G1 Islam Dan Studi Agama
G1 Islam Dan Studi Agama
G1 Islam Dan Studi Agama
Disusun Oleh:
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................4
BAB II\ PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Pengertian Islam............................................................................................2
B. Universalisme Islam.......................................................................................4
C. Dimensi Baru Kedatangan Islam.................................................................4
D. Islam Sebagai Jalan Tengah.........................................................................6
E. Hubungan Antara Agama dan Peradaban Manusia................................12
F. Islam Menyatukan Bangsa-bangsa di Dunia............................................16
BAB III........................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang paling sempurna, dengan segala ajaran-ajaran
yang ada di dalamnya. Agama islam membahas serta mengatur segala sistem
kehidupan manusia, seperti mengatur hubungan antara manusia dengan Sang
Pencipta, hubungan antar sesama manusia, serta mengatur hubungan antar manusia
dengan makhluk lain disekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menjalani
hidup dengan iman dan memahami segala hikmah dan ajaran dari berbagai peristiwa
di dunia ini. Islam sangat penting dalam kehidupan seluruh dunia, khususnya muslim
dan muslimah.Islam juga digunakan sebagai media dimana orang mengatur
kehidupan sehari-hari untuk menekuni kehidupannya.
Studi Islam yaitu suatu pelajaran atau pengajaran yang membahas mengenai apa
itu Islam, sejarah serta perkembangan Islam, nabi-nabi yang menyiarkan agama
Islam, para tokoh yang berperan dalam perkembangan Islam di muka bumi, serta hal-
hal yang menjadi cabang studi Islam itu sendiri. Universalisme Islam telah menjadi
peran yang dirasakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dengan itu dapat
diketahui bahwa kedatangan Islam memberikan pengaruh dimensi baru bagi seluruh
makhluk. Peran Islam yang menjadi jalan tengah di segala aspek ini akhirnya
memberikan perubahan dalam peradaban manusia dan dapat menyatukan bangsa-
bangsa yang ada di dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Islam?
2. Bagaimana universalisme Islam terjadi?
3. Apa saja dimensi baru dari kedatangan Islam?
4. Bagaimana Islam berperan sebagai jalam tengah?
5. Hubungan apa yang terjalin antara Agama dan peradaban manusia?
6. Bagaimana cara Islam menyatukan bangsa-bangsa di dunia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari Islam
2. Mengetahui terjadinya universalisme Islam
3. Mengetahui apa saja dimensi baru dari kedatangan Islam
4. Mengetahui bagaimana cara Islam berperan sebagai jalan tengah
5. Mengetahui apa hubungan antara Agama dan peradaban manusia
6. Mengetahui bagaimana Islam dalam menyatukan bangsa-bangsa di dunia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Islam berasal dari akar kata Arab (Sin, Lam, Mim) yang berarti kedamaian,
kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan1. Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu
kata salima dan aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah.
Sedangkan aslama juga mengandung arti kepaTuhan, ketundukan, dan berserah2.
Orang-orang yang beragama lalu disebut dengan muslim. Hal ini yang dimaksudkan
kepatuhan, ketundukan, dan berserah ialah sikap setiap orang muslim kepada Allah
SWT sesuai dengan ajaran agama Islam.
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama
wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Mu- hammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh
manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia3. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan
manusia berupa al-Qur’an dan Hadis dan merupakan bagian pilar penting kajian Islam
sekaligus pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan
membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis
maupun humanistis4.
Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam (Hani: 2022) mengemukakan, setelah
mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia
merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
1. Wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk disampaikan
kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
2. Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan
dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam lainnya.
1
Umi Hani, 2022, Buku Ajar Pengantar Studi Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary, hlm. 02
2
Ardimas Zain NS Zalukhu. Dkk, 2021, ). ISLAM DAN STUDI AGAMA. At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan Islam Dan Humaniora, 5(2), hlm. 190
3
Umi Hani, 2022, Buku Ajar Pengantar Studi Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary, hlm. 03
2
4
Ardimas Zain NS Zalukhu. Dkk, 2021, ). ISLAM DAN STUDI AGAMA. At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan Islam Dan Humaniora, 5(2), hlm. 190
3
3. Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
4. Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariat dan akhlak.
5
Umi Hani, 2022, Buku Ajar Pengantar Studi Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad
Arsyad Al-Banjary, hlm. 03
4
B. Universalisme Islam
Islam adalah agama yang Allah turunkan untuk umat manusia, menghadirkan
dimensi unik terhadap agama-agama lain. Dalam Islam, agama tidak lagi hanya
dianggap sebagai dogma yang harus diterima untuk selamat dari siksaan abadi.
Sebaliknya, Islam diterima sebagai pilihan Tuhan yang disampaikan melalui wahyu,
mengakui wahyu sebagai faktor esensial dalam evolusi manusia. Dalam bentuk
kasarnya, wahyu menjadi pengalaman uni- versal manusia, tetapi pada tingkat
tertinggi, wahyu dianggap sebagai anugerah Tuhan me- lalui perantara Nabi.
5
6
Umi Hani, 2022, Buku Ajar Pengantar Studi Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad
6
Kedua, ajaran Islam tidak terbatas pada kehidupan setelah mati. Fokus utamanya
adalah kehidupan dunia, di mana melalui perbuatan baik, manusia dapat memperoleh
kesadaran tentang eksistensinya. Al-Qur'an secara luas membahas beragam aspek
kehidupan manusia, tidak hanya terbatas pada cara beribadah atau bentuk peribadatan
yang mendekatkan manu- sia pada Tuhan. Lebih dari itu, Al-Qur'an secara rinci
membicarakan masalah-masalah dunia sekitar manusia, seperti hubungan antar
manusia, kehidupan sosial dan politik, perkawinan, perceraian, perwarisan,
pembagian harta, relasi buruh dan modal, peradilan, damai, perang, keuangan, hutang,
kontrak, masalah kewanitaan, serta regulasi untuk mem- bantu fakir miskin , janda,
dan berbagai masalah hidup lainnya. Al-Qur'an tidak hanya memberikan panduan
untuk kemajuan individu, tetapi juga untuk kemajuan masyarakat, bangsa, dan bahkan
umat manusia, dengan dasar iman kepada Allah SWT.
D. Islam Sebagai Jalan Tengah
Islam sebagai jalan tengah merupakan ajaran yang memberikan arahan, petunjuk,
dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh
kebahagi- aan di dunia dan akhirat. Konsep ini sering disebut sebagai Islam
Wasathiyah, Wasathiyah berasal dari kata “wasatha” dan dapat diartikan secara
etimologi “sesuatu yang berbeda (ditengah) diantara dua sisi”. Islam sebagai jalan
tengah atau diantara dua perspektif, yang dimaksud tidak terlalu keras (fundamentalis)
dan tidak terlalu bebas (liberalism). Akhmad Syahri (2021) menyatakan Islam sebagai
jalan tengah adalah konsep yang didasarkan pada ayat Al-Quran yang menyebut umat
Islam sebagai umat yang adil dan pilihan (ummatan wasatan), yang menjadi saksi atas
perbuatan manusia dan Rasulullah SAW menjadi saksi atas perbuatan mereka7. Ayat
ini adalah:
ْ َ
ج َع ل ُ َ
ع ل ْي ك ْم شه
َ ْ ُ َ
وي كون ع َل ْ ُ ْ ُ َ ِّ
ل ت ك و ن وا ك
ُ ٰ
ن ذ
و
ِ
ْ َ َّ
نا ا ل ِق َ rً ْ ُ
ال َّر س و َ َ َۤ َ َّ ُ
ْم ا م
َ
َ َ ْي دا و ما ال نا ش ه دا ء و س
ْب ل ة ل
ُ
ِس ً ً ك ل
طا ةج
ْ َ ك
َ عل
ْ َّ َ ىr ْ ُ
ل ِذ ي ت ل ْ َ ك ن ع َ َْل ع م َّم ن ي ت ِب ع ال َّر ْ ِ
ك ِب ْ َ ي ِق ب ْي ِه
َ َ َّ ً َ ْ َ ْ ُ ن
ن ه دى ع ة ِا َّل ا ِوا ن ينق سو ل ا
َ
َل ا ِلب م
7
َ ْ َ َّ َ َ ْ ٓ َ ْ : ا َّل ت
َّل ِل ن ع ل م عل يها ك نت ِ ي
٣٤١ َّ َ َ ُ
ِ ّلل بال ناس ّلل ِل ُي ِ ض ْي ع ِا و ا
ْ ُ َ َ
ح ل َر ء و َّ r ْ ُ َ ْ ما
ي َما ن ك م ِا ن ا َ r
ْي كا
َ
نا ّ
ٌم
ل
ف
ل
َّ
ر
Artinya:
“Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi
7
Akhmad Syahri, M, (2021), MODERASI ISLAM, (S. M. Ni'matul Dinawisda, Ed.) Mataram: UIN Mataram
Press, hlm 192-193
8
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang kamu anut itu
melainkan supaya Kami menge- tahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa
yang berbalik ke belakang. Dan sungguh kiblat itu amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang lagi
Maha Penyantun kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menempuh jalan
tengah (wa- sath) antara dua sisi yang berlawanan, yaitu:
Antara keimanan dan kekufuran. Islam mengajak umatnya untuk
beriman kepada Allah SWT, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat-malaikat-
Nya, hari akhir, dan takdir baik dan bu- ruk. Islam juga mengingatkan umatnya
untuk menjauhi kekufuran, syirik, bid’ah, dan maksiat yang dapat menghapus
keimanan dan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Antara kebaikan dan kejahatan. Islam mengajak umatnya untuk berbuat
kebaikan, sep- erti shalat, zakat, puasa, haji, beramal shalih, berakhlak mulia,
berbuat adil, dan berbuat ihsan. Islam juga mengingatkan umatnya untuk
menjauhi kejahatan, seperti zina, riba, minum khamr, mencuri, membunuh,
berdusta, berzina, dan berbuat aniaya.
Antara kelebihan dan kekurangan. Islam mengajak umatnya untuk
bersikap moderat, tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir, dalam membelanjakan
harta, menikmati kenikmatan, dan mengejar dunia. Islam juga mengingatkan
umatnya untuk bersyukur, sabar, dan tawakkal dalam menghadapi cobaan,
musibah, dan kesulitan.
Antara kebebasan dan keterikatan. Islam mengajak umatnya untuk
menggunakan akal, hati, dan jiwa yang diberikan Allah SWT sebagai sarana
untuk mencari kebenaran, kebaikan, dan kebahagiaan. Islam juga mengingatkan
umatnya untuk tunduk, patuh, dan taat kepada Al- lah SWT, Rasul-Nya, dan
syariat-Nya sebagai batas dan pedoman dalam menjalani hidup.
Dengan demikian, Islam sebagai jalan tengah adalah konsep yang
mengajarkan umat Islam untuk bersikap moderat, seimbang, dan adil dalam
segala aspek kehidupan, baik dalam beragama, bermasyarakat, maupun
berbangsa. Islam sebagai jalan tengah menolak sikap ekstrem, radikal,
fanatik, atau intoleran yang dapat merusak harmoni dan kesejahteraan ber-
9
sama.
Adapun pemahaman dan praktik amaliah keagamaan seorang muslim
moderat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tawassuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman dan pengamalan
yang tidak ifrâth (berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrîth (mengurangi
ajaran agama).
2. Tawâzun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan pengamalan agama
secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi
maupun ukhrawi, tegas dalam menya- takan prinsip yang dapat membedakan
antara inhiraf, (penyimpangan,) dan ikhtilaf (perbe- daan).
3. I’tidâl (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional.
4. Tasâmuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik
dalam aspek keaga- maan dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
5. Musâwah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain
disebabkan perbedaan keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang.
10
11
E. Hubungan Antara Agama dan Peradaban Manusia
Agama dan peradaban manusia saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama
lain. Agama dapat menjadi sumber nilai-nilai moral dan etika yang membentuk
karakter manu- sia, sehingga dapat meningkatkan budi pekerti dan kecerdasan
manusia. Fahmi dan Hamdi- yah (2020) menyatakan Peradaban Islam memiliki akar
yang kuat dalam ajaran agama Is- lam8. Pada abad ke-7, Nabi Muhammad menerima
wahyu dari Allah yang terkandung da- lam Al-Qur'an, kitab suci agama Islam.
Ajaran-ajaran Islam membentuk dasar moral dan etika yang menjadi landasan bagi
peradaban Islam, yang sering disebut sebagai "tamaddun" atau "madaniyyah."
Beberapa ciri khas dari peradaban Islam melibatkan berbagai aspek kehidupan,
terma- suk:
1. Sistem Hukum: Hukum Islam, atau syariah, menjadi panduan dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk hukum pidana, perdata, dan keluarga. Prinsip-prinsip
hukum ini diambil dari Al-Qur'an dan Hadis (tradisi Nabi).
2. Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan: Peradaban Islam dikenal sebagai pusat
pendidikan dan pengetahuan pada masa kejayaannya. Universitas-universitas
seperti Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, dan House of Wisdom di
Baghdad, Irak, menjadi pusat keilmuan yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan, matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
3. Seni dan Arsitektur: Seni dan arsitektur Islam memiliki ciri khas, seperti seni
kaligrafi, mozaik, dan arsitektur bangunan berbentuk kubah dan menara minaret.
Kreativitas da- lam seni ini mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya.
4. Perdagangan dan Ekonomi: Perdagangan dan ekonomi berkembang pesat dalam
peradaban Islam, terutama selama Zaman Kejayaan Islam. Kota-kota seperti
Baghdad, Cordoba, dan Timbuktu menjadi pusat perdagangan dan pertukaran
budaya.
5. Toleransi dan Kebinekaan: Beberapa periode dalam sejarah peradaban Islam
menun- jukkan tingkat toleransi terhadap berbagai agama dan budaya. Pada
beberapa masa, umat Islam hidup berdampingan dengan komunitas Yahudi,
Nasrani, dan non-Muslim lainnya.
8
Fauzi Fahmi. Dkk, 2015. POTRET ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN PERADABAN MODERN. Al-Fatih:
Jurnal Pendidikan dan Keislaman. (2), hlm. 206
12
Peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya pada beberapa periode,
seperti pada masa Khilafah Abbasiyah, Kekhalifahan Umayyah, dan
Kekhalifahan Ottoman. Meskipun mengalami berbagai perubahan sepanjang
sejarahnya, warisan intelektual, seni, dan budaya dari peradaban Islam tetap
memberikan pengaruh pada banyak aspek kehidupan di dunia Islam hingga saat
ini.Islam dianggap sebagai peradaban yang bersifat universal dan agama
keadilan yang tidak merusak. Dalam Islam, tidak dianjurkan untuk hanya
bergantung pada bantuan orang lain, melainkan ditekankan untuk memiliki
keyakinan pada kemampuan diri sendiri. Lebih dari itu, Islam mengajarkan
untuk memprioritaskan hal-hal yang bermanfaat dan mewujudkan kebaikan
yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas. Sebagaimana disampaikan oleh
Sabda Nabi, bahwa kebaikan tertinggi adalah menjadi yang paling ber- manfaat
bagi orang lain.
Islam menekankan pentingnya pengetahuan dan amal, serta nilai-nilai kerja
keras da- lam melaksanakan tugas dengan baik. Prinsip-prinsip keadilan,
persamaan, kasih sayang, kebaikan, pengorbanan, dan perdamaian juga menjadi
fokus utama dalam ajaran Islam. Dengan demikian, Islam membawa pesan
universal tentang bagaimana menciptakan masyarakat yang adil, berkeadilan,
penuh kasih sayang, dan damai, dengan memberikan perhatian khusus pada
pengorbanan untuk kebaikan bersama.Peradaban yang baik haruslah seimbang
dan tidak hanya menonjol dalam satu sisi saja, seperti industri, teknologi, atau
informasi, tetapi juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan.9 (Dzulhadi,
2015).
Semua itu merupakan tujuan tertinggi dari sebuah peradaban. Islam sangat
memper- hatikan peradaban karena menciptakan peradaban Islami itu
merupakan bagian dari tujuan pokok hidup manusia sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam al Qur’an. Imam ar Raghib al Isfahani dalam bukunya “al
Dzarîah ila Makârimi al Syarî’ah”, menjelaskan tujuan- tujuan pokok hidup
manusia sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Allah swt. yaitu taat mutlaq kepada-Nya Sebagai Firman-
Nya: “Tid- aklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan agar meraka
menyembah- Ku.” (adz- Dzariyat; 56).
2. Menjadi Kholifah dimuka bumi yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan
serta ber- prilaku dengan akhlaq Allah swt. dengan kapasitas manusiawi.
13
Sebagaimana Firman Allah swt: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” (Q.S.Al-Baqarah; 30).
9
Qosim Nursheha Dzulhadi, 2015. Islam sebagai Agama dan Peradaban. TSAQAFAH, 11(1), hlm. 154
14
3. Memakmurkan bumi dengan membangun peradaban yang didasarkan pada
sistem nilai sebagaimana yang akan di bahas selanjutnya. Allah swt
berfirman: “Dia telah mencip- takan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan
kamu pemakmurnya (Q.S Hud: 61)10.
10
Ardimas Zain NS Zalukhu. Dkk, 2021, ). ISLAM DAN STUDI AGAMA. At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan Islam Dan Humaniora, 5(2), hlm. 194
15
F. Islam Menyatukan Bangsa-bangsa di Dunia
Optimalisasi potensi akal merupakan salah satu kata kunci yang memungkinkan
Islam memberikan kontribusinya bagi peradaban dunia. Tuhan telah menganugerahi
manusia dengan potensi akal dan hati/kalbu. Kedua potensi itu bisa dimiliki oleh
seseorang dalam kadar yang seimbang, namun dapat pula salah satu potensi lebih
berkembang daripada lainnya. Orang yang sangat berkembang potensi akalnya, sangat
senang menggunakan akalnya itu untuk memecahkan sesuatu. Orang demikian ini
lebih senang melakukan olah rasio daripada olah rasa dalam pencarian kebenaran
sejati dan sangat berbakat menjadi pemikir atau filosof.
Sementara itu orang yang sangat berkembang potensi hati atau kalbunya, sangat
senang mengeksplorasi perasaannya untuk memecahkan suatu masalah. Orang
demikian ini amat suka melakukan olah rasa daripada olah rasio, untuk menemukan
kebenaran sejati dan san- gat berbakat menjadi seniman atau ahli tasawuf. Apabila
persatuan itu merupakan dasar bagi kebudayaan umat manusia. Tanpa persatuan,
kebudayaan tidak akan timbul. Islam bukan hanya menyatukan suku-suku yang
berperang dari suatu negeri, tetapi menegakkan persaudaraan semua bangsa di dunia
ini, bahkan menyatukan semua orang yang mempu- nyai perbedaan warna, ras,
bahasa, batas geografi, bahkan kebudayaan. Dengan itu, Islam telah meletakkan dasar
bagi persatuan umat manusia yang agama lain tidak pernah dapat melakukannya.
Islam bukan hanya mengakui persamaan hak manusia, baik sipil maupun politik,
tetapi juga hak-hak rohaniah. Menurut Abdullah (2004) dalam (Zalukhu dan Butar-
butar, 2021) menyatakan Firman Allah dalam (Q.S.Al-Baqarah: 213) mengatakan:
“Manu- sia itu (dahulunya) satu umat” merupakan doktrin yang pokok setiap bangsa
diakui mem- iliki wahyu dari Tuhan. Selanjutnya, (Q.S.Al-Baqarah: 256) “Tidak ada
paksaan dalam (menganut) agama (Islam)”. Wijaya, dkk (2021) dalam (Zalukhu dan
Butar-butar, 2021) berpendapat dalam ini menunjukkan betapa Islam menghargai
batin orang, sehingga sekalipun yakin bahwa Islam adalah agama yang paling benar,
tidaklah diperkenankan bagi seorang Muslim untuk memaksakan keyakinan kepada
orang lain. Setiap orang bebas berkeyakinan, sedangkan Islam hanya menyampaikan
kebenaran.11
16
11
Ardimas Zain NS Zalukhu. Dkk, 2021, ). ISLAM DAN STUDI AGAMA. At-Tazakki: Jurnal Kajian Ilmu
Pendidikan Islam Dan Humaniora, 5(2), hlm. 195
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang bersumber dari wahyu yang menekankan tauhid,
atau keesaan Tuhan. Wahyu ini disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai utusan-Nya. Islam sebagai agama yang kaffah mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu iman, akhlak, ibadah, mu’amalah, serta
urusan pribadi, rumah tangga, masyarakat, dan negara. Dengan ajarannya yang
komprehensif, Islam mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, sesama
manusia, dan alam semesta, menjadikannya lebih dari sekadar dogma, melainkan
sebagai pedoman hidup yang menyeluruh.
18
sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan.
Hubungan yang terjalin antara agama dan peradaban manusia sangat erat
dan saling mempengaruhi. Agama Islam menjadi sumber nilai-nilai moral dan
etika yang membentuk karakter dan perilaku manusia. Dalam sejarahnya, Islam
telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
seni, dan budaya. Melalui ajarannya, Islam telah mendorong umat manusia untuk
mencapai tingkat peradaban yang tinggi, dengan menekankan pentingnya
pendidikan, penelitian, dan pengembangan diri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Akhmad Syahri, M. (2021). MODERASI ISLAM. (S. M. Ni'matul Dinawisda, Ed.) Mata-
ram: UIN Mataram Press.
Dzulhadi, Q. N. (2015). Islam sebagai Agama dan Peradaban. TSAQAFAH, 11(1), 151.
https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v11i1.258
Fahmi, F., & Hamdiyah, A. B. (2020). POTRET ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN PERADA-
BAN MODERN. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan Keislaman. 2.
Hani, Umi. (2022). Buku Ajar Pengantar Studi Islam. Banjarmasin: Universitas Islam Kali-
mantan Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Heny Anggreni Butar-Butar, & Zalukhu, A. Z. N. (2021). Ardimas Zain NS Zalukhu, Email:
[email protected]. AT-TAZAKKI, 5(2).
Nur, D. A., & Lubis, M. (2015). KONSEP WASATHIYAH DALAM AL-QURAN; (STUDI
KOMPARATIF ANTARA TAFSIR AL-TAHRÎR WA AT-TANWÎR DAN AISAR AT
TAFÂSÎR).4(2).
Zalukhu, A. Z. N., & Butar-Butar, H. A. (2021). ISLAM DAN STUDI AGAMA. At-Tazakki:
Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Islam Dan Humaniora, 5(2), 188-200.
20