Pajak PT Asian Agri
Pajak PT Asian Agri
Pajak PT Asian Agri
KAJIAN PUSTAKA
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan
suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk
dimaksud dalam pasal 1 angka 5 UU DILJAK adalah sebagai berikut “sengketa pajak
adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak dan
keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak
paksa”
Berdasarkan pengertian sengketa pajak tersebut di atas, ternyata sengketa pajak hanya
tertuju kepada banding dan gugatan sebagai kewenangan pengadilan pajak. Sengketa
pajak dalam bentuk banding dan gugatan hanya merupakan sengketa pajak dalam arti
sempit, dikarenakan masih ada sengekta pajak yang tidak termasuk didalamnya.
Sedangkan sengketa pajak dalam arti luas adalah sengketa yang diajukan keberatan,
Timbulnya sengketa pajak ada pada dua hal yang sangat prinsipal yaitu
norma hukum pajak, kedua, melakukan perbatan hukum, tetapi tidak sesuai dengan
sengketa pajak yaitu pihak wajib pajak, pemotong, penanggung pajak, pemungut
pajak dan pejabat pajak. Wajib pajak dikatakan sumber timbulnya sengketa pajak
jangka waktu yang ditentukan. Sementara itu, dalam melakukan perbuatan hukum,
membayar pajak yang terutang tidak secara lunas dan jangka waktu pelunasan telah
berakhir.
2.3 Keberatan
Keberatan pajak (tax objektion) adalah “hak” Wajib Pajak yang diatur oleh
terutama yang sistem perpajakannya menganut self assessment sistem. Wajib Pajak
akan mengajukan keberatan manakala tidak puas atau kurang puas terhadap suatu
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak dapat mengajukan
perundang-undangan perpajakan.
2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun/ masa
pajak.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap
bukan Surat Keberatan, sehingga tidak diproses. Mulai 1 Januari 2008 dalam hal
Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib
melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib
disampaikan.
Keberatan harus diajukan dalam Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
1. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3
(tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak
2. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos tercatat),
jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN
atau sejak dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan
Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi
syarat formal.Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika
“dalam keadaan diluar kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak.Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua betas) bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan
yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan Direktorat
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan
2.4 Banding
tidak puasnya terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Pemohon termasuk kuasa hukum ingin melakukan upaya banding ini dengan mulus
dan hasilnya adalah kemenangan untuk pemohon. Ada hal yang perlu dipahami dan
disiasati oleh pemohon banding dan perlu diantisipasi dan discounter oleh aparat
1. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
undangan perpajakan.
2. Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima Keputusan yang
6. Dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang,
Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah
ditetapkan.
Dalam aturan perpajakan terdahulu tentang pemberian imbalan bunga bagi wajib
pajak yang diterima keberatannya maupun bandingnya akan dikembalikan total yang
dibayarkan beserta imbalan bunga sebesar 2% perbulan, hal ini akibat ketentuan
perpajakan sebelumnya mengatur bahwa setiap keberatan dan banding tidak menunda
pembayaran pajak yang terutang. Adapun imbalan bunga 2% per bulan dan maksimal
24 bulan, artinya, dalam setahun dapat imbalan bunga sampai 24%, persentase yang
mengatakan pada saya sehubungan dengan persentase yang besar tersebut, bahwa ada
sebuah perusahaan yang membuka "divisi kasus" (divisi yang khusus menangani
Salah satu manifestasi dari asas keadilan yang diberikan Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) adalah dengan memberikan imbalan bunga kepada Wajib Pajak, sama
halnya apabila Wajib Pajak salah atau lalai dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya maka dikenakan sanksi adminstrasi baik berupa bunga, denda, ataupun
kenaikan dari jumlah kewajiban pajak yang seharusnya dibayar atau terhutang oleh
Wajib Pajak. Saat Wajib Pajak sudah menjalankan kewajiban perpajakannya dengan
baik dan benar, namun dalam waktu bersamaan terjadi kelebihan pembayaran pajak
atas kewajiban yang seharusnya dibayar atau terutang oleh Wajib Pajak maka akan
memperoleh imbalan bunga atas kelebihan tersebut. Dalam hal, putusan majelis
adalah tidak dapat diterima apakah imbalan bunga harus muncul. Walapun tidak
Putusan Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi
jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding. Putusan Banding
merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan
Keputusan Tata Usaha Negara Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase
Putusan Banding, maka sebagian besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak.
Terkait dengan produk akhir dari pengadilan pajak yang berupan putusan,
a) menolak;
f) membatalkan.
BAB III
PEMBAHASAN
Awal mula kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT Asian Agri
terbongkar ke publik karena aksi dari group financial controller yang bernama
Bank Fortis Singapura senilai US$ 3.1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent
melaporkan perbuatan Vincent tersebut ke Poldo Metro Jaya. Vincent juga diburu
oleh perusahaan dan diancam akan dibunuh karena Vincent kabur ke Singapura serta
turut membawa berkas penting PT Asian Agri. Pada saat Vincent kabur, ia menjalin
permasalahan keuangan PT Asian Agri yang dilengkapi oleh dokumen keuangan dan
data digital. Salah satu dokumennya terkait dengan persiapan transfer pricing PT
Asian Agri yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of
Export Sales)”. Dokumen tersebut disusun pada tahun 2002 yang berisi modus PT
Asian Agri menjual produk minyak mentah dari PT Asian Agri ke perusahaan
afiliasi di luar negeri dengan harga dibawah harga pasar dank setelah itu dijual
kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Terlebih rekan PT Asian Agri diluar
negeri adalah perusahaan fiktif. Tujuannya supaya beban pajak didalam negeri bisa
ditekan.
karena permasalahan yang diadukan Vincent terkait dengan pajak. Setelah itu
Direktorat Jenderal Pajak membentuk tim khusus yang terdiri dari tim intelijen,
pemeriksa dan penyelidik. Tim dari Direktorat Jenderal Pajak bekersama dengan
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung.
termasuk menggeledah kantor PT Asian Agri yang di Jakarta dan Medan. Kemudian
pada tanggal 11 Desember 2006, Vincent menyerahkan diri kepada Polda Metro Jaya.
penggelapan pajak yang terdiri dari penggelapan pajak penghasilan (PPh) dam
pencatatan akuntansi sebesar Rp 2,62 triliun yang terjad pada tahun pajak 2002
sampai 2005. Yang terdiri dari penggelembungan biaya perusahaan Rp 1.5 triliun,
Rp 889 miliar. Dengan modus ini, PT Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak
penghasilan untuk badan usaha senilai Rp 2.6 triliun. Perhitungan SPT PT Asian Agri
yang digelapkan dari tahun 2002 sampai 2005, dengan hitungan terakhir penggelapan
2007 telah ditetapkan 8 tersangka yang bernama Semion Tarigan, Eddy Lukas, Linda
Rahardja, Andrian, Willihar Tamba, Laksamana Adhyaksa, Tio Bio Kok, dan Lee
Boo Heng. Kedelapan orang tersangka menjabat sebagai pengurus, direktur dan
mencapai Rp 1,3 triliun. Penggelapan pajak tersebut sudah dilakukan sejak beberapa
pelaku tindak pidana perpajakan dengan sanksi pidanan dan denda yang cukup berat,
namun kenyataannya masih ada celah untuk pelaku meloloskan diri dari ketok palu
penyelesaian kasus diluar pengadilan bagi tindak pidana dibidang perpajakan. Isi dari
pasal tersebut mengatur bahwa menurut permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung
dapat menghentikan penyelidikan dan kasus tersebut berakhir jika wajib pajak yang
melakukan penggelapan pajak, telah melunasi beban pajak beserta sanksi administrasi
Putusan Nomor 2239 K/PID.SUS/2012 menghukum Suwir Laut, selaku Tax Manager
Asian Agri Group, dengan hukuman pidana dua tahun penjara dengan percobaan tiga
tahun dan mengharuskan korporasi AAG membayar denda Rp2,52 triliun. Kasus
Asian Agri pada awalnya diputus bebas oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan
dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat sebelum akhirnya dibatalkan
Sementara, delapan tersangka lain yakni Semion Tarigan, Eddy Lukas, Linda
Rahardja, Andrian, Willihar Tamba, Laksamana Adhyaksa, Tio Bio Kok, dan Lee
membayar denda pajak senilai Rp2,5 triliun namun dilakukan secara mencicil.
Dimulai cicilan pertama dibayarkan sebesar Rp200 miliar pada Senin 3 Maret 2014
terkait dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) kepada 14 anak perusahannya. PT Asian
Agri melayangkan surat keberatan setelah membayar senilai Rp 969,675 miliar atau
49% dari total pajak terutang yang mencapai 1.95 triliun. PT Asian Agri dari awal
memang sudah berniat untuk malakukan banding, namun PT Asian Agri harus
terlebih dahulu membayar setengah dari total utang pajak yang sudah dijatuhkan.
PT Asian Agri melayangkan surat keberatan karena menganggap Surat
Ketetapan Pajak (SKP) yang bernilai 1.95 triliun tidak sesuai dan melebihi total
keuntungan perusahaan pada tahun 2002 hingga 2005. Menurut PT Asian Agri total
keuntungan perusahaan selama tahun 2002 sampai 2005 hanya Rp 1.24 triliun.
Sedangkan Direktorat Jenderal Pajak menetapkan utang dan denda yang harus
Kemudian dalam kasus yang sama yang ditangani Direktorat Jenderal Pajak, terkait
pajak anak perusahaan Asian Agri juga sudah berjalan. Pada bulan Desember tahun
lalu, Pengadilan Pajak telah menolak upaya banding yang dilakukan oleh dua anak
usaha Asian Agri yaitu PT Rigunas Agri Utama dan PT Raja Garuda Mas Sejati.
Raja Garuda Mas Sejati menyodorkan permohonan untuk tujuh kasus. Penolakan
putusan tersebut adalah Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002
Ketetapan Pajak bukanlah putusan tata usaha negara sehingga Pengadilan Pajak tidak
berwenang mengadili sengketa tersebut. Majelis pun memutuskan kasus ini bukan
telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. "Sesuai
dengan jangka waktu tiga bulan sejak tanggal penerbitan SKP." ujarnya kepada
telah menerima surat keberatan Asian Agri pada 28 Agustus 2013. DJP wajib
memberikan keputusan atas keberatan itu paling lambat dua belas bulan.
Meski keberatan, Asian Agri tetap harus membayar sisa utang pajak seperti dalam
SKP. Jika Asian Agri tidak melunasi seluruh tagihan SKP setelah jatuh tempo, DJP
Diketahui, total tagihan Asian Agri Group terhadap DJP mencapai Rp 1,9 triliun,
berasal dari kekurangan pajak ketika kasus Suwir Laut terungkap di Mahmakah
Agung sebesar Rp 1,29 triliun ditambah sanksi administratif sebesar Rp 653 miliar.
Mahkamah Agung (MA) telah memutuskan Asian Agri kalah. Grup yang terdiri dari
14 perusahaan itu pun dikenai denda Rp 2,5 triliun atau 200 persen dari pokok
kewajiban tersebut.
http://www.pajak.go.id/content/article/kisah-yang-belum-selesai-catatan-atas-kasus-
pajak-grup-asian-agri
http://www.gresnews.com/berita/hukum/90285-kasus-penggelapan-pajak-asian-agri-
kembali-diungkit/1/
https://www.jawapos.com/read/2016/12/06/69193/pengamat-kenapa-kasus-
penggelapan-pajak-asian-agri-jadi-pidana-umum
https://www.merdeka.com/uang/menkeu-ingin-asian-agri-jadi-contoh-penyelesaian-
kasus-pajak.html
http://www.pajak.go.id/content/article/penyelesaian-kasus-tindak-pidana-di-bidang-
perpajakan