Modul Pengembangan Model, Strategi, Metode, Dan Teknik Pembelajaran PPKN Di SD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

Pengembangan Model, Strategi, Metode, dan

Teknik Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar

Modul ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pengembangan PPKN di SD”
Dosen Pengampu: Dr. Wawan Shokib R

Penyususn:
Byarvega Mahanita (202203050)
Suci Wulan Ningsih (202203073)
Vieke Roikhatul Malikha (202203078)

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2024
Bab 1
Pengembangan Model Pembelajaran PKn di SD

Istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan. Pada pembelajaran istilah model diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman dalam
merencanankan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai
suatu pola yang digunakan dalam Menyusun kurikulum, merancang dan menyampaikan
materi, mengorganisasikan, dan memilih media dan metode dalam suatu kondisi
pembelajaran. Model menggambarkan Tingkat terluas dari praktek pembelajaran dan
berisikan orientasi filosofi pembelajaran, yang digunakan untuk menyeleksi dan Menyusun
strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas belajar untuk memberikan tekanan
pada salah satu bagian pembelajaran (topikkonten).
Komponen Model Pembelajaran
a. Sintaks: langkah-langkah, fase-fase, atau urutan kegiatan pembelajaran. Jadi sintaks
itu adalah deskripsi model dalam action. Setiap model mempunyai sintaks atau
struktur model yang berbeda-beda.
b. Principle of Reaction: yaitu reaksi guru atas aktivitas-aktivitas siswa. Dalam contoh
model B mungkinselama fase II (dua) guru memberi contoh cara menyusun konsep,
dansiswamembandingkan konsep-konsep mereka. Tetapi dalam beberapa model
mungkin guru terlibat langsung bersama siswa menyeleksi konsep-konsep itu serta
membantu mereka dalam kegiatan-kegiatannya. Jadi prinsip reaksi itu akan membantu
memilih reaksi-reaksi apa yang efektif dilakukan siswa.
c. Sistem sosial: mencakup 3 pengertian utama yaitu: deskripsi macam-macam peranan
guru dan siswa deskripsi hubungan hirarkis/ otoritas guru dan siswa, deskripsi
macam-macam kaidah untuk mendorong siswa.Sistem sosial sebagai unsur model
agaknya kurang berstruktur dibandingkan dengan unsur sintaks.
d. Sistem Pendukung: sistem pendukung ini sesungguhnya merupakan kondisi yang
dibutuhkan oleh suatu model. Jadi, bukanlah model itu sendiri. Sistem pendukungnya
bertolak dari pertanyaan-pertanyaan dukungan apa yang dibutuhkan oleh suatu model
agar tercipta lingkungan khusus. Dalam hubungan ini, sistem pendukung itu berupa
kemampuan/keterampilan dan fasilitas-fasilitas teknis. Sistem pendukung diturunkan
dari dua sumber yaitu kekhususan-kekhususan peranan guru dan tuntutan siswa.
Model Pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Dalam model pembelajaran
sudah mencerminkan penerapan suatu pendekatan, metode, teknik atau taktik pembelajaran
sekaligus. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, satu model pembelajaran dapat menggunakan
beberapa metode, teknik dan taktik pembelajaran sekaligus.
Macam Model Pembelajaran
1. PBL (Problem Based Learning)
Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan
berbagai kemampuan berppikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok.
Serta lingkungan nyata untuk mengatasi permaslahan sehingga bermakna, relevan, dan
kontekstual. Model pembelajaran ini mulai diangkat, sebab ditinjau secara umum
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).
Tujuan PBL (Problem Based Learning) adalah untuk meningkatkan kemampuan
dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata. Pengintegrasian
konsep Higher Order Thingking Skills (HOTS), keingan dalam belajar, mengarahkan
belajar diri sendiri, dan keterampilan. Model pembelajaran ini memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
b. Biasanya masalah yang digunakan meerupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang
c. Maslaah menuntuk perspektif majemuk
d. Maslah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru,
e. Sangat mengutamakan belajar mandiri
f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi.
g. Pembelajaran kilaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Pada PBL ini guru berperan sebagai guide on the side dari pada sage on the stage.
Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta
didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan
informasi dari buku teks atau informasi lainnya.
Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Realistik dengan kehidupan siswa;
2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
3. Memupuk sifat inquiry siswa;
4. Retensi konsep jadi kuat;
5. Memupuk kemampuan Problem Solving.
Kekurangan:
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
2. Sulitnya mencari problem yang relevan;
3. Sering terjadi miss-konsepsi;
4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam
penyelidikan.
Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model
serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan.
Dari penjelasan keseluruhan dapat di simpulkan Problem based learning itu suatu
pembelajaran yang berbasis dengan sebuah metode untuk memperkenalkan peserta didik
terhadap suatu kasus yang memiliki keterkaitan dengan materi yang dibahas. Peserta
didik diminta untuk mencari solusi mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah
yang tengah dihadapi dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran berbasis
proyek atau project based learning, dalam hal ini solusi yang ditawarkan tidak harus
berupa produk. Namun proses yang dihadapkan adalah suatu pencarian mengenai
jawaban dari masalah yang dihadapi. Hal ini menjadi fokus utama dan hasil akhirnya
bukan sebagai penentu salah satu benar karena sifatnya yang terbuka.

2. PjBL (Projek Based Learning)


Model Project-based Learning (PJBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan
keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dilakukan
secara/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang ditetapkan
dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain. Menurut
Kemdikbud (2013), peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis,
dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis
Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya.
Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran berbasis proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha siswa. Menurut Grant (2002), Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya
mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktik, tetapi juga memotivasi siswa
untuk merefleksi apa yang siswa pelajari dalam pembelajaran ke dalam sebuah proyek
nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa.
Karakteristik yang tercakup dalam Project Based Learning (PJBL) antara lain:
1. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, hingga pemaparan produk;
2. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap projek yang akan dihasilkan;
3. Projek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
4. Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan situasi kelas sangat toleran dengan
kekurangan dan perkembangan gagasan.
Sintaks pembelajaran menggunakan penugasan proyek sebagaimana yang
dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005). Adapun sintak
terdiri dari:
1. Bermula dari pertanyaan (start with the essential question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
2. Merancang kegiatan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian
siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi
tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial serta mengetahui alat dan bahan yang dapat digunakan untuk
membantu penyelesaian kegiatan proyek.
3. Membuat jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat cara
yang sesuai dan berhubungan dengan proyek dan meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Membuat jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek, membuat deadline penyelesaian proyek, membimbing siswa membuat cara
yang sesuai dan berhubungan dengan proyek dan meminta siswa untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. Memonitor perkembangan
kegiatan proyek (monitor the students and the progress of the project). Guru
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktvitas siswa selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan oleh guru sebagai mentor. Agar
mempermudah proses monitoring dibuat sebuah rubrik yang berupa kartu kendali.
5. Melakukan penilaian (asses the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa.
6. Refleksi pengalaman yang didapat (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilakukan. Pada tahap ini siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama
proses pembelajaran.
Keberhasilan project based learning terjadi ketika peserta didik mendapatkan
motivasiyang tinggi, merasa aktif dalam pembelajarannya, dan menghasilkan hasil kerja
berkualitas tinggi. Berikut beberapa keuntungan dengan pendekatan project based
learning (Purnawan, 2007):
1. Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam pembelajarannya,
membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan untuk membuat keputusan
dalam proses belajar.
2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia nyata, dan
mengembangkan ketrampilan nyata.
4. Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan dengan peserta
didik, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan komunitas yang
besar.
6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
7. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
8. Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran.
Project based learning memang memiliki banyak kelebihan, namun di sisi lain
pembelajaran yang berbasis proyek seperti ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan
dalam project based learning antara lain:
1. memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
2. membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak pendidik yang merasa nyaman
dengan kelas tradisional, di mana pendidik memegang peran utama di dalam kelas,
3. banyaknya peralatan yang harus disediakan,
4. peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan,
5. peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik yang
diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dan dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Adanya keuntungan atau kebaikan dan kelemahan pada pembelajaran projek based
learning diharapkan tidak menjadi kendala bagi peserta didik yang melaksanakannya,
karena ini semua tergantung kepada peran dari guru yang akan membantu untuk
memfasilitasi pembelajaran tersebut. Adapun peran guru dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain:
1. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
2. Membuat strategi pembelajaran.
3. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
4. Mencari keunikan siswa.
5. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
6. Membuat portofolio pekerjaan siswa.

3. Inkuiri
Inkuiri berasal dari kata inquiry dan to inquire yang merupakan kata dalam Bahasa
Inggris. Kata inquiry dan to inquire memiliki arti yang sama, yaitu ikut serta, atau
terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban, terhadap pertanyaan
ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah sendiri merupakan pertanyaan yang dapat
mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Namun, dalam
model pembelajaran inkuiri, Piaget (Wartono, 1996) mengartikannya sebagai
pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen
sendiri. Dalam artian yang lebih luas, yaitu siswa ingin melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas
pertanyaan dengan cara mereka sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan
orang lain. Maka pengertian model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses belajar yang
ditempuh untuk mendapatkan informasi agar dapat memecahkan suatu permasalahan,
dimana siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang
diberikan guru.
Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa, tujuan model pembelajaran inkuiri adalah
membantu siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
berfikir, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas
dasar rasa ingin tahu mereka. Tujuan model pembelajaran inkuiri dalam
mengembangkan kemampuan intelektual juga merupakan bagian dari proses
pembentukan mental. Oleh sebab itu, dalam implementasi model pembelajaran inkuiri
siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, tapi juga bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimiliki.
Selanjutnya, Wina Sanjaya (2006), Martinis Yamin (2006) dalam karangan Mulyono
(2011:72), serta Al-Tabani (2014: 80) sama-sama menyatakan karakteristik atau ciri-ciri
model pembelajaran inkuiri sebagai berikut.
1. Inkuiri lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan secara
maksimal, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas siswa difokuskan untuk mencari dan menemukan sendiri dari
sesuatu yang tengah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self-belief). Artinya, dalam model pembelajaran inkuiri menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa.
3. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri, kemampuan intelektual yang
sebagai bagian dari proses mental siswa harus dapat lebih berkembang, terutama
dalam mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan berpikir kritis para
peserta didik. Sebab, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, tapi juga
menggunakan potensi yang mereka miliki selama proses pembelajaran.
Inkuiri memiliki macam-macam model pembelajaran. Terdapat beberapa macam
model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Runika (2009: 1) adalah (1) guided
inquiry, (2) modified inquiry, (3) free inquiry, (4) inquiry role approach, (5) invitation
into inquiry, (6) pictorial riddle, (7) synectic lessons, dan (8) value clarification.
Namun, penerapan model pembelajaran inkuiri di Indonesia hanya tiga jenis saja,
yaitu berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang
diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis model pembelajaran inkuiri tersebut
adalah inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas
yang dimodifikasi (modified free inquiry).
a. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry)
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah proses belajar dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi. Oleh karena itu, guru harus berperan aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Inkuiri terbimbing
cocok digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan inkuiri.
Dengan inkuiri, ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk
dari guru sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada jenis inkuiri ini, siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan, baik melalui diskusi kelompok maupun individual. Tujuannya
agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya, selama proses belajar berlangsung siswa akan memperoleh pedoman
sesuai yang diperlukan. Kemudian, di tahap awal, guru akan banyak memberikan
bimbingan, dan mengurangi intensitas bimbingan tersebut pada tahap-tahap
berikutnya, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan pun dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi
multi arah yang dapat membuat siswa memahami konsep pelajaran matematika.
Di samping itu, guru dapat memberikan bimbingan melalui lembar kerja siswa
yang terstruktur. Selama proses belajar berlangsung, guru harus memantau
kelompok diskusi siswa, sehingga guru bisa mengetahui dan memberikan petunjuk-
petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
b. Inkuiri Bebas (free inquiry)
Model pembelajaran inkuiri bebas ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan inkuiri. Inkuiri bebas menempatkan siswa seolah-
olah bekerja layaknya seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan
masalah untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah tersebut secara
mandiri, serta merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama
proses ini, guru akan sangat sedikit memberikan bimbingan atau bahkan tidak ada
arahan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan model ini adalah adanya
kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended, dan mempunyai
alternatif pemecah masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara
mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, akan ada kemungkinan
siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau bahkan belum pernah ditemukan
oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry)
Jenis model pembelajaran inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan
kolaborasi atau modifikasi dari dua inkuiri sebelumnya, yaitu inkuiri terbimbing
dan inkuiri bebas. Meski begitu, permasalahan yang akan dijadikan topik untuk
diselidiki tetap diberikan atau beracuan dengan kurikulum yang telah ada. Artinya,
dalam inkuiri ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, tapi siswa yang belajar dengan inkuiri ini menerima
masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun,
bimbingan yang diberikan pun lebih sedikit dari inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
Dalam inkuiri jenis ini, guru membatasi adanya bimbingan supaya siswa
berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan para siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaiannya. Akan tetapi, apabila ada siswa yang tidak
dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara
tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut :
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah awal untuk membangun suasana
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru akan mengkondisikan siswa
agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan
guru dalam tahap orientasi adalah:
a) Menjelaskan topik yang akan dipelajari beserta tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai
hasil belajar yang baik. Disini, guru dapat menjelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan dari setiap langkahnya, mulai dari langkah merumuskan masalah
sampai merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topik pembelajaran dan kegiatan belajar. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan motivasi belajar pada siswa.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah untuk membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan tentunya yang
menantang siswa untuk berpikir dalam memecahkan teka-teki sesuai rumusan
masalah yang ingin dikaji. Sebab, masalah tersebut ada jawabannya, dan siswa
didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
3. Merumuskan hipotesis
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan
menebak (berhipotesis) pada setiap siswa adalah dengan mengadakan berbagai
pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara,
atau merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang
dibahas.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi untuk menguji hipotesis
yang diajukan. Dalam model pembelajaran inkuiri, pengumpulan data merupakan
proses mental yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, tapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikir. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pemicu, agar siswa berfikir untuk mencari informasi yang
dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima,
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
tapi harus didukung oleh data yang dapat dipertanggung jawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang telah
diperoleh dari hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan goals-
nya dalam pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, maka sebaiknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana saja yang relevan.
Tentunya tidak ada model pembelajaran yang sempurna di dunia ini. Model
pembelajaran inkuiri pun juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Model
Pembelajaran Inkuiri
a) Membantu menggunakan daya ingat siswa dan mentransfernya pada situasi-situasi
belajar.
b) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan atau inisiatifnya sendiri.
c) Mendorong siswa untuk berpikir secara inisiatif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
d) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
e) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
f) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri setiap siswa.
g) Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar di luar sekolah, dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya
sumber belajar.
h) Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).
i) Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-
rata. Siswa dengan kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa
lain yang lemah dalam belajar.
Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Sulit untuk merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
c) Terkadang dalam mengimplementasikannya, diperlukan waktu yang panjang,
sehingga guru kerap kesulitan dalam menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inkuiri akan sulit
diimplementasikan.
e) Memerlukan adanya perubahan kebiasaan cara belajar peserta didik yang menerima
informasi dari guru apa adanya, menjadi belajar secara mandiri dan kelompok,
dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.
f) Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah
dilakukan bertahun-tahun.
g) Guru dituntut mengubah cara mengajar yang umumnya sebagai penyaji informasi,
lalu menjadi fasilitator dan motivator. Hal tersebut tentunya tidak mudah dilakukan.
h) Model pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber
belajar dan fasilitas yang memadai, tapi tidak selalu tersedia.
i) Model pembelajaran inkuiri tidak efisien, khususnya untuk mengajar peserta didik
dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.
Bab 2
Pengembangan Strategi dan Metode Pembelajaran PKn di SD

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Memperhatikan betapa
strategisnya kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam ikut serta
mewujudkan jati diri warga Negara Indonesia yang mandiri, demokratis, bertanggung jawab,
tolerans dan berkeadaban, sudah barang tentu dalam pelaksanaan proses pembelajarannya
haruslah diselenggarakan dengan baik dan senantiasa mempehatikan berbagai temuan dan
inovasi pendidikan terutama di bidang pengajaran olah guru.
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada
setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar.
Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan
memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan
dari berbagai metode belajar- mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping
kemampuan-kemampuan lain yang menunjang. Bertolak dan bermuara pada kebutuhan
sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang berbagai metode belajar mengajar agar
mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar khususnya pembelajaran Pkn di SD.
Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan
siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena
itu, guru di harapkan mampu menguasai metode–metode yang cocok untuk pembelajaran Pkn
agar siswa lebih tertarik pada pelajaran tersebut.
Pengertian Strategi dan Metode Pembelajaran
Isilah strategi berasal dari Bahasa Yunani yaitu strategia, strategi merupakan sebuah
perencanaan yang Panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Demikian juga
strategi didefinisikan sebagai suatu garis besar Haluan bertindak untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan (Abin Syamsuddin Makmun, 2000;220).
Dick dan Carey mengatakan (Dalam Etin Solihatin 2013), “Strategi pembelajaran adalah
komponen umum dari suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan
secara bersama-sama.”. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk memilih dan
mengurutkan kejadian dan aktifitas dalam pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu
sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai
tujuan umum pembelajaran yang melukiskan prosedur sistematis dalam membantu usaha
belajar peserta didik, mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan
bahan ajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi Pembelajaran Interaktif (SPI) telah berkembang dalam ranah kerja kelompok
dan metode pengajaran, mengadaptasi berbagai bentuk diskusi seperti meja bundar, diskusi
kelas, dan proyek kelompok. (Abdul, 2014:83). Strategi pembelajaran interaktif adalah setiap
alat atau metode pengajaran yang diterapkan oleh seorang guru di kelas dengan pengetahuan
bahwa siswa belajar paling baik ketika mereka berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran menurut Djamarah, SB. (2006: 46) ”suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan’. Dalam kegiatan belajar
mengajar, metode diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
Ragam Strategi dan Metode Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus
dilakukan oleh seorang guru:
1. Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang
peranan yang sangat penting atau dominan. Dalam sistem ini guru menyajikan dalam
bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,sistematik,dan lengkap sehingga anak didik
tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang memberikan penjelasan-penjelasan sebuah
materi. Biasa dilakukan di depan beberapa orang peserta didik. Metode ini
menggunakan bahasa lisan.
b. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi menurut Syah (2000:208) adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik
secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
c. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk bermain peran yang ditujukan untuk
memecahkan masalah-masalah yang sering dilihat dalam kehidupan sosial sehari-
hari. Permainan ini bagus untuk menambah pengetahuan, terutama saat mereka
mencoba hal baru selama bermain tersebut.
2. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi
siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui
proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran
yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan
fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
1. Metode diskusi
Metode diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-
kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas
sesuatu masalah.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru tentang
pemahaman membaca.
3. Metode eksperimen
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
3. Strategi pembelajaran kontekstual /Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran kontekstual:
a) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik
b) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-
tugas yang bermakna (meaningful learning).
c) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa (learning by doing).
d) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mngoreksi
antar teman (learning in a group).
e) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply).
f) Pemebelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
g) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an
enjoy activity).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini, diantaranya :
a. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi menurut Syah (2000:208) adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
b. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk bermain peran yang ditujukan untuk
memecahkan masalah-masalah yang sering dilihat dalam kehidupan sosial sehari-
hari. Permainan ini bagus untuk menambah pengetahuan, terutama saat mereka
mencoba hal baru selama bermain tersebut.
4. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi Pembelajaran Afektif merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan, diantaranya :
a. Metode eksperimen
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan
ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
b. Metode tugas atau resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan sebuah upaya membelajarkan
siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan,
pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri atau menampilkan diri dalam
menyampaikan hasil dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin
dicapai.
c. Metode Latihan
Metode latihan merupakan suatu program yang dibuat oleh pelatih secara
terperinci sesuai dengan cabang olahraga yang dilatihkam, digunakan dalam
melatih dan mengatur apa yang akan dilaksanakan oleh siswa guna untuk me-
ningkatkan kemampuan atau keterampilan siswa baik dari segi fisik, teknik, dan
taktik.
d. Metode karya wisata
Metode karya wisata adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar
kelas untuk melihat peristiwa langsung dilapangan dengan tujuan mengakrabkan
siswa dengan lingkungannya.
Pertimbangan Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.
Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka
pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang
harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan:
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif,
afektif, atau psikomotor ?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat
tinggi atau tingkat rendah ?
c. Apakah untuk mencapai tujuan memerlukan keterampilan akademis ?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
tertentu atau tidak ?
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
3. Pertimbangan dari sudut siswa:
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
b. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
c. Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
4. Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
b. Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat
digunakan ?
c. Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan
strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan
aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan
yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek psikomotor, dll.
Macam-Macam Strategi Pembelajaran PKn
Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu suatu siasat atau kiat
yang digunakan untuk memilih dan mengimplementasikan segala teori, pendekatan, teknik,
metode, model, media, materi dan sumber-sumber belajar dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik, karena setiap
strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi pembelajaran
yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu belum tentu
baik dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lain. ltulah sebabnya,
seorang pendidik diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memilih dan
menerapkan berbagai strategi pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya dapat
memilih alternatif strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan
Strategi pembelajaran Pkn untuk kelas rendah
1. Strategi ekspositori
karena strategi ini menekankan kepada proses penyampaiaan materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapar menguasai
materi.
2. Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Strategi pembelajaran Pkn untuk kelas tinggi
1. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi Pembelajaran Afektif merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
2. Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
3. Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Bab 3
Pengembangan Teknik Pembelajaran PKn di SD

Teknik pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan


suatu model secara spesifik. Contoh, penggunaan metode diskusi pada kelas besar
membutuhkan teknik pembelajaran yang berbeda dengan penggunaan metode diskusi pada
kelas kecil (Siregar, 2021). Selama proses pembelajaran guru dapat berganti teknik
pembelajaran yang berbeda untuk menghadapi siswa yang berbeda selama, meski
menggunakan metode yang sama.
Sebuah teknik dinilai baik dan efektif apabila dapat (1) membangkitkan motivasi dan
minat belajar siswa; (2) menjamin perkembangan kegiatan pembelajaran siswa; (3)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk kreatif berekspresi; (4) merangsang keinginan
siswa untuk belajar lebih lanjut; (5) membuat siswa mampu belajar sendiri; (6) meniadakan
penyajian verbalistik dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi nyata dan bermakna;
(7) menanamkan dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam kehidupan sehari-
hari siswa; (8) membuat siswa dapat bertanggung jawab (Kusnah, 2018).

Teknik-Teknik Pembelajaran
Berikut beberapa teknik pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas:
1. Teknik Pembelajaran Kertas Satu Menit (One Minute Paper)
Teknik ini biasa diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif. Teknik ini sangat
efektif untuk mengukur kemajuan belajar siswa baik dalam pemahaman maupun
penerapan bahan ajar.
2. Teknik Pembelajaran Butir Terjelas (Clearest Point)
Ini adalah suatu variasi dari teknik kertas satu menit. Dalam teknik ini, waktu yang
diberikan lebih longgar (relatif lebih lama) kepada para siswa untuk menjawab
pertanyaan.
3. Teknik Pembelajaran Tanggapan Aktif (Active Response)
Teknik ini mirip dengan teknik-teknik diatas, dalam hal ini siswa diminta untuk
melaporkan tanggapan mereka terhadap fase tertentu dari bahan ajar tertentu.
4. Teknik Pembelajaran Jurnal Harian
Pembelajaran dengan jurnal (journaling) adalah suatu praktik penulisan atau
pencatatan pada sebuah kertas (atau halaman dari suatu buku jurnal) tentang
kumpulan pemikiran, pemahaman, dan penjelasan tentang sebuah gagasan atau
konsep. Buku jurnal biasanya tercetak berupa bundelan buku. Guru meminta para
siswa untuk menyimpan jurnal tersebut dengan suatu kesepakatan dan pemahaman
bahwa para siswa tersebut akan bertukar pikiran dengan guru tentang isi jurnal yang
disusunnya. Teknik pembelajaran buku jurnal mengharuskan siswa memiliki buku
jurnal untuk setiap bidang studi ataumata pelajaran sebab buku jurnal memang
merupakan sarana komunikasi individual antara setiap guru bidang studi dengan
setiap individu siswa.
5. Teknik Pembelajaran Kuis Bacaan (Reading Quiz)
Teknik ini memungkinkan guru untuk “memaksa” siswa membaca bahanbahan ajar
beruapa teks atau buku bacaan. Dalam teknik ini guru mengajukan sejumlah
pertanyaan dalam serangkaian kuis bacaan dengan maksud memberikan panduan
terhadap siswa tentang butir-butir penting bahan ajar yang harus diamati dan
ditelaahnya secara cermat.
6. Teknik Pembelajaran Jeda (Clarification Pauses)
Teknik ini menghadapkan siswa pada situasi mendengarkan aktif (active listening)
selama proses pembelajaran. Dalam suatu sesi ceramah, setelah guru memaparkan
butir-butir penting atau konsep kunci suatu bahan ajar, guru melakukan jeda,
memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan pengendapan, membangun
struktur kognitifnya terkait bahan ajar yang baru saja didengarnya dari guru. Setelah
menunggu beberapa saat, guru kemudian mengajukan pertanyaan kepada setiap siswa
apakah perlu penjelasan lagi terkait bahan ajara yang baru diajarkan, atau guru dapat
berkeliling kelas melihat catatan siswa, menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dan
sebagainya. Para siswa yang belum bertanya pada saat awal-awal pembelajaran dapat
mengajukan pertanyaan pada saat jeda ini.
7. Teknik Pembelajaran Tanggapan atas Demonstrasi (Response to a Demonstration)
Setelah guru melaksanakan presentasi pembelajaran atau suatu kegiatan demonstrasi,
para siswa diminta untuk menuliskan suatu paragraf yang dimulai dengan kalimat,
misalnya: “saya pada hari ini telah belajar tentang....”, “saya mulai bertanya-tanya
tentang apa itu sebenarnya....”, “saya merasa kagum terhadap....” Kegiatan ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksikan hal-hal apa saja yangbaru
dipelajari dari presentasi gurunya.
8. Teknik Pembelajaran Waktu Tunggu (Wait Time)
Saat memberi pertanyaan alih-alih memilih siswa yang akan menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, variasi ini memberikan waktu kepada guru untuk menunggu
sebentar sebelum siswa menjawab suatu pertanyaan. Waktu tunggu yang disediakan
guru tidaklah lama, sekitar 15 detik sampai 20 detik bergantung tingkat kesulitan
bahan ajar. Suatu hal yang sangat penting yang harus disepakati, siswa tidak boleh
mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan sebelum guru mengatakan “oke”.
9. Teknik Pembelajaran Ringkasan Siswa (Student’s Summary)
Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan
secara aktif (active listening). Setelah salah satu siswa secara sukarela menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru, guru meminta siswa lain untuk membuat
ringkasan atau mengemukakan butir-butir penting dari tanggapan siswa yang
menjawab pertanyaan pertama tadi.
10. Teknik Pembelajaran Mangkuk Ikan (Fish Bowl)
Dalam teknik pembelajaran ini, guru memberikan sebuah kartu index (index card)
pada masing-masing siswa, dan masingmasing siswa diminta untuk menuliskan
pertanyaan diatas kartu index tersebut terkait bahan ajar yang baru saja diterimanya.
Siswa dapat menuliskan pertanyaan dan mengumpulkan kartu index yang telah
ditulisi dengan pertanyaan tersebut dan mengumpulkannya dalam mangkuk ikan atau
akuarium kosong yang disediakan oleh guru. Lalu guru membahas pertanyaan-
pertanyaan yang sudah diberikan siswa.
11. Teknik Pembelajaran Pertanyaan Kuis (Quiz Questions)
Dalam teknik pembelajaran ini siswa diminta secara aktif terlibat dalam menciptakan
kuis dan bahan-bahan tes yang akan digunakan guru,baik sebagian atau seluruhnya,
yang akan digunakan sebagai bahan ulangan nantinya, bergantung pada keinginan
guru. Pertanyaan kuis itu dituliskan dalam sehelai kertas, maksimal dua pertanyaan
saja pada setiap siswa
12. Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger Signal)
Dengan teknik ini guru segera mendapatkan masukan tentang tingkat pemahaman
siswa terhadap bahan ajar tanpa menggunakan waktu tunggu. Para siswa diberikan
pertanyaan dan diinstruksikan untuk menjawab pertanyaan dengan cara mengangkat
tangannya dan menunjukkan sejumlah jari tangan keatas sesuai kesepakatan antara
guru dengan para siswa.
13. Teknik Siswa Jadi Guru (Every one is a Teacher)
Teknik pembelajaran ini sebenarnya hampir mirip dengan teknik pembelajaran dalam
pembelajaran kolaboratif, Each One Teach One, tetapi diterapkan siswa secara
individual. Esensi dari teknik pembelajaran ini pada hakikatnya seperti teknik
kuis/pertanyaan.
14. Teknik Pilah Kartu (Card Sort)
Pembelajaran ini menggunakan sebuah kartu index. Teknik ini sebenarnya merupakan
gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran
kolaboratif. Setelah mengenal beberapa teknik pembelajaran diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada banyak teknik pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran, guru harus bisa memilih teknik yang tepat, seperti
disesuaikan dengan metode yang digunakan dan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Bab 4
Hubungan antara Model, Strategi,
Metode, dan Teknik Pembelajaran

Model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran merupakan istilah yang sering
digunakan dalam dunia pendidikan. Keempat istilah ini memiliki makna yang berbeda,
namun saling terkait satu sama lain dalam proses pembelajaran. Pada bab ini akan dibahas
hubungan dan keterkaitan antara model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang mendasari pelaksanaan
pembelajaran. Model pembelajaran memberikan gambaran tentang bagaimana proses
pembelajaran harus dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi. Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Khoerunnisa & Aqwal,
2020). Fungsi model pembelajaran adalah sebagai acuan bagi perancang pembelajaran dan
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran (Hendracipta, 2021). Contoh model
pembelajaran adalah pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kooperatif, dan
pembelajaran berpusat pada siswa.
Sedangkan strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini bersifat lebih spesifik
daripada model pembelajaran dan dapat bervariasi tergantung pada karakteristik peserta
didik, materi pelajaran, dan situasi belajar (Nasution et al., 2023). Strategi pembelajaran
memuat penggunaan metode dan pemanfaatan sumber daya belajar. Contoh strategi
pembelajaran adalah menghafal, memahami konsep, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik. Metode pembelajaran ini harus sesuai dengan model
pembelajaran dan strategi pembelajaran yang dipilih. Contoh metode pembelajaran adalah
ceramah, diskusi, demonstrasi, dan simulasi.
Teknik pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan
metode pembelajaran. Teknik pembelajaran ini bersifat lebih operasional daripada metode
pembelajaran dan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar. Contoh teknik
pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran, lembar kerja, dan permainan edukatif.
Hubungan antar istilah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
 Model pembelajaran merupakan kerangka kerja umum untuk pembelajaran.
 Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
 Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan materi pelajaran.
 Teknik pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan
metode pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan prosedur atau pola
sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
didalamnya terdapat strategi, metode, teknik, materi, media, dan alat penilaian pembelajaran.
Strategi pembelajaran masih bersifat konseptuak dan untuk mengimplementasikannya
diperlukan berbagai metode pembelajaran tertentu (Hendracipta, 2021). Di dalam strategi
juga terdiri dari metode dan teknik yang dapat menjamin siswa mencapai tujuan
pembelajaran (Agustin & Hamid, 2017). Jadi metode merupakan kegiatan praktis dan
realistis yang diterapkan pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Hendracipta, 2021). Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara untuk menerapkan metode
(Fanani, 2014). Teknik dapat diartikan trik atau cara tertentu di kelas untuk mencapai tujuan
langsung. Teknik yang digunakan di kelas harus sejalan dengan metode yang digunakan
(Febriany et al., 2021).
Hubungan antara model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran dapat digambarkan
pada ilustrasi di bawah ini (Hatimah, 2013):

Sebagai contoh, mari kita lihat bagaimana keempat istilah tersebut dapat digunakan
dalam konteks pembelajaran kooperatif.
 Model pembelajaran: Pembelajaran kooperatif
 Strategi pembelajaran: Bekerja sama dalam kelompok, saling membantu, berbagi
tanggung jawab
 Metode pembelajaran: Diskusi kelompok, pemecahan masalah kelompok, proyek
kelompok
 Teknik pembelajaran: Penggunaan lembar kerja kelompok, penggunaan permainan
edukatif kelompok, presentasi kelompok
Contoh Penerapan:
Kelas 4 SD:
Tema: Bhineka Tunggal Ika
Model Pembelajaran: Pembelajaran Berbasis Proyek
Strategi Pembelajaran: Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran: Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab
Teknik Pembelajaran: Teknik Bermain Peran
Kegiatan Pembelajaran:
 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
 Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat pertunjukan seni yang menampilkan
budaya daerah yang berbeda di Indonesia.
 Siswa dalam kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut.
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.
 Setelah presentasi, siswa berdiskusi tentang pentingnya menghargai keberagaman
budaya di Indonesia.
Penilaian:
 Siswa dinilai berdasarkan partisipasi mereka dalam kelompok, kemampuan mereka
dalam menyelesaikan tugas, dan pemahaman mereka tentang materi Pancasila.
Daftar Pustaka

Dewi, Mia R. 2023 Kelebihan dan Kekurangan PBL untuk Profil Pelajar Pancasila.
https://ejournal.upi.edu/index.php/JIK/article/view/44226/pdf_id
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/model-pembelajaran-inkuiri/
http://lpmpaceh.kemdikbud.go.id/?p=2027
https://man3jkt.sch.id/blog/sintaks-pembelajaran-berbasis-projek-pjbl-dalam-penerapan-
merdeka-belajar/
Murniati,Eni. 2020 Penerapan Metode PBL Dalam Pembelajaran. Universitas Kristen
Indonesia
Purnawan,Yudi. 2007. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek.
http://www.yudipurnawan.wordpress.com.
https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/problem-based-learning/
Waras, Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk Peningkatan
Mutu Pembelajaran. http://lubisgrafura.wordpress.com
Abin Syamsuddin Makmun, Strategi Pembelajaran. 200, hal. 220
https://anggiafriansyah.wordpress.com/2015/01/27/strategi-pembelajaran-pendidikan-
pancasila-dan-kewarganegaraan/
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/16/pembelajaran-pkn-di-sd/
https://eprints.umsida.ac.id/3603/I/BUKU%20AJAR%20%20PKN%20PGSD%versi%20full
%20book.pdf
Sihabudin, Strategi Pembelajaran, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal. 26.

Agustin, N., & Hamid, S. I. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Vct Terhadap Penalaran
Moral Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Sd. Jurnal Moral Kemasyarakatan, 2(1), 59–74.
Fanani, A. (2014). Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran. Nadwa:
Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 171–192. https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.2.576
Febriany, F. S., Risdiany, H., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Implikasi Model
Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dalam Meningkatkan Kesadaran
Nilai Moral pada Pembelajaran PKn di SD. Jurnal Basicedu, 5(6), 5050–5057.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1589
Hatimah, I. (2013). Pengertian Pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Jurnal Pendidikan
(Teori Dan Praktik), 1, 1.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/19540402198011200
1-IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf
Hendracipta, N. (2021). Buku Ajar Model-Model Pembelajaran SD. Multikreasi Press.
Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). Analisis Model-model Pembelajaran. Fondatia,
4(1), 1–27. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.441
Kusnah, N. (2018). Teknik pembelajaran mutahir solusi pembelajaran K-13.
Nasution, A. J., Ritonga, A. P., Sagala, D. I. S., & Hasanah, S. (2023). Metode Pembelajaran
PKN SD Al-Wasliyah 11 Amplas. EduInovasi: Journal of Basic Educational Studies,
3(1), 140–150. https://doi.org/10.47467/edui.v3i1.3155
Siregar, R. L. (2021). Memahami tentang Model, Strategi, Metode, Pendekatan, Teknik, dan
Taktik. Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 63–75.

Anda mungkin juga menyukai