Laporan Mingguan Praktikum Biologi Laut Acara Iii

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI LAUT

ACARA III

PRAKTIKUM LAPANGAN

DISUSUN OLEH:

M. ARDIANSYAH SATRIAWAN

G1A021059

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi laut atau oseanografi merupakan bidang studi integral yang
menggali aspek fisik, kimia, biologi, dan geologi lingkungan laut. Para ahli
kelautan hal-hal mempelajari fenomena seperti arus laut, pasang surut, dan
pola gelombang yang mengatur dinamika lautan. Mereka menganalisis air
laut, memeriksa komposisi dan interaksi yang membentuk ekosistem laut.
Ahli kelautan memainkan peran penting dalam memajukan pemahaman kita
tentang perubahan iklim, konservasi laut, dan pengelolaan berkelanjutan
sumber daya laut.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat kekayaan


biodiversitas yang sangat tinggi, salah satunya adalah biodiversitas perairan
(marine biodiversity). Garis pantai yang luas dan beragam menyediakan
ekosistem unik serta biota laut yang beragam. Potensi biota laut yang
beragam ini menjadikan wilayah Indonesia sebagai tempat sumber atau bahan
penelitian dan pembelajaran yang mendukung dalam mempelajari biologi
laut. Kegiatan pembelajaran dalam bidang kelautan akan memberikan
manfaat dan keuntungan besar bagi kehidupan manusia.

Potensi biota laut memungkinkan manusia untuk memanfaatkannya


sebagai sumber daya berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya laut yang
berkelanjutan adalah kunci untuk menjaga keanekaragaman hayati laut,
mendukung mata pencaharian, dan memastikan bahwa ekosistem laut yang
penting ini tetap berfungsi untuk generasi mendatang. Oleh sebab itu, pada
praktikum ini, terlebih dahulu diperkenalkan alat serta beberapa biota laut
berupa fitoplankton, zoobentos, nekton, dan fitobentos dari beberapa kelas.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Untuk mengetahui cara penggunaan alat-alat yang digunakan dalam
penelitian laut serta mengetahui parameter lingkungan yang berhubungan
dengan padang lamun.
b. Untuk mengetahui jenis dan ciri-ciri morflogi dari biota laut (fitoplankton,
zoobentos, nekton, dan fitobentos).
1.3 Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa mampu memahami cara penggunaan alat-alat yang digunakan
dalam penelitian biologi laut serta mengetahui parameter lingkungan yang
berhubungan dengan padang lamun.
b. Mengetahui dapat mengetahui jenis dan ciri-ciri morfologi dari biota laut
(fitoplankton, zoobentos, nekton, dan fitobentos).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Kawasan Pesisir dan Pulau Kecil Di Indonesia


Pesisir dan pulau kecil di Indonesia memiliki nilai strategis sebagai
potensi sumberdaya alam dengan ketersediaan jasa lingkungan yang tinggi
dapat dijadikan sebagai modal dasar Pembangunan Indonesia di masa yang
akan dating. Pesisir dan pulau kecil Indonesia menyimpan sumberdaya alam
yang sangat bermanfaat di antaranya hutan mangrove, terumbu karang,
padang lamun, produksi perikanan dan Kawasan wisata pantai. Pesisir dan
pulau kecil ini juga berkontribusi besar memberikan jasa lingkungan seperti
pengendali iklim mikro, penahan ombak, penyerap berbagai polusi dan
memberikan keindahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai industry
wisata (Anwar, 2021).

2.2 Ekosistem Pesisir


Ekosistem pesisir merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang
produktif, namun sangat disayangkan penelitian ekosistem di perairan
Indonesia ini jarang terjadi. Dimana hal-hal yang berkaitan dengan biologi
dan ekologi biota laut (moluska dan ekhinodermata) di wilayah tropis pesisir
belum terungkap. Ekosistem pesisir disini memiliki potensi sumber daya alam
yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, yang merupakan salah
satu anggota Konvensi PBB tentang keanekaragaman hayati dan satu dari
tujuh negara yang memiliki Mega Biodiversity yang dikenal sebagai pusat
konsentrasi Biodiversitry dunia (Sunarto, 2020).

2.3 Parameter Lingkungan


Parameter Kimia yang diukur adalah derajat keasaman (pH) dan
salinitas. Pengukuran pH dilakukan pada bagian air permukaan dengan
menggunakan pH meter digital. Pengukuran pH dilakukan dengan cara
mencelupkan pH meter digital ke dalam badan air selama beberapa waktu
sampai diperoleh angka yang konstan, kemudian dicatat pH-nya. Pengukuran
salinitas dilakukan pada bagian permukaan air. Pengukuran salinitas
menggunakan salt refraktometer kemudian dilihat kisaran salinitasnya yang
dinyatakan dalam satuan ppt (part per thousand) kemudian dicatat hasilnya.
Parameter fisika yang diamati adalah suhu dan kekeruhan. Pengukuran suhu air
dilakukan dengan menggunakan alat thermometer. Pengukuran dilakukan
dengan cara mencelupkan thermometer ke dalam badan air selama beberapa
waktu sampai diperoleh angka yang konstan, kemudian dicatat suhunya.
Sedangkan pengukuran kekeruhan dilakukan menggunakan TDS (Total
Dissolved Solids) meter. Pengukuran tingkat kekeruhan air dilakukan dengan
mencelupkan TDS meter ke dalam air selama 2- 3 menit sampai diperoleh
angka yang konstan, kemudian dicatat nilainya (Alifah dan Natsir, 2022).

2.4 Keanekaragaman Hayati Flora Biota Laut

Indonesia juga terkenal dengan keanekaragaman ekosistem


pesisirnya, yang mengandung 18 persen terumbu karang dunia, lebih dari 70
genera dan 500 spesies karang, 2.500 spesies ikan, 2.500 spesies mollusca,
1.500 spesies crustacea, dan berbagai biota laut lainnya. Akan tetapi,
Indonesia juga dinilai sebagai Negara dengan penurunan keanekaragaman
yang tinggi. Indonesia memiliki 583 spesies yang terancam punah,
diantaranya mamalia 191 spesies dan burung 160 spesies. Sebagai upaya
pelestarian keanekaragaman hayati, Indonesia telah menetapkan Kawasan
konservasi seluas 46.279.090,10 ha, terdiri atas 27.134.394,79 kawasan
konservasi terrestrial dan 19.144.695,28 kawasan konservasi laut serta
melindungi 904 spesies, terdiri atas 787 fauna dan 117 flora. Data
keanekaragaman hayati Indonesia sebagian besar (23,98%) diperoleh
berdasarkan hasil eksplorasi di Jawa yang luasnya hanya 6,76% dari luas
Indonesia, sehingga dengan eksplorasi yang dilakukan secara intensif di luar
Jawa diperkirakan keanekaragaman hayati Indonesia akan semakin
meningkat. Untuk meningkatkan manfaat keanekaragaman hayati Indonesia,
tantangan ke depan antara lain adalah meningkatkan efektivitas upaya
konservasi dan bioprospecting (Setiawan, 2022).

2.5 Bioprospecting Flora Biota Laut

Peningkatan populasi manusia menyebabkan peningkatan


permintaan akan pasokan nutrisi dan sumber daya energi. Dengan demikian,
sumber daya baru, alam, dan terbarukan menjadi sangat menarik. Di sinilah
peran optimis bioprospeksi sebagai alat yang menjanjikan untuk mengisolasi
molekul dan mikroorganisme baru dan menarik dari lingkungan laut sebagai
alternatif dari sumber daya yang ada. Bioprospeksi metabolit laut dan
mikroorganisme dengan potensi bioteknologi tinggi telah mendapatkan minat
luas karena variabilitas dan kekayaan lingkungan laut. Memang, adanya
kondisi ekstrem yang meningkatkan kemampuan beradaptasi organisme laut,
terutama plankton, memungkinkan adanya spesies biologis menarik yang
mampu menghasilkan senyawa baru dengan manfaat kesehatan berganda dan
nilai ekonomis tinggi (Hosseini et al, 2021).

Energi terbarukan laut (MRE) memanfaatkan energi dari laut dan


menyediakan sumber energi berkelanjutan rendah karbon untuk jaringan
nasional dan penggunaan jarak jauh. Industri MRE internasional sedang
dalam tahap awal pengembangan, sebagian besar berfokus pada turbin pasang
surut dan sungai, dan konverter energi gelombang (WEC), untuk
memanfaatkan energi dari pasang surut, sungai, dan gelombang, masing-
masing. Meskipun MRE mendukung mitigasi perubahan iklim, ada
kekhawatiran bahwa perangkat dan sistem MRE dapat mempengaruhi bagian
dari lingkungan laut dan sungai. Kekhawatiran terbesar untuk turbin pasang
surut dan sungai adalah potensi hewan terluka atau terbunuh oleh tabrakan
dengan bilah yang berputar. Risiko lain yang terkait dengan operasi perangkat
MRE termasuk potensi turbin dan WEC menyebabkan gangguan dari emisi
kebisingan bawah air, generasi medan elektromagnetik, perubahan habitat
bentik dan pelagis, perubahan proses oseanografi, dan belitan hewan laut
besar. Akumulasi pengetahuan tentang interaksi perangkat MRE dengan
hewan dan habitatnya sampai saat ini dirangkum di sini, bersama dengan
diskusi tentang metode manajemen yang disukai untuk mendorong
pengembangan MRE secara bertanggung jawab terhadap lingkungan
(Copping et al, 2020).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Pelaksanaan Praktikum
a. Waktu Praktikum
Minggu, 29 Oktober 2023.
b. Tempat Praktikum
Kawasan Pantai Mentigi, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok
Utara.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Lamun
a. Alat-alat praktikum
1. Alat tulis.
2. Current meter.
3. Do meter.
4. Kamera.
5. Kompas.
6. Refraktometer.
7. TDS.
8. Termometer.
9. Ph meter.
10. Sechdisk.
11. Transek.
12. Plot/Kuadran.
b. Bahan-bahan praktikum
1. Buku identifikasi lamun.
3.2.2 Fitoplankton
a. Alat-alat praktikum
1. Alat tulis
2. Botol Sampel
3. Ember
4. Kamera
5. Kertas label
6. Plankton net
7. Pelampung
8. Snorkel
9. Water Quality Tester
b. Bahan-bahan praktikum
1. Air laut
2. Buku iden
3. Fitoplankton
4. Formalin
5. Kertas uji nitrit
3.2.3 Zoobentos
a. Alat-alat praktikum
1. Alat tulis.
2. Current meter.
3. Do meter.
4. Kamera.
5. Kompas.
6. Refraktometer.
7. Saringan Bertinkgat
8. TDS.
9. Termometer.
10. Ph meter.
11. Sechdisk.
12. Transek.
13. Plot/Kuadran.
b. Bahan-bahan praktikum
1. Buku identifikasi zoobentos
3.2.4 Nekton
a. Alat-alat parktikum
1. Botol Sampel
2. Jaring Ikan
b. Bahan-bahan praktikum
1. Formalin
2. Minyak cengkeh
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Lamun
a. Peneliti membuat 3 stasiun sepanjang pesisir pantai, stasiun tersebut
berada di utara lokasi penelitian, tengah, dan selatan.
b. Pada masing-masing stasiun, terdapat 3 transek yang dibuat dengan
panjang masing- masing transek yaitu 50 m dan jarak setiap garis
transek adalah 100 m.
c. Pada setiap garis transek, diletakkan lima buah transek kuadran
berukuran 50 x 50 cm.
d. Jarak antara satu transek kuadran dan lainnya adalah 20 m. Jadi total
seluruh plot pada 3 transek adalah 15 titik/plot kuadran.
e. Pengambilan sampel dan data lamun dilakukan dengan
menggunakan metode transek kuadran yang dilakukan pada waktu
surut terendah sore hari.
3.3.2 Fitoplankton
a. Ditentukan 3 stasiun sepanjang pesisir pantai, stasiun tersebut
berada di utara lokasi penelitian, tengah, dan selatan.
b. Ditentukan jarak stasiun 1, stasiun 2, dan stasiun 3 dengan masing
masing jarak 30 meter
c. Dilakukan Pengambilan sampel dan data fitoplankton dengan
menggunakan metode Pengambilan Air laut yang dilakukan pada
waktu siang sekitar jam 2.
d. Diisi masing" botol sampel dengan formalin 4% sekitar 5 ml,
kemudian
e. Dimasukkan air laut menggunakan ember ke dalam plankton net
dengan 20 kali ulangan pngisian air
f. sampel air laut yang di dapatkan disetiap stasiun diukur
menggunakan water quality tester
g. Diamati Setiap Botol sampel menggunakan mikrosko
h. Diidentifikasi Spesies/ Jenis Fitoplankton.
3.3.3 Zoobentos
a. Peneliti membuat 3 stasiun sepanjang pesisir pantai, stasiun tersebut
berada di utara lokasi penelitian, tengah, dan selatan.
b. Pada masing-masing stasiun, terdapat 3 transek yang dibuat dengan
panjang masing- masing transek yaitu 50 m dan jarak setiap garis
transek adalah 100 m.
c. Pada setiap garis transek, diletakkan lima buah transek kuadran
berukuran 50 x 50 cm.
d. Jarak antara satu transek kuadran dan lainnya adalah 20 m. Jadi
total seluruh plot pada 3 transek adalah 15 titik/plot kuadran.
e. Pengambilan sampel dan data lamun dilakukan dengan
menggunakan metode transek kuadran yang dilakukan pada waktu
surut terendah sore hari.
3.3.4 Nekton
a. Ditentukan 3 stasiun sepanjang pesisir pantai, stasiun tersebut
berada di utara lokasi penelitian, tengah, dan selatan.
b. Dilakukan pengambilan sampel dengan menyemprotkan campuran
minyak cengkeh dan air ke spesies nekton yang terlihat kemudian
ditangkap menggunakan jaring ikan, dilakukan pada setiap stasiun.
c. Diletakkan sampel nekton yang tertangkap ke dalam botol sampel
dan diberi formalin.
d. Diidentifikasi spesies nekton yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel 3.1 Parameter Lingkungan
Parameter yang Stasiun
diukur Stasiun I Stasiun II Stasiun III
pH 6,82 6,8 6,9
Salinitas 35 35 35
Suhu 29℃ 30 ℃ 31 ℃
Nitrat 200 200 200
Substrat Karang berpasir Lumpur Karang berpasir

4.1.2 Tabel 3.2 Hasil Praktikum Lapangan Lamun


No Jenis Lamun Stasium
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1. Halophila Ovalis 4 2 2
2. Cymodocea Rotundata 1 - -
3. Cymodocea Serulata 2 - 1
4. Enhalus Acoroides 2 1 1
5. Halodule Universis 3 5 4
6. Syringodium Isoetifolium 5 7 6
7. Thalassia Hemprichii 2 - 1
8. Halophila Decipiens - - 1

4.1.3 Tabel 3.3 Hasil Pengamatan jumlah fitoplankton


Stasiun Perulangan Jumlah Jenis
Fitoplankton/staisun Fitoplankton/stasiun
I 1 125 3
2 137 4
3 115 5
II 1 18 3
2 22 4
3 15 3
III 1 85 5
2 96 4
3 79 3

4.2Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan kegiatan praktikum
lapangan di kawasan pantai mentigi. Sebelum praktikum di mulai, praktikan
diperkenalkan kembali mengenai penggunaan alat-alat untuk mengambil data
pada praktikum ini. Hal ini bertujuan agar praktikan paham dalam
menggunakan alat secara baik dan benar. Selain itu, praktikan juga
diperkenalkan mengenai metode pengambilan data sampel biologi laut.
Alat pertama ialah Current meter, atau alat pengukur arus, berperan
penting dalam mengukur kecepatan dan arah arus air di berbagai perairan,
termasuk sungai, danau, dan laut. Fungsi utamanya adalah untuk mengukur
sejauh mana arus air bergerak, yang sangat berguna dalam navigasi,
perencanaan infrastruktur, dan pemahaman pola arus di perairan. Selain itu,
beberapa current meter juga mampu mengukur arah arus, memberikan
wawasan tentang bagaimana arus bergerak dan dampaknya pada berbagai
aktivitas seperti navigasi kapal. Current meter juga digunakan dalam
penelitian lingkungan untuk memahami pergerakan air alami, pengaruh
perubahan iklim pada pola arus, dan ekosistem air.

Hand Refraktormeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur


kadar salinitas pada suatu larutan. Alat ini terkadang disebut juga sebagai alat
pengukur indeks pembiasan cairan. Cara kerjanya dengan menggunakan
indeks pembiasan cahaya sebagai tolak ukur tingkat salinitas air. Cara
perawatan pengkalibrasian alat ini cukup meneteskan air bersih ke prisma
refraktometer kemudian dikeringkan dengan tisu. Pastikan tidak ada lagi air
yang terhitung dalam garis pada alat tersebut.

Masker (Mask) memiliki tujuan untuk memudahkan kita melihat di


dalam air, masker juga memberikan rongga udara di antara mata saat
melakukan penyelaman sehingga mata akan terlindungi dari iritasi. Sering
kali masker mengalami fogging saat melakukan penyelaman, untuk
menghilangkannya cukup dnegan cara memasukkan air ke dalam masker lalu
menghembuskannya keluar masker lewta hidung. Proses ini disebut juga
dengan istilah Mask clearing. Masker dapat menimbulkan efek kombinasi
sudut bias dan indeks bias pada air, hal ini dapat menyebabkan suatu objek
terlihat lebih besar dan lebih dekat saat melakukan penyelaman.

pH meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat asam-


basa suatu larutan alat ini digunakan untuk mengukur derajat ekasaman (pH)
suatu larutan, apakah larutan tersbeut tergolong asam, basa atau netral. Cara
kerja pada pH meter cukup mudah, hanya dengan menyelupkan elektroda
pada larutan sampel kemudian data analog akan diubah menjadi data digital
sehingga hasilnya akan ditampilkan pada LCD. Cara merawat atau
mengkalibrasi pH meter adalah dengan mencuci elektroda pada pH meter
sebelum dan sesudah digunakan menggunakan air kemudian di keringkan
menggunakan tisu.

Plankton net biasanya digunakan untuk sampling plankton di perairan


yang luas seperti laut dan estuaria. Jaring pada plankton net ini dilengkapi
dengan mesh size yang disesuaikan dengan plankton. Penggunaan plankton
net selain praktis juga sampel yang diperoleh cukup banyak. Jaring berfungsi
untuk menyaring air serta plankton yang berada didalamnya. Plankton yang
tertangkap sangat bergantung pada ukuran mesh size jaring, karenanya
ukuran mesh size yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis ukuran
plankton yang akan diamati. Pada saat akan mengambil sampel plankton,
pastikan plankton net tidak masuk ke dalam air. Hal ini untuk menghindari
plankton atau organisme lain masuk ke dalam tube. Cara perawatan plankton
net sama seperti alat sampel lainnya, dicuci dengan air bersih kemudian
dikeringkan.

Plot dan Transek merupakan suatu metode yang digunakan jika ingin
mengetahui berapa jumlah organisme atau individu disuatu daerah yang
sudah dipasangi plot tersebut. Metode plot ini dapat digunakan untuk
melakukan sampling danmenganalisis berbagai jenis vegetasi. Terdapat dua
cara atau metode plot yang dapat diterapkan dalam melakukan sampling,
yaitu metode petak tunggal dan metode petak ganda. Saringan bertingkat
adalah salah satu alat yang digunakan untuk memisahkan partikel kasar
dengan beberapa jenis mesh hingga memperoleh partikel halus dnegan cara
menyaringnya. Saringan bertingkat biasanya memiliki 40 hingga 400 mesh.
Cara pengayakannya bisa dilakukan secara manual dengan cara digoyangkan
hingga partikel kasar terkumpul dan tersaring menjadi partikel halus.

Secchi disc, yang juga dikenal sebagai secchi disk, adalah alat penting
dalam ilmu kelautan dan oseanografi yang digunakan untuk mengukur
kejernihan atau transparansi air di berbagai perairan, termasuk laut dan danau.
Alat ini terdiri dari sebuah cakram datar berwarna putih atau hitam dengan
diameter sekitar 20 hingga 30 sentimeter. Fungsi utamanya adalah untuk
mengukur sejauh mana cahaya dapat menembus air, dengan cara meletakkan
cakram ini ke dalam air dan mencatat kedalaman di mana cakram tersebut
tidak lagi terlihat dengan jelas. Hasil pengukuran ini memberikan informasi
tentang seberapa jernih atau keruhnya air di suatu lokasi. Selain itu,
penggunaan secchi disc juga berguna dalam menilai kualitas air dan
memantau perubahan lingkungan dalam jangka panjang, yang sangat penting
untuk pemeliharaan sumber daya perairan dan ekosistem perairan yang sehat.

Snorkel memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi untuk


memudahkan pernapasan. Snorkel membuat perubahan bebas mengamati
keadaan di bawahair secara terus menerus snorkel menempel pada strap
masker disisi kirikepala kita. Cara pemakaian dari snorkel ini adalah dengan
memasukkan perlahan ujung snorkel ke dalam mulut kemudian bernapaslah
perlahan melalui mulut menggunakan snorkel. Perawatan snorkel yaitu
setelah melakukan penyelaman, snorkel dibilas dengan air tawar. Jika terdapat
bagiansnorkel yang bisa dilepas seperti mouth piece, bagian dapat
dibersihkan agar terhindar dari tumbuh-tumbuhan jamur kemudian disimpan
ditempat yang kering dan sejuk.

Water Sampler, Cara kerja pada water sampler yaitu kedua penutup
tabung terikat dengankaret penarik sehingga dapat menutup tabung ketika
pemberat yang dilepaskan dari atas menekan pembuka penjepit atau
pengancing penutup saat terbuka, dengan demikian air yang ada di dalam
tabung tidak akan terkontaminasi. Water sampler digunakan untuk mengambil
sampel air tetapi pada kedalaman perairan tertentu. Perawatan pada water
sampler cukup keluarkan air yang sudah diambil sampelnya kemudian dibilas
dalamnya menggunakan air bersih lalu dikeringkan.

Pada praktikum kali ini, praktikan mendapatkan bagian untuk


mengambil data sampel lamun di kawasan pantai mentigi. Lamun adalah
tanaman laut berbunga yang termasuk dalam kelompok tumbuhan
angiospermae. Lamun biasanya tumbuh di perairan dangkal, terutama di
daerah pesisir, muara sungai, atau perairan payau. Tumbuhan ini memiliki
akar yang menjalar di dasar laut, batang yang merambat di permukaan air,
dan daun-daun yang terapung. Adapun beberapa jenis lamun yang ditemukan
yaitu Halophila Ovalis, Cymodocea Rotundata, Cymodocea Serulata,
Enhalus Acoroides, Halodule Universis, Syringodium Isoetifolium, Thalassia
Hemprichii, dan Halophila Decipiens.

Halophila ovalis adalah spesies lamun yang ditemukan di perairan laut


tropis dan subtropis. Morfologi Halophila ovalis mencakup daun-daun yang
berbentuk oval atau seperti telur, dengan tepi yang halus dan runcing di
ujungnya. Daun-daun ini berwarna hijau hingga kecoklatan. Batangnya tipis
dan panjang, dan akarnya melekat pada dasar laut yang berpasir atau
berlumpur. Lamun ini memiliki struktur bunga yang muncul di atas
permukaan air saat berbunga.
Cymodocea rotundata adalah jenis lamun laut yang ditemukan di
perairan laut tropis dan subtropis di beberapa wilayah di seluruh dunia.
Lamun ini dikenal karena daun-daunnya yang bulat dan lebar, yang
memberinya nama spesifik "rotundata." Daun-daunnya biasanya berwarna
hijau tua hingga kecoklatan.

Cymodocea serrulata adalah jenis lamun laut yang tumbuh di perairan


laut tropis dan subtropis di berbagai wilayah di seluruh dunia. Morfologi
Cymodocea serrulata mencakup daun-daun yang panjang, sempit, dan
berbentuk seperti pedang. Daun-daun ini biasanya berwarna hijau hingga
kecoklatan dan tumbuh dari batang yang melekat pada substratnya.

Enhalus acoroides adalah jenis lamun laut yang ditemukan di perairan


laut tropis dan subtropis di sejumlah wilayah di seluruh dunia. Lamun ini
memiliki morfologi yang mencakup daun-daun yang lebar dan berbentuk
seperti pedang. Daun-daun ini biasanya berwarna hijau gelap hingga
kecoklatan.

Halodule uninervis, juga dikenal sebagai lamun pita sejajar, adalah jenis
lamun yang ditemukan di perairan laut tropis dan subtropis di berbagai
wilayah di seluruh dunia. Morfologi Halodule uninervis mencakup daun-daun
yang panjang dan sempit dengan satu urat tengah yang jelas. Daun-daun ini
seringkali berwarna hijau kecoklatan. Batangnya tipis dan panjang.

Syringodium isoetifolium adalah jenis lamun laut yang tumbuh di


perairan laut tropis dan subtropis di berbagai wilayah di seluruh dunia.
Morfologi Syringodium isoetifolium mencakup daun-daun yang berbentuk
seperti lembaran rambut atau seperti daun tanaman air yang tumbuh di air
tawar. Daun-daun ini biasanya berwarna hijau hingga kecoklatan dan tumbuh
dari batang yang melekat pada dasar laut yang berpasir atau berlumpur.

Thalassia hemprichii, juga dikenal sebagai lamun Hemprich, adalah


jenis lamun yang biasanya ditemukan di perairan laut tropis dan subtropis di
seluruh dunia. Lamun ini memiliki morfologi yang mencakup daun-daun
panjang, sempit, dan berbentuk seperti pedang yang seringkali berwarna hijau
tua hingga kecoklatan. Daun-daun ini tumbuh dari batang panjang.

Halophila decipiens adalah jenis lamun yang juga ditemukan di


perairan laut tropis dan subtropis. Tumbuhan ini memiliki morfologi yang
serupa dengan jenis lamun lainnya. Daun-daunnya berbentuk seperti panah
atau berbentuk lanset, seringkali dengan ujung yang meruncing. Batangnya
tipis dan panjang, dan akarnya melekat pada dasar laut yang berlumpur atau
berpasir. Seperti lamun lainnya, Halophila decipiens memiliki peran penting
dalam menjaga ekosistem laut dengan memberikan tempat berlindung dan
makanan bagi berbagai jenis organisme laut. Lamun ini juga berkontribusi
pada kualitas air dan kesuburan perairan laut di mana mereka tumbuh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
a. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian biologi laut di antaranya
Current Meter, Hand Refractometer, Mask dan Snorkel, pH Meter,
Plankton Net, Plot, Saringan bertingkat ,Secci disk, Transek, Water Quality
Tester dan Water Sampler. Alat-alat ini digunakan untuk mengambil data
parameter lingkungan berupa pH, suhu, salinitas, nitrat, dan substrat.

b. Fitobentos hidup di dasar perairan, melekat pada substrat seperti batu,


pasir, atau lumpur. Organisme ini memiliki berbagai struktur, seperti akar,
rhizoid, atau struktur melekat lainnya, untuk tetap berada pada substrat.
Fitobentos melibatkan berbagai jenis, termasuk ganggang, lamun, dan
tumbuhan berbunga yang tumbuh di perairan dangkal. Fitoplankton terdiri
dari organisme fotosintetik mikroskopis, seperti alga dan cyanobacteria,
yang umumnya sangat kecil dan bergantung pada arus air untuk
pergerakannya. Fitoplankton memiliki bentuk sel khas, dan banyak di
antaranya memiliki pigmen yang memberikan warna, seperti klorofil.
Nekton adalah organisme yang memiliki kemampuan berenang atau
bergerak secara aktif di dalam air, umumnya memiliki tubuh aerodinamis,
sirip, dan ekor untuk pergerakan efisien, serta bernapas melalui insang
atau paru-paru tergantung pada jenisnya. Zoobentos, yang biasanya hidup
di dasar perairan seperti lumpur atau pasir, memiliki bentuk tubuh yang
datar atau adaptasi lain untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagian
besar zoobentos memiliki kaki atau struktur lain yang memungkinkan
mereka bergerak di dasar perairan dan umumnya merupakan organisme
filter feeder atau detritivora.

c. 5.2 Saran
Agar praktikan lebih tenang dan menyimak co.asst dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Allifah, A.N., dan Natsir, N.A., 2022, Biota Laut Sebagai Indikator Biologi Dalam
Menentukan Status Pencemaran Perairan Tulehu Kecamatan Salahutu
Maluku Tengah, Jurnal Biology Science & Education, 11(1): 83-95.

Anwar, Y. ,2021, Ekologi Pesisir, MNC Publishing : Malang

Copping, A., Hemery, L., Gorton, A., dan Rose , D., 2020, Potential
Environmental Effects of Marine Renewable Energy Development—The
State of the Science, Journal of Marine Science and Engginering, 8(879):
1-18.

Hosseini, H., Al‐Jabri, H., Moheimani, N., Siddiqui, S., dan Saadaoui, I., 2021,
Marine Microbial Bioprospecting: Exploitation Of Marine Biodiversity
Towards Biotechnological Applications—A Review, Journal of Basic
Microbiology, 62(1):1030-1043.

Setiawan, A., 2022). Keanekaragaman Hayati Indonesia: Masalah dan Upaya


Konservasinya, Indonesian Journal of Conservation, 11(1): 13-21.

Sunarto., 2021, Kajian Biodiversitas Biota Laut (Ekhinodermata, Moluska) Di


Perairan Pulau Pari, Pulau Seribu, Jurnal Pro-Life, 1(1): 32-39.
.

Anda mungkin juga menyukai