Laporan Praktikum 1
Laporan Praktikum 1
Laporan Praktikum 1
Dosen Pengampu,
SEPTIANTAR TEBE NURSAPUTRO, S.T., M.Tr.T.
Praktikan :
Aditomo Wibowo Mukti 4.34.22.1.02
Arya Laksmana Dewanata 4.34.22.1.05
Friska Putri Anggraeni 4.34.22.1.09
Riffatunnisa Fauziah Hanum 4.34.22.1.21
I. DASAR TEORI
SCR (Silicon Controlled Rectifier) merupakan salah satu jenis thyristor yang paling sering
digunakan. SCR dapat melakukan pensaklaran untuk arus yang besar. SCR mempunyai
perilaku cenderung tetap on setelah diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan
(bersifat histeresis) dan biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan lain
sebagainya. Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip kerja
dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu tentang
definisi dari dioda shockley. Karena SCR itu sendiri memang device yang dikembangkan
dari sebuah dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari empat lapisan bahan
semikonduktor, atau yang juga biasa disebut sebagai dioda PNPN.
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya dengan menambah
suatu tambahan kecil yang tidak lebih dari sambungan kawat ketiga yang diberi nama
“gate” dari struktur PNPN yang telah ada. untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah
ini.
Berikut ini gambar simbol skematik dan diagram skematik dari SCR.
Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak terhubung (terputus),
maka SCR akan berperilaku sama persis seperti dioda shockley. Seperti halnya dioda
shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci (latch) saat diberikan tegangan breakover
antara katoda dan anoda. Untuk mematikan kembali SCR dapat dilakukan dengan cara
mengurangi arus sampai salah satu dari transistor internal tersebut jatuh dan berada
dalam mode cutoff , dan perilaku SCR yang seperti ini juga seperti dioda shockley. Lalu
sekarang coba kita bahas tentang kawat atau terminal gate yang menjadi perbedaan dari
kedua perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate SCR terhubung langsung ke basis
transistor yang lebih rendah, itu berarti terminal gate ini dapat digunakan sebagai
alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up). Dengan memberikan tegangan yang kecil
antara gate dan katoda, transistor yang bawah atau transistor yang lebih rendah akan
dipaksa ON oleh arus basis yang dihasilkan, hal ini akan menyebabkan arus basis
transistor atas mengalir dan transistor atas akan aktif dan menghantarkan arus basis
untuk transistor yang bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan tegangan dari terminal gate),
sehingga kini kedua transistor saling menjaga agar tetap aktif atau saling mengunci
(latch). Arus yang diperlukan gate untuk memulai latch up tentu saja jauh lebih rendah
daripada arus yang melalui SCR dari katoda ke anoda, sehingga SCR tidak perlu
mencapai penguatan.
Cara yang paling umum digunakan dan dianggap aman untuk mengaktifkan SCR
adalah dengan memberikan tegangan pada terminal gate, dan cara atau metode seperti ini
disebut dengan “memicu” (triggering). Bahkan dalam penggunaannya SCR biasanya
sengaja dibuat atau dipilih dengan tegangan breakover yang jauh lebih besar melampaui
tegangan terbesar yang diperkirakan akan dialami oleh sumber listrik. Sehingga SCR
hanya bisa diaktifkan dengan pulsa tegangan yang diterapkan ke terminal gate, bukan
dengan tegangan breakover.
Penjelasan untuk perbedaan pemicuan transistor, mosfet dan SCR dapat dilihat pada
Gambar 4.3
Saat SCR terbuka, arus mengalir dari input ke induktor. Energi disimpan di
induktor dalam bentuk medan magnet. Saat SCR tertutup, arus dari induktor mengalir ke
beban melalui dioda. Energi yang disimpan di induktor dilepaskan dan tegangan output
dihasilkan.
Duty cycle sinyal PWM menentukan berapa lama SCR terbuka dan berapa lama
SCR tertutup. Semakin tinggi duty cycle, semakin lama SCR terbuka dan semakin banyak
energi yang disimpan di induktor. Hal ini menyebabkan tegangan output yang lebih tinggi.
Sebaliknya, semakin rendah duty cycle, semakin singkat SCR terbuka dan semakin sedikit
energi yang disimpan di induktor. Hal ini menyebabkan tegangan output yang lebih rendah.
2. Percobaan 2
3. Percobaan 3
Ketika S1 dihidupkan Arus akan mengalir dari sumber tegangan AC melalui saklar S1
ke SCR. Arus ini akan mengisi kapasitor C1. Ketika S2 dihidupkan:Arus akan mengalir
dari sumber tegangan DC melalui saklar S2 ke SCR. Arus ini akan memicu SCR dan
membuatnya konduksi. Arus akan mengalir dari sumber tegangan AC melalui SCR ke
LED. LED akan menyala. Ketika S2 dimatikan Arus ke SCR akan terputus. SCR akan
kembali ke keadaan non-konduksi. LED akan mati. Ketika S1 dimatikan Arus ke SCR
akan terputus. Kapasitor C1 akan dikosongkan.
4. Percobaan 4
Ketika tegangan 12 volt dihidupkan, arus akan mengalir dari catu daya ke resistor
Rv dan kemudian ke terminal Vs2 pada regulator tegangan T470F. Regulator tegangan
T470F akan mengontrol tegangan output agar tetap stabil pada nilai 5 volt. Tegangan 5
volt ini kemudian disalurkan ke terminal Anode pada SCR.
SCR akan menghantarkan arus ke lampu ketika terminal Gate-nya dipicu. Terminal
Gate pada SCR dapat dipicu oleh berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan
sakelar S1. Ketika sakelar S1 ditekan, arus akan mengalir dari terminal V2 pada regulator
tegangan T470F ke terminal IG pada SCR. Arus ini akan memicu SCR dan
menyebabkannya menghantarkan arus ke lampu. Lampu akan menyala ketika SCR
menghantarkan arus.
5. Percobaan 5
Ketika sakelar SW1 ditutup, arus akan mengalir dari input DC ke resistor R1 dan
kemudian ke kapasitor C1. Kapasitor C1 akan terisi dengan tegangan DC dari input.
Ketika sakelar SW1 dibuka, energi yang tersimpan di kapasitor C1 akan dilepaskan
melalui SCR. SCR akan menghantarkan arus ke lampu output, sehingga lampu akan
menyala. Lama waktu lampu menyala tergantung pada nilai kapasitor C1. Semakin besar
nilai kapasitor C1, semakin lama waktu lampu akan menyala.
6. Percobaan 6
Tegangan output SCR diatur oleh tegangan referensi yang dihasilkan oleh
potensiometer. Ketika tegangan output di bawah tegangan referensi, SCR akan diaktifkan
dan tegangan output akan naik. Ketika tegangan output di atas tegangan referensi, SCR
akan dimatikan dan tegangan output akan turun.
7. Percobaan 7
Tegangan masukan (VGG) dibagi menjadi dua bagian oleh dua resistor R1 dan
R2. Tegangan pada R1 dihubungkan ke input non-inverting penguat operasional (op-
amp). Tegangan pada R2 dihubungkan ke input inverting op-amp. Op-amp akan
membandingkan tegangan pada input non-inverting dan input inverting. Jika tegangan
pada input non-inverting lebih tinggi daripada tegangan pada input inverting, maka output
op-amp akan naik. Jika tegangan pada input inverting lebih tinggi daripada tegangan pada
input non-inverting, maka output op-amp akan turun. Output op-amp dihubungkan ke
potensiometer (VR). Potensiometer akan mengatur tegangan output op-amp. Tegangan
output op-amp dihubungkan ke filter (FIR 3D). Filter akan menyaring riak dan noise pada
tegangan output op-amp. Tegangan output yang telah disaring adalah tegangan keluaran
(VAK) dari rangkaian regulator tegangan.
V. KESIMPULAN
SCR adalah komponen semikonduktor yang dapat digunakan sebagai saklar,
pengatur tegangan, dan penyearah. SCR memiliki karakteristik yang dapat dikontrol
dengan cara mengatur sudut picu. SCR banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
elektronika, seperti pengontrol daya, konverter daya, dan penyearah.