LP KDP SC Sriyanti
LP KDP SC Sriyanti
LP KDP SC Sriyanti
Disusun oleh :
24231726
Skala Kategori
Skala 0 Tidak nyeri
Skala 1-3 Nyeri ringan
Skala 4-6 Nyeri sedang
Skala 7-9 Sangat nyeri tapi masih dapat di kontrol
oleh pasien dengan aktivitas yang biasa
dilakukan
Skala 10 sangat neri dan tidak terkontrol
b. Skala Nyeri McGill (McGill Scale) Mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan
5 angka, yaitu 0 : tidak nyeri; 1: nyeri ringan; 2: nyeri sedang; 3: nyeri berat; 4: nyeri
sangat berat; dan 5: nyeri hebat
c. Wong-Baker Faces Rating Scale Ditujukan Kepada Pasien Yang Tidak Mampu
Menyatakan Intensitas Nyerinya Melalui Skala Angka.
d. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), skala intensitas nyeri adalah sebagai berikut:
a) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Pasien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai
yang ringan, sedang atau parah. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran
tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
b) Skala Penilaian Nyeri Numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating ScalesNRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992). Skala
numerik paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah diberikan teknik relaksasi progresif. Selain itu, selisih penurunan dan
peningkatan nyeri lebih mudah diketahui dibanding skala yang lain.
c) Skala analog visual
Skala analog visual (Visual Analog Scale-VAS) tidak melabel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata
atau satu angka.
d) Skala menurut Bourbanis
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 :Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 :Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 :Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respons terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang
dan distraksi
10 :Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
menghabiskan banyak waktu saat pasien melengkapinya. Apabila pasien dapat
membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala
deskriptif bukan bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan
nyeri, melainkan juga mengevaluasi perubahan kondisi pasien. Perawat dapat
menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau
menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan, tujuan dokumentasi diagnosa keperawatan untuk meunliskan
masalah/problem pasien atau perubahan status kesehatan pasien (Dokumentasi
Keperawatan, 2017). Berdasarkan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) masalah yang
mungkin muncul, sebagai berikut :
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka post operasi Sectio Caesarea
2) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, terpasang alat invasif.
3) Risiko infeksi b.d efek prosedur pembedahan Sectio Caesarea
3. Intervensi
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu
2) Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
3) Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2) Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3) Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan
Risiko infeksi b.d efek setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)
prosedur pembedahan keperawatan selama 3x24 Observasi:
Sectio Caesarea jam, diharapakan tingkat 1) Monitor tanda gejala
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan
yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah
tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu
pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang
spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.)
(edisi 10). Jakarta: EGC.
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. (2013). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) ‘Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1’. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) ‘Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II’. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) ‘Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II’. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
Yustiana Olfah & Abdul Ghofur (2016) Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.