Manajemen Cedera Dalam Fisiologi Olahraga
Manajemen Cedera Dalam Fisiologi Olahraga
Manajemen Cedera Dalam Fisiologi Olahraga
FISIOLOGI OLAHRAGA
“MANAJEMEN CEDERA DALAM FISIOLOGI OLAHRAGA”
KELOMPOK 13
3. Manajemen Cedera
a. Pengertian Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada
tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan
cepat atau jangka lama. Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau
kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh
sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan
tidak dapat menyesuaikan diri. Harus diingat bahwa setiap orang dapat
terkena celaka yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah
berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapi bila kita berhati-hati kita
akan bisa mengurangi risiko celaka tersebut.
Sport Injuries ialah segala macam cedera yang timbul, baik
pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan)
ataupun sesudahnya, dan tulang, otot, tendon, serta ligamentum (Rolf,
2007). Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberi
kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam
kondisi yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan
cedera? tentu ini tergantung dari macamnya olahraga, dari olahraga
jalan santai, tenis meja (pimpong), balapan (racing), tentu memberikan
risiko yang berbeda.
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat
diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera
olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar:
1. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption)
seperti: lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “strain” otot, “sprain”
sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang
belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut,
cedera anggota gerak atas dan bawah.
2. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use
syndromes), yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis
olahraganya, seperti: tenis elbow, golfer’s elbow, swimer’s shoulder,
jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki (Bahr,
Engebretsen, Laprade, McCrory, & Meeuwisse, 2012).
b. Penyebab Cedera Olahraga
a. Umur Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi
kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40
tahun komponen kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas
tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun.
Kegiatankegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40
tahun.
b. Faktor pribadi Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan
lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan
dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah
terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlet yang
sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian
awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera,
namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias
mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari
cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan
menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up) Kecenderungan tinggi apabila
tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera
yang tidak di inginkan. Misalnya: terjadi sprain, strain ataupun
rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period Memberi waktu istirahat pada organ-organ
tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk
bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-
organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan
terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit” Kondisi yang kurang sehat sebaiknya
jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua
jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah
terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori,
cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat. j.
Hal-hal yang umum Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari
minuman beralkohol, rokok dan yang lain.
c. Pencegahan Cedera
Mencegah lebih baik daripada mengobati hal ini tetap merupakan
kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan
tampaknya biasa-biasa saja tetapi masing-masing tetaplah
memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.
Menurut Stevenson (2000) beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya cedera olahraga antara lain adalah: (1)
Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan
ada tidaknya; kontraindikasi dalam berolahraga; () Melakukan
olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur; (3)
Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih;
(4) Memperhatikan kondisi prasarana olahraga; (5)
Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban
udara sekelilingnya.
Daftar Pustaka
Nofa Anggriawan (2015). Peran Fisiologi Olahraga Dalam Menunjang Prestasi.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2.
Mustafa P.S (2022). Pertolongan Pertama dan Pencegahan Perawatan Cedera
Olahraga. Mojokerto: Insight Mediatama
Wilmore,J.H., Costill, D.L.,& Kenney, W.L. (2008).Physiology of sport and
exercise prescription chanpaign,IL: Human kinetics.
Haugen, T., & Buchheit, M. (2016). Sprint running Perfomance monitoring:
Methodlogical and practical considerations. Sport ,edicine, 46(5),641-656.
McGuigen,M. (2017) Monitoring training and performance in athles. Champaign,
IL: Human kinetics