Hukum Pajak Uas
Hukum Pajak Uas
Hukum Pajak Uas
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan
peradilan pajak.
Ketiga, keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain yang
ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP.
Keempat, penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hanya dapat diajukan kepada badan
peradilan pajak.
Apabila wajib pajak merasa tidak puas dengan prosedur pelaksanaan dan ketentuan
formal atau penerbitan surat-surat keputusan, wajib pajak dapat mengajukan Gugatan
dengan surat Gugatan ke Pengadilan Pajak dengan persyaratan sebagai berikut:
Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah
14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan.
Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan terhadap
pelaksanaan penagihan Pajak adalah 30 hari sejak tanggal diterima Keputusan yang
digugat.
Terhadap satu pelaksanaan penagihan atau satu Keputusan diajukan satu Surat Gugatan.
Pihak yang mengajukan Gugatan sesuai Pasal 41 UU Pengadilan Pajak adalah sebagai
berikut:
Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa
hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau Keputusan yang digugat dan dilampiri salinan dokumen
yang digugat.
Apabila selama proses Gugatan, penggugat meninggal dunia, Gugatan dapat dilanjutkan
oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal
penggugat pailit.
Pengajuan keberatan ini diatur dalam pasal 25 UU KUP. Berikut isi pasal 25:
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas
suatu:
-Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar; Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai
b. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim
surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan
diluar kekuasaannya.
c. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib
Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah
yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan,
(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (3a) bukan merupakan surat keberatan sehingga
tidak dipertimbangkan.
Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk menerima surat keberatan atau tanda
pengiriman surat keberatan melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau
melalui cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
pajak.
g. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak termasuk sebagai utang pajak
h. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah
berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat
Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
hanya kepada Direktur Jenderal Pajak. Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi
atau isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan
pemungutan pajak.
pajak.
b. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima keputusan
c. Jangka waktu tersebut tidak mengikat apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat
e. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal
g. Dalam hal banding diajukan terhadap besarnya jumlah pajak yang terutang, banding
hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50 %
Permohonan Penundaan Pelaksanaan Penagihan (Pasal 43) Gugatan tidak menunda atau
dapat mengajukan permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda
selama pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan, sampai ada putusan pengadilan
pajak. Permohonan dimaksud dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus
dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan
kepentingan penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan pajak yang digugat
itu dilaksanakan
16/09
Pengajuan ini diajukan secara tertulis kepada badan peradilan pajak. Ketentuan
(1). Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1).
(3).Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat
Keberatan tersebut.
(4a) Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan permohonan
banding, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas
jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai
(5b) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5a) tidak termasuk sebagai utang pajak
(5c) Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding
belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.
(5d) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah
(6) Badan peradilan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dalam Pasal 23
Pasal ini mengatur bahwa bagi Wajib Pajak yang mengajukan banding, jangka waktu
pelunasan pajak yang diajukan banding tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan
pajak menyebabkan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 tidak diberlakukan atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan.Dalam hal permohonan banding Wajib
Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding
dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan harus
dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding, dan
penagihan dengan Surat Paksa akan dilaksanakan apabila Wajib Pajak tidak melunasi
utang pajak tersebut. Disamping itu, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) sebagaimana dimaksud pada pasal ini.
atau secara tertulis oleh orang yang pernah menjadi salah satu pihak dalam sengketa
belum ada putusan, permohonan peninjauan kembali yang hanya dapat diajukan satu
kali itu dapat dicabut. Mahkamah Agung Republik Indonesia memutus permohonan
peninjauan kembali pada tingkat pertama dan tingkat terakhir. Ini menegaskan bahwa
permohonan peninjauan kembali hanya diajukan satu kali, dan dikenal suatu
peninjauan kembali dapat dilakukan apabila dalam putusan mengenai perkara yang
1. Adanya suatu kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-bukti palsu, yang untuk itu semua
telah dinyatakan pula oleh hakim pidana. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan
masa tenggang waktu 180 hari sejak diketahuinya kebohongan, tipu muslihat, atau bukti-
bukti palsu berdasarkan putusan hakim pidana.
2. Adanya surat-surat bukti yang bersifat menentukan, jika surat-surat bukti dimaksud
dikemukakan ketika proses persidangan berlangsung. Bukti semacam itu disebut pula
dengan istilah novum. Peninjauan kembali dapat diajukan dengan masa tenggang waktu
180 hari sejak diketahui atau ditemukannya bukti baru (novum).
3. Adanya kenyataan bahwa putusan hakim mengabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau
lebih dari yang dituntut. Peninjauan kembali dapat diajukan dalam tenggang waktu 180
hari sejak putusan memiliki kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-
pihak yang berperkara.
4. Adanya bagian mengenai suatu tuntutan dalam gugatan yang belum diputus tanpa ada
pertimbangan sebab-sebabnya. Peninjauan kembali diajukan dengan masa tenggang
waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan
kepada pihak-pihak yang berperkara.
5. Adanya putusan yang saling bertentangan, meskipun para pihaknya sama, mengenai
dasar atau soal yang sama, atau sama tingkatannya. Peninjauan kembali ditujukan dengan
masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
6. Adanya kenyataan bahwa putusan itu mengandung suatu kekhilafan atau kekeliruan yang
nyata sehingga merugikan pihak yang bersangkutan. Peninjauan kembali dapat diajukan
dengan masa tenggang waktu 180 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang
tetap dan telah diberitahukan kepada pihak-pihak yang berperkara.
Terhitung selama 14 hari kerja sejak ketua pengadilan negeri yang memeriksa perkaranya
menerima permohonan peninjauan kembali, pihak panitera berkewajiban menyampaikan
salinan permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawannya. Pihak lawan yang akan
mengajukan jawaban atau permohonan peninjauan kembali, hendaknya diajukan dalam
tempo selama 30 hari. Jika jangka waktu tersebut terlampaui, permohonan peninjauan
kembali segera dikirimkan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia.
TUGAS PAJAK
NAMA:IRENE KUSUMA
NIM:20010000076
TUGAS:HUKUM PAJAK
KELAS HUKUM:SORE