LP Balita

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan ketuntasan


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Balita
Program Study Profesi Bidan

Disusun oleh :
Nama : DEWI ULFI NURROHMAH
NPM : 22390029

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BALITA

Disusun Oleh :
Nama : DEWI ULFI NURROHMAH
NPM : 22390029

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : Pembimbing Lapangan ( Siti Fatimah, SST )

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : Universitas Malahayati (Yuli Yantina, SST.Bdn.M Kes )

2
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul“Asuhan Kebidanan Balita.
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan ketuntasan Praktik Klinik Asuhan Kebidanan
Komunitas Program Study Profesi Bidan.
Dalam pembuatan dan penulisan Studi Kasus ini, penulis memperoleh bimbingan, bantuan
dan saran dari berbagai pihak, dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat
1. Dr. Achmad Farich, dr., M.M selaku Rektor Universitas Malahayati.

2. Riyanti., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Malahayati.

3. Vida Wira Utami, S.ST.,Bdn., M.Kes selaku Kepala Prodi Program Profesi
Bidan
4. Yuli Yantina , S.ST.,Bdn.,M.Kes selaku pembimbing Praktik Klinik
Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL.

5. Siti fatimah, S.ST selaku CI di Lahan Praktik.

6. Seluruh staff dan karyawan di UPTD Puskesmas Punggur yang telah


turut membantu, membimbing dan memotivasi dalam menyelesaikan Studi
Kasus ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Studi Kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Studi Kasus ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun darimanapun datangnya penulis
harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga segala bimbingan dan
dukungan dari semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT.

Bandar lampung, Juni 2023

3
Penulis

Daftar Isi

Halaman Judul ................................................................................................ i

Halaman Persetujuan ..................................................................................... ii

Kata Pengantar ............................................................................................... iii

Daftar Isi ......................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan

1. Latara Belakang ............................................................................. 1


2. Tujuan
a. Tujuan Umum ......................................................................... 3
b. Tujuan Khusus ........................................................................ 3
3. Manfaat ......................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Teori

1. Tinjauan Teori Obesitas................................................................ 4


2. Tinjauan Asuhan Kebidanan......................................................... 19

Bab III Pembahasan ................................................................................. 27

Bab IV Penutup

1. Kesimpulan................................................................................. 29
2. Saran .......................................................................................... 29

Daftar Pustaka

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan yanglebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anakdari World Health Organization(WHO). Balita stunting termasuk
masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisisosial
ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Kemenkes RI,2018)
Stunting adalah kondisi gagaltumbuh pada anak balita bayi di bawah lima
tahun akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek(severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study)2006. Sedangkan
definisistunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak
balitadengan nilai zscorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang
dari - 3SD (severelystunted). (TNP2K,2017).
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah
satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2%
atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000
yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari
Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta
balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan
proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%).(Kemenkes,2018)
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization
(WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di

5
regional Asia Tenggara/South east Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita
stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Berdasarkan riskesdas 2018 terjadi penurunan anak stunting dari 37,2% pada
tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018 (Kemenkes,2019). Pada tingkat provinsi,
Prevalensi balita pendek dan sangat pendek diprovinsi lampung mengalami
penurunan ditahun 2018 sebesar 27,28% (Riskesdes,2018). Menurut standar WHO
Batas maksimalnya 20%. meskipun Indonesia mengalami penurunan,namun masih
didalam kategori tinggi.
Wellina fitrie W,dkk.(2016) meneliti faktor resiko anak stunting usia 12-24
bulan dikecamatan brebes yaitu tingkat kecukupan energy yang rendah (7,71%),
protein yang rendah (7,65%),seng yang rendah (8,78%), berat badan lahir rendah
(3,63%) dan tingginya pajanan pestisida (8,48%). Kelima variable tersebut
memberikan kontribusi terhadap stunting sebesar 45%.
Murgianti S, dkk. (2018) meneliti faktor penyebab anak Stunting usia 25- 60
bulan di Kecamatan Sukarejo Kota Blitar menunjukkan faktor penyebab stunting
yaitu asupan energi rendah (93,5%), penyakit infeksi (80,6%), jenis kelamin laki-laki
(64,5%), pendidikan ibu rendah (48,4%), asupan protein rendah (45,2%), tidak ASI
Ekslusif (32,3%), pendidikan ayah rendah (32,3%) dan ibu bekerja (29%). Faktor
tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang pemenuhan gizi
dan terdapat orangtua dengan pendidikan rendah.
Dampak yang ditimbulkan stunting jika tidak dilakukan asuhan dapat dibagi
menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang, ialah dampak jangka pendek
yaitu Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif,
motoric,dan verbal pada anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Serta
dampak jangka panjang yaitu postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih
pendek dibandingkan pada umumnya), meningkatkan resiko obesitas dan penyakit
lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, Kapasitas belajar dan performa yang
kurang optimal saat masa sekolah;dan Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak
optimal.(Kemenkes,2018)
Solusi penanganan masalah yang direncanakan menurut kemenkes RI,2018
adalah mengintervensi pada 1000 hari pertama kehidupan, mengupayakan jaminan
mutu antenatal care (ANC) Terpadu, meningkatkan persalinan difasilitas kesehatan,
menyelenggarakan konseling inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif,
pemantauan pertumbuhan balita, menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan

6
Tambahan (PMT) untuk balita,dan menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan
anak.
Menurut penelitian Novita Nining W,dkk (2018) hubungan pola asuh makan
dengan stunting juga mempengaruhi, karna sebanyak 51,2% balita stunting memiliki
pola asuh makan yang kurang. Balita yang mempunyai riwayat pola asuh kurang
memiliki peluang 14,5 kali mengalami stunting jika dibandingkan dengan balita yang
mempunyai riwayat pola asuh yang baik.
Menurut penelitian Yuni Khoirul W. (2019) salah satu solusi dalam
penanganan stunting pada balita adalah dengan melakukan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) (Pemenkes Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016). Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya memberikan tambahan makanan untuk
menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar tercapainya status gizi
yang baik (Pemenkes Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016).

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan Kebidanan Pada Balita
melalui pendekatan manejemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif
pada Balita
- Mahasiswa mampu merumuskan diagnose dan masalah Balita
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya adanya diagnose potensial pada
Balita
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi adanya kebutuhan tindakan segera pada
Balita
- Mahasiswa mampu menyusun intervensi dan rasional pada Balita
- Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai intervensi yang dibuat
pada Balita
- Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan yang
diberikan pada Balita.
- Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan Balita
menggunakan SOAP

7
1.3. Manfaat

1. Bagi Penulis

Bagi peneliti, dapat memperaktikan teori yang didapat secara langsung dalam
memberikan asuhan kebidanan pada Balita

2. Bagi Pusat Layanan Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan dalam


meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan Balita
3. Bagi Klien dan Keluarga

Remaja Mendapatkan pelayanan sesuai standar kebidanan sehingga Balita


Puas dengan pelayanan kebidanan yang telah diberikan

4. Bagi Profesi Bidan

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk


memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Balita
1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang
memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan
tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi
karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang peranan
penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan
berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak (Ariani, 2017).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut Sediaotomo
(2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain
masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita


merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-beda, bisa
cepat maupun lambat tergantung dari beberapa faktor, yaitu nutrisi, lingkungan
dan sosial ekonomi keluarga.

2. Karakteristik Balita

9
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di bawah
satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang
dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang
dikenal dengan usia pra sekolah (Proverawati & Wati, 2010).

Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1-3
tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen
pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan oleh ibunya
(Sodiaotomo, 2010).

Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan
sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih kecil
sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan
(Proverawati & Wati, 2010).

Sedangkan pada usia pra sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada
masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat
dari aktifitas yang mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.

B. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di antaranya adalah
energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk tahun pertama kurang lebih
100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam tubuh diperoleh terutama dari zat gizi
karbohidrat, lemak dan protein. Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino
esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan
pembentukan protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang telah rusak dan
memelihara keseimbangan cairan tubuh.

Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang mempunyai tiga


fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut vitamin A, D, E dan K

10
serta memberikan rasa sedap dalam makanan. Kebutuhan karbohidrat yang
dianjurkan adalah sebanyak 60-70% dari total energi yang diperoleh dari beras,
jagung, singkong dan serat makanan. Vitamin dan mineral pada masa balita
sangat diperlukan untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara
keseluruhan (Dewi, 2013).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Faktor yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi status gizi
adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Beberapa faktor yang melatarbelakangi
kedua faktor tersebut, misalnya faktor ekonomi dan keluarga (Soekirman, 2012).

1. Ketersediaan dan Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan


cara pengamatan langsung yang dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk
menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih
sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi.
Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia adalah
kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal, kesehatan dan kegiatan
normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam
keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga yang terjadi terus menerus akan
menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.

Gizi kurang merupakan keadaan yang tidak sehat karena tidak cukup
makan dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya jumlah makanan yang
dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi.
Apabila status gizi tidak cukup maka daya tahan tubuh seseorang akan melemah dan
mudah terserang infeksi.

2. Infeksi

Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Dengan infeksi, nafsu makan anak mulai menurun dan
mengurangi konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke
dalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan
kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat mengakibatkan
cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang. Terkadang orang tua juga melakukan

11
pembatasan makan akibat infeksi yang diderita sehingga menyebabkan asupan zat
gizi sangat kurang sekali bahkan bila berlanjut lama dapat mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.

3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang


merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan.
Status gizi yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu
menyusui dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting
dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat
mencapai keadaan gizi yang seimbang.

4. Higiene Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan anak lebih mudah


terserang penyakit infeksi yang akhirnya dapat mempengaruhi status gizi. Sanitasi
lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban,
jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga.
Semakin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil
risiko anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2012).

C. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara


asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antara individu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin,
aktifitas tubuh dalam sehari, berat badan dan lain-lain (Supariasa, 2012).

Status gizi termasuk salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia karena sangat mempengaruhi kecerdasan, produktifitas dan
kreatifitas. Dalam upaya peningkatan status gizi, pada hakikatnya harus
dimulai sedini mungkin pada usia anak sekolah, karena pada usia ini anak berada
pada masa awal belajar yang dapat mempengaruhi proses belajar pada masa yang
akan datang. Status gizi anak sekolah perlu diperhatikan untuk menunjang kondisi

12
fisik otak yang merupakan syarat agar anak dapat mempunyai kecerdasan tinggi
(Andriani & Wirjatmadi, 2012).

Masalah gizi merupakan masalah multi dimensi yang dipengaruhi oleh


berbagai macam faktor, seperti faktor ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian
dan kesehatan.

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu
yang beresiko atau dengan status gizi buruk. Menurut Supariasa dan Bakri (2002),
penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung penilaian status gizi di antaranya adalah antropometri, klinis,
biokimia dan biofisik. Pengukuran status gizi anak yang paling banyak digunakan
adalah pengukuran antropometri (Soekirman, 2007).

1. Antropometri

Secara umum, antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain Berat Badan, Tinggi Badan, LILA,
Lingkar Kepala dan Lingkar Dada. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari
satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran yang dihubungkan dengan
umur (Supariasa dan Bakri, 2002).

Pada metode antropometri dikenal dengan Indeks Antropometri. Indeks


antropometri adalah kombinasi antara beberapa parameter, yang merupakan dasar
dari penilaian status gizi. Beberapa indeks telah diperkenalkan seperti tinggi
badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB).

Berat badan berdasarkan umur (BB/U) Indikator ini bertujuan untuk


mengukur berat badan sesuai dengan usia anak. Penilaian BB/U dipakai untuk
mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami berat badan kurang, sangat
kurang atau lebih. Tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) Indikator ini bertujuan
untuk mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak. Penilaian TB/U dipakai untuk

13
megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh pendek. Berat badan
berdasarkan tinggi badan (BB/TB) Indikator ini bertujuan untuk mengukur berat
badan sesuai dengan tinggi badan anak. Pengukuran ini yang umumnya digunakan
untuk mengelompokkan status gizi anak.

Dalam pemakaian untuk menilai status gizi, antropometri disajikan dalam


bentuk indeks yang dilakukan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai
berikut :

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, sehingga jika
terjadi kesalahan dalam penentuan umur maka akan menyebabkan hasil
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat bisa menyebabkan tidak berarti apabila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat (Depkes, 2006).

b. Berat Badan

Berat badan adalah salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak dan cairan
tubuh. Selain itu berat badan juga merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Parameter ini paling baik untuk
melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan
kondisi kesehatan (Depkes, 2006).

Berat badan dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan menurut
umur) yang berguna untuk melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat
badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
keadaan saat ini.

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur)
karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah dapat dengan mudah
dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan
status gizi dalam jangka waktu pendek dan dapat mendeteksi kegemukan.

14
Sedangkan kelemahan indikator BB/U adalah interpretasi status gizi dapat keliru
apabila terdapat pembengkakan atau oedema dan data umur yang akurat sering sulit
diperoleh terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas atau anak bergerak terus
(Soekirman, 2000).

Tabel. 1

Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)


Indeks Batas pengelompokan Status Gizi
BB/U < -3 SD Gizi Buruk

-2 s/d +2 SD Gizi Baik

b. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari


keadaan kurus kering dan pendek. Tinggi badan sangat baik untuk status gizi saat ini.
Berat badan yang bersifat labil akan menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan
status gizi seseorang saat ini (Supariasa dkk, 2012).

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
kemudian dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel, seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral pada organ-
organ yang dekat dengan tubuh, seperti kelenjar tiroid.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang


diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan, antara lain darah, urin, tinja dan beberapa
jaringan tubuh yang lainnya, seperti hati dan otot.

15
4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur dari jaringan.

Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung, di antaranya adalah


survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

1. Survei Konsumsi Makanan

Adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2. Statistik Vital

Adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan, seperti angka


kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
serta data lainnya yang berkaitan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor


fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi, seperti iklim, tanah dan irigasi. Penggunaan faktor
ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Ariani, 2017).

3. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah ukuran gabungan dari posisi ekonomi dan sosial
individu atau keluarga yang relatif terhadap orang lain berdasarkan dari pendapatan,
pendidikan dan pekerjaan. Keadaan sosial ekonomi merupakan aspek sosial budaya
yang sangat mempengaruhi status kesehatan dan juga berpengaruh pada pola
penyakit, seperti malnutrisi yang lebih banyak ditemukan di kalangan yang berstatus
ekonominya rendah (Notoatmodjo, 2005).

Dalam kehidupan sosial setiap anggota masyarakat memiliki tingkatan yang


berbeda. Dalam sosiologi istilah ini sering dikenal dengan Social Stratification yang
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

16
bertingkat (hirarkis). Secara teoristis semua manusia dianggap sederajat. Akan tetapi
sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian.
Perwujudan nyata dari Stratification Social adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-
kelas rendah. Hal ini bisa terjadi karena pembagian nilai-nilai sosial yang tidak
seimbang dalam kehidupan bermasyarakat.

Faktor sosial ekonomi meliputi data sosial, yaitu keadaan penduduk, keadaan
keluarga, pendidikan, perumahan, dapur penyimpanan makanan dan sumber air.
Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan,
pengeluaran dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
(Supariasa, 2012).

Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah suatu


kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator umur,
pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pendapatan dan besar keluarga sebagai tolak
ukur. Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto (2007) adalah posisi seseorang
dalam masyarakat yang berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan
pergaulan, prestasinya dan hak-hak serta kewajibannya dalam berhubungan
dengan sumber daya. Sedangkan menurut Abdulsyani (2004) sosial ekonomi
adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang
ditentukan oleh jenis aktifitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan dan
jabatan dalam organisasi.

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktifitas yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan setiap hari. Pekerjaan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang
bekerja maka akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki
pengetahuan yang baik pula. Pengalaman bekerja akan memberikan pengetahuan dan
keterampilan serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan
kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan secara
ilmiah.

5. Pendapatan Keluarga

17
Pendapatan perbulan adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh
seluruh anggota keluarga (ayah atau ibu) dibagi dengan jumlah anggota keluarga.
Pendapatan seseorang identik dengan sumber daya manusia, sehingga seseorang yang
berpendidikan tinggi, umumnya memiliki pendidikan yang relatif tinggi pula.

Menurut Zaidin (2010, dalam Suparyanto, 2014) keluarga adalah dua atau
lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi
dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Keluarga pada umumnya
terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya. Kepala
rumah tangga adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap rumah
tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang
hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang
bersangkutan.

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas


hidangan. Semakin banyak mempunyai uang, berarti semakin baik makanan yang
diperoleh. Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula
persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli daging, buah, sayuran dan
beberapa jenis bahan makanan lainnya (Fikawati & Shafiq, 2015). Menurut
Reksoprayitno, pendapatan adalah uang yang diterima oleh seseorang dan
perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa bunga dan laba termasuk juga
beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pensiun (Reksoprayitno, 2009).

Ada tiga kategori pendapatan, yaitu:

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang


bersifat reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra
prestasi.

2. Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang bersifat reguler


dan biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam
bentuk barang dan jasa.

3. Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala penerimaan


yang bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat perubahan
dalam keuangan rumah tangga.

18
6. Pengeluaran Keluarga

Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh
rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam satu tahun
tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli
makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar
sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga
untuk memenuhi kebutuhanya dan pembelanjaan tersebut dinamakan konsumsi
(Sukirno, 2004). Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga
digolongkan sebagai konsumsi rumah tangga, misalnya membeli rumah
digolongkan investasi. Seterusnya sebagai pengeluaran mereka, seperti
membayar asuransi dan mengirim uang kepada orang tua atau anak yang sedang
bersekolah tidak digolongkan sebagai konsumsi karena ia tidak merupakan
pembelanjaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan dalam perekonomian
(Sukirno, 2004).

Pengeluaran konsumsi dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan


keluarga. Menurut Teori Engel, semakin membaiknya pendapatan keluarga, biasanya
akan diiringi dengan alokasi pengeluaran untuk keperluan pangan yang cenderung
menurun dan sebaliknya pengeluaran untuk keperluan non pangan cenderung
akan meningkat. Dengan demikian keluarga tersebut dapat dikatakan sejahtera
(Gilarso, 2006).

B. Pertumbuhan
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes RI,2016).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan
juga karena bertambahnya besarnya sel,seperti pertambahan ukuran berat badan,tinggi badan
dan lingkar kepala. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan

19
berat (gram,kilogram), satuan panjang (cm) umur tulang, dan keseimbangan metabolic.
(Sunarsih,Tri 2018)

2. Ciri-Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan.
Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut. (Kemenkes RI,2016):
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri.seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedabeda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
d. Perkembangan berkoreasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung
cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah umur, bertambah berat
dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal)
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat

20
lingkaran sebelum membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Kematangan
merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi
yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang bersal dari latihan
dan usahan.melalui belajar,anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola perkembangan bagi
semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ketahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.

3. Gangguan Tumbuh kembang yang sering ditemukan (Kemenkes RI,2016).


a. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasasensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan padasistem
lainnya, sebab melibatkan kemampuankognitif, motor, psikologis, emosidan
lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkangangguan
bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang
disebabkan olehkarena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedangtumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya
dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah
kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebihlambat dari anak
yangnormal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia
yangberat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatanperkembanganmotorik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri.
d. Perawakan Pendek

21
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai
tinggi badan yangberada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan
yang berlaku pada populasi tersebut.Penyebabnya dapat karena varisasi normal,
gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan
endokrin.
e. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul
sebelum anakberumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
f. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70)
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuanyang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkah disertai dengan hiperaktif

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain. (Kemenkes RI,2016) :
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor
herediter ras/bangsaIndonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masaremaja.

22
4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki laki.
Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih
cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada
tumbuh kembang anak seperti kerdil.

b. Faktor luar (eksternal).


1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
clubfoot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan
kelainan kongenitalseperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali,spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongential mata, kelainanjantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella,
Sitomegalo virus,Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin:
katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.

23
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan
ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian
melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca Persalinan
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
b) Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan
yang kurang baik, kurangnyasinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanyaatau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-ekonomi

24
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian
halnyadengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
5. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan
a. Penentuan status gizi Anak
Status gizi merupakan ekspresi suatu keadan gizi yang diwujudkan dalam bentuk
variable tertentu.
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB /TB) untuk menentukan
status gizi anak usia dibawah 5 tahun, apakah normal, kurus, sangat kurus atau
gemuk.
2) Pengukuran Panjang Badan terhadap umur atau Tinggi Badan terhadap umur
(PB/U atau TB/U) untuk menentukan status gizi anak, apakah normal, pendek
atau sangat pendek
3) Pengukuran Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) untuk menentukan
status gizi anak usia 5 – 6 tahun apakah anak sangat kurus, kurus, normal,
gemuk atau obesitas.
(Kemenkes RI,2016).
b. Pengukuran antropometrik
1) Penimbangan Berat Badan (BB):
a) Menggunakan timbangan bayi.
(1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih
(2) bisa berbaring/duduk tenang.

25
(3) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
(4) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
(5) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
(6) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
(7) Lihatjarum timbangan sampai berhenti.
(8) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(9) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

b) Menggunakan timbangan dacin


(1) Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan letakkan banul
geser pada angka nol. Jika ujung kedua paku dacin tidak dalam posisi
lurus, maka timbangan tidak layak digunakan dan harus dikalibrasi.
(2) Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
(3) Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
(4) Catat hasil penimbangan dengan benar
(5) Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita dari sarung
timbang.
c) Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
(3) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
2) Pengukuran Panjang Badan (PB) dan tinggi badan (TB)
a) Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan

26
Pengukuran PB dilakukan pada anak berusia 0-24 bulan. Apabila anak
berusia 0-24 bulan diukur dengan cara berdiri maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7cm. pengukuran panjang badan
dilakukan dengan cara terlentang, dengan menggunakan alat ukur berupa
papan kayu length board. (Helmyati siti, dkk 2019)

Gambar1
Pengukuran Panjang Badan (0-24 bulan)
(Sumber:Kemenkes RI,2016)

b) Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan


Cara mengukur dengan posisi berdiri:
(1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
(6) Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka
hasilpengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

27
Gambar2
Pengukuran Tinggi Badan (24-72 bulan)
(Sumber:Kemenkes RI,2016)

c) Penggunaan Tabel BB/TB (Kepmenkes No: 1195/Menkes/SK/XII/2010):


(1) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas.
(2) Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan
hasilpengukuran.
(3) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan)
sesuai jenis kelamin anak,cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak
(4) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi(SD).
(a) Anak yang mempunyai TB/U dibawah -2 SD disebut pendek
(b) Anak yang mempunyai TB/U dibawah -3 SD disebut sangat
pendek
(c) Anak yang mempunyai TB/U -2 SD sampai dengan 2 SD disebut
normal
(d) Anak yang mempunyai TB/U diatas 2 SD disebut tinggi.

28
Tabel 1
Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)
umur 0 - 24 bulan

Tinggi Anak Laki-laki (cm) Tinggi Anak Perempuan (cm)


Sangat Umur Sangat
Pendek Normal Tinggi Pendek Normal Tinggi
Pendek (Bulan) pendek
<-3SD -3SD s/d < -2SD -2SD s/d < 2SD > 2SD <-3SD -3SD s/d < -2SD -2SD s/d < 2SD > 2SD
<44,20 44,20 - 46,09 46,10 - 53,69 >53,7 0 <43,60 43,60-45,39 45,40 - 52,89 >52,90
<43,90 48,90 - 50,79 50,80 - 58,59 > 58,6 1 <47,80 47,80 - 49,79 49,80 - 87,59 >57,60
<52,40 52,40-54,39 54,40 - 62,39 > 62,4 2 <51,00 51,00 - 52,99 53,00-61,09 >61,10
<55,30 55,30-57,29 57,30 - 65,49 > 65,5 3 <53,50 53,50-55,59 55,60-63,99 >64,00
<57,60 57,60 - 59,69 59,70 - 67,99 > 68,0 4 <55,60 55,60 - 57,79 57,80-66,39 >66,40
<59,60 59,60 - 61,69 61 > 70,1 5 <57,40 57,40 - 59,59 59,60 - 68,49 >68,50
<61,20 61,20-63,29 63,30 - 71,89 > 71,9 6 <58,90 58,90 - 61,19 61,20 - 70,29 >70,30
<62,70 62,70 - 64,79 64,80 - 73,49 >73,5 7 <60,30 60,30 - 62,69 62,70 - 71,89 >71,90
<64,00 64,00 - 66,19 66,20 - 74,99 > 75,0 8 <61,70 61,70-63,99 64,00 - 73,49 >73,50
<65,20 65,20 - 67,49 67,50 - 76,49 > 76,5 9 <62,90 62,90 - 65,29 65,30 - 74,99 >75,00
<66,40 66,40 - 68,69 68,70 - 77,89 > 77,9 10 <64,10 64,10 - 66,49 66,50-76,39 >76,40
<67,60 67,60 - 69,89 69,90 - 79,19 > 79,2 11 <65,20 65,20 - 67,69 67,70 - 77,79 >77,80
<68,60 68,60 - 70,99 71,00 - 80,49 > 80,5 12 <66,30 66,30 - 68,89 68,90 - 79,19 >79,20
<69,60 69,60 - 72,09 72,10 - 81,79 > 81,8 13 <67,30 67,30 - 69,99 70,00 - 80,49 >80,50
<70,60 70,60 - 73,09 73,10 - 82,99 >83,0 14 <68,30 68,30 - 70,99 71,00 - 81,69 >81,70
<71,60 71,60- 74,09 74,10 - 84,19 > 84,2 15 <69,30 72,00 - 74,79 72,00 - 82,99 >83,00
<72,50 72,50 - 74,99 75,00 - 85,39 > 85,4 16 <70,20 70,20 - 72,99 73,00-84,19 >84,20
<73,30 73,30-75,99 76,00 - 86,49 > 86,5 17 <71,10 71,10-73,99 74,00 - 85,39 >85,40
<74,20 74,20 - 76,89 76,90 - 87,69 > 87,7 18 <72,00 72,10 - 74,89 74,90 - 86,49 >86,50
<75,00 75,00 - 77,69 77,70 - 88,79 > 88,8 19 <72,80 72,80 - 75,79 75,80 - 87,59 >87,60
<75,80 75,80 - 78,59 78,60 - 89,79 > 89,8 20 <73,70 73,70 - 76,69 76,70 - 88,69 >88,70
<76,50 76,50-79,39 79,40 - 90,89 > 90,9 21 <74,50 74,50 - 77,49 77,50 - 89,79 >89,80
<77,20 77,2 - 80,19 80,20 - 91,89 > 91,9 22 <75,20 75,20-78,39 78,40 - 90,79 >90,80
<78,00 78,00 - 80,99 81,00 - 92,89 > 92,9 23 <76,00 76,00 - 79,19 79,20 - 91,89 >91,90
<78,70 78,7 - 81,69 81,70 - 93,89 >93,9 24 <76,70 76,70 - 79,99 80,00 - 92,89 >92,90
Sumber:Kemenkes RI,2016.

29
Tabel 2

Standar Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)


Umur 24-60 bulan

Tinggi Anak Laki-laki (cm) Tinggi Anak Perempuan (cm


Umur
sangat Pendek Normal Tinggi Sangat Pendek normal Tinggi
(Bulan)
<-3SD -3SD s/d < -2SD -2SD s/d < 2SD > 2SD <-3SD -3SD s/d < -2SD -2SD s/d < 2SD > 2SD
<78,00 78,00 - 80,99 81,00 - 93,20 >93,20 24 <76,00 76,00 - 79,29 79,30-92,20 >92,20
<78,60 78,60 - 81,69 81,70 - 94,20 >94,20 25 <76,80 76,80 - 79,99 80,00-93,10 >93,10
<79,30 79,30 - 82,49 82,50 - 95,20 >95,20 26 <77,50 77,50 - 80,79 80,80 - 94,10 >94,10
<79,90 79,90 - 83,09 83,10 - 96,10 >96,10 27 <78,10 78,10 - 81,49 81,50 - 95,00 >95,00
<80,50 80,50 - 83,79 83,80 - 97,00 >97,00 28 <78,80 78,80 - 82,19 82,20 - 96,00 >96,00
<81,10 81,10 - 84,49 84,50 - 97,90 >97,90 29 <79,50 79,50 - 82,89 82,90 - 96,90 >96,90
<81,70 81,70 - 85,09 85,10 - 98,70 >98,70 30 <80,10 80,10 - 83,59 83,60 - 97,70 >97,70
<82,30 82,30 - 85,69 85,70 - 99,60 >99,60 31 <80,70 80,70 - 84,29 84,30 - 98,60 >98,60
<82,80 82,80 - 86,39 86,40 - 100,40 >100,40 32 <81,30 81,30 - 84,89 84,90 - 99,40 >99,40
<83,40 83,40 - 86,89 86,90 - 101,20 >101,20 33 <81,90 81,90 - 85,59 85,60 - 100,30 >100,30
<83,90 83,90 -87,49 87,50 - 102,00 >102,00 34 <82,50 82,50 - 86,19 86,20 - 101,10 >101,10
<84,40 84,40 - 88,09 88,10 -102,70 >102,70 35 <83,10 83,10 - 86,79 86,80 - 101,90 >101,90
<85,00 85,00 - 88,69 88,70 - 103,50 >103,50 36 <83,60 83,60 - 87,39 87,40 - 102,70 >102,70
<85,50 85,50 - 89,19 89,20 - 104,20 >104,20 37 <84,20 84,20 - 87,79 87,80 - 103,40 >103,40
<86,00 86,00 - 89,79 89,80 - 105,00 >105,00 38 <84,70 84,70 - 88,59 88,60 - 104,20 >104,20
<86,50 86,50 - 90,29 90,30 - 105,70 >105,70 39 <85,30 85,30 - 89,19 89,20 - 105,00 >105,00
<87,00 87,00 - 90,89 90,90 - 106,40 >106,40 40 <85,80 85,80 - 89,79 89,80 - 105,70 >105,70
<87,50 87,50 - 91,39 91,40 - 107,10 >107,10 41 <86,30 86,30 - 90,39 90,40 - 106,40 >106,40
<88,00 88,00 - 91,89 91,90 - 107,80 >107,80 42 <86,80 86,80 - 90,89 90,90 - 107,20 >107,20
<88,40 88,40 - 92,39 92,40 - 108,50 >108,50 43 <87,40 87,40 - 91,49 91,50 - 107,90 >107,90
<88,90 88,90 - 93,29 93,30 - 109,10 >109,10 44 <87,90 87,90 - 91,19 91,20 - 108,60 >108,60
<89,40 89,40 - 93,49 93,50 - 109,80 >109,80 45 <88,40 88,40 - 92,49 92,50 - 109,30 >109,30
<89,80 89,80 - 93,99 94,00 - 110,40 >110,40 46 <88,90 88,90 - 93,09 93,10-110,00 >110,00
<90,30 90,30 - 94,39 94,40 - 111,10 >111,10 47 <89,30 89,30 - 93,59 93,60 - 110,70 >110,70
<90,70 90,70 - 94,89 94,90 - 111,70 >111,70 48 <89,80 89,80 - 94,09 94,10-111,30 >111,30
<91,20 91,20 - 95,39 95,40 - 112,40 >112,40 49 <90,30 90,30 - 94,59 94,60 - 112,00 >112,00
<91,60 91,60 - 95,89 95,90 - 112,40 >113,00 50 <90,70 90,70 - 95,09 95,10 - 112,70 >112,70
<92,10 92,10 - 96,39 96,40 - 113,60 >113,60 51 <91,20 91,20 - 95,59 95,60- 113,30 >113,30
<92,50 92,50 - 96,89 96,90 - 114,20 >114,20 52 <91,70 91,70 - 96,09 96,10 - 114,00 >114,00
<93,00 93,00 - 97,39 97,40 - 114,90 >114,90 53 <92,10 92,10 - 96,59 96,60 - 114,60 >114,60
<93,40 93,40 - 97,79 97,80 - 115,50 >115,50 54 <92,60 92,60 - 97,09 97,10 - 115,20 >115,20
<93,90 93,90 - 98,29 98,30 - 116,10 >116,10 55 <93,00 93,00 - 97,59 97,60 - 116,00 >115,90
<94,30 94,30 - 98,79 98,80 - 116,70 >116,70 56 <93,40 93,40 - 98,09 98,10 - 116,50 >116,50
<94,70 94,70 - 99,29 99,30 - 117,40 >117,40 57 <93,90 93,90 - 98,49 98,50 - 117,10 >117,10
<95,20 95,20 - 99,69 99,70 - 118,00 >118,00 58 <94,30 94,30 -98,99 99,00 - 117,70 >117,70
<95,60 95,60 - 100,19 100,20 - 118,60 >118,60 59 <94,70 94,70 - 99,49 99,50- 118,30 >118,30
<96,10 96,10 - 100,69 100,70 - 119,20 >119,20 60 <95,20 95,20 -99,89 99,90 - 118,90 >118,90
Sumber:Kemenkes RI,2016.

30
Gambar3
Kurva Pertumbuhan Tinggi Badan Berdasarkan Umur Anak Laki-Laki 6-24 Bulan
(Sumber:Kemenkes RI, 2016)

Gambar4
Kurva Pertumbuhan Tinggi Badan Berdasarkan Umur
Anak Perempuan 6-24 Bulan
(Sumber:Kemenkes RI,2016)

31
Gambar5
Kurva Pertumbuhan Tinggi Badan Berdasarkan Umur Anak Laki Laki 24-60
(Sumber:Kemenkes RI, 2016)

Gambar6
Kurva Pertumbuhan Tinggi Badan Berdasarkan Umur Anak Laki Laki 24-60
(Sumber:Kemenkes RI, 2016)

32
c. Pengukuran lingkar kepala anak ( LKA)
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Secara normal,
ukuran lingkar kepala adalah 34-35 cm. kemudian akan ditambahkan sekitar
0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi +44 cm dan pada tahun-tahun
pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun,setelah itu
sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah+10 cm. jadwal
disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan
setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan,pengukuran
dilakukan setiap enam bulan. (sunarsih,tri 2018)
Cara pengukuran lingkar kepala
1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala menonjol, tarik
agak kencang
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan
jenis kelamin anak
5) buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.

Gambar 7
Cara Mengukur Lingkar Kepala
(Sumber:Kemenkes RI, 2016)

33
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan proses

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai dengan perubahan yang

memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi,

balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena

kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang peranan penting dalam

pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar

terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak (Ariani, 2017).

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita. Ditemukannya

penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan lebih

mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga akan mempunyai waktu dalam membuat

rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,

berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga

dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. (Kemenkes RI,2016).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian

atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga

karena bertambahnya besarnya sel,seperti pertambahan ukuran berat badan,tinggi badan dan

lingkar kepala. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat

(gram,kilogram), satuan panjang (cm) umur tulang, dan keseimbangan metabolic.

(Sunarsih,Tri 2018).

34
Gangguan Tumbuh kembang yang sering ditemukan (Kemenkes RI,2016) yaitu :
a. Gangguan bicara dan bahasa.
b. Cerebral palsy.
c. Sindrom Down
d. Perawakan Pendek (Stunting)
e. Gangguan Autisme.
f. Retardasi Mental.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

B. Saran
a) Bagi Kader Posyandu
Bagi kader posyandu diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat
memperhatikan tentang deteksi dini perkembangan anak, tidak hanya deteksi
pertumbuhan saja, sehingga deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan dapat
dilakukan sedini mungkin.
b) Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk memberikan informasi-informasi
kesehatan tentang deteksi dini tumbuh kembang anak kepada kader dan memberikan
pelatihan tentang deteksi dini tumbuh kembang anak.
c) Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti peran orang tua terhadap
tumbuh kembang anak balita karena orang tua yang setiap hari bertemu dengan
anaknya.
.

35
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Provinsi Lampung. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung

Infodatin.Situasi. 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi Kementria Kesehatan RI

Kemenkes Kesehatan RI.2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak

Kemenkes Kesehatan RI.2018. Buletin Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pusat Data dan Infromasi

Kemenkes RI.2018. Laporan Provinsi Lampung Riskesdes. Jakarta. Lembaga Penerbit Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (PLB)

Kemiskinan, T.N. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil.
Jakarta ; TNP2K

Mugianti, S., Mulyadi, A., Anam, A.K., & Najah, Z. L. 2018. Faktor Penyebab Anak
Stunting Usia 25- 60 Bulan di Kecamatan Sukorejo kota Blitar. Jurnal Ners dan
Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 5 (3), 268-278.

Setyawati Veria A.V dan Hartini E. 2018. Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. Sleman. CV
Budi Utama

Siti Helmyati, dkk. 2019 .Stunting Permasalahan dan Penanganannya. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press

Sukmawati, S., Hendrayati,H.,Chaerunnimah,C.,& Nurhumaira,N. 2018. Status Gizi Ibu Saat


Hamil, Berat Badan Lahir Bayi dengan Stunting Pada Balita Usia 06-36 bulan di
Puskesmas Bontoa. Media Gizi Pangan, 25 (1), 18-24

Tri Sunarsih, 2018. Tumbuh Kembang Anak Implementasi dan Cara Pengukurannya.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Waroh,Yuni Khoirul. 2019. Pemberian Makanan Tambahan Sebagai Upaya Penanganan


Stunting Pada Balita di Indonesia. EMBRIO,11 (1),47-54

Wellina, W.F., Kartasurya, M.I., & Rahfiludin, M. Z. 2016. Faktor Risiko Stunting Anak
Umur 12-24 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesia Journal of Nutrition), 5 (1),
55-61

Widyaningsih,N.N.,Kusnandar,K.,& Anantanyu,S.(2018).keragaman pangan,pola asuh


makan dan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan.Jurnal gizi Indonesia (The
Indonesian Journal of Nutrition), 7(1),22-29

Winarsih. 2019. Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Yogyakarta. Pustaka Baru Press

36
LEMBAR BIMBINGAN
NAMA : DEWI ULFI NURROHMAH
NIM : 22390029
TEMPAT PRAKTEK : PMB LOLITA PUSPITASARI

NO HARI/TANGGAL NAMA MASUKAN TANDA


PEMBIMBING TANGAN
1

37
38

Anda mungkin juga menyukai