Manajemen Prasekolah-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENDIDIKAN PRASEKOLAH

MAKALAH
Disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Organisai Lembaga Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Amar Khana, M.m.Pd.

Disusun oleh:

Wildan Arifin (2220060097)


Yayat Supriatna (2220060098)
Yushi Arifah (22200600100)

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Manajemen Pendidikan
Prasekolah ini. Tak lupa sholawat beriring salam atas junjungan Nabi besar Muhammad Saw
Makalah ini disusun dengan harapan penulis agar dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari konsep dasar manajemen pendidikan prasekolah disesuaikan dengan silabus,
diharapkan mahasiswa dengan mudah mengetahui materi konsep dasar manajemen
pendidikan prasekolah dengan baik, keterbatasan mahasiswa dalam mencari literatur
pendidikan anak usia dini dan ditambah lagi dengan keterbatasan dalam berbahasa buku ini
dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran konsep dasar pendidikan prasekolah. Dan
semoga buku ini banyak memberikan manfaat bagi siapa yang ingin mempelajari konsep
dasar manajemen pendidikan prasekolah.
Dalam penulisannya makalah ini jauh dari sempurna, mungkin masih banyak terdapat
kekurangan dan kehilafan baik bahasa maupun tulisan yang kurang tepat. Penulis mohon
saran dan kritik yang dapat memberikan sumbangan dalam perbaikan untuk masa yang akan
datang agar makalah ini lebih baik dan disempurnakan dalam penyusunan buku ini. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya Amin.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat melalui kualitas sumber daya manusianya. Dengan
demikian pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting, karena melalui pendidikanlah
generasi muda Indonesia dibina untuk menjadi manusia yang tangguh sehingga nantinya
diharapkan mampu mengangkat harkat dan martabat bangsanya di Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas maka pemerintah
menyelenggarakan beragam pelayanan pendidikan, baik dari jenisnya, jalur maupun jenjang
mulai dari tingkat terendah hingga tingkat tinggi. Hal ini dipahami dari konsepsi Islam bahwa
proses pendidikan itu berlangsung kapan dan dimana saja selama manusia hidup dimulai dari
buaian sampai keliang lahat. Menyahuti hal demikian itu pendidikan anak harus dimulai sejak
dini, agar anak mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Hal ini dikarenakan pada
masa usia dini adalah masa-masa keemasan yakni masa yang paling penting mengembangkan
semua aspek perkembangan. Dan pada masa ini pula otak anak mengalami perkembangan
dengan sangat pesat.
Dengan anak mengikuti pendidikan prasekolah seperti playgroup atau yang lain
semacamnya maka anak akan memiliki kematangan sosial yang baik dimana anak menjadi
lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara
optimal. Hingga saat ini ada beragam pelayanan pendidikan prasekolah yang diselenggarakan
di Indonesia sebagai bentuk perhatian pemerintah ter- hadap pendidikan anak usia dini seperti
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),
Tempat Penitipan Anak (Departemen Sosial), Bina Keluarga Balita (Kantor Menteri Negara
Urusan Peranan Wanita dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana). Untuk pemahaman
lebih lanjut mengenai pendidikan prasekolah dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan
dibahas pada bab selanjutnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena
itu, perlu diusahakan agar pendidikan ini dapat dinikmati oleh segenap lapisan
masyarakat. Bantuan dari semua pihak sangat diperlukan, terutama dari media massa,
seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan buku-buku bagi anak balita.
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar di lingkungan keluarga sebelum
memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di
jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan
Taman Kanak-kanak dan Kelompok Bermain, serta penitipan anak di jalur luar sekolah.
Taman Kanak-kanak diperuntukan anak usia 4 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun
pendidikan, sementara kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling
sedikit berusia 3 tahun.
Perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi
80%. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian/kajian yang dilakukan oleh Pusat
Kurikulum, Balitbang Diknas tahun 1999 menunjukkan bahwa hampir pada seluruh
aspek perkembangan anak yang masuk TK. (Syafri Fadillah Marpaung, 2021)
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini
merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian
anak (Yuliani Nurani Sujone, 2009:7). Usia dini merupakan usia dimana anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden
age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Jamaris (2006: 19)
mengungkapkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif
artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya,
oleh sebab in apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan.
Hasil riset di bidang pendidikan membuktikan bahwa masa anak-anak atau lebih
tepatnya masa anak usia dini merupakan periode emas perkembangan anak dilihat dari
berbagai aspek. Baik dalam perkembangan intelektual atau daya serap otak sebagaimana
yang dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom (Diktentis:2003) anak pada usia 0-4 tahun
mencapai 50%, 0-8 tahun sebesar 80% dan 0-18 tahun daya serap otak sebesar 100%
(Direktorat Tenaga Teknis, 2003). Hal ini berarti, 0-4 tahun justru merupakan usia paling
menentukan keberhasilan dan kualitas anak. Usia 4-8 tahun daya serap anak tinggal 30%,
dan untuk rentang 8-18 tahun perkembangan intelegtual anak malah tinggal 20%. Tidak
hanya dilihat dari aspek perkembangan otak, masa usia dini juga merupakan periode
penting dalam perkembangan aspek sosial emosional, spiritual maupun perkembangan
fisik setiap anak dan jika terabaikan akan berakibat buruk bagi perkembangan anak
selanjutnya.
B. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Prasekolah
Berdasarkan pada pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah menyebutkan baha Pendidikan prasekolah bertujuan untuk

5
membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan,
dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Pasal 1. Ayat 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
mengatakan bahwa tujuan pendidikan prasekolah adalah untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Menurut Marrison ada beberapa sasaran pendidikan pra sekolah, yaitu:
1. Mendukung dan mengembangkan kemampuan bawaan anak melalui
pembelajaran
2. Mengantarkan pada tingkat kesehatan prima, sosial, ekonomi, dan pelayanan
akademik terhadap anak dan keluarga
3. Mendapatkan solusi atas tekanan masalah sosial
4. Memajukan kemampuan melek huruf dan matematika sejak dini, dan
5. Mempersiapkan anak untuk membaca. (Mansur, 2009)

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004, tujuan taman kanak-kanak


sebagai sarana pendidikan adalah untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai
potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosioal,
kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan
dasar. Dalam garis- garis besar program kegiatan belajar TK (Depdikbud 1995)
disebutkan bahwa fungsi kegiatan belajar di taman kanak- kanak adalah untuk
mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesui dengan tahap
perkembangannya, mengenalkan anak dunia sekitar, mengembangkan sosialisasi anak,
mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, dan memberikan
kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.
Sedangkan fungsi pendidikan taman kanak-kanak dan Raudatul athfal menurut
kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004 adalah mengenalkan peraturan dan
menanamkan disiplin pada anak, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, menumbuhkan
sikap dan prilaku yang baik, mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
mengembangkan keterampilan, kreativitas dan kemampuan yang dimiliki anak,
menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar. (Syafaruddin, 2011)
Berdasarkan UU dan peraturan pemerintah serta menurut ahli di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa pendidikan pra sekolah tujuannya adalah memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak secara komprehensif dan maksimal. Pertumbuhan
dan perkembangan anak harus diarahkan dalam meletakkan pondasi dasar yang tepat
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik,
daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan kominikasi yang seimbang sebagai
dasar pembentukan pribadi yang seutuhnya. Anak diberikan peluang untuk bermain dan
pengembangan sikap positif menuju diri dan orang lain dan pengembangan dipercaya
dan harga diri.
C. Jenis-Jenis Pendidikan Prasekolah di Indonesia
Ada berbagai macam pelayanan pendidikan prasekolah yang diselenggarakan di
Indonesia diantaranya Taman Kanak-kanak (TK), Tempat Penitipan Anak (TPA),
Kelompok Bermain, dan lain-lain (Khadijah, 2016).
1. Taman Kanak-kanak (TK)

6
Dalam sejarah perkembangan TC baru tahun 1950 Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (dan K) mulai kutserta dalam pembinaannya. Pada tahun itu pala
keberadaan TK sebagai salah satu komponen dari Sistem Pendidikan Nasional
secara resmi diakui dalam Undang- Undang No. 4 tahun 1950 tentang pokok-pokok
pendidikan dan pengajaran.
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah
yang ada di jalur pendidikan sekolah. Taman Kanak-kanak (TK) didirikan sebagai
usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka
menjembatani pendidikan dalam keluarga ke pendidikan sekolah. Seperti apa yang
dicantumkan dalam peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1990, tentang Pendidikan
prasekolah disebutkan bahwa:
a. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga
sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur
pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah.
b. Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang
menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai
memasuki pendidikan dasar.
c. Anak didik adalah peserta didik pada pendidikan prasekolah.
d. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu atau wali anak didik yang bersangkutan.
Selanjutnya disebutkan bahwa: bentuk satuan pendidikan prasekolah meliputi
Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan bentuk
lain yang ditetapkan Mentri.
Landasan hukum penyelenggaraan TK adalah sebagai berikut:
a. Pengadaan TK didasarkan atas undang-undang No. 4 tahun 1950
b. Juncto No. 12 tahun 1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah.

2. Taman Penitipan Anak (TPA)


Taman penitipan anak juga dapat diartikan sebagai wahana pelayanan pendidikan
dan pembinaan kesejahteraan anak berfungsi sebagai penganti keluarga untuk jangka
waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang
cukup dalam memberikan pendidikan dan mengasuh anaknya karena bekerja atau
sebab lain. (Direktorat pendidikan anak dini usia direktorat jenderal pendidikan luar
sekolah dan pemuda departemen pendidik, 2004:7)
Dari hasil rapat koordinasi"Usaha Kesejahteraan Anak Departemen Sosial
Republik Indonesia, dikemukakan pengertian tempat penitipan anak (TPA) sebagai
berikut:"lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak balita yang
dikhawatirkan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, karena
ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini dibenkan dalam bentuk
peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial. Dalam hal ini
pengertian TPA hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan
sebagai pengganti asuhan orang tua (PBB, 1990).
Tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal pengasuhan anak- anak yang
ibunya bekerja. Semula sarana penitipan anak diperuntukkan bagi ibu dari kalangan
keluarga yang kurang beruntung, sedangkan sekarang sarana ini lebih banyak

7
diminati oleh keluarga tingkat menengah dan atas yang umumnya disebabkan kedua
orang tuanya bekerja. Sedangkan dasar filsafat pendidikan di Taman Penitipan Anak
(TPA) ialah untuk mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri,
demokrasi, dan berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan
menjadi:
a) Tempa yaitu untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini melalui upaya
pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi, olah raga yang teratur dan
terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik kuat, lincah,
daya tahan dan disiplin tinggi,
b) Asah yaitu memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui
bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan
seluruh potensinya,
c) Asih yaitu merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak untuk
mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan
pertumbuhan dan perkembangan,
d) Asuh yaitu merupakan pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk
membentuk prilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak. (Pedoman
teknis penyelenggaraan Taman Penitipan Anak, 2010:10-11)
Adapun pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program TPA
didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
b. Sesuai dengan perkembangan anak.
c. Sesuai dengan keunikan setiap anak.
d. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
e. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri kesosial.
f. Anak sebagai pembelajar aktif.
g. Anak belajar melalui interaksi sosial.
h. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar.
i. Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif.
j. Mengembangkan kecakapan hidup anak.
k. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan
sekitar
l. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, m) Melibatkan peran
serta orang tua yang bekerjasama dengan para pendidik dilembaga PAUD,
m. Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek
perkembangan. (Pedoman teknis penyelenggaraan taman penitipan anak,
2010:4-10)
3. Kelompok Bermain (KB)
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia
3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak dini usia dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar. (Direktorat
Pendidikan Anak Dini Usia Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan

8
Pemuda Departemen Pendidikan Nasional, 2002:2). Kemudian kelompok bermain
juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program
kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun (dengan prioritas
anak usia dua sampai empat tahun).
Dengan demikian, adapun tujuan dan perinsip-perinsip dari pembelajaran pada
jalur pendidikan non formal yaitu kelompok bermain tersebut, tidaklah berbeda
dengan jalur pendidikan yang telah dijelaskan di atas sebelumnya, tetapi walaupun
demikian tetap saja setiap jalur pendidikan mempunyai perbedaan yang dignifikan di
dalam proses pelaksanaan pembelajarannya, untuk lebih jelasnya akan di
deskripsikan pada bagan di bawah ini:

Teknis Penyelenggaraan Program Kelompok Bermain

Sumber: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jendral Pendidikan


Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional

D. MANAJEMEN LEMBAGA PAUD


Manajemen program PAUD yaitu manajemen pendirian PAUD (membuka lembaga
PAUD baru dan manajemen perbaikan/pembenahan PAUD (improvisasi manajemen
PAUD yang sudah jalan). Persyaratan minimal manajemen PAUD yaitu ada peserta
didik usia dini (0- 6 tahun), ada penyelenggara berbadan hukum, ada pengelola PAUD
(TPA, KB, BKB, TK, dll), ada pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Juga, tersedia
sarana dan prasarana pendidikan, memiliki menu generik (kurikulum), memiliki program
kegiatan belajar-bermain dan mengajar (PKBM), dan tersedia sumber dana untuk
pelaksanaan atau operasional pendidikan (Rohmat, 2017)
Dalam manajemen PAUD mempunyai orientasi layanan berupa layanan kesehatan
dan gizi (pertumbuhan, layanan kecerdasan dan psikologis, layanan sosial dan sikap
(Emosional), layanan keagamaan dan spiritualisasi. Hal ini bertujuan agar anak usia dini
yang terdidik dapat memiliki pengalaman belajar, otak berkembang optimal,
pertumbuhan fisik sehat, perkembangan, psikososial positif. Substansi manajemen PAUD

9
melliputi manajemen personalia atau SDM, kurikulum (menu) kegiatan bermain dan
belajar kemudian manajemen peserta didik, manajemen keuangan lembaga, dan
manajemen humas serta manajemen sarana prasarana (Handoko, 2000)
Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah
pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk
dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber
daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department.
Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan
orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat
organisasi memerlukannya (Simamora, 1993: 92).
Sumber daya manusia didalam lembaga PAUD meliputi pengorganisasian suatu
lembaga, yaitu:
a. Rekrutmen sumber daya sesuai dengan kebutuhana yang meliputi : 1) Menyiapkan
perangkat dan persiapan rekrutmenb. 2) Melaksanakan rekrutmen
b. Mengembangkan jabatan kerjaa yang meliputi: 1) Mendistribusikan sumber daya
manusia berdasarkan kepada kualifikasi dan kompetensinyab. 2) Mengembangkan
kompetensi. 3) Melakukan penilaian kerja. 4) Mengembangkan sistem imbalan dan
ganjaran
1. Kompetensi Pendidik PAUD
Dalam dunia pendidikan, manajemen atas tenaga kerja ini berorientasi pada
pembangunan pendidikan, dimana bidang garapan dan keluarannya jelas berbeda dari
bidang garapan dan keluaran perusahaan dan pemerintah atau lembaga lainnya. Hal
tersebut sejalan dengan karakteristik aktifitas dunia pendidikan yang menjadi pembeda
dengan aktivitas di bidang lainnya. Demikian halnya dengan praktik-praktik
manajemen tenaga pendidik untuk pendidikan anak pra sekolah, bagaimanapun tidak
dapat disamakan sepenuhnya dengan praktik-praktik manajemen tenaga kerja dalam
organisasi pendidikan lainnya.
Pendidik PAUD sebagai sumber belajar merupakan salah satu komponen penting
dalam menentukan keberhasilan program PAUD karena pendidik terlibat langsung dan
bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat (6) disebutkan bahwa pendidik adalah
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Dedi Supriadi
(1999:176) menyatakan bahwa tenaga pendidik PAUD semestinya disiapkan secara
professional, dimana seorang professional paling tidak mempunyai 3 unsur utama yaitu:
a. Pendidikan yang memadai, disiapkan secara khusus melalui lembaga
pendidikan dengan kualifikasi tertentu
b. Keahlian dalam bidangnya
c. Komitmen dalam tugasnya
Kompetensi Pendidik PAUD Hasil Seminar Nasional dan Workshop tentang PAUD
yang diselenggarakan oleh DitJen PLS Th 2003, menyimpulkan bahwa para educator
atau tenaga pendidik professional dan semi-profesional dalam pendidikan Anak Usia
Dini direkomendasikan untuk memiliki sejumlah kompetensi yaitu kompetensi

10
akademik, professional, personal, dan sosiointerpersonal (social). Manajemen
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Sumber daya Manusia meliputi:
a. Rekruitmen / Perekrutan Tenaga Kependidikan
b. Pembinaan
c. Pemberhentian / Mutasi
Perekrutan tenaga pendidik merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga
atau yayasan untuk memperoleh tenaga pendidik yang dibutuhkan. Langkah-langkah
penting dalam proses perekrutan sebagai kelanjutan perencanaan tenaga pendidik,
yaitu:
a) Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga pendidik dalam
berbagai jenis dan kualifikasinya sebagaimana proses perencanaan yang telah
ditetapkan, dapat melalui media publikasi atau rekomendasi terbatas, atau
kerjasama dengan instansi lain.
b) Menentukan persyaratan bagi pelamar sesuai dengan persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan baik administrasi maupun akademis.
c) Menyelenggarakan pengujian berdasarkan standar seleksi dan dengan
menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-cara tertentu yang dibutuhkan.

2. Pola Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Pendidik dan Tenaga


Kependidikan PAUD
Pembinaan atau pengembangan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan usaha mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas
kerja setiap tenaga pendidik yang ada. Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah
tumbuhnya kemampuan setiap tenaga pendidik yang meliputi pertumbuhan
keilmuannya, wawasan berpikirnya, sikap terhadap pekerjaannya dan ketrampilan
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat
ditingkatkan suatu program pembinaan tenaga pendidik biasanya diselenggarakan atas
asumsi adanya berbagai kekurangan dilihat dari tuntutan organisasi, atau karena
adanya kehendak dan kebutuhan untk tumbuh dan berkembang dikalangan tenaga
kependidikan itu sendiri. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
penyelenggarakan pembinaan tenaga pendidik ini (Lee, 2003: 18), yaitu:
a. Pendidik tenaga pendidik patut dilakukan untuk semua jenis tenaga pendidik.
b. Pembinaan tenaga pendidik berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam
rangka peningkatan kemampuan professional dan atau teknis untuk pelaksanaan
tugas sehari-hari sesuai denagn posisinya masing-masing.
c. Pembinaan tenaga pendidik dilaksanakan untuk mendorong meningkatkan
kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan atau system sekolah,
dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan, kesejahteraan dan intensif
sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan
social ekonomis maupun kebutuhan social-psikologis.
d. Pembinaan tenaga pendidik dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih
seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi, baik karena
kebutuhan-kebutuhan yang berorientasi terhadap lowongan jabatan/posisi
dimasa yang akan datang, (misalnya magang).
e. Pembinaan tenaga pendidik sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan
pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah,

11
kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan
organisasi pendidikan.
3. Pemberhentian Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD
Pemberhentian tenaga pendidik merupakan proses yang membuat seseorang tenaga
pendidik tidak dapat lagi melaksanakan tugas pekerjaan atau fungsi jabatannya baik
untuk sementara waktu maupun untuk selama-lamanya (Sardjuli, 2001:87). Banyak
alasan yang menyebabkan seorang tenaga pendidik berhenti dari pekerjaannya (PHK),
yaitu:
a. Penilaian kinerja yang bersangkutan menurun meskipun sudah diberikan
peringatan oleh atasan.
b. Karena permintaan sendiri untuk berhenti.
c. Karena mencapai batas usia pensiun menurut ketentuan yang berlaku.
d. Karena adanya penyederhanaan organisasi yang menyebabkan adanya
penyederhanaan tugas disatu pihak lain diperoleh kelebihan tenaga kerja.
e. Karena yang bersangkutan melakukan penyelewengan atau tindakan pidana,
misalnya melanggar peraturan yang berlaku seperti melanggar sumpah jabatan,
melanggar peraturan disiplin, korupsi dan sebagainya.
f. Karena yang bersangkutan tidak cukup cakap jasmani maupun rohani, seperti
cacat karena suatu hal yang menyebabkan tidak mampu lagi bekerja, mengidap
penyakit yang membahayakan diri dan lingkungan, berubah ingatan dan
sebagainya.

4. Pola Manajemen Sumber daya Manausia di PAUD


Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu disiplin yang
kompleks, karena menentukan keberhasilan atau kegagalan lembaga yang
dikelolanya. Tidak terkecuali dengan manajemen SDM di Lembaga PAUD, pun telah
banyak penelitian dan review. Berikut ini disajikan berbagai pendapat tentang
manajemen SDM di lembaga PAUD.
a. Pola MSDM Joseph J Caruso
Dalam mengelola sebuah lembaga PAUD, Caruso berpendapat ada beberapa
hal yang perlu dilakukan oleh sebuah manajemen dalam mengelola sumber daya
manusianya (Caruso, 2006: 83) yaitu;
1) Staff recruitmen/Merekrut staf
Kebijakan ketika merekrut staf (tenaga pendidik atau tenaga kependidikan)
menjelaskan pada mereka bahwa mereka akan mendapatkan kompensasi
dalam pendidikan, pelatihan, promosi dan bagaimana staf dapat meraih
keuntungan dalam kesempatan pengembangan karier, yang mana hal di atas
akan sangat membantu melancarkan pelaksanaan program dalam sebuah
manajemen PAUD. Setiap pengelola diharapkan dapat mengkomunikasikan
sebuah rencana program pengembangan karier staf dengan baik pada staf
anggota, wali murid, lembaga yang terkait dengan lembaga PAUD (partner
organizations), dan public adalah hal penting dalam rekrutmen staf yang
efektif.
2) Staff development, membangun/mengembangkan staf
Pengembangan staf adalah salah satu persyaratan yang dapat digunakan
(berupa semua pengalaman), yang dapat membantu staf berimprovisasi dalam

12
pekerjaannya ketika bekerja dengan anak-anak(dalam kegiatan belajar melalui
bermain dengan anak). Berdasarkan pada asumsi bahwa kualitas pendidikan
anak usia dini dapat dipelihara dan diimprovisasi hanya melalui perencanaan
yang baik dan ditambah program pengalaman yang didesain untuk membantu
mengembangkan pribadi pelaksana dan membangun keprofesionalan
3) Staff evaluation, mengevaluasi staff
Evaluasi pada setiap anggota staf mesti akan berbeda karena setiap staf
memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat pendidikan dan peran yang
berbeda pula. Adalah hal yang wajar untuj mengevaluai staff yang kurang
berpengalaman dan kurang dalam pendidikan lebih sering dari pada staff yang
telah mempunyai program evaluasi tersendiri. Evaluasi staf bisa dilakukan
oleh direktur(kepala sekolah), guru kepala, atau teman seangkatannya.
Prosedur evaluasi dan alat-alatnya mungkin akan berbeda pada setiap
jenjangnya, sebagai contoh, portofolio dapat digunakan pada beberapa staf,
sementara itu wawancara juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi yang
efektifb.
b. Pola MSDM Kathy Lee
Manajemen sumber daya manusia pada lembaga paud menurut Kathy
Lee meliputi beberapa hal yang akan menjadi tantangan bagi pengelola atau
pemimpin pada sebuah lembaga PAUD (Lee, 2003: 49). Seperti:
1) How to recrut staff, Bagaimana cara merekrut staf (tenaga pendidik atau
tenaga kependidikan) Kebanyakan pengelola berebut untuk menemukan
staff yang baik (hebat). Namun fenomena yang ada adalah banyaknya staff
yang berhenti dari pekerjaannya sebagai guru atau tenaga kependidikan
anak. Kathy memberi saran pada pengelola:a) Agar menghubungi
perguruan tinggi terdekat dengan area sekolah yang mempunyai
spesifikasi dalam PAUD untuk menanyakan jika ada mahasiswa yang mau
berpartisipasi dengan lembaga PAUD.b) Bisa melakukan rekrutmen lewat
iklan di koran.c) Bertanya pada guru atau orang tua murid yang memiliki
usulan-usuland) Berhubungan dengan pengelola Lembaga PAUD yang
laine) Mengiklankan pada website lembaga
2) How to interview and hire staff, bagaimana cara untuk mewawancara dan
memperkerjakan staff.
3) How to conduct staff orientation, yaitu Bagaimana mengkondisikan atau
memimpin dan mengarahkan orientasi staff.
4) How to train the staff, yaitu bagaimana melatih para staf
5) How to develop a mentoring system, yaitu bagaimana cara membangun
system pengawasan terhadapi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
6) How to communicate effectively, yaitu bagaimana dapat berkomunikasi
dengan efektif dengan para staff, karena komunikasi yang buruk dapat
membawa pada bencana dalam penataan pendidikan anak.
7) How to use staff memos effectively, yaitu bagaimana cara untuk
mengingatkan staff dengan efektif lewat catatan-catatan kecil
8) How to handle sensitive subject, or what to do when staff do not get along,
yaitu bagaimana menyelesaikan hal-hal sensitife (yang sulit dibicarakan
atau permasalahan(perselisihan) diantara staf yang mungkin terjadi,

13
diharapkan hal-hal seperti ini tidak terjadi dihadapan orang tua anak atau
anak-anak sendiri.maka pengelola harus dapat memahami dan
menyelesaikan setiap permasalahan staf dengan.
c. Pola MSDM Marjory Ebbeck
Dalam bukunya Marjory mengemukakan manajemen sumber daya
manusia dalam judul building effective teams is fundamental to early
childhood management practice. Yaitu membangun kelompok atau tim yang
efektif adalah bangunan dasar/fondasi dalam pelaksanaan manajemen pada
lembaga PAUD. Hal di atas meliputi, membuat tujuan yang dapat diraih,
menjelaskan peran masing-masing, membangun hubungan baik yang jujur,
mendorong partisipasi yang aktif, dan mengawasi keefektifan tim/grup. Juga
termasuk dalam pengembangan prinsip-prinsip dalam menyatukan para staf
dan meminimalisir konflik diantara mereka (Ebbeck, 2004)

14
Daftar Pustaka

Ebbeck, M. (2004). Early Chilhood Professionals, Leading Today and Tomorow,. London:
New Jersey: Upper Saddle River.
Handoko. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Khadijah. (2016). Pendidikan Prasekolah. Medan: Perdana Publishing.
Joseph J Caruso, (2006), Supervision in early childhood education, Theacher College Press:
Newyork and London
Kathy Lee,(2003), Solution for Early Childhood Directors:real answer to everyday, Drypon
House, Bestville,MD
Mansur. (2009). Pendidikan Usia Dini Dalam Islam. . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohmat. (2017). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini. Yinyang Jurnal Studi Islam Gender
dan Anak, 313.
Syafaruddin, H. H. (2011). PENDIDIKAN PRASEKOLAH: Prespektif Pendidikan Islam &
Umum. Medan: Perdana Publishing.
Syafri Fadillah Marpaung. (2021). Manajemen Pendidikan Prasekolah. Medan: Perdana.

15

Anda mungkin juga menyukai