PTG
PTG
PTG
Disusun Oleh :
DANTINI
NIM : 2018.C.10a.0963
Pembimbing Akademik
Da nti
ni
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Konsep Penyakit Fraktur Humerus..............................................................
2.1.1 Definisi Fraktur Humerus...................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi...............................................................................
2.1.3 Etiologi................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (WOC)...........................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...............................................
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang......................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.......................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan...............................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.....................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan......................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................
3.1 Pengkajian/Anamnesa..................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
3.3 Intervensi.....................................................................................................
3.4 Implementasi dan Evaluasi..........................................................................
BAB 4 PENUTUP.....................................................................................................
4.1 Kesimpulan..................................................................................................
4.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Tindakan keperawatan menurut buku NIC Bulechek et al., 2016, yang dapat
di lakukan pada masalah keperawatan Hipertermi yaitu Menejemen perawatan
demam dan manajemen cairan. Adapun manajemen perawatan dengan
menggunakan intervensi memandikan dengan spons hangat. Menurut Aryanti et
al., 2016, Kompres Hangat adalah tindakan denganmenggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh. Tepid Sponge sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan
kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka. Hasil uji
statistik menunjukkan ada perbedaan penurunan suhu tubuh antara kompres
hangat dengan tepid sponge. Tepid Sponge adalah bentuk umum mandi terapeutik.
Tepid Sponge dilakukan bila kien mengalami demam tinggi. Prosedur
meningkatkan kontrol kehilangan panas melalui evaporasi dan konduksi.
Sedangkan menejemen cairan dengan menganjurkan untuk memberikan cairan,
dengan tepat, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, tingkatkan asupan oral
(misalnya, memberikan sedotan, menawarkan cairan di antara waktu makan,
mengganti air es secara rutin, menggunakan es untuk jus favorit anak, potongan
gelatin ke dalam kotak yang menyenangkan, menggunakan cangkir obat kecil)
yang sesuai.
2) Batang Otak
Batang otak terletak pada fossa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri
dari otak tengah, pons dan medula oblongata. Otak tengah (midbrain atau
mesensefalon) menghubungkan pons dan serebelum dengan hemisfer
serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan motorik dan sebagai pusat
refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak di depan serebelum antara
otak tengah dan medula dan merupakan jembatan antara dua bagian
serebelum dan juga antara medula dan serebrum. Pons berisi jaras sensorik
dan motorik.
Medula oblongata meneruskan serabut-serabut motorik dari otak ke medulla
spinalis dan serabut-serabut sensorik dari medulla spinalis ke otak. Dan
serabut-serabut tersebut menyilang pada daerah ini. Pons juga berisi pusat-
pusat terpenting dalam mengontrol jantung, pernafasan dan tekanan darah dan
sebagai asal-usul saraf otak kelima sampai kedelapan.
3) Serebelum
Serebelum terletak pada fossa posterior dan terpisah dari hemisfer serebral,
lipatan durameter, tentorium serebelum. Serebelum mempunyai dua aksi
yaitu merangsang dan menghambat dan tanggung jawab yang luas terhadap
koordinasi dan gerakkan halus. Ditambah mengontrol gerakkan yang benar,
keseimbangan, posisi dan mengitegrasikan input sensorik.
Gambar 2.2
Diagram yang memperlihatkan talamus, hipotalamus dan hipofisis (Brunner, 2002)
Fosa bagian tengah atau diensefalon berisi talmus, hipotalamus dan kelenjar
hipofisis.
1) Talmus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktifitas
primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua
impuls memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
2) Hipotalamus terletak pada anterior dan inferiro talamus. Berfungsi
mengontrol dan mengatur sistem saraf autonom. Hipotalamus juga
bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan,
mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi
atau vasolidasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar
hipofisis. Hipotalamus juga sabagai pusat lapar dan mengontrol berat badan.
Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat
respons emosional ( misal ras malu, marah, depresi, panik dan takut ).
3) Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormon-
hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan hormon-hormonnya
hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-organ lain. Hipofisis
merupakan bagian otak yang tiga kali lebih sering timbul tumor pada orang
dewasa, biasanya terdeteksi dengan tanda dan gejala fisik yang dapat
menyebar ke hipofisis.
a. Medulla spinalis
Medulla spinalis merupakan sambungan medulla oblongata yang turun ke
bawah. Di mulai dari foramen magnum dan berakhir pada L 2. Medulla
spinalis menjadi lancip pada daerah thoracic bagian bawah dan membentuk
struktur seperti kerucut yang disebut cones medularis. Medula spinalis
termasuk pusat benda kelabu ( badan-badan sel ) dan yang terbentuk huruf H
dikelilingi oleh benda putih yang merupakan jalur ascending dan descending.
Benda kelabu berbentuk kupu-kupu. Bagian depan atau ventral horn ( tanduk
ventral ) mengarah ke lambung terdiri dari struktur neuron multipolar seperti
badan sel dendrit yang membentuk neuron efferent dari akar ventral dan saraf
spinal. Tanduk dorsal berisi badan sel dan sel dendrit dari neuron eferant dan
reseptor sensori dari periofer. Benda kelabu berisi intermucial neuron yang
mengirim impuls dari satu tingkat ketingkat yanglain, dari dorsal ke tanduk
ventral dan dari setengah medula spinalis ke yang lain. Jalur ascenden
menyalurkan informasi sensori dari reseptor pada perifer ke medula spinalis
dan otak. Jalur yang menurun menyalurkan impuls dari otak kepada motor
neuron dalam medulla spinalis ( neuron motor atas / upper motor neuron )
atau kepada sistem saraf perifer ( neuron motor bawah / lower motor neuron
).
Medulla spinalis juga merupakan jalur refleks. Refleks tidak memerlukan
penyakuran ( relay ) ke tingkat otak untuk kegiatan dan itu merupakan
contoh sirkuit yang sederhana. Kegiatan refleks, respon motoris yang spesifik
stereotive terhadap stimulus sensori yang adekuat. Respon bisa berbentuk
gerakkan otak skeletal.
Refleks hanya melibatkan satu tingkat dari medula spinalis ( refleks
segmental ). Salah satu contoh arus refleks yang sederhana ketukan pada
sendi lutut.
Cairan cerebro spinalis ( Cerebro Spinalis Fluid / CSF ) didapati dalam
ventrikel otak, di dalam kanalis sentralis medula spinalis, dan di dalam
ruangan-ruangan subarachnoid. Liquor bekerja sebagai bantalan pada sistem
saraf dan menunjang bobot otak. CSf dibuat pada ventrikel-ventrikel di
pleksus khoroideus. Di dalam 24 jam plexux choridu mensekresi 500 sampai
570 ml CSf. Namun hanya 125 ml sampai 150 ml saja yang bersirkulasi pada
setiap saat. Setelah bersirkulasi diseputar otak dan medula spinalis, cairan
kembali ke otak dan diabsorbsi villi. Kemudian CSF terus masuk ke dalam
sistem venous dan mengalir ke vena jugularis ke vena cafasuperior masuk ke
dalam sirkulasi dalam sistemik.
Dalam keadan normal terdapat sampai 8 limfosit / ml dari cairan CSF.
Peningkatan jumlah sel-sel menunjukkan adanya infeksi, seperti tuberculosis
atau infeksi virus. Infeksi oleh bakteri seperti meningitis tuberculosa
menyebabkan berkurangnya kadar gula dan kadar khlorida, protein cairan
CSF meningkat pada penyakit degeneratif dan pada tumor otak. Terdapatnya
darah dalam CSF menunjukkan terjadinya hemoragi pada salah satu ventrikel.
Lihat karakteristik normal dari CSF berikut dibawah ini, yaitu: BD: 1.007,
pH: 7.35 sampai 7.45, chloride: 120 sampai 130 mEq/L, glucose: 50 sampai
80/100ml, tekanan: 50 sampai 200 mm air, volume total: 80 sampai 200 ml
(15 ml dalam ventrikel), total protein: 15 samopai 45 mg/100 ml ( lumbal ),
10 sampai 15 mg/100 ml (cisterna), 5 samapi 15 mg/100 ml ( ventrikel ),
gamma globulin: 6% sampai 13 % dari total protein. Jumlah sel darah:
eritrosit: negatif, lekosit: 0 – 5, 0 -10 sel-sel ( semua limfosit dan monosit ).
4) Sistem saraf perifer
Sistem saraf perifer merupakan seperangkat saluran biasa yang
terletak di luar sistem saraf pusat. Saraf perifer merupakan saraf tunggal,
yaitu saraf motorik, sensorik atau “campuran” (serabut sensorik dan motorik).
Saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf kranial, yang membawa impuls dari
neuron ke otak, 31 pasang saraf spinal, yang membawa impuls ke dan dari
medulla spinalis. Tiap saraf spinal memberi penginderaan, bagian-bagian
tersebut dermatomes. Beberapa saraf spinal bersatu dan membuat pleksus-
pleksus/jalinan saraf.
Saraf perifer yang menyalurkan informasi ke saraf pusat ialah aferen
dan sensori, saraf perifer yang mengirim informasi dari pusat saraf disebut
eferen atau motorik. Pada sistem saraf perifer motorik dan sensorik berjalan
bersam tapi terpisah ada tingkat medula spinalis masuk ke bagian anterior
atau akar motorik. Sistem saraf perifer dibagi menjadi sistem saraf somatis
dan autonom. Sistem saraf somatis membuat persarafan pada otot skeletal
berserat lintang. Serabut dari akson menyalurkan neuro transmitor
acetycholin ke sel-sel otot skelet, yang akan menghasilkan potensial aksi dan
gerakan.
Saraf Kepala ( Saraf Otak ) susunan saraf terdapat pada bagian kepala
yang ke luar dari otak dan melewati lubang yang terdapat pada tulang
tengkorak berhubungan erat dengan otot panca indera mata, telinga, hidung,
lidah dan kulit. Di dalam kepala ada 2 saraf kranial, beberapa diantaranya
adalah serabut campuran gabungan saraf motorik dan saraf sensorik tetapi ada
yang terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik saja, misalnya alat-alat
panca indera. Saraf kepala terdiri dari:
a) Nervus Olfaktorius: Sifatnya sensorik menyuplai hidung membawa
rangsangan aroma ( bau-bauan ) dari rongga hidung ke otak.
Fungsinya saraf pembau yang keluar dari otak di bawah dahi yang
disebut lobus olfaktorius, kemudian saraf ini melalui lubang yang ada
di dalam tulang tapis akan menuju rongga hidung selanjutnya menuju
sel-sel panca indera.
b) Nervus Optikus: Sifatnya sensoris, mensarafi bola mata membawa
rangsangan penglihatan ke otak.
c) Nervus Mandibularis: Sifatnya majemuk (sensori dan motoris),
serabut-serabut motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah, serabut-
serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan
dagu. Serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan
cita rasa ke otak. Fungsinya sebagai saraf kembar 3 di mana saraf ini
merupakan saraf otak terbesar yang mempunyai 2 buah akar saraf
besar yang mengandung serabut saraf penggerak. Dan di ujung tulang
belakang yang terkecil mengandung serabut saraf penggerak. Di ujung
tulang karang bagian perasa membentuk sebuah ganglion yang
dinamakan simpul saraf serta meninggalkan rongga tengkorak.
d) Nervus Abdusen: Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital.
Fungsinya sebagai saraf penggoyang sisi mata di mana saraf ini keluar
di sebelah bawah jembatan pontis menembus selaput otak sela tursika.
Sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke otot lurus sisi mata.
e) Nervus Fasialis: Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-
serabut motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya: sebagai
mimik wajah dan meghantarkan rasa pengecap, yang mana saraf ini
keluar sebelah belakang dan beriringan dengan saraf pendengar.
f) Nervus Auditorius: Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar
membawa rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak.
Fungsinya sebagai saraf perasa, di mana saraf ini keluar dari sumsum
penyambung dan terdapat di bawah saraf lidah tekak.
g) Saraf Assesorius: Sifatnya motoris, ia mensarafi muskulus
sternokloide mastoid dan muskulus trapezius. Fungsinya, sebagai
h) Nervus Hipoglosus: Sifatnya motoris, ia mensarafi otot-otot lidah.
Fungsinya: sebagai saraf lidah di mana ini terdapat di dalam sumsum
penyambung. Akhirnya bersatu dan melewati lubang yang terdapat di
sisi foramen oksipital. Saraf ini juga memberikan ranting-ranting pada
otot yang melekat pada tulang lidah dan otot lidah.
i) Nervus Vagus: Sifatnya sensorik dan motorik mensarafi faring, tosil
dan lidah, rangsangan cita rasa.
j) Nervus Vagus: Sifatnya sensorik dan motorik mensarafi faring, laring,
paru-paru dan esofagus.
k) Nervus Okulomotoris: Sifatnya motorik mensarafi penggerak bola
mata dan mengangkat kelopak mata.
l) Nervus Troklearis: Sifatnya motorik mensarafi mata, memutar mata
dan penggerak mata.
2.1.3 Etiologi
Sebesar 10% – 20% tidak dapat ditemukan etiologinya dan sebaliknya tidak
jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonotus.
1) Gangguan vaskuler.
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi
intraserbal atau antraventrikel, sedangkan Perdarahan akibat trauma langsung
yaitu berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadi Trombosis,
adanya penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K, Sindrom
hiperviskositas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat
diketahui dari peninggian kadar hematokrit. Gejala klinisnya antara lain
pletora, sianosis, letargi dan kejang.
2) Gangguan metabolism
3) Infeksi
4) Kelainan kongenital
Mual
Kontraksi Otot Infeksi bakteri, virus, Penurunan suplai muntah
meningkat darah ke otak Tidak
dan parasit
menimbulkan
Nafsu makan
gejala sisa
menurun
Metabolism Resiko kerusakan sel
Reaksi inflamasi
meningkat neuron otak Gerakan diluar
kendali
BB
Proses demam menurun
MK : Resiko
Kebutuhan O2 Ketidakefektifan Kesadran
meningkat Perfusi Jaringan menurun
MK : Defisit
MK : Hipertermia Nutrisi
MK :
Pernafasan Resiko Cedera
meningkat/takipnea Resiko kejang
berulang
Manifestasi klinis yang terjadi pada kejang demam menurut Badrul (2015)
1) Kejang demam berlangsung singkat, serangan kejang kronik atau
tonik klonik bilateral
4) Ensevalitas viral
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Kerusakkan Neurotransmiter.
2.1.7.2 Epilepsi.
2.1.7.4 Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena kejang yang disertai
demam.
2.1.7.5 Kemungkinan mengalami kematian.
2.2.1.1 Identitas
1) Klien (Anak)
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat/tgl lahir, jenis
kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa
medis.
2) Identitas Penanggungjawab (Ayah/Ibu)
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat/tgl lahir, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan keluarga.
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
1) Keluhan Utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala dan kurang bersemangat,
serta nafsu makan menurun (teutama pada saat masa inkubasi).
2) Riwayat Penyakit
a) Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
b) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
c) Riwayat Anak
1)Perawatan anak dalam masa kandungan.
2)Perawatan pada waktu kelahiran.
d) Riwayat imunisasi
Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
Usia Vaksin
1 – 7 hari Hep B 0 (HB 0)
2 bulan BCG, Polio 1
3 bulan DPT, HB, Hib 1, Polio 2
4 bulan DPT, HB, Hib 2, Polio 3
5 bulan DPT, HB, Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak
Tabel 2
Jadwal Pemberian Imunisasi Lanjutan pada Usia Batita
Usia Vaksin
18 bulan DPT/HB/Hib
24 bulan Campak
Sumber. (Hadianti et al., 2015)
e) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Bernafas : bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas
yang dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan anak.
2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga
berapa kali makan dan minum dalam satu hari.
3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB
tinjau konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK
tinjau volume, warna, bau.
4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan waktu
bermainnya.
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan
berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada membantu
atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
8) Pengaturan suhu tubuh : Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi
ataukah mengalami Hipertermia.
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan orang
lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman dari
benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang tua
ketika anak sedang bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam merawat
dan mendidik anak.
12) Prestasi : kaji bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai
tingkah laku social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan
motoric kasar.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang tua,
keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling dekat
dengan anak.
14) Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama saat
anak sakit) : apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan ibadah
yang dilakukan oleh anak.
f. Penyakit Yang Pernah Diderita : kaji jenis penyakit, akut / kronis / menular /
tidak, umur saat sakit, lamanya, dan pertolongan.
g. Kesehatan Lingkungan : kaji bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal
anak mengenai ketersediaan air bersih dan sanitasi/ventilasi rumah.
h. Pertumbuhan dan Perkembangan (0-6 tahun)
Mengkaji keadaan perkembangan anak usia 1 bulan – 72 bulan, dapat
dilakukan dengan menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor perkembangan pada anak yang
meliputi : motoric kasar, motoric halus, bicara / bahasa dan sosialisasi /
kemandirian (Kementerian kesehetan RI, 2016). Interprestasi hasil KPSP
dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah ‘Ya’, yaitu dengan cara :
a) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya.
b) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan.
c) Jumlaj jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, perkembangan meragukan.
2.1.2.3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah, warna
kulit, tonus otot, turgor kulit, udema.
2) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit
kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan
rambut.
b) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva,
keadaan kornea, sclera, bulu mata, ketajaman penglihatan, dan reflex
kelopak mata.
c) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa hidung,
pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan lain.
d) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan yang
mungkin ada.
e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecahpecah.
f) Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih, sementara ujung
tepi lidah berwarna kemerahan.
g) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk,
pergerakan leher.
h) Thoraks : kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot bantu
pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.
i) Jantung : kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak.
j) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang dilakukan oleh
anak.
k) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya terjadi
konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit teraba hangat dan
kemerahan.
l) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut dan
adanya edema.
m) Pemeriksaan Genetalia
Edukasi :
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
1.1.2.6Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran compos menthis, An. D tampak sakit
sedang, tampak pucat, tampak terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm ditangan
sebelah kanan klien.
2. Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 38,3 ˚C
Respirasi : 22 x/mnt
Masalah Keperawatan : Hipertermia
3. Kepala dan wajah
a. Ubun-ubun
Menutup ( √) Ya ( ) Tidak
Keadaan ( ) cembung (√ ) cekung ( ) lain,lain…
Kelainan ( ) Hidrocefalus ( ) Microcephalus
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
b. Rambut
Warna : Hitam
Keadaan : Rontok ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mudah dicabut ( ) Ya (√ ) Tidak
Kusam (√ ) Ya ( ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Keadaan kulit kepala : Normal
Peradangan/benjolan : ( ) Ada, sebutkan
(√ ) Tidak.
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
c. Mata
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Conjungtiva : Anemis
Skelera : Normal
Reflek pupil : Normal
Oedem Palpebra :( ) Ya ( √ ) tidak
Ketajaman penglihatan : Normal
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
d. Telinga
Bentuk : ( √) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( √ ) Ada ( ) tidak
Peradangan : ( √) Ada ( ) tidak
Ketajaman pendengaran :Normal
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Hidung
Bentuk : ( √ ) Simetris ( ) tidak
Serumen/secret : ( ) Ada ( √ ) tidak
Pasase udara : ( ) terpasang O.. liter ( √ ) tidak
Fungsi penciuman :Baik/Normal
Lain-lain : tidak ada keluhan lainnya.
f. Mulut
Bibir : Intak ( √ ) ya ( ) tidak
Stanosis ( ) ya ( √ ) tidak
Keadaan ( ) kering ( √ ) lembab
Palatum : ( ) keras (√ ) lunak
Lain-lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
g. Gigi
Carries :( ) ya, sebutkan…............ ( √ ) tidak
Jumlah gigi : 20 buah gigi
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Leher dan tengorokan
Bentuk : Normal/Simetris
Reflek menelan : Normal
Pembesaran tonsil : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis: Tidak ada
Benjolan :Tidak Ada
Peradangan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Dada
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Retraksi dada : ( ) ada ( √ ) tidak
Bunyi nafas : Normal
Tipe pernafasan : Dada dan perut
Bunyi jantung : Normal
Iktus cordis :-
Bunyi tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada
Keadaan payudara : Normal
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
6. Punggung
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Peradangan : ( ) ada, sebutkan…………. ( √ ) Tidak
Benjolan : ( ) ada, sebutkan………… ( √ ) Tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
7. Abdomen
Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak
Bising usus : 25x/Menit
Asites : ( ) ada ( √ ) tidak
Massa : ( ) ada, sebutkan ( √ ) tidak
Hepatomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Spenomegali : ( ) ada ( √ ) tidak
Nyeri : ( ) ada, ( √ ) tidak
Lain-lain : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Ektremitas
Pergerakan/ tonus otot : normal
Oedem : ( ) tidak ada,
Sianosis : ( ) ada, sebutkan………… ( √ ) tidak
Clubbing finger : ( ) ada ( √ ) tidak
Keadaan kulit/turgor : Kulit kering,bibir dan mulut lembab/turgor
kulit baik
Lain-lain :
9. Genetalia
a. Laki-laki
Kebersihan : Kurang bersih
Keadaan testis : ( √ ) lengkap ( ) tidak
Hipospadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Epispadia : ( ) ada ( √ ) tidak
Lain-lain : tidak ada keluhan
Dantini
NIM: 2018.C.10a.0963
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
DAN DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DS: inflamasi merangsang Hipertermia
1. ibu pasien mengatakan demam termoregulasi
anaknya naik turun hipotalamus
2. Ibu mengatakan anaknya batuk .↓
3. Ibu mengatakan anak rewel dan Reaksi inflamasi
gelisah ↓
Akumulasi monosit,
DO: makrofag, sel T helper
- Anak tampak gelisah dan fibrobiast
- Leukosit 12.870/mm3 ↓
- Tonsil hiperemis Pelepasan pirogen
- Terpasang IVFD KaEN B endogen (sitokin)
500 ml 20 tpm ditangan ↓
sebelah kanan Merangsang syaraf
- TTV vagus
TD : 100/70 mmHg ↓
N : 100 x/menit Sinyal mencapai system
S : 38,3 0C syaraf pusat
RR : 22 x/menit ↓
Merangsang hipoalamus
meningkatkan titik
patokan suhu
↓
Menggigil,
meningkatkan suhu basal
↓
hipertermia
DS: Resiko
1. ibu pasien mengatakan demam Intake kalori kurang Ketidakseimban
anaknya naik turun ↓ gan Cairan
2. ibu mengatakan anak sering Defisiensi sumber
haus karbohindrat
↓
DO: Katabolisme protein dan
- tonsil hiperemis karbohindrat meningkat
- mata tampak cekung ↓
- turgor kulit menurun Defisiensi protein
- BB: 15 kg, BB sehat 17 ↓
kg Daya tahan tubuh
- Membrane mukosa bibir menurun
An. R tampak kering ↓
- Haus (+) Keadaan umum lemah
- N : 100 x/menit ↓
- S : 38,3 0C Kekurangan volume
- RR : 22 x/menit cairan
DS: Kejang Demam Defisit
↓ Pengetahuan
- Ibu An.D mengatakan tidak Perawatan diumah
tahu tentang perawatan ↓
kejanng demam Perubahan status
- Keluarga mengatakan belum kesehatan
ada dijelaskan bagaimana cara ↓
perawatan kejang demam Kurang terpapar
dirumah informasi
DO : ↓
- Saat ditanyakan apa yang Defisit Pengetahuan
pasien dan keluarga
mengketahui tentang
perawatan kejang demam
- Pasien dan keluarga tampak
bingung
- Tingkat pendidikan orang tua
pasien lulusan SMA
PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi merangsang termoregulasi
hipotalamus.ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam anaknya naik
turun ,batuk,anak rewel dan gelisah . Anak tampak gelisah, Leukosit
12.870/mm3, Tonsil hiperemis, Terpasang IVFD KaEN B 500 ml 20 tpm
ditangan sebelah kanan,TTV,TD : 100/70 mmHg, N : 100 x/menit, S : 38,3
0
C, RR : 22 x/menit.
2. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan ibu pasien
mengatakan demam anaknya naik turun , anak sering haus. tonsil hiperemis,
mata tampak cekung, turgor kulit menurun, BB: 15 kg, BB sehat 17 kg,
Membrane mukosa bibir An. R tampak kering, Haus (+), N : 100 x/menit, S
: 38,3 0C,RR : 22 x/menit.
3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan Ibu An.D mengatakan tidak tahu tentang perawatan kejanng demam,
Keluarga mengatakan belum ada dijelaskan bagaimana cara perawatan kejang
demam dirumah. Saat ditanyakan apa yang pasien dan keluarga mengketahui
tentang perawatan kejang demam. Pasien dan keluarga tampak bingung
,Tingkat pendidikan orang tua pasien lulusan SMA.
3.3 RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An.D
Ruang Rawat : Ruang Keperawatan Anak
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab 1. Selalu pantau yang
keperawatan selama 1x7 jam hipertermia (mis. menjadi penyebab
respon inflamasi merangsang
diharapkan suhu tubuh tetap Dehidrasi, terpapar hipertermia
termoregulasi hipotalamus berada pada rentang normal lingkungan panas,
penggunaan incubator)
ditandai dengan ibu pasien Kriteria Hasil :
2. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mengetahui
mengatakan demam anaknya naik perkembangan suhu tubuh
1. Menggigil berkurang (5)
3. Monitor komplikasi 3. Untuk mempermudah
turun, batuk, anak rewel dan 2. Suhu tubuh menurun (5)
akibat hipertermia perawatan
normal 36,5 0C
gelisah.Anak tampak gelisah,
3. Suhu kulit membaik (5) Terapeutik :
Leukosit 12.870/mm3,Tonsil 4. Pasien tidak gelisah
1. Untuk dapat
1. Berikan kompres hangat
hiperemis,Terpasang IVFD KaEN mempercepat penurunan
pada daerah dahi, lipat
suhu tubuh pasien
B 500 ml 20 tpm ditangan paha dan axilla
2. Agar mencegah
2. Longgarkan atau lepaskan
sebelah kanan,TTV,TD : 100/70 terjadinya kejang saat
pakaian
suhu badan meningkat
mmHg, N : 100 x/menit, S : 38,3 3. Hindrai pemberian
3. Kecuali sesuai anjuran
0 antipiretik atau aspirin
C, RR : 22 x/menit. dari dokter
Edukasi :
4. Anjurkan tirah baring,
sesuai kebutuhan 4. Meminimalisir jumlah
kegiatan pasien
Kolaborasi :
5. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit 4. Membantu menurunkan
intarvena, jika perlu suhu dengan farmakologi
5. Resiko Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1x7 jam Observasi :
Cairan berhubungan dengan ibu
diharapkan keseimbangan 1. Monitor status hidrasi 1. Mengantisipasi apabila
pasien mengatakan demam cairan meningkat. terdapat tanda hindrasi
2. Monitor berat badan 2. Menghitung jumlah
anaknya naik turun , anak sering
Kriteria Hasil : sebelum dan sesudah cairan yang mungkin
haus. tonsil hiperemis, mata 1. Asupan cairan meningkat dialysis bertambah atau
(5) berkurang saat dialysis
tampak cekung, turgor kulit
2. Haluaran urine sedang 3. Monitor turgor kulit, 3. Apabila mukosa kering
menurun, BB: 15 kg, BB sehat 17 3. Edema menurun (1) membrane mukosa artinya pasien
4. Asites menurun (1) mengalami kekurangan
kg, Membrane mukosa bibir An.
cairan, apabila turgor
R tampak kering, Haus (+), N : kulit terjadi piting
edema berarti pasien
100 x/menit, S : 38,3 0C,RR :
Terapeutik : mengalami edema
22 x/menit. 1. Catat intake output 1. Mengetahui jumlah
dan hitung balance cairan yang masuk dan
cairan keluar
2. Berikan asupan cairan
sesuai kebutuhan 2. Mengganti asupan cairan
3. Berikan cairan
intravena, jika perlu 3. Sebagai resusitasi cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menambah atau
diuretic, jika perlu mempercepat proses
perawatan
4.1 Kesimpulan
Kejang demam disebut sebagai penyebab kejang paling umum pada anak dan
sering menjadi penyebab riwayat inap di rumah sakit secara darurat (Nurindah, Muid,
& Retoprawiro, 2014), Dalam dunia kesehatan kejang demam termasuk penyakit
serius yang kebanyakan menyerang pada balita sehingga perlu ditangani dengan
cepat dan tepat (Juanita & Manggarwati, 2016). Apabila kejang demam tidak segera
ditangani dengan baik dan benar maka akan terjadi kerusakan sel-sel otak akibat
kekurangan oksigen (Farida & Selviana, 2016). Jika kejang demam dapat teratasi,
maka kejang demam tidak berulang kembali, namun jika kejang demam tidak
teratasi, maka kejang demam berulang kembali dan dapat menimbulkan kerusakan
pada otak permanen dan sampai pada kematian (Mail, 2017).
4.2 Saran
Asuhan Keperawatan Kejang Demam Pada An. D Dan An. M Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermi Di Ruang Bougenvile RSUD dr. Haryoto Lumajang Pada
Tahun 2019. Firda Kusuma Cahyaning Putri,162303101048,; 2019: 107 halaman;
Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat