BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan dan gizi di Indonesia pada periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) menjadi fokus perhatian karena tidak hanya berdampak pada
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak, melainkan juga memberikan
konsekuensi kualitas hidup individu yang bersifat permanen sampai usia dewasa.
Timbulnya masalah kesehatan pada anak usia di bawah dua tahun erat kaitannya
dengan persiapan kesehatan dan gizi seorang perempuan untuk menjadi calon ibu,
dan berkembang. Keadaan kesehatan dan gizi kelompok usia 10-24 tahun di
prevalensi anemia pada WUS usia 15 tahun ke atas sebesar 22,7 %, sedangkan pada
Data SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja
putri (usia 10-19 tahun) sebesar 30 %. Data penelitian di berbagai daerah di Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri berkisar antara 32,4 – 61 %
(Musliatun, 2009).
Remaja putri yang menderita anemia ketika menjadi remaja putri beresiko
melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting. Anemia gizi besi menjadi
salah satu penyebab utama anemia, diantaranya karena asupan makanan sumber zat
1
besi yang kurang. Hasil penelitian di Tangerang tahun 2004 menunjukkan bahwa
asupan total zat besi pada anak perempuan usia 10 – 12 tahun yang menderita anemia
hanya sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah dari pada kebutuhan perhari sebesar 20
mg/hari sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka ini menunjukkan bahwa
asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya sekitar 25 % dari AKG (Indriastuti,
2004) .
Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi besi.
Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama menstruasi. Selain itu
diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi pada remaja putri sangat
2012).
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi pada remaja putri
dan wanita usia subur (WUS) dengan memprioritaskan pemberian TTD melalui
status gizi remaja putri, sehingga dapat memutus mata rantai terjadinya stunting dan
meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan
Program pemberian suplementasi zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD)
pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi memutus lingkaran malnutrisi antar
generasi (WHO 2005). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah menjalankan
program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi pada Wanita Usia Subur
(WUS) dengan mengintervensi WUS lebih dini lagi, yaitu sejak usia remaja. Program
2
ini bertujuan untuk mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dengan
menurunkan risiko terjadinya perdarahan akibat anemia pada remaja putri. Pemberian
TTD pada remaja putri yaitu 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun.
Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan WUS dari Kementerian
Meskipun sudah cukup jelas, program tersebut masih mengalami banyak kendala
terutama dalam hal kepatuhan. Kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dianggap
mengonsumsi TTD diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi dan
didistribusikan Guru kepada siswa diterima dan dikonsumsi perlu tambahan alat
bantu demi meyakinkan bahwa TTD yang dibagikan tersebut kepada siswa diterima
dan dikonsumsi oleh siswa, alat tersebut adalah berupa Kartu Monitoring yang berisi
informasi dan edukasi tentang anemia, aturan minum tablet tambah darah dan juga
mengonsumsi TTD. Pada remaja putri, belum terdapat data mengenai tingkat
baru dalam program pemberian TTD pada remaja putri (Kemenkes 2018).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD remaja putri
dalam pelaksanaannya memerlukan bantuan dari pihak luar, seperti guru. Penelitian
Zavaleta et al. (2000) di Peru tentang efikasi dan penerimaan suplementasi besi pada
3
remaja putri yang bersekolah, menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan konsumsi tablet
besi menjadi tinggi setelah adanya dukungan yang kuat dari guru. Dukungan guru
merubah dengan memberikan umpan balik atau penghargaan (Green & Kreuter
2005).
Program pemberian Tablet Tambah darah pada remaja putri tingkat SMP dan
SMA di Wilayah Puskesmas Dawan II sudah dilaksanakan sejak tahun 2016 . Akan
tetapi, data mengenai tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah pada
remaja putri belum ada. Berdasarkan pelaksanaan program di tahun 2016, kurangnya
kepatuhan ini dikarenakan monitoring dan evaluasi program pemberian tablet tambah
darah kepada remaja putri yang belum maksimal. Walaupun sudah disepakati hari
minum tablet tambah darah, pelaksanaan pemberian tablet tambah darah belum bisa
tidak bisa dilaksanakan karena para siswi tidak membawa air minum.
Darah, dan kurangnya dukungan dari pihak luar (guru) untuk mengingatkan konsumsi
tablet tambah darah menjadi salah satu penyebab masih rendahnya tingkat kepatuhan
remaja putri mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (Puskesmas Dawan II, 2018).
mengkonsumsi obat diikuti dengan benar. Selain itu kepatuhan sangat membutuhkan
4
Kurangnya dukungan guru menyebabkan pengawasan minum TTD pada
remaja putri tidak bisa dilaksanakan secara optimal, kerena ada kemungkinan TTD
tersebut tidak diminum walaupun sudah diberikan. Hal ini tentunya akan berpengaruh
terhadap jumlah TTD yang seharusnya diminum menjadi berkurang, yang pada
TTD yang belum sesuai dengan petunjuk, tidak di isinya rapor kesehatan siswi juga
(Cahyaningtyas, 2017).
menurunkan status anemia gizi besi pada remaja putri tersebut. Karena sumbangan
TTD per tabletnya tersebut pada asupan konsumsi zat besi 60 mg dan 400 mcg asam
folat. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan dukungan guru dengan
tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah (TTD) dan status anemia pada remaja
B. Rumusan Masalah
dirumuskan adalah : Apakah ada hubungan dukungan guru dengan tingkat kepatuhan
minum tablet tambah darah dan status anemia pada remaja putri di Wilayah
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
tablet tambah darah dan status anemia pada remaja putri di Wilayah
2. Tujuan khusus
Puskesmas Dawan II
tablet tambah darah pada remaja putri di Wilayah kerja UPT. Puskesmas
Dawan II
dengan status anemia pada remaja putri di Wilayah kerja UPT. Puskesmas
Dawan II.
6
D. Manfaaat Penelitian
1. Manfaat praktis
2. Manfaat teoritis