KEL. 2 Psikologi Pendidikan Islam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

(Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu: Dr. Syahida Rena, M. Ed

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Salwaa Luthfiah 223430383
Wati 223430385

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TA. 1445H/2024 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
telah Allah limpahkan kepada para hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad saw, para keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa
berjalan di atas jalan Allah dan Sunnah Nabi saw.
Dengan nikmat dan hidayah serta rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang merupakan tugas pada mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam, dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Syahida Rena, M. Ed selaku dosen pengampu yang sudah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik isi
maupun penulisannya. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang positif
untuk perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan wawasan kita.

Jakarta, 16 maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................. 3


B. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................. 7
C. Problematika Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Islam............. 10
BAB III .............................................................................................................................. 15

PENUTUP ......................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi untuk membentuk kepribadian anak dalam mengembangkan
kepercayaan dirinya. Siswa adalah yang diberikan bimbingan, diajari dan dilatih dalam
peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalam terhadap ajaran
agama Islam.
Setiap manusia berhak memperoleh pendidikan untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya, tidak terkecuali bagi anak yang memiliki kekurangan. Anak
yang berhasil dalam bidang akademik dan mempunyai prestasi dalam bidang
pendidikan dianggap sebagai anak yang cerdas. Adapun anak-anak yang mengalami
hambatan atau masalah dalam belajar cenderung dinilai sebagai anak yang kurang
pintar. Sebagian kecerdasan dapat tergambar pada pengukuran IQ. Tetapi masih banyak
yang beranggapan saat memperoleh gambaran bahwa anak yang memiliki tingkat IQ
dibawah rata-rata adalah anak yang belum bisa melakukan apapun.
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal agar anak dapat hidup mandiri
dan dapat menyesuaikan diri. Pada dasarnya setiap anak hadir dengan keunikannya
masing-masing, baik berupa kelemahan maupun kelebihannya. Sesungguhnya Allah
SWT menciptakan manusia dalam keadaan paling sempurna karena manusia diberi akal
sebagai alat untuk berfikir. Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang
terbaik dan termulia.
Kenyataannya mendidik anak berkebutuhan khusus tidak bisa disamakan saat
mendidik anak normal pada umumnya. Adanya kekurangan serta keterbatasan yang
mempengaruhi kesulitan bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat memperoleh
pembelajaran PAI.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa
masalah dalam kajian pokok ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus (ABK)?
2. Apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus?
3. Apa saja problematika anak berkebutuhan khusus dalam Pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka yang menjadi tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus
2. Untuk mengklasifikasi apa saja jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui apa saja problematika anak berkebutuhan khusus dalam
Pendidikan Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang membutuhkan
pendidikan serta layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka
secara sempurna. Penyebutan sebagai anak berkebutuhan khusus, dikarenakan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan,
layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya
yang bersifat khusus.1
Menurut Triyanto dan Permatasari Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya.
Akan tetapi, perbedaan disini tidak diartikan selalu mengarah pada ketidakmampuan
secara mental, emosi, atau fisik. 2 Konsep anak berkebutuhan khusus mempunyai
makna yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian anak luar biasa. Anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang dalam pendidikan membutuhkan
pelayanan yang spesifik, lain hal dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan
khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena
itu,mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar
masing-masing anak.3
Anak berkebutuhan khusus merupakan terjemahan dari child with special needs.
Anak berkebutuhan khusus adalah istilah terbaru yang dipakai untuk penyebutan selain
istilah anak cacat, anak tuna, anak berlebihan, anak menyimpang, anak luar biasa, dan
atau sering familiar disebut difabel yang merupakan kependekan difference ability.
Seiring dengan perkembangan pengakuan terhadap hak asasi manusia termasuk anak-
anak ini, maka penyebutannya memakai istilah anak berkebutuhan khusus. 4
Hal serupa diungkapkan oleh Latifah Hanum dalam jurnalnya bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan sebutan pengganti dari anak luar biasa. Sebutan anak

1
Pristian Hadi Putra, dkk. Pendidikan Islam untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Kajian tentang
Konsep, Tanggung Jawab dan Strategi Implementasinya), Fitrah: Journal of Islamic Education, Vol. 2, No. 1,
2021, h. 80-95
2
Triyanto, T., & Permatasari, D. R. Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi.
Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 25(2), 2017, h. 176– 186.
3
Dadang, Pengantar Pendidikan Inklusif, (PT Refika Aditama, 2015), 27.
4
Atmaja, J. R, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (PT Remaja Rosdakarya,
2018), h. 63-65.
berkebutuhan khusus (children with special needs) merupakan sebutan yang lebih tepat
dari sebutan anak luar biasa dan bahkan anak cacat. Anak berkebutuhan khusus
didefinisikan sebagai anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik,
kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik. Anak-anak hanya
dianggap sebagai berkebutuhan khusus apabila memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan program pendidikan. Ini akibat dari keadaan mereka yang menyebabkan
mereka tidak dapat menerima pelajaran dengan cara biasa. Oleh karena itu mereka
harus diberikan layanan pendidikan secara khusus.5
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak
berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang
digunakan dan merupakan terjemahan dari children with special need yang telah
digunakan secara luas di dunia internasional. Ada beberapa istilah lain yang digunakan
untuk menyebut anak berkebutuhan khusus. antara lain anak cacat, anak tuna, anak
berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Selain itu, WHO juga merumuskan
beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut anak berkebutuhan khusus,yaitu:
1. Impairement, merupakan suatu keadaan atau kondisi dimana individu mengalami
kehilangan atau abnormalitas psikologi, fisiologi atau fungsi struktur anatomi
secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seorang yang mengalami amputasi
satu kaki, maka ia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability, merupakan suatu keadaan dimana individu menjadi “kurang mampu”
melakukan kegiatan sehari-hari karena adanya keadaan impairement, seperti
kecacatan pada organ tubuh. Contoh, pada orang yang cacat kaki, dia akan
merasakan berkurangnya fungsi kaki untukmobilitas.
3. Handicaped, suatu keadaan dimana individu mengalami ketidak mampuan dalam
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena
adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang
mengalami amputasi kaki, dia akan mengalami masalah mobilitas sehingga dia
memerlukan kursi roda.6
Selain istilah yang umum digunakan WHO, ada juga yang menggunakan istilah
anak difabel yang merupakan kependekan dari diference ability. Istilah ini digunakan

5
Latifah Hanum, Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal Pendidikan Agama
Islam, 2014 11(2), h. 217–236
6
Dedi Kustawan, & Yani Meimulyani, Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan Khusus
serta Implementasinya, ( Jakarta Timur: PT Luxima Metro media, 2013), h. 57.
untuk menyebut mereka yang memiliki kemampuan di atas atau dibawah rata-rata
orang pada umumnya. Misalnya pada anak tunagrahita dan gifted.
Anak berkebutuhan khusus berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Mereka
berproses dan tumbuh tidak dengan modal fisik yang wajar. Karenanya mereka
cenderung defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, serta memiliki
semangat belajar yang rendah. 7
B. Jenis-Janis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
1. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer), merupakan anak
yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang diakibatkan
oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya, anak yang mengalami gangguan emosi
karena trauma sebab diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman
traumatis seperti itu bersifat semantara, tetapi apabila anak ini tidak mendapat
intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen.
2. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen merupakan anak-anak yang
memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal yang
diakibatkan oleh kondisi kecacatan seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan,
pendengaran, gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak
(motorik), gangguan emosi, social, dan tingkah laku. Dengan makna lain anak
berkebutuhan khusus yang bersifat permanen sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.8
Anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan menjadi anak berkebutuhan khusus
temporer dan permanen. Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) : anak kurang awas (low vision)
dan anak tunanetra total (totally blind),
2. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (Tunarungu/Wicara) : anak kurang
dengar (hard of hearing) dan anak tuli (deaf)
3. Anak dengan gangguan kecerdasan (Tunagrahita) : anak dengan gangguan
kecerdasan (intelektual) di bawah rata-rata (tunagrahita) : tunagrahita ringan (IQ

7
Dedi Kustawan, & Yani Meimulyani, Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan Khusus
serta Implementasinya, ( Jakarta Timur: PT Luxima Metro media, 2013), h. 57.
8
Atmaja, J. R, Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus, (PT Remaja Rosdakarya,
2018), 63-65.
50-70), Anak tunagrahita sedang (IQ 25-49), anak tunagrahita berat (IQ 25-
kebawah).
4. Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata (Gifted dan Genius) yaitu
anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Talented yaitu anak yang
memiliki keberbakatan khusus.
5. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa) : anak layuh anggota gerak
tubuh (polio) dan anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (celebral palsy).Anak
dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras) : anak dengan gangguan perilaku
yang berkategori taraf ringan, sedang, berat. Anak dengan gangguan emosi
berkategori taraf ringan, sedang, dan berat
6. Anak gangguan belajar spesifik : anak yang mengalami gangguan perkembangan
(development learning disabilities), mencakup gangguan motorik dan persepsi,
bahasa dan komunikasi, memori, dan perilaku sosial. Anak yang mengalami
gangguan akademik (membaca, menulis, dan berhitung).
7. Anak lamban belajar (Slow Learner) merupakan anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah anak normal dan anak yang menyelesaikan tugastugas
akademik terlambat dibandingkan teman-teman seusianya sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama.
8. Anak cerdas dan berbakat (CIBI) adalah anak dengan kemampuan berpikir kritis
dapat mengarah kea rah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain.
9. Anak autis adalah anak yang suka menyendiri, autis sendiri berasal dari kata auto
yang dapat diartikan bahwa anak autis merupakan seorang anak yang hidup dalam
dunianya. Anak autis cenderung mengalami hambatan dalam interaksi, komunikasi,
perilaku sosial.9
10. Hiperaktif (ADHD dan ADD), Hiperaktivitas adalah salah satu aspek dari Attention
Deficit with/without Hyperactivity Disorder (ADD/HD) atau yang dikenal dengan
istilah Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). ADHD/GPPH
mencakup gangguan pada tiga aspek, yaitu sulit memusatkan perhatian, hiperaktif,
dan impulsivitas. Apabila gangguan hanya 9 Dadang, Pengantar Pendidikan
Inklusif, (PT Refika Aditama, 2015) terjadi pada aspek yang pertama, maka
dinamakan Gangguan Pemusatan Perhatian (ADD) atau Attention Deficit Disorder

9
Dadang, Pengantar Pendidikan Inklusif, (PT Refika Aditama, 2015)
(ADD), sedangkan bila ketiga aspek terkena imbas gangguan barulah disebut
GPPH/ADHD.10
Menurut Mulyono (ahli anak) sebagaimana yang dikutip oleh Tiffany dalam
tulisannya, ia menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seorang anak
yang masuk dan tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan. Dalam
perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi bekelainan luar biasa atau
berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada beberapa tingkatan yaitu:
1. Sulit komunikasi
2. Kesulitan belajar
3. Kelainan Fisik
4. Bersikap membangkang
5. Emosional
6. Sulit menulis atau membaca
7. Tidak mengerti arah
8. Bersikap sesuai kebiasaan
9. Senang meniru
10. Berbicara tanpa henti
11. Bertindak gugup
12. iri pada orang lain
13. sensitifitas tinggi
14. triggered tanpa alasan
15. introvert
16. berprasangka
17. melukai diri sendiri.11
C. Problematika Anak Berkebutuhan Khusus dalam Pendidikan Islam
Dalam hal ini bahwa ada beberapa problem yang di temui dalam pelaksanan
pembelajaran dari Anak Berkebutuan Khusus yaitu:
1. Guru
Permasalahan utama yang banyak dikeluhkan guru adalah kurangnya Guru
Pendamping Kelas (GPK), kurangnya kompetensi guru dalam menangani ABK,
guru kesulitan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), kurangnya pemahaman

10
Semiawan & Mangunsong, Keluarbiasaan Ganda, (Jakarta: Kencana Prenada. 2010)
11
Tiffany, 17 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus, https://dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-
berkebutuhan-khusus (diakses pada tanggal 14 Maret 2024 pukul 19.38 WIB)
guru tentang ABK dan Sekolah Inklusi, latar belakang pendidikan guru yang tidak
sesuai, beban administrasi yang semakin berat untuk guru, kurangnya kesabaran
guru dalam menghadapi ABK terakhir guru mengalami kesulitan dengan
orangtua.12
2. Orang Tua
Kepedulian orangtua terhadap penanganan ABK, selanjutnya permasalahan yang
muncul adalah pemahaman orangtua tentang ABK, orangtua merasamalu sehingga
menginginkan anaknya disekolah umum, toleransi dari orangtua siswa reguler
terhadap ABK kurang, orangtua buta huruf, orangtua kurang sabar menangani ABK,
pengasuhan orangtua tunggal.13
3. Siswa
Anak Berkebutuhan Khusus dengan permasalahan berbeda dan memerlukan
penanganan yang berbeda, ABK mengalami Kesulitan mengikuti materi pelajaran,
sikap permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi pada tingkat Sekolah dasar dan menengah ABK yang belum bisa
mengikuti aturan sehingga mengganggu proses KBM, permasalahan siswa regular
terhadap ABK, dan permasalahan terakhir yang munculterkait siswa adalah jumlah
ABK yang melebihi kuota dalam tiap kelasnya.14
4. Manajemen Sekolah
Belum siapnya sekolah dengan program sekolah baik dari segi administrasi dan
SDM, proses KBM yang belum berjalan maksimal, dan terakhir permasalahan yang
muncul terkait orangtua adalah belum adanya program pertemuan rutin dengan
orangtua yang diadakan sekolah.15
5. Pemerintah
Perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah inklusi kurang,
kebijakan terkait pelaksanaan sekolah inklusi belum jelas, belum adanya modifikasi
kurikulum khusus sekolah inklusi, kurangnya pelatihan tentang pendidikan inklusi

12
Nia Armi, “Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Inklusif Di PAUD Lentera Hati
Islamic Boarding School Jempong Baru Mataram”, Tesis, Universitas Islam Negeri Mataram, 2019, h. 86.
13
Aisyah Aulia Ulfah, “Penanganan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) Ditinjau Dari Tingkat
Kecerdasan Spiritual Orang Tua Di MILB Budi Asih Semarang”, Tesis, Universitas Islam Negeri Walisongo,
2017, h. 96.
14
Ina Agustin, Penerapan Identifikasi Asesmen dan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di
Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, 2019, h. 77-78.
15
Nissa Tarnoto, Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusi Pada Tingkat SD, Jurnal Humanitas, Vol. 13, No. 1, h. 58.
kepada guru, Perhatian pemerintah terhadap tenaga professional yang mendukung
sekolah inklusi kurang baik dari segi jumlah dan kesejahteraannya, program yang
dilakukan pemerintah belum berkelanjutan, belum ada lembaga khusus yang
menangani pelatihan pendampingan ABK.
6. Masyarakat
Minimnya pengetahuan masyarakat terkait pendidikan inklusi dan ABK, pandangan
negatif masyarakat terhadap ABK dan sekolah inklusi, Kurangnya dukungan
masyarakat terkait pelaksanaan inklusi.16
Dalam konteks Islam, peserta didik dipandang sebagai makhluk Tuhan dengan
fitrah yang dimiliki, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang sempurna dan
memiliki sifat yang unggul. Pendidikan tidak terkecuali juga harus diajarkan kepada anak
berkebutuhan khusus.17
Dengan demikian pendidikan agama Islam tidak hanya mengandung konten tentang
ajaran agama pada peserta didik. Dalam kaitan dengan ABK, secara filosofis terdapat nilai-
nilai untuk menegaskan kesamaan peserta didik yang normal dan ABK. Kedua jenis peserta
didik ini memiliki nilai sama dalam konsep ketuhanan. Mereka adalah makhluk-Nya dan
menjadi amanah bagi kedua orang tuanya. Dalam hal ini, pendidikan ABK harus
diperhatikan lebih baik, sebagaimana pendidikan untuk anak normal

16
Khusnul Khotimah, Implementasi Program Keterampilan Vokasional Bagi Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus Di SMPN 1 Sidorejo Magetan, Jurnal Pendidikan Khusus, 2019, h. 14.
17
Zainal Abidin, Filsafat Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 45
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang dalam pendidikan membutuhkan
pelayanan yang spesifik, lain hal dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan
khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena itu,
mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar
masing-masing anak.
2. Anak Berkebutuhan Khusus dikategorikan menjadi dua macam yaitu ABK yang
bersifat sementara (temporer) dan ABK yang bersifat permanen. ABK yang bersifat
permanen meliputi: tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tungrahita, tunalaras,
tunawicara, kesulitan belajar, hiperaktif (ADHD/ADD), autis, anak berbakat.
3. Dapat di simpulkan bahwa Problematika ABK dalam pandangan Pendidikan islam
adalah (1.) Kurang nya kompetensi guru dalam menangani ABK (2) Kurangnya
Kepedulian orangtua terhadap penanganan ABK,(3) Karena adanya Anak
Berkebutuhan Khusus dengan permasalahan berbeda dan memerlukan penanganan
yang berbeda,(4) Karena Belum siapnya sekolah dengan program sekolah inklusi
baik dari segi administrasi dan SDM,(5) Kurang nya Perhatian dan kepedulian
pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah dan Siswa ABK,(6) Minimnya
pengetahuan masyarakat terkait pendidikan inklusi dan ABK.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Filsafat Manusia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002)

Agustin, Ina, Penerapan Identifikasi Asesmen dan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusi, Jurnal
Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 2, 2019.

Armi, Nia, “Analisis Kesulitan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Inklusif Di PAUD Lentera Hati
Islamic Boarding School Jempong Baru Mataram”, Tesis, Universitas Islam
Negeri Mataram, 2019.

Atmaja, J. R. Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. PT Remaja Rosdakarya,


2018.

Dadang. Pengantar Pendidikan Inklusif. PT Refika Aditama, 2015.

Hanum, Latifah. Pembelajaran PAI Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 2014 Vol. 11 No. 2.

Khotimah, Khusnul, Implementasi Program Keterampilan Vokasional Bagi Peserta Didik


Berkebutuhan Khusus Di SMPN 1 Sidorejo Magetan, Jurnal Pendidikan Khusus,
2019.

Mangunsong, Semiawan, Keluarbiasaan Ganda, (Jakarta: Kencana Prenada. 2010)

Meimulyani, Dedi Kustawan, & Yani, Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan
Khusus serta Implementasinya, ( Jakarta Timur: PT Luxima Metro media, 2013),
h. 57.

Putra, Pristian Hadi. dkk. Pendidikan Islam untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Kajian tentang
Konsep, Tanggung Jawab dan Strategi Implementasinya). Fitrah: Journal of
Islamic Education, Vol. 2, No. 1. 2021.

Tarnoto, Nissa, Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara


Pendidikan Inklusi Pada Tingkat SD, Jurnal Humanitas, Vol. 13, No. 1.

Tiffany. 17 Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus.


https://dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus (diakses
pada tanggal 14 Maret 2024 pukul 19.38 WIB)
Triyanto, T., & Permatasari, D. R. Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah
Inklusi. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan. Vol. 25 No.2.
2017.

Ulfah, Aisyah Aulia, “Penanganan Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) Ditinjau Dari Tingkat
Kecerdasan Spiritual Orang Tua Di MILB Budi Asih Semarang”, Tesis,
Universitas Islam Negeri Walisongo, 2017.

Anda mungkin juga menyukai