BAB I Pendahuluan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dan gizi di Indonesia pada periode 1000 Hari Pertama

Kehidupan (HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada

angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan

konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa.

Timbulnya masalah kesehatan pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya

dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu,

termasuk rematri (Kemenkes RI, 2018).

Anemia merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui di negara maju

dan berkembang. Keadaan kesehatan dan gizi kelompok usia 10-24 tahun di

Indonesia masih memprihatinkan. Data Riskesdas, 2013 menunjukkan bahwa

prevalensi anemia pada WUS usia 15 tahun ke atas sebesar 22,7 %, sedangkan pada

remaja putri sebesar 37,1 % (Balitbangkes, 2013).

Data SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja

putri (usia 10-19 tahun) sebesar 30 %. Data penelitian di berbagai daerah di Indonesia

menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri berkisar antara 32,4 – 61 %

(Musliatun, 2009).

Remaja putri yang menderita anemia ketika menjadi remaja putri beresiko

melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting. Anemia gizi besi menjadi

salah satu penyebab utama anemia, diantaranya karena asupan makanan sumber zat

1
besi yang kurang. Hasil penelitian di Tangerang tahun 2004 menunjukkan bahwa

asupan total zat besi pada anak perempuan usia 10 – 12 tahun yang menderita anemia

hanya sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah dari pada kebutuhan perhari sebesar 20

mg/hari sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka ini menunjukkan bahwa

asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya sekitar 25 % dari AKG (Indriastuti,

2004) .

Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi.

Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain itu

diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada remaja putri sangat

dibutuhkan tubuh untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan (Marudut,

2012).

Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan salah satu upaya yang

dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi pada remaja putri

dan wanita usia subur (WUS) dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui

institusi sekolah. Pemberian Tablet Tambah Darah bertujuan untuk meningkatkan

status gizi remaja putri, sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting dan

meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan

generasi yang sehat, berkualitas dan produktif (Kemenkes RI, 2018).

Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)

pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran malnutrisi antar

generasi (WHO 2005). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah menjalankan

program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia Subur

(WUS) dengan mengintervensi WUS lebih dini lagi, yaitu sejak usia remaja. Program

2
ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dengan

menurunkan risiko terjadinya perdarahan akibat anemia pada remaja putri. Pemberian

TTD pada remaja putri yaitu 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.

Program suplementasi zat besi telah diatur dalam buku Pedoman

Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS dari Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI.

Meskipun sudah cukup jelas, program tersebut masih mengalami banyak kendala

terutama dalam hal kepatuhan. Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dianggap

paling berpengaruh dalam keberhasilan program suplementasi besi. Kepatuhan

mengonsumsi TTD diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi dan

frekuensi mengonsumsi tablet. Untuk bisa meyakinkan bahwa TTD yang

didistribusikan Guru kepada siswa diterima dan dikonsumsi perlu tambahan alat

bantu demi meyakinkan bahwa TTD yang dibagikan tersebut kepada siswa diterima

dan dikonsumsi oleh siswa, alat tersebut adalah berupa Kartu Monitoring yang berisi

informasi dan edukasi tentang anemia, aturan minum tablet tambah darah dan juga

jumlah TTD yang di konsumsi selama pemantauan (Maryani et al. 2006) .

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan 21,4% remaja putri lupa

mengonsumsi TTD. Pada remaja putri, belum terdapat data mengenai tingkat

kepatuhan konsumsi TTD karena kepatuhan konsumsi TTD merupakan indikator

baru dalam program pemberian TTD pada remaja putri (Kemenkes 2018).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD remaja putri

dalam pelaksanaannya memerlukan bantuan dari pihak luar, seperti guru. Penelitian

Zavaleta et al. (2000) di Peru tentang efikasi dan penerimaan suplementasi besi pada

3
remaja putri yang bersekolah, menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan konsumsi tablet

besi menjadi tinggi setelah adanya dukungan yang kuat dari guru. Dukungan guru

merupakan faktor penguat kepatuhan konsumsi TTD berdasarkan teori PRECEDE-

PROCEED. .Faktor-faktor penguat yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan

merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan (Green & Kreuter

2005).

Program pemberian Tablet Tambah darah pada remaja putri tingkat SMP dan

SMA di Wilayah Puskesmas Dawan II sudah dilaksanakan sejak tahun 2016 . Akan

tetapi, data mengenai tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah pada

remaja putri belum ada. Berdasarkan pelaksanaan program di tahun 2016, kurangnya

kepatuhan ini dikarenakan monitoring dan evaluasi program pemberian tablet tambah

darah kepada remaja putri yang belum maksimal. Walaupun sudah disepakati hari

minum tablet tambah darah, pelaksanaan pemberian tablet tambah darah belum bisa

berlangsung maksimal. Tablet tambah darah yang seharusnya diminum ditempat

tidak bisa dilaksanakan karena para siswi tidak membawa air minum.

Kurangnya kesadaran remaja putri untuk mengkonsumsi Tablet Tambah

Darah, dan kurangnya dukungan dari pihak luar (guru) untuk mengingatkan konsumsi

tablet tambah darah menjadi salah satu penyebab masih rendahnya tingkat kepatuhan

remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (Puskesmas Dawan II, 2018).

Menurut Tambayong (2002), kepatuhan akan terjadi bila aturan dalam

mengkonsumsi obat diikuti dengan benar. Selain itu kepatuhan sangat membutuhkan

dukungan supaya menjadi terbiasa.

4
Kurangnya dukungan guru menyebabkan pengawasan minum TTD pada

remaja putri tidak bisa dilaksanakan secara optimal, kerena ada kemungkinan TTD

tersebut tidak diminum walaupun sudah diberikan. Hal ini tentunya akan berpengaruh

terhadap jumlah TTD yang seharusnya diminum menjadi berkurang, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan program untuk menurunkan angka anemia

pada remaja putri (Nuradhiani, 2017).

Kurangnya pendokumentasian yang dilakukan oleh guru, prosedur pemberian

TTD yang belum sesuai dengan petunjuk, tidak di isinya rapor kesehatan siswi juga

ikut berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan siswi untuk mengkonsumsi TTD

(Cahyaningtyas, 2017).

Besarnya tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah diharapkan akan

menurunkan status anemia gizi besi pada remaja putri tersebut. Karena sumbangan

TTD per tabletnya tersebut pada asupan konsumsi zat besi 60 mg dan 400 mcg asam

folat. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan dukungan guru dengan

tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah (TTD) dan status anemia pada remaja

putri di wilayah kerja UPT Puskesmas Dawan II.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian yang dapat

dirumuskan adalah : Apakah ada hubungan dukungan guru dengan tingkat kepatuhan

minum tablet tambah darah dan status anemia pada remaja putri di Wilayah

UPT.Puskesmas Dawan II?

5
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan dukungan guru terhadap tingkat kepatuhan minum

tablet tambah darah dan status anemia pada remaja putri di Wilayah

UPT.Puskesmas Dawan II.

2. Tujuan khusus

a. Menentukan dukungan guru dalam pemberian tablet tambah darah pada

remaja putri di Wilayah kerja UPT.Puskesmas Dawan II

b. Menentukan tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah pada remaja

putri di Wilayah kerja UPT. Puskesmas Dawan II

c. Menilai status anemia pada remaja putri di Wilayah kerja UPT.

Puskesmas Dawan II

d. Menganalisis hubungan dukungan guru dengan tingkat kepatuhan minum

tablet tambah darah pada remaja putri di Wilayah kerja UPT. Puskesmas

Dawan II

e. Menganalisis hubungan tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah

dengan status anemia pada remaja putri di Wilayah kerja UPT. Puskesmas

Dawan II.

6
D. Manfaaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat

untuk peningkatan status kesehatan pada remaja putri kaitannya dengan

dukungan guru terhadap tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah.

2. Manfaat teoritis

Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan dapat dijadikan

acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai