Pembelajaran SCR
Pembelajaran SCR
Pembelajaran SCR
B. Uraian Materi.
1. Silicon Controlled Rectifier
1.1. Susunan Fisis dan Prinsip Kerja SCR.
Pengembangan elektronika akhir-akhir ini maju dengan sangat pesat setelah ditemukan beberapa
jenis rumpun Solid State diantaranya Transistor. Dioda, UJT,dll.
Beberapa laboratorium elektronika berusah menemukan suatu jenis SolidState yang dapat
dipergunakan untuk mengendalikan daya listrik sebagai pengganti tabung air raksa yang biasa
dikenal dengan nama THYRATRON. Ternyata keinginan ini telah dicapai dengan ditemukannya apa
yang disebut THYRISTOR
Nama telah diambil dari gabungan Thyaratron dan Transistor. Pada tahun 1957 Thyristor telah
direproduksi dan telah dipasarkan pula.
Thyristor dibuat dari susunan bahan silicon dan sifat-sifatnya yang hampir mirip dengan silicon
rectifier juga dengan dioda 4 lapis. Keistimewaan dari Thyristor dibanding dengan silicon rectifier,
adanya tambahan elektroda yang disebut Gate. Gate ini merupakan tempat dimana Thyristor
dikendalikan (controlled) karena itu Thyristor juga disebut Silicon Controlled Rectifier disingkat
menjadi SCR. Pada saat sekarang ini penggunaan SCR sangat luas karena SCR dapat
mengendalikan arus listrik yang cukup besar dan dapat pula dipergunakan langsung untuk jaringan
arus tukar (AC). Penggunaan yang nyata pada saat sekarang ini adalah untuk switching daya listrik
yang besar yang dapat mengendalikan pengaturan beban putaran motor listrik, pengaturan alat
pemanas listrik, pengatur lampu penerangan, relay dan alat-alat alarm yang sangat peka. Bahkan
dalam industri-industri sekarang ini SCR digunakan sebagai sarana pelengkap automat yang
menggantikan alat-alat yang sangat peka.
1.2. Sifat-Sifat SCR
1. Dalam keadaan gate tidak diberikan picu (trigger), SCR tidak menghantrakan arus, istilahnya dalam
keadaan demikian ini OFF atau Blocked. Hal ini dapat dipersamakan (antara anoda dan katoda)
dengan switch dalam keadaan terbuka.
2. Apabila tegangan picu (meskipun hanya sesaat) diberikan pada gate, maka SCR akan menghantar
atau ON. Jadi, SCR akan bekerja sebagai silicon dioda biasa yang dapat menghantar arus pada
jurusan dari anoda ke katoda, akan tetapi blocked pada jurusan yang sebaliknya.
3. Sewaktu SCR telah ON, kemudian secara mendadak tegangan positif pada gate kita putuskan,
maka SCR tetap ON. Jelasnya untuk membuat SCR dapat ON cukup dengan memberikan tegangan
positif dalam waktu yang pendek karena da;am pemakain tegangan (DC), SCR akan bekerja terus-
menerus seperti halnya silicon rectifier biasa bahkan kita dapat melakukan pengendalian SCR
dengan memberikan pulse positif pada gatenya.
4. Hubungan antara gate dan katoda pada SCR bersifat seperti dioda silicon, sehingga antara gate dan
katoda berimpedansi rendah pada rah forward (conduct). Pengendalian tegangan gate dibutuhkan
antara 1-2 volt saja dengan arus gate beberapa puluh miliampere, tegangan dan arus ini sudah cukup
untuk membuat SCR yang berkemampuan menghantar arus sebesar beberapa puluh ampere (arus
anoda-katoda).
5. Apabila SCR telag dalam keadaan ON, cara untuk meng-OFF kan kembali tak dapat dilakukan
melalui gate, melainkan kita harus menurunkan besarnya arus anoda-katoda sampai batas dibawah
nilai Ih holding current (nilai mendekati nol). Apabila sekarang SCR digunakan untuk keperluan arus
tukar AC, kita tak mendapat kesulitan sebab setiap setengah periode positif akhir, tegangan arus AC
akan menurun dan kemudian nol sahingga SCR secara otomtis OFF dengan sendirinya.
Dalam pemakain SCR dapat dipergunakan oleh pemakai/beban. Rangkaian untuk keperluan tersebut
dapat mempergunakan DC maupun AC.
1.3. Sistim picu gate
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa Thyristor merupakan kompenen break over,
khususnya SCR dan triac adalah kompenen break over yang tinggi tegangan konduknya, tetapi
dengan mengatur melalui sinyal picu yang diberikan pada gate, sehinggga dengan tegangan yang
kecil komponen tsb dapat mengalirkan arus ( konduk).
Di dalam rangkaian kenverter AC, Thyristor merupakan komponen utama melalui pengontrolan lebar
sudut konduk (conduction angle) atau sudut penundaan picu (firing delay angle).
Rangkaian dasar SCR dan Triac beban dan sumber tegangan diperlihatkan pada gambar 1.3b. dan
gambar 1.3c. memperlihatkan sudut konduk SCR 120o maka sudut picunya 60o dan bila sudut
konduknya 45o, sudut picunya 135o.
Pengaturan sudut konduk/sudut picu dilakukan melalui pengaturan sinyal picu, pengatur ini dapat
dilaksanakan dengan 2 sistem:
1. Dengan mengatur besarnya arus picu (IG) yang diberikan pada gate. Makin besar IG makin rendah
UBRF sehingga makin lebar sudut konduk atau maakin sempit sudut picunya.
2. Dengan mengatur waktu (saat) diberikannya sudut picu. Dalam hal ini besarnya I G agar UBRF ~ 0 volt
langsung dipenuhi, hanya waktu pemberian picunya diatur, makin awal datangnya sinyal picu makin
lebar sudut konduknya dan sebaliknya makin tertunda sinyal picu maikn sempit sudut konduknya.
Di dalam praktek pada umumnya menggunakan cara ke-2 dan sinyal picunya menggunakan
sinyal berbentuk pulsa atau tegangan tajam (spike voltage