun
15. Rambut rontok menurun
16. Diare menurun
17. Berat badan membaik
18. Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
19. Frekuensi makan membaik
20. Nafsu makan membaik
21. Bising usus membaik
22. Tebal kulit lipatan trisep membaik
23. Membrane mukosa membaik

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 149, L.05047 ) ( halaman 176, I.05178 )
7. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
berhubungan dengan jam di harapkan masalah keperawatan mengakibatkan kelelahan
kelemahan (halaman 128, intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
D.0056). kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi meningkat (5) 4. Monitir lokasi dan ketidaknyamanan melakukan
2. Saturasi oksigen meningkat (5) aktivitas
3. Kemudahan dalam melakukan 5. Sediakan lingkungan nyaman, dan rendah stimulus
aktivitas sehari-hari meningkat (5) (mis. Cahaya, suara, kunjungan)
4. Kecepatan berjalan meningkat (5) 6. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
5. Jarak berjalan meningkat (5) 7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
6. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat 8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
(5) meningkatkan asupan makanan
7. Kekuatan tubuh bagian bawah
meningkat (5)
8. Toleransi dalam menaiki tangga
meningkat (5)
9. Keluhan lelah menurun (5)
10. Dispnea menurun (5)
11. Dispnea setelah aktivitas menurun (5)
12. Perasaan lemah menurun (5)
13. Aritmia saat aktivitas menurun (5)
14. Aritmia setelah aktivitas menurun (5)
15. Sianosis menurun (5)
16. Warna kulit membaik (5)
17. Tekanan darah membaik (5)
18. Frekuensi napas membaik (5)
19. EKG iskemia membaik (5)

3
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

3
( halaman 148, L.03032 ) ( halaman 285, I.14545 )
8. Risiko Syok Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x8 1. Monitor status kardiopulmonal
berhubungan dengan jam di harapkan masalah keperawatan 2. Monitor status oksigenasi
sepsis (halaman 92, Risiko Syok dapat teratasi dengan kriteria 3. Monitor status cairan
D.0039). hasil : 4. Moitor tingkat kesadaran dan respon pupil
1. Kekuatan nadi meningkat (5) 5. Periksa riwayat alergi
2. Output urine meningkat (5) 6. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
3. Tingkat kesadaran meningkat (5) oksigen >94%
4. Saturasi oksigen meningkat (5) 7. Persiapan intubasi dan ventilisasi mekanis, jika perlu
5. Akral dingin menurun (5) 8. Pasang jalur IV, jika perlu
6. Pucat menurun (5) 9. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine,
7. Haus menurun (5) jika perlu
8. Konfusi menurun (5) 10. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
9. Letangi menurun (5) 11. Kolaborasi Iv, jika perlu
10. Asidosis metabolik menurun (5) 12. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
11. Mean arterial pressure membaik (5) 13. Kolaborasi pemberian antiimplamasi, jika perlu
12. Tekanan darah sistolik membaik (5)
13. Tekanan darah diastolik membaik (5)
14. Tekanan nadi membaik (5)
15. Pengisian kapiler membaik (5)
16. Frekuensi nadi membaik (5)
17. Frekuensi napas membaik (5)

4
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien (Budianna Keliat, 2005).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing). Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif)
dimana perawat menemukan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan
keperawatan, O(Objektif) merupakan data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) merupakan interprestasi dari data subjektif dan objektif, P
(Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada
perencanaan tujuan dan kriteria hasil

4
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
Identitas Bayi Identitas Orang Tua
Nama bayi : An. L Nama Ayah : Tn. B
TTL : Kasongan,15 Juni 2021 Umur Ayah : 28 Tahun
Jam Kelahiran : 09.00 WIB Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Agama Ayah : Kristen Protestan
Nama Ibu : Ny. D
Umur Ibu : 27 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama Ibu : Kristen Protestan

II. RIWAYAT PERSALINAN


a.Awal Persalinan : Selasa 15 Juni 2021/09.00 WIB
b. Lama Persalinan : Persalinan kala I selama 12 jam, persalinan kala II 80
menit, dan persalinan kala III 10 menit
c.Komplikasi Persalinan :Gawat janin
d. Terapi yang diberikan :Metomizole 3x1 500mg ampul IV,
antibiotik selafospirin 2x1 1gr vial IV, dan antihistamin 2x1
50mg ampul IV.
e.Cara melahirkan :Normal
f. Tempat Melahirkan : RS dr.Doris Sylvanus
g. Usia Kehamilan : 42 minggu
h. Riwayat Kesehatan ibu : Ibu pasien menderita penyakit infeksi saluran kemih (ISK)
pada saat sebelum melahirkan dan saat melahirkan, ketuban pecah dini (12 jam), tidak ada
trauma fisik/psikologis yang di alami selama kehamilan sampai melahirkan, normal.Usia
kehamilan 42 minggu. Selama kehamilan Ny.D rajin kontrol ke Rumah sakit, puskesmas,
ataupun dokter spesialis kandungan. Selama hamil Ny.D banyak mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan, pada trisemester awal Ny.D mengalami mual muntah di pagi hari ataupun saat

4
mencium aroma menyengat seperti parfum ataupun dari aroma masakan, pada trimester
kedua Ny.D sering merasakan nyeri didaerah pinggang dan punggung belakang tetapi untuk
mual dan muntah sudah berkurang, kemudian pada trimester ketiga Ny.D lebih cepat mudah
lelah, dan lebih sering buang air kecil juga kaki ibu sering terasa sakit, ibu juga jarang
mengkonsumsi vitamin untuk kandungan yang diberikan dokter spesialisnya
III. Pemeriksaan Fisik Neonatus
a. Antropometri
1. Berat badan : 3.400 gram
2. Panjang badan : 51 cm
3. Lingkar kepala : 32 cm
4. Lingkar Dada: 31 cm
5. Lingkar lengan atas: 11 cm
b. Pernapasan dan peredaran darah (APGAR Score) : 7 (Asfiksia Neoratorum ringan),
Pernapasan/RR : 62x/menit, type: irregular
No Tanda Score
0 1 2
1 Frekuensi Tidak ada < 100x/menit >100 x/menit
Jantung
2 Usaha Tidak ada Lambat,tidak Gerakan aktif
bernafas teratur
3 Tonus otot Lemah/Lumpuh Ektremitas agak Gerakan aktif
fleksi
4 Refleks Tidak ada Gerakan Gerakan
sedikit,lambat kuat/melawan
5 Warna kulit Biru/pucat Tubuh merah Seluruh tubuh
muda,ektremitas kemerahan
biru
a. Suhu tubuh (rectal/axila): 38,5oC (Axial)
Masalah Keperawatan : Hipertemia
b. Kepala/Leher : Fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, wajah
simetris,dan molding conhead
c. Mata : Mata An.L simetris,conjungtiva merah mudah,sclera putih
d. THT : telinga tampak simetris, tampak telinga menempel
pada dikepala
e. Hidung : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembengkakan

4
f. Toraks : normal, tidak ada peradangan, tidak ada pembengkakan,
terdapat retraksi dinding dada (simetris/asimetris, klavikula normal/tidak, ada retraksi
dinding dada/tidak ada)
1. Inspeksi :Pergerakan dinding dada lemah, retraksi dinding dada (+) subkosta,nafas
tidak teratur, Bradipneu (+)
2. Palpasi :gerakan dinding dada lemah, krepitasi (-), ictus cordis teraba lemah di
ICS Vlinea medioclavicularis sinistera.
3. Perkusi :Sonor & redup
4. Auskultasi
Cor :Ronki basah,irregular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :bronkovesikuler (+/+) terdengar lemah,rhonki terdengar
Masalah Keperawatan : Pola nafas tidak efektif
c. Abdomen : lunak, datar, dengan lingkar perut : 27 cm, tidak ada
pembesaran liver.
d. Spina/tulang belakang (spina bifida) : Simetris, normal: Suhu kulit klien teraba
hangat,warna kulit kemerahan, turgor kurang, tekstur kulit kasar, Balance cairan 6,66
cc/jam,tidak ada lesi vesikula, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus,
tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku simetris
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Keadaan dan kelengkapan tubuh dan ekstremitas : Ekstermitas atas dan bawah
lengkap, ekstermitas atas dan bawah teraba panas, tampak pucat, tubuh teraba panas,
suhu tubuh 38,5oC
Masalah Keperawatan : Risiko Syok Septik
e. Tali pusat : Tali pusat belum terlepas, dengan tampak sedikit darah pada
saerah tali pusat dan berwana kehitaman
f. Anus : Normal, ada lubang anus
g. Mekonium :Mikonium dengan tekstur lengket dan berwarna hijau
kehitaman, keluar setelah bayi lahir
h. Refleks:
a. ReflekMoro:baik,saat bayi dikejutkan olehs uara atau gerakan maka kedua

tangan serta kakinya akan merentang atau membuka dan menutup lagi.

b. Reflek Rooting: baik, saat bayi disentuh sudut mulutnya dengan jari atau

4
puting susu maka bayi akan memiringkan kepalanya kearah datangnya

sentuhan dengan mulut terbuka.

c. ReflekWalking:baik,saat bayi dipegang lengannya sedangkan kakinya

dibiarkan menyentuh permukaan yang rata dan keras,maka bayi

menggerak kantung kainya dalam suatu gerakan berjalan atau melangkah

d. Reflek Grafis/ Plantar: baik, saat telapak tangan bayi disentuh dengan jari

telunjuk,maka secara otomatis tangan bayi akan menggenggam.

e. Reflek Suching:jelek,karena bayi malas minum.Saat bayi diberi puting

susu,bayi tidak membuka mulutnya dan tidak menghisap.

f. Reflek Tonicneck: baik,bayi mengangkat leher kekanan dan kekiri pada

saat diletakkan pada posisi tengkurap.

i. Pemeriksaan penunjang
Parameter Nilai Nilai Normal Satuan
HB 11 14 – 24 g/dl
Hematokrit 37 44 – 64 %
Leukosit 60.000 5.000 – 36.000 /uL
Trombosit 99 150 – 450 /uL
Eritrosit 3,9 4,8 – 7,1 /uL
PO2 60 75-100 mmHg
PCO2 50 38-42 mmHg

l.Penatalaksaan Medis
No Penatalaksanan Rute Dosis Indikasi

4
1. CPAP IV Fi O2 Tekanan jalan nafas
50 %,
positif kontinyu adalah
flow 8
Lpm, bentuk ventilasi tekanan
PEEP 5
jalan nafas positif dimana
tingkat tekanan konstan
lebih besar dari tekanan
atmosfir secara terus
menerus diterapkan pada
saluran nafas bagian atas
seseorang.

2. cairan partial parenteral - - Parenteral adalah metode


feeding
pemberian nutrisi, obat,
atau cairan melalui
pembuluh darah. Metode
ini sering kali dilakukan
pada pasien yang
mengalami gangguan
fungsi pencernaan,
seperti malabsorpsi, atau
pasien yang baru
menjalani operasi saluran
cerna.
3. Meropenem IV 2 x 80 Antibiotik β-laktam
mg
intravena yang digunakan
untuk mengobati
berbagai infeksi bakteri.
Beberapa di antaranya
termasuk meningitis,
infeksi intra-abdominal,
pneumonia, sepsis, dan
antraks.
4. Paracetamol IV 3 x 1, Parasetamol atau
15 mg asetaminofen adalah obat

4
analgesik dan antipiretik
yang populer dan
digunakan untuk
meredakan sakit kepala
dan nyeri ringan, serta
demam. Obat digunakan
sebagian besar sebagai
obat resep untuk
analgesik dan flu.

5. Ampisilin IV 3 x175 Ampicillin adalah obat


mg
antibiotik yang
digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri
pada berbagai bagian
tubuh, seperti saluran
pernapasan, saluran
pencernaan, saluran
kemih, kelamin, telinga,
dan jantung
6 Gestamisin IV 3x 20 Merupakan antibiotik
G mg
berbentuk salep yang
digunakan untuk
mengobati infeksi pada
kulit yangdisebabkan
oleh
bakteri. Gentamisin meru
pakan antibiotik
golongan aminoglikosida
yang efektif menghambat
pertumbuhan kuman-
kuman penyebab infeksi

4
kulit; baik infeksi primer
maupun sekunder.
7 Inf. Nacl 0,9 IV 5 tpm Digunakan untuk infus
intravena untuk
.
menambah cairan tubuh.

Palangka Raya, 15 Juni 2021

Lala Veronica

4
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1. DS : -
DO : Gangguan pada jalan Pola Nafas Tidak
- Frekuensi denyut napas Efektif
jantung 120 x/menit
- Pergerakan klien suplai O2 Menurun
ekstremitas lemah
- Gerakan dinding dada Penurunan O2
teraba lemah
- Refleks bernafas lemah
- RR : 62x/menit
- (APGAR Score) : 7
(1-10) = Asfiksia
ringan
- S : Axial 38,5oC

4
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
2. DS : -
DO : Proses infeksi
Hipertermia
- Ekstremitas teraba panas
- Kulit teraba panas
Disfungsi neurologis
- Pergerakan ekstremitas
lemah Pusat termoregulasi
o
- S : Axial 38,5 C terganggu
- RR : 60x/menit

- Leukosit : 60.000 /uL Disfungsi

- Trombosit: 99 /uL termoregulasi

- Hb 11 g/dl
Hipertermia

5
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
3. DS : -
DO :
Kekurangan Volume Risiko Syok septik
- An.L Mengalami Sepsis
cairan
Neonatorum
- Bayi tampak pucat
Sindrom respons
- Ekstremitas atas dan
inflamasi sistemik
bawah teraba panas
- Pergerakan ekstremitas
Sepsis Neonatorum
lemah
- Reflek bernafas lemah
- S : Axial 38,5oC

- Leukosit : 60.000 /uL


- Trombosit 99 /uL
- Hb 11g/dl

5
PRIORITAS MASALAH
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi tidak adekuat dibuktikan dengan dengan RR
Hipertermia berhubungan dengan kerusakan hipotalamus yang di tandai dengan ekstremitas tampa
denyut jantung 120x/menit, Pengisian Kapiler >3 detik ,S : Axial

35,2oC,Leukosit : 60.000 /uL,Trombosit 99 /uL, dan Hb11


g/dl.

3. Risiko Syok Septik berhubungan dengan Sepsis Neonatorum yang ditandai dengan An. L menga
60.000/uL, Trombosit 99/uL, dan Hb 11g/dl.

5
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. L


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1.Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan ventilasi keperawatan 1 x 7 jam di (frekuensi, kedalaman, perkembangan lebih
tidak adekuat yang di tandai harapkan masalah keperawatan usaha napas) lanjut
dengan RR : 62x/menit, tubuh Pola Napas Tidak Efektif dapat 2. Monitor bunyi napas 2. Mengatur irama nafas
tampak kemerahan, frekuensi teratasi dengan kriteria hasil : tambahan (mis. Gurgling, sehingga meningkatkan
denyut jantung 120x/menit, 1 Ventilasi semenit meningkat(5) mengi, wheezing, ronkhi suplai O2
pergerakan ekstremitas lemah, 2.Kapasitas vital meningkat(5) kering) 3. Untuk mengetahui
gerakan dinding dada teraba 3. Tekanan ekspirasi 3. Monitor sputum (jumlah, perkembangan status
lemah, pola napas : irregular, meningkat(5) warna, aroma) kesehatan pasien
bunyi napas tambahan, refleks 4. Tekanan inspirasi meningkat(5) 4. Melakukan fisioterapi 4. Meningkatkan suplai
bernafas lemah, retraksi toraks 5. Dipsnue menurun (5) dada, jika perlu oksigen
pada dinding dada, (APGAR 6. Frekuensi napas membaik (5) 5. Berkolaborasi pemberian 5. Mengurangi cairan
Score) : 7 (1-10) = Asfiksia 7.Kedalaman napas membaik (5) bronkodilator, pada kavum pleura
ringan mmHg, S : Axial 38,5oC. 8. Ekskursi dada membaik (5) ekspektoran, mukolitik, sehingga ekspansi paru
jika perlu bisa maksimal dan
sesak berkurang

5
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
2. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Mengetahui keadaan
dengan kerusakan keperawatan selama 1x7 jam, hipertermia (mis. Dehidrasi, umum pasien untuk
hipotalamus yang di tandai diharapkan pengaturan suhu terpapar lingkungan panas, menentukan intervensi
dengan ekstremitas tampak tubuh tetap berada pada rentang penggunaan inkubator) yang tepat
pucat, suhu tubuh teraba normal. 2. Monitor suhu tubuh 2. Suhu meningkat
dingin, frekuensi denyut Kriteria hasil: 3. Menyediakan lingkungan menunjukkan proses
jantung 120x/menit, 1. Menggigil menurun (5) yang dingin penyakit infeksi. Pola
Pengian Kapiler >3 detik S 2. Kulit merah menurun (5) 4. Berikan oksigen, jika perlu demam dapat membantu
: Axial 38,5oC,Leukosit : 3. Suhu tubuh membaik ( 5) 5.Kolaborasi pemberian cairan dalam diagnosis. Suhu
60.000 /uL,Trombosit 4. Suhu kulit membaik (5) dan elektrolit intravena, jika yang kembali normal
5.Pengisian kapiler membaik (5) perlu dalam 24 jam
99 /uL, dan Hb11 g/dl. menunjukkan episode
septik.
3. Suhu ruangan yang dingin
membantu mempertahan
suhu tubuh mendekati
normal
4. Mencegah terjadinya
kekurangan O2
5. Membantu menurunkan
suhu dengan farmokologi

5
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
3.Risiko Syok Septik Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor status oksigenasi 1. Memantau secara berkala
berhubungan dengan Sepsis keperawatan 1x 7 jam 2. Monitor status cairan 2. Status cairan pasien dapat
yang du tandai dengan An. L diharapkan masalah Risiko (turgor kulit) di pantau dari tungor
mengalami Sepsis, suhu SyokSeptik klien dapat teratasi, 3. Berikan oksigen untuk kulit
tubuh teraba hangat, dengan kriteria hasil : mempertahan saturasi 3. Memberikan dan
frekuensi denyut jantung 1. Kekuatan nadi meningkat oksigen >94% memantau saturasi
120x/menit, pergerakan tonus (5) 4. Jelaskan faktor penyebab oksigen pada pasien
otot lemah, pergerakan 2. Saturasi oksigen meningkat syok septic 4. Mengedukasi keluarga
ekstremitas lemah, reflek (5) 5. Jelaskan tanda dan gejala pasien
bernafas lemah, S : Axial 3. Akral dingin menurun (5) awal syok septik 5. Keluarga pasien wajib
38,5oC, Leukosit : 60.000 4. Pucat menurun (5) 6. Anjurkan menghindari mengetahui tanda dan
5. Tekanan nadi membaik (5) alergen gejala syok septik
/uL, Trombosit 99 6. Pengisian kapiler membaik 7. Kolaborasi pemberian IV 6. Menghindari hal – hal
/uL, dan Hb 11 g/dl. (5) yang dapat menyebabkan
7. Frekuensi napas membaik kondisi pasien memburuk
(5) 7. Kolaborasi dengan
petugas kesehatan yang
lain

5
5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Dx.1 S:-
Selasa 15 Juni 2021 1. Memonitor pola napas (frekuensi, O :
Pukul 08.25 WIB kedalaman, usaha napas) - Pola napas membaik (3),
2. Memonitor bunyi napas tambahan - RR : 60x/menit
(mis. Gurgling, mengi, wheezing, - Pola napas : regular (5) Lala Veronica
ronkhi kering) - Retraksi toraks pada dinding dada
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, menurun (4)
aroma) - (APGAR Score) : 10 (5)
5. Melakukan fisioterapi dada - S : Axial 36,4 oC (5)
6.Berkolaborasi pemberian A : Masalah teratasi sebagian
bronkodilator, ekspektoran, P : Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 4
mukolitik

5
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Memonitor suhu tubuh S:-
2. Memonitor haluaran urine O:
3. Memonitor komplikasi akibat - Kulit merah menurun (5)
hipertermia - Pucat menurun (5) Lala Veronica
4. Menyediakan lingkungan yang - Suhu tubuh membaik (5)
Dx.2 dingin - Suhu kulit membaik (5)
Rabu 16 Juni 2021 5. Melonggarkan atau lepas pakaian - S : Axial 36,4oC
Pukul 09.00 WIB 6. Melakukan pendinginan A : Masalah teratasi sebagian
eksternal (Selimut hipotermia P : Lanjutkan intervensi 3, 4, 5, dan 7
atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
7. Berkolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena(CPAP, Fi O2
50 %, flow 8 Lpm, PEEP 5)

5
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Memonitor status oksigenasi S:-
2. Memonitor status cairan (tungor O :
kulit) - Kekuatan nadi meningkat (3)
3. Memberikan oksigen untuk - Saturasi oksigen meningkat (3) Lala Veronica
Dx.3 mempertahan saturasi oksigen - Pucat menurun (4)
Kamis 17 Juni 2021 >94% - Tekanan nadi membaik (4)
Pukul 09.45 WIB 4. Berkolaborasi pemberian IV - Frekuensi napas membaik (5)
(Paracetamol) - Tubuh tampak kemerahan (5)
- Pola napas : regular (5)
- S : Axial 35,4oC (5)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

5
CATATAN PERKEMBANGAN

Dx.1 1. Memonitor pola napas (frekuensi, S : -


Selasa 15 Juni 2021 kedalaman, usaha napas) O:
Pukul 08.25 WIB 2. Memonitor bunyi napas tambahan - Pola napas membaik (3),
(mis. Gurgling, mengi, wheezing, - RR : 60x/menit Lala Veronica
ronkhi kering) - Pola napas : regular (5)
3. Memonitor sputum (jumlah, - Retraksi toraks pada dinding dada
warna, aroma) menurun (4)
4. Mengatur Posisi - (APGAR Score) : 10 (5)
o
5. Melakukan fisioterapi dada - S : Axial 36,4 C (5)
6.Berkolaborasi pemberian A : Masalah teratasi sebagian
bronkodilator, ekspektoran, P : Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 4
mukolitik

6
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Memonitor suhu tubuh S:-
2. Memonitor haluaran urine O:
3.Memonitor komplikasi akibat - Kulit merah menurun (5)
hipertermia - Pucat menurun (5) Lala Veronica
4. Menyediakan lingkungan yang - Suhu tubuh membaik (5)
Dx.2 dingin - Suhu kulit membaik (5)
Rabu 16 Juni 2021 5. Melonggarkan atau lepas pakaian - S : Axial 36,4oC
Pukul 09.00 WIB 6.Melakukan pendinginan eksternal A : Masalah teratasi sebagian
(Selimut hipotermia atau kompres P : Lanjutkan intervensi 3, 4, 5, dan 7
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7..Berkolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena(CPAP, Fi O2
50 %, flow 8 Lpm, PEEP 5)

6
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1. Memonitor status oksigenasi S:-
2.Memonitor status cairan (tungor O:
kulit) - Kekuatan nadi meningkat (3)
3.Memberikan oksigen untuk - Saturasi oksigen meningkat (3) Lala Veronica
Dx.3 mempertahan saturasi oksigen >94% - Pucat menurun (4)
Kamis 17 Juni 2021 4.Berkolaborasi pemberian IV - Tekanan nadi membaik (4)
Pukul 09.45 WIB (Paracetamol) - Frekuensi napas membaik (5)
- Tubuh tampak kemerahan (5)
- Pola napas : regular (5)
- S : Axial 35,4oC (5)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

6
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS,
sepsis, sepsis berat, renjatan/ syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya
kematian (Depkes, 2017).
Berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis menyimpulkan beberapa
hal:
Pengkajian pada An. L dengan diagnosa mmedis Sepsi Neonatrum dengan
pengkajian pada pernapasan (Breathing)dengan masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif , pengkajian pada suhu tubuh pasien (Bone) dengan masalah
keperawatan Hipertermia,dan pengkajian pada dengan masalah keperawatan
Risiko syok Septik.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada 3,yaitu :
Pola Nafas Tidak Efektif, Hipertermia, dan Risiko Syok Septik.
Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Sepsidilakukan berdasarkan panduan dari buku SIKI (Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia).
Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini. Fasilitas yang berada di
ruangan mendukung penulis dalam melakukan tindakan-tindakan kepada pasien.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan,
yang berdasarkan kriteria hasil dari panduan dari buku SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia).
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi
klien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk
kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta
dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan .

6
DAFTAR PUSTAKA
Erlina, D.M. 2014. Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Sepsis Neonatorum di
Ruang KBRT RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. STIKes Kusuma
Husada.Karya Tulis Ilmiah.
Kristiyanasari, weni. 2013. Asuhan Keperawatan Neonatusdan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Marmi, Raharjdjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak
Prasekolah.Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Edisi 2.
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitin Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta Selatan : Salemba Medika. Edisi 3.
Putra, R.S. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogjakarta: D-Medika.
Romauli. 2011. Buku Ajar Askeb I Konsep Dasar Keperawatan Neonatus.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Sumantri, A. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Wahyuni. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak. Penuntun Belajar
Praktek Klinik. Jakarta : EGC.
Wulandari, P. 2015. Asuhan Pada Anak. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada. Surakarta.

6
SEPSIS NEONATORUM DAN PNEUMONIA PADA BAYI ATERM

Praevilia M. Salendu

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Manado Email: [email protected]

Abstract: Sepsis neonatorum is the most frequent cause of admission to a


hospital and of death in developing and developed countries. Microorganisms
such as Gram positive and negative bacteria, viruses, parasites, and fungi can be
the etiological factors. We reported a case of a female neonatus, aterm, and born
with caesarean section due to fetal distress. After birth, the neonatus did not
spontaneously cry and suffered from asphyxia. The risk factor of this sepsis
neonatorum were the early rupture of the amnion membrane associated with an
unpleasant odor. Besides that, the mother suffered from a urinary tract infection
and fluor albus during pregnancy. Blood examinations showed moderate
leucocytosis, slight thrombocytopenia, and a positive C-reactive protein. Chest X-
ray showed infiltration in both lungs, indicating pneumonia. The blood culture
confirmed Staphylococcus aureus (sensitive to meropenem). Conclusion: Based
on all the tests performed, the diagnosis was an aterm neonatus with sepsis
neonatorum and pneumonia.
Keywords: sepsis, neonatus, pneumonia.

Abstrak: Sepsis neonatorum merupakan penyebab tersering dari perawatan


di rumah sakit dan kematian neonatus baik di negara berkembang maupun negara
maju. Mikroba seperti bakteri Gram positif dan negatif, virus, parasit, serta jamur
dapat menjadi faktor etiologi. Kami melaporkan kasus seorang bayi perempuan,
aterm, yang lahir dengan seksio sesaria oleh karena gawat janin. Setelah lahir,
bayi tidak langsung menangis, dan memperlihatkan gejala asfiksia. Faktor risiko

6
sepsis neonatorum ialah ketuban pecah dini dan air ketuban berbau. Selain itu, ibu
pasien menderita infeksi saluran kemih dan fluor albus pada saat hamil.
Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis sedang, trombositopenia ringan,
dan C-reaktif protein positif. Foto toraks memperlihatkan adanya infiltrat pada
kedua lapangan paru yang mengindikasikan suatu pneumonia. Kultur darah
mengonfirmasikan stafilokokus aureus yang sensitif terhadap meropenem.
Simpulan: Berdasarkan hasil pemeriksaan ditegakkan diagnosis bayi aterm
dengan sepsis neonatorum dan pneumonia.
Kata kunci: sepsis, neonatus, pneumonia.

Sepsis neonatorum adalah infeksi sistemik oleh sebab masuknya kuman


kedalam tubuh disertai manifestasi klinis yang terjadi pada neonatus. Sepsis
neonatorum merupakan salah satu penyebab tersering pada neonatus untuk
dirawat di rumah sakit dan kematian neonatus baik di negara berkembang maupun
negara maju.
Diperkirakan lebih dari 20% neonatus menderita sepsis yang menyokong
30-50% dari total kematian di negara berkembang. Angka kematian neonatus di
Asia Tenggaradilaporkan 39 per 1000 kelahiran hidup. Sepsis dapat disebabkan
oleh berbagaimacam mikroorganisme seperti bakteri Gram positif maupun
negatif, virus, parasit dan jamur. Sepsis neonatorum dapat dibe- dakan atas sepsis
neonatorum awitan dini pada neonatus berusia <72 jam, dan awitan lambat pada
neonatus berusia >72 jam 4
Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang tersering pada neonatus dan
salah satu penyebab terpenting kematian perinatal. Diperkirakan 3,9 juta dari
10,8juta kematian setiap tahunnya terjadi pada28 hari pertama kehidupan.
Pneumonia neonatal merupakan infeksi parenkim paru dengan terjadinya
serangan dalam beberapa jam sejak kelahiran, yang dapat disamakan dengan
kumpulan gejala-gejala sepsis. Infeksi dapat ditularkan melalui plasenta, aspirasi,
atau diperoleh setelah kelahiran.Kami melaporkan kasus seorang bayi perempuan
aterm dengan sepsis neo- natorum dan pneumonia yang dirujuk dariR.S.
Liunkendage Tahuna Sangihe.

6
LAPORAN KASUS
Seorang bayi perempuan aterm dengan berat badan 3800 g, panjang badan
53 cm, yang lahir dengan seksio sesaria oleh karena gawat janin. Saat lahir, bayi
tidak langsung menangis dan disertai asfiksia. Setelah dirawat beberapa jam bayi
terdengar merintih. Bayi telah dirawat di RSU Liukendage Tahuna selama 5 hari
tanpa menunjukkan perbaikan, kemudian bayi dirujuk ke RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado.
Faktor risiko pada bayi yaitu ketuban pecah dini (12 jam) dengan air
ketuban berbau sedangkan faktor ibu ialah infeksi saluran kemih dan keputihan
selama kehamilan. Riwayat kehamilan ibu (hamil anak ke-2) secara teratur
memeriksakan kehamilannya ke dokter umum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan seorang bayi perempuan berusia 6 hari,
status gizi baik, keadaan umum tampak sakit, aktivitas menurun, refleks fisiologik
menurun, dan terdapat sesak napas disertai pernapasan cuping hidung. Denyut
jantung
136 kali/menit, frekuensi pernafasan 82 kali/menit dengan suhu badan
38,4oC. Tidak ditemukan anemia, sianosis, maupun ikterus. Pada pemeriksaan
toraks terlihat gerakan pernapasan simetris, adanya retraksi subkostal, interkostal,
dan sifoid. Pada pemeriksaan jantung terdengar bising sedangkan pada paru-paru
terdengar ronki basah kasar pada kedua lapangan paru. Pemeriksaan abdomen
tidak menunjukkan kelainan. Ekstremitas teraba hangat dengan waktu pengisian
kapiler <3 detik. Genitaliadan anus tidak memperlihatkan kelainan Hasil
pemeriksaan laboratorium me-nunjukkan hemoglobin 15,3 g/dL, hematokrit
43,5%, hitung leukosit 17.140/mm3, hitung trombosit 25.000/mm3, dan C-reaktif
protein (CRP) positif (56 mg/L). Hapusan darah tepi menunjukkan leukositosis
sedang dan trombositopenia ringan. Foto toraks memperlihatkan adanya infiltrat
di kedua lapangan paru, dengan hasil ekspertisi suatu pneumonia. Hasil kultur
darah menunjukkan Stafilokokus aureus dengan kepekaan terhadap mero- penem.
Diagnosis yang ditegakkan ialah bayi aterm dengan sepsis neonatorum dan
pneumonia.

6
Terapi yang diberikan yaitu pemasang- an CPAP (Fi O2 50 %, flow 8 Lpm,
PEEP 5), cairan partial parenteral feeding, sedangkan pemberian per oral
dihentikan untuk sementara. Pemberian antibiotik ialah meropenem 2 x 80 mg
secara intravena.
Pada pengamatan lanjut, keadaan pasien menunjukkan perbaikan sehingga
diberikan susu 8x50 cc, yang ditingkatkan secara bertahap. Prognosis pasien baik,
dan pasien dipulangkan setelah perawatan hari ke-30.

PEMBAHASAN
Sepsis neonatorum adalah suatu sindrom klinis bakteriemia yang ditandai
oleh adanya gejala dan tanda sistemik pada bulan pertama kehidupan serta hasil
kultur darah yang positif. Insidens sepsis neo- natorum di negara berkembang
masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Di rumah sakit Cipto
Mangunkusumo Jakarta dilaporkan insidens sepsis neo- natorum masih tinggi,
yaitu mencapai 13,7% dengan angka kematian 14%.7
Pada sepsis neonatorum terjadi infeksi secara vertikal dari penyakit ibu atau
infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Infeksi pada awal
minggu pertama kehidupan berhubungan dengan mikro-organisme yang
ditularkan dari ibu kepada janin dan memiliki epidemiologiyang berbeda dengan
infeksi yang didapat setelah periode neonatal. Kolonisasi awal pada neonatus
terjadi setelah ketuban pecah saat proses kelahiran. Pada ketuban pecah dini >24
jam, bakteri dari vagina dapat naik ke atas. Pada beberapa kasus dilaporkan
terjadinya inflamasi membran janin, tali pusat, dan plasenta.
Karakteristik ibu dan janin yang ber- hubungan dengan sepsis awitan dini
telah banyak diteliti. Faktor ibu meliputi demam intrapartum (>37,50C),
korioamnionitis, ketu-ban pecah dini >18 jam, cairan ketuban berwarna hijau
keruh dan berbau, persalinan dan kehamilan kurang bulan, serta kehamilan
multipel. Faktor risiko bayi meliputi usia gestasi <37 minggu, nilai APGAR
rendah, dan bayi dengan berat badan lahir sangat rendah.
Di negara maju, penyebab sepsis neonate-rum ialah kelompok kuman Beta
strepto-kokus, E. coli, Hemofilus influenza, dan Listeria monositogenes.

6
Umumnya, di negara berkembang termasuk Indonesia, sepsis neonatorum
disebabkan oleh kuman enterik Gram negatif seperti Enterobakter Sp, Klebsiela
Sp, dan Coli Sp.2,9
Diagnosis sepsis neonatorum ditegak- kan berdasarkan adanya faktor risiko
sepsis pada ibu maupun bayi. Faktor-faktor risiko sepsis tersebut terdiri dari
faktor risiko mayor dan minor.7 Yang termasuk faktor risiko mayor yaitu:
ketuban pecah dini >18 jam, ibu demam saat intraparum (suhu>38°C),
korioamnionitis, air ketuban berbau, dan denyut jantung janin >160 x/menit.
Faktor risiko minor meliputi ketuban pecah dini >12 jam, ibu demam saat
intrapartum (suhu >37,5°C), nilai APGAR rendah, berat badan lahir sangat rendah
(<1.500 g), usia gestasi <37 minggu, keputihan pada ibu yang tidak diobati, serta
ibu dengan atau terangka infeksi saluran kemih yang tidak diobati.
Diagnosis sepsis neonatorum ditegak- kan bila didapatkan 2 faktor risiko
mayor atau 1 faktor risiko mayor ditambah dengan 2 faktor risiko minor.7,10
Diagnosis sepsis diperberat oleh adanya gambaran klinis sepsis berupa gangguan
respirasi, suhu tidak stabil, gangguan sirkulasi,menurunnya aktivitas, rewel,
asupan yang buruk, dan ikterus patologik.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan bila terdapat kecurigaan
sepsis ialah septic workup yang terdiri dari kultur darah dan pemeriksaan darah
rutin yang meliputi leukopenia atau leukositosis, trombositopenia, laju endap
darah mening- kat, rasio neutrofil imatur/total >0,2 (20%), serta CRP yang positif.
Sampai saat ini, kultur darah masih merupakan baku emas untuk menegakkan
diagnosis sepsis neo- natorum, tetapi yang menjadi kendala ialah hasil diperoleh
setelah 2-5 hari.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa adanya satu tanda klinis yang sesuai
dengan infeksi disertai dengan nilai CRP>10 mg/L sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis suatu sepsis neonatorum. Untuk menentukan kriteria
standar yang seragam pada sepsis, beberapa peneliti meng- gabungkan nilai CRP
>10 mg/L dan rasio netrofil imatur terhadap netrofil total (IT Ratio) ≥0, 25
sebagai kriteria untuk pemberian antibiotika meskipun belum ditemukan gejala
sepsis. Philip dan Mills merekomendasikan bahwa semua bayi dengan nilai CRP

6
>10 mg/L yang disertai≥1 gejala klinis atau ≥1 faktor risiko infeksi harus
diberlakukan pedoman rawat inap neonatus di NICU dan dimulai terapi
antibiotika. Frans et al. juga menggunakan kriteria nilai CRP >10 mg/L disertai
≥1 gejala klinis ke arah infeksi untuk men- diagnosis sepsis neonatorum di
NICU.11, 12
Pengobatan umumnya menggunakan antibiotika kombinasi yang bertujuan
untuk memperluas cakupan mikroorganisme pato- gen penyebab. Antibiotika
yang dipilih ialah golongan ampisilin, kloksasilin, vankomisin, dan golongan
aminoglikosida/ sefalosporin, dengan lama pengobatan yang dianjurkan selama
10-14 hari.13,14
Pneumonia merupakan infeksi saluran napas yang serius dan menimbulkan
banyak masalah, termasuk sebagai penye- bab kematian anak terbesar di negara
berkembang. Definisi pneumonia neonatal di Indonesia adalah neonatus dengan
gawat napas (sesak, napas cepat, napas berbunyi, frekuensi napas >60 x/menit,
retraksi dada,batuk, dan merintih), kultur darah positif atau ≥2 faktor predisposisi
(demam intra- partum >38°C, ketuban berbau, ketuban pecah dini >24 jam),
tampilan sepsis (letargi, refleks menurun, hipo/hipertermi, distensi abdomen), X-
foto toraks curiga pneumonia (infiltrat kasar/noduler, bercak berkabut, difus
granuler, air bronchogram, konsolidasi lobar/segmental) yang tidak membaik
dalam 48 jam, laboratorium positif sepsis (IT rasio >20%, lekositosis/ lekopeni,
CRP positif, dan laju endap darah meningkat).15 Hanya sekitar 40% ibu dengan
bayi yang menderita pneumonia memiliki faktor risiko seperti demam, ketuban
pecah dini >24 jam, dan air ketuban berbau, sedangkan >50% neonatus yang
didiagnosis pneumonia tidak memiliki faktor predisposisi.16
Penyebab pneumonia ialah bakteri (Streptokokus grup β, Stafilokokus
aureus, Pseudomonas, E. coli, dan Klebsiella) dan virus. Infeksi paru pada
neonatus dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari vagina atau infeksi
nosokomial selama perawatan. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
cairan amnion, atau kolonisasi bakteri di jalan lahir yang berhubungan dengan
korioamnionitis dan asfiksia neonate-rum walaupun hubungan asfiksia dan
pneumonia yang pasti belum jelas diketahui.17

7
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam oleh karena pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap pemberian oksigen dan antibiotika.
Pasien dipulang- kan dengan keadaan stabil dan sembuh.

KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, hasil pemerik- saan fisik, pemeriksaan
laboratorium darah berupa leukositosis sedang, trombositope- nia ringan, dan
CRP positif, hasil ekspertisi foto toraks adanya infiltrat pada kedua lapangan paru
yang mengindikasikan suatu pneumonia, serta kultur darah yang
mengonfirmasikan stafilokokus aureus ditegakkan diagnosis bayi aterm dengan
sepsis neonatorum dan pneumonia.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Jain NK, Jain VM, Maheshwari S. Clinical profile of neonatal sepsis.


Kathmandu Univ Med J. 2003;1:117-20.
2. Escobar GJ, Li D, Amstrong MA, Gardner MN, Folck BF, Verdi JE, et al.
Neonatal sepsis workups in infants>2000 grams at birth: a population-
based study. Pediatrics. 2000;106:256- 63.
3. Bradley JS. Management of community acquired pediatrics pneumonia in
an era of increasing antibiotic resistance and conjugate vaccines. Pediatric
Infect Dis J. 2002;21:592-8.
4. Polin RA. Management of neonatus with suspected or proven early-onset
bacterial. Pediatrics. 2012;129(5):1006- 15.
5. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis Child Fetal
Neonatal. 2005;90;211-9.
6. Mc Intosh K. Community acquired pneumonia in children. N England J
Med. 2002;346:429-37.
7. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi
R, Sarosa GI, Usman A, editors. Buku Ajar Neonatologi (Edisi 1). Jakarta:
Badan Penerbit IDAI, 2008; p. 170-85.
8. Chiesa C, Panero A, Osborn JF, Simonetti AF, Pacifico L. Diagnosis of
neonatal sepsis: a clinical and laboratory challenge. Clin Chem.
2004;50:279-87.
9. Mosayebi Z, Mouahedian AH, Moniri R. Profile of bacterial sepsis in
neonates from Kashan in Iran. J Infect Dis Antimicrob Agents. 2003;20:97-
102.
10. Darmawan I. Sepsis neonatorum. In: Darmawan I, editor. Update on sepsis:
Paradigma Baru. Jakarta: Farmedia, 2008; p. 25-43.
11. Bender L. Thaarup J, Varming K, Krarup H, Eriksen SE, Ebbesen F. Early
and late markers for the detection of early onset neonatal sepsis. Dan Med
Bull. 2008;55(4): 219-23.

7
12. Thermiany AS, Retayasa W, Kardana M, Lila IN. Diagnostic accuracy of
septic markers for neonatal sepsis. Paediatr Indones. 2008;48(5): 299-305.
13. Rahman S, Hameed A, Roghani MT, Ullah Z. Multidrugs resistant neonatal
sepsis in Peshansar, Pakistan. Arch DisChild Fetal Neonatal. 2002; 87:52-
4.
14. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysiology and treatment of sepsis. N
Engl J Med. 2003;348:138- 50.
15. Duke T. Neonatal pneumonia in developing countries. Arch Dis ChildFetal
Neonatal. 2005;90;211-9.
16. Gaston B. Pneumonia. Pediatr Rev. 2002;23:132-40.
17. Caserta MT. Neonatal pneumonia [online]. 2009 [2012 Sept 6].
Available from: http://www.merck.com/mmpe/see19/ch 279/ch2791

7
SATUAN ACARA

PENYULUHAN SEPSIS

NEONATORUM

DISUSUN OLEH
NAMA :

LALA VERONICA 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2021/2022

7
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perdarahan Sepsi Neonatorum


Sasaran : Pasien dan Keluarga
Hari,tanggal : Selas 15 Juni 2021
Tempat : Rumah Sakit Doris Sylvanus
Waktu : 30 Menit
Penyuluhan : Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES
Eka Harap Palangka Raya

1. Tujuan Instruksional umum


Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui
tentang pengertian perdarahan post partum
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan
mampu :
a) Untuk mampu memahami tentang Definisi Sepsi Pada Neonatus.
b) Untuk mampu memahamitentang Etiologi Sepsi.
c) Untuk mampu memahami tentang Klasifikasi Sepsi.
d) Untuk dapat memahami tentang Tanda dan Gejala Sepsi.
e) Untuk memahami tentang Komplikasi Sepsi.
f) Untuk memahami tentang PencegahanSepsi.
3. Materi
a) Pengertian
b) faktor resiko
c) penyebab komplikasi
d) penangannya
e) cara pencegahannya
4. Metode
a) Ceramah
b) Diskusi/Tanya Jawab
5. Media
a) Leaflet
6. Evaluasi

7
1). Bentuk : test lisan
2). Materi test :
Klien dapat menjelaskan kembali :
a). Untuk mampu memahami tentang Definisi Sepsi Pada Neonatus.
b) Untuk mampu memahamitentang Etiologi Sepsi.
c) Untuk mampu memahami tentang Klasifikasi Sepsi.
d) Untuk dapat memahami tentang Tanda dan Gejala Sepsi.
e) Untuk memahami tentang Komplikasi Sepsi.
f) Untuk memahami tentang PencegahanSepsi.
7. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu KegiatanPenyuluh Kegiatan Peserta


1. Pembukaan :
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucap salam.
b. Mendengarkandan
1 b. Menjelaskan tujuan dari
5menit
penyuluhan. memperhatikan
c. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
2 15 menit pPelaksanaan : a. Memperhatikan dan
a). Untuk mampu memahami menjawab pertanyaan
tentang Definisi Sepsi Pada yang di ajukan.
Neonatus. b. Bertanya dan
g) Untuk mampu menjawab pertanyaan
memahamitentang Etiologi yang di ajukan.
Sepsi.
h) Untuk mampu memahami
tentang Klasifikasi Sepsi.
i) Untuk dapat memahami
tentang Tanda dan Gejala
Sepsi.
j) Untuk memahami tentang
Komplikasi Sepsi.
k) Untuk memahami tentang
PencegahanSepsi.

7
1. Evaluasi : Menjawab pertanyaan
2. Menanyakan kepada peserta
3 5 menit tentang materi yang telah
diberikan, meminta peserta
3 .
untu k
mengulang kembali.
Terminasi : a. Mendengarkan

4 a. Mengucapkan terimakasih atas b. Menjawab salam


5 menit
perhatian peserta
b. Mengucapkan salam penutup.
8 Tugas Pengorganisasian
Pemberian Materi :Moderator : LALA VERONICA
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
Leader : LALA VERONICA
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Fasilitator : LALA VERONICA
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan
pendidikan kesehatan

Dokumentator : LALA VERONICA

7
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan

A. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

:Moderator

:Leader

:Klien

:Dokumentator

:Fasilitator

:Keluarga klien

B. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Pesertadan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses

7
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Sepsi Pada
Neonatus”.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Sepsi Pada
Neonatus”.
b) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Etiologi Sepsi”.
c) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Klasifikasi Sepsi”.
d) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Tanda dan Gejala
Sepsi”.
e) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Komplikasi Sepsi”
f) Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “PencegahanSepsi”

MATERI
1. Pengertian Sepsi Neonatorum
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi pada bayi
baru lahir 0 – 28 hari pertama (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama
bulan pertama kehidupan. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama
kehidupan (usia 0 sampai 28 hari) (Stoll, 2017).
Dari beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan definisi Sepsi
Neonatrum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Infeksi ini
bisa menyebabkan kerusakan di berbagai organ tubuh bayi.

2.Etiologi Sepsis

7
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti
E.Coli, Listeria monocytogene, Neisseria meningitidis, Streptokokus pneumonia,
Haemophilus influenza tipe b, Salmonella, Strepkokus group B (Putra, 2012).
Selain itu juga disebabkan oleh bakteri Acinetobacter sp, Enterobacter sp,
pseudomonas sp, Serratia sp (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis. Berbagai macam patogen seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada sepsis
neonatorum. Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu
berubah dari waktu ke waktu. Bakteri gram negatif merupakan penyebab
terbanyak kejadian sepsis neonatorum di negara berkembang (Modi dan Carr,
2011).
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah
diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun
1999 di empat negara berkembang, yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea,
dan Gambia. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman isolat tersering
yang ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%),
Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%). Selain mikroorganisme di atas,
patogen yang sering ditemukan adalah Pseudomonas sp, dan Enterobacter sp
(WHO, 2019).
3. Klasifikasi Sepsi
1. Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis) Merupakan
infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir
(kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran
atau in utero. Karakteristiknya yaitu sumber organisme pada saluran
genetalia ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka
mortalitas tinggi. Jenis kuman yang sering ditemukan adalah
streptokokus group B, Escherichia Coli, Haemophilus Influenzae,
Listeria Monocytogenesis, batang gram negatif (Maryunani dan
Nurhayati, 2019).

8
2. Sepsis Awitan Lambat (SAL) / Sepsis Lanjutan /
Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial).
Karakteristiknya yaitu didapat dari bentuk langsung atau tidak langsung
dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan
bayi sering mengalami komplikasi (Maryunani dan Nurhayati, 2019).
4. Tanda dan Gejala Sepsi
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam kelompok, antara
lain :
1. Gejala umum
a. Tampak sakit
b. Tidak mau minum
c. Suhu naik turun
d. Sklerema
2. Gejala gastrointestinal
a. Muntah
b. Diare
c. Hepatomegali
d. Perut kembung
3. Gejala saluran nafas
a. Dispneu
b. Takipneu
c. Sianosis
4. Gejala kardiovaskuler
a. Takikardi
b. Edema
c. Dehidrasi
5. Gejala syaraf pusat
a. Letargi
b. Iritabel

8
c. Kejang
6. Gejala hematomegali
a. Ikterus
b. Splenomegali
c. Pteki/perdarahan
Lekopenia(Fauziah dan Sudarti, 2013).
5. Komplikasi Sepsis
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/ atau leukomalasia periventrikular.
Komplikasi acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat
dijumpai pada pasien sepsis neonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan
dengan penggunaan aminoglikosida, seperti tuli dan/ atau toksisitas pada ginjal,
komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari
gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental bahkan sampai
menimbulkan kematian (Depkes, 2017).
6. PencegahanSepsis
Sebagai tindakan pencegahan sepsis neonatorum, bisa menerapkan beberapa
langkah di bawah ini:
a. Pemeriksaan kehamilan secara berkala dan sesuai anjuran dokter. Dengan
ini, infeksi pada ibu hamil bisa terdeteksi dan ditangani dengan cepat.
b. Menjalani proses melahirkan di fasilitas kesehatan yang terjamin.
c. Proses kelahiran bayi harus dilakukan dalam waktu 12-24 jam setelah
pecah ketuban.

8
Klasifikasi Sepsis
APA ITU SEPSIS?

Sepsis adalah infeksi bakteri pada


aliran darah neonatus selama bulan
1. Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset
pertama kehidupan.
sepsis) SEPSIS NEONATORUM
Sepsis bakterial pada bayi baru lahir
Infeksi yang terjadi dalam periode
adalah gejala infeksi yang diikuti dengan
kurang dari 72 jam dan biasanya
bakteremia pada bulan pertama kehidupan
diperoleh pada saat proses kelahiran
(usia 0 sampai 28 hari) (Stoll, 2017).
dari sumber organisme pada saluran
genetalia ibu dan atau cairan ketuban
2. Sepsis Awitan Lambat (SAL) / Sepsis
Lanjutan / Sepsis Nosokomial
PENYEBAB SEPSIS ? DISUSUN OLEH :
Infeksi setelah lebih dari 72 jam yang
diperoleh dari lingkungan sekitar atau Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu LALA
VERONICA
rumah sakit (infeksi nosokomial). disebabkan oleh bakteri, virus, ataupun YAYASAN STIKES EKA HARAP
PALANGKA RAYA
kuman seperti E.Coli, Listeria
SEKOLAH TINGGI ILMU
monocytogene, Neisseria meningitidis,
KESEHATAN PRODI S1
Streptokokus pneumonia, Haemophilus KEPERAWATAN
influenza tipe b, (Putra, 2012). 2021/2022

8
8
TANDA DAN GEJALA KOMPLIKASI SEPSIS PENANGANAN
SEPSIS

1. Suhu tubuh menurun atau meningkat 1. Pemeriksaan kehamilan secara


Komplikasi sepsis neonatorum antara
(demam) berkala dan sesuai anjuran
lain :
dokter. Dengan ini, infeksi pada
2. Bayi tampak kuning Meningitis
ibu hamil bisa terdeteksi dan
1. Acute Respiratory Distress
3. Muntah-muntah ditangani dengan cepat.
Syndrome (ARDS)
4. Lemas dan kurang responsif 2. Syok Septik 2. Menjalani proses melahirkan di

5. Kurang mau menyusui 3. Tuli fasilitas kesehatan yang


6. Diare 4. Toksisitas pada ginjal terjamin.
7. Perut membengkak
5. Defisit neurologis (Depkes, 2017
8. Detak jantung menjadi cepat atau 3. Proses kelahiran bayi harus
lambat 6. Komplikasi tersebut akan
dilakukan dalam waktu 12-24
9. Kejang-kejang mengakibatkan gangguan
10. Kulit pucat atau kebiruan
jam seteleh pecah ketuban.
pertumbuhan bahkan
11. Sesak napas
12. Gula darah rendah kematianpada bayi (Surasmi,
2013).

8
86
87

Anda mungkin juga menyukai