Bab 1-5 LPSN 2017

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upet adalah istilah bunga jantan pada tanaman kluwih yang sudah kering
dan jatuh ke tanah. Penduduk pada jaman dahulu memanfaatkan upet untuk
mengusir nyamuk, baik saat berkebun maupun saat berada di dalam ruangan.
Kemampuan upet sebagai obat pengusir nyamuk belum banyak diketahui oleh
orang-orang pada jaman sekarang. Banyaknya obat pengusir nyamuk yang
dijual bebas, mengakibatkan manusia memiliki ketergantungan yang tinggi
terhadap penggunaan obat nyamuk berbahan insektisida sintetis. Obat nyamuk
bakar berbahan kimia buatan memiliki dosis yang tinggi dan sangat ,berbahaya
bagi tubuh apabila kita menghirup asapnya.
Penggunaan insektisida sintetis, seperti obat nyamuk bakar, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya insektisida sintetis
dapat menimbulkan kanker, gangguan saraf, gangguan permapasan, penurunan
fungsi organ reproduksi dan juga menimbulkan keracunan (Nikmah, 2016).
Peneliti beranggapan perlu dikembangkan cara-cara baru dalam pengendalian
serangga yang aman dan efektif. Pengendalian serangga dengan pemanfaatan
tanaman yang mengandung zat pestisida sebagai insektisida hayati dapat
menjadi solusinya.
Upet dapat dijadikan alternatif untuk bahan obat nyamuk bakar ramah
lingkungan, karena sifat bahan pestisidanya yang alami. Alasan peneliti memilih
melakukan penelitian ini, pertama, peneliti ingin membuktikan dugaan bahwa
upet mengandung zat kimia tertentu yang tidak disenangi serangga, khususnya
nyamuk, sehingga dapat digunakan untuk mengusirnya. Kedua, upet adalah
bunga kluwih yang mudah didapatkan dan saat ini belum ada yang
memanfaatkannya untuk bahan obat nyamuk, sehingga peneliti ingin mencoba
membuatnya menjadi obat nyamuk bakar dengan campuran bahan yang lain.
Ketiga, proses pembuatan upet menjadi obat nyamuk bakar sangat mudah dan
murah, pembuatannya manual, serta tidak menggunakan alat yang modern.
1 1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Apakah kandungan zat kimia dalam upet, sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai insektisida nabati?
2. Apakah upet efektif digunakan sebagai alternatif bahan obat nyamuk bakar
ramah lingkungan?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan kandungan zat dalam upet, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.
2. Untuk mengetahui efektivitas upet sebagai alternatif bahan obat nyamuk
bakar ramah lingkungan.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan upet sebagai alternatif bahan
obat nyamuk bakar yang ramah lingkungan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Kegiatan ini dapat memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian
dan membuat karya ilmiah.
b. Bagi dunia pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik untuk
pengembangan pengetahuan, khususnya di bidang IPA dan lingkungan. .
2
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Kajian tentang Kluwih


Kluwih (Arthocarpus communis) merupakan sejenis pohon tanaman
keras yang buahnya memiliki kulit keras dan berduri. Tanaman ini biasa
ditemukan di dataran tropis, baik pada dataran rendah maupun tinggi sampai
100 meter di atas permukaan laut. Tanaman kluwih memiliki daya adaptasi
yang tinggi, sehingga mampu tumbu, baik di tanah berkapur maupun berpasir
serta tahan dari penyakit. Itulah yang menyebabkan tumbuhan ini tersebar
hampir di seluruh wilayah Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Kluwih). Kluwih
merupakan kerabat dekat dari sukun dan nangka.
Taksonomi dari tanaman kluwih adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua, dikotil)
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus camansi
Tanaman kluwih telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat,
antara lain sebagai berikut
1. Kluwih termasuk tanaman bergetah, hampir semua bagian tanaman dapat
mengeluarkan getah, sejak dari bunga, buah, daun, ranting, cabang,
batang, maupun akarnya. Pada waktu dahulu, getah kluwih dimanfaatkan
sebagai perangkap burung.
2. Bunga kluwih yang telah kering dapat digunakan sebagai upet . Asap upet
bunga jantan yang telah kering dan dibakar berguna sebagai pengusir
nyamuk.
3. Daun kluwih yang telah tua dapat digunakan sebagai pakan ternak dan
3
3
daun kluwih yang telah tua dapat digunakan sebagai pembungkus atau
pembrongsong buah blimbing.
4. Kayu tanaman kluwih tidak keras, berserat kasar, kadang dimanfaatkan
sebagai bahan dalam pembuatan perangkat rumah tangga sederhana.
5. Buah kluwih muda dimanfaatkan sebagai aneka sayur. Sementara buah
kluwih yang tua diambil bijinya sebagai bahan pangan atau digunakan
sebagai benih.
(Pitojo dalam Sudarminto, 2005)

B. Kajian tentang Upet


Upet adalah bunga kluwih jantan yang sudah kering, sehingga jatuh ke
tanah. Morfologi bunga kluwih adalah berumah satu, bunga jantan dan bunga
betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan menyerupai
busa, panjang dapat mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning, mirip ekor
kucing, terkulai ke bawah. Tanda bunga jantan tersebut terdiri atas kumpulan
bunga kecil dengan stamen tunggal. Bunga betina terdiri dari kumpulan bunga
kecil yang terletak pada dasar bunga dengan kelopak berbentuk tabung. Bunga
keluwih menyerbuk secara silang.
Tanaman kluwih menghasilkan bunga jantan apabila sudah pada
saatnya akan jatuh ke tanah dan tidak diambil atau dimanfaatkan oleh
masyarakat, yang selanjutnya dinamakan upet . Upet ini tidak bisa dimakan
dan hanya akan mengotori halaman rumah, pekarangan, dan tempat-tempat
terbuka lainnya, sehingga sering dibuang begitu saja. Serbuk upet diduga
memiliki potensi sebagai insektisida nabati, karena mengandung zat kimia
alami untuk mengusir serangga, yaitu saponin. Nikmah (2016) mengemukakan
bahwa tanaman bunga kluwih mengandung zat kimia utama yang disebut
saponin.

4
Saponin membentuk larutan koloid dalam air dan juga membentuk busa
yang mantap, apabila dikocok serta tidak hilang dengan penambahan asam,
sehingga mempunyai ciri rasa yang pahit (Sukatiningsih, 2006). Saponin diberi
nama demikian, karena sifatnya menyerupai sabun, “sapo” berarti sabun.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika
dikocok dengan air. Saponin diketahui sebagai antimikroba untuk menghambat
jamur dan menlindungi tanaman dari serangga. Selain itu, saponin juga bersifat
racun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009).

C. Penelitian yang Relevan


Penelitian tentang pemanfaatan kluweh sudah pernah dilakukan, antara
lain oleh Sri Wafda Fazriani (2013) dan Faizatun Nikmah (2016). Sri Wafda
Fazriani dalam penelitiannya yang berjudul Filtrat Biji Kluwih (Arthocarpus
communis) Alternatif Menormalkan pH Lambung dan Anti Bakteri membuktikan
bahwa filtrat biji kluwih mengandung saponin yang dapat digunakan untuk anti
bakteri dan flavonoid untuk menetralkan pH lambung.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wafda Fazriani memiliki hubungan
dengan penelitian ini, yaitu meneliti tentang kandungan saponin pada kluwih.
Perbedaannya adalah peneliti memilih meneliti kandungan saponin pada upet
(bunga kluwih), sedangkan Sri Wafda Fazriani meneliti kandungan saponin pada
biji kluwih.
Faizatun Nikmah dalam penelitiannya yang berjudul Potensi Ekstrak
Bunga Kluwih (Artocarpus communis) sebagai Insektisida terhadap Kematian
Nyamuk Aedes Aegypti dengan Metode Elektrik Cair membuktikan bahwa
ekstrak bunga kluwih (Artocarpus altilis Linn) memiliki potensi sebagai
insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dengan metode elektrik cair.
Penelitian Faizatun Nikmah berhubungan dengan penelitian ini karena
sama-sama meneliti bunga kluwih (upet). Perbedaannya, peneliti akan
memanfaatkan bunga kluwih untuk obat nyamuk bakar, sedangkan Faizatun
Nikmah memanfaatkan bunga kluwih sebagai insektisida cair.
5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Pringapus yang beralamatkan di
jalan Siswa Desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Penelitian dilaksanakan selama dua minggu, mulai dari tanggal 08 sampai
dengan 20 April 2017.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman kluwih (Artocarpus
communisi), sedangkan sampelnya, adalah upet (bunga kluwih) dan nyamuk.
Pengambilan upet dan nyamuk sebagai sampel penelitian dengan
mempertimbangkan variabel yang akan diteliti, yaitu: (1) kandungan zat kimia
pada upet sebagai insektisida nabati; dan (2) efektivitas obat nyamuk bakar
berbahan upet.

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua cara, yaitu
eksperimen dan studi pustaka. Eksperimen dilakukan untuk membuktikan
efektivitas upet sebagai alternatif bahan obat nyamuk bakar ramah lingkungan.
Sedangkan studi pustaka dilakukan dengan membaca referensi buku untuk
memperkuat data penelitian.

D. Prosedur Penelitian
1. Uji Kandungan Saponin pada Upet
a. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Pisau; untuk memotong bahan.
b) Pengaduk; untuk mengaduk bahan.

6 6
c) Timbangan; untuk menimbang bahan.
d) Tabung reaksi; untuk mereaksikan filtrat.
e) Mangkok; untuk tempat menumbuk bahan.
f) Alu/mortar; untuk menghaluskan bahan.
g) Kertas saring; untuk menyaring bahan.
2) Bahan
a) Upet.
b) Air murni (aquades).

b. Langkah Pengujian
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mengambil upet dan memotong-motongnya.
3) Memasukkan potongan upet ke dalam mangkuk.
4) Menumbuk upet dengan mortar hingga halus.
5) Menambahkan aquades ke dalam sampel upet.
6) Mengaduk sampel.
7) Menyaring sampel filtrat atau sarinya.
8) Memasukan sari upet ke dalam tabung reaksi.
9) Menggoyang-goyangkan tabung reaksi.
10) Mengamati sampel dengan teliti, apabila terdapat buih yang banyak
dan tidak mudah hilang, maka sampel mengandung saponin.

2. Pembuatan Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet


a. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Pisau; untuk memotong bahan.
b) Pengaduk; untuk mengaduk bahan.
c) Timbangan; untuk menimbang bahan.
d) Mangkok; untuk tempat pencampuran bahan.
e) Kertas saring; untuk menyaring bahan.
f) Alat cetak; untuk mencetak obat nyamuk bakar.
g) Blender; untuk menghaluskan upet menjadi serbuk.
7
2) Bahan
a. Upet.
b. Serbuk arang kayu.
c. Lem kayu.

b. Langkah Pembuatan
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mengambil upet, memotong menjadi bagian-bagian kecil, dan
memblendernya menjadi serbuk.
3) Menyaring serbuk upet , sehingga didapatkan serbuk upet yang lebih
halus.
4) Menimbang serbuk upet dan serbuk arang kayu dengan
perbandingan 2 : 1.
5) Memasukkan serbuk upet dan serbuk arang kayu ke dalam
mangkuk, kemudian mengaduknya hingga tercampur rata.
6) Merekatkan campuran serbuk upet dan serbuk arang kayu dengan
lem kayu secukupnya, lalu diaduk kembali.
7) Melakukan pencetakan obat nyamuk bakar berbahan upet.
8) Mengeringkan obat nyamuk bakar berbahan upet dengan cara
dijemur.

3. Uji Efektivitas Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet


Uji efektivitas obat nyamuk bakar berbahan upet pada penelitian ini
didasarkan pada kriteria dan indikator berikut.
a. Kemampuan membunuh nyamuk
1) Jumlah nyamuk yang mati setelah menghirup asap obat nyamuk.
2) Perhitungan waktu untuk mengusir dan membunuh nyamuk.
b. Daya tahan nyala obat nyamuk
1) Perkiraan waktu nyala obat nyamuk dalam satu malam.
c. Dampak obat nyamuk pada lingkungan.
1) Dampak terhadap manusia.
2) Dampak terhadap hewan lainnya.
8
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Kandungan Saponin pada Upet
Hasil pengujian kandungan saponin pada upet dalam penelitian ini
sebagai berikut.
a. Serbuk upet yang sudah halus, setelah diberi air panas kemudian
dimasukkan tabung reaksi dan digoyang-goyangkan, maka larutan
berbusa dan tidak cepat hilang. Hal tersebut menunjukkan bahwa upet
mengandung saponin.
b. Endapan kuning pada larutan setelah didiamkan, menunjukkan bahwa
upet mengandung zat lain selain saponin, yaitu flavonoid.

Gambar 4.1 Hasil Uji Kandungan Saponin pada Upet

2. Hasil Uji Efektivitas Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet


Hasil uji efektivitas obat nyamuk bakar berbahan upet sebagai
berikut.
a. Kemampuan membunuh nyamuk
Kemampuan obat nyamuk bakar berbahan upet dalam membunuh
nyamuk berdasarkan hasil uji dalam penelitian ini tampak pada tabel berikut

9 9
Tabel 4.1 Hasil Uji Efektivitas Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet
Jumlah Jumlah
Jumlah Sampel Waktu
Nyamuk Lemas Nyamuk Mati
Nyamuk (Ekor) (Menit)
(Ekor) (Ekor)

20 1 4 16

b. Daya tahan nyala obat nyamuk


Perkiraan waktu nyala obat nyamuk berbahan upet dalam setengah
malam (6 jam) pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Uji Nyala Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet
Panjang Obat Waktu Panjang Obat Estimasi Panjang
Diameter
Nyamuk Awal Nyala Nyamuk Sisa Obat Nyamuk Bakar
(cm)
(cm) (Menit) (cm) dalam 6 Jam (cm)

15 1 5 14,50 36

c. Dampak obat nyamuk pada lingkungan


Dampak obat nyamuk bakar berbahan upet terhadap manusia pada
penelitian ini terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Dampak Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet pada Manusia
No Perlakuan Hasil uji
1 Asap dihirup Tidak membuat sesak di dada
2 Disentuhkan ke kulit Tidak menimbulkan gatal atau perubahan
warna merah pada kulit, tidak membekas
3 Asap terkena mata Tidak membuat pedih di mata

Dampak obat nyamuk bakar berbahan upet terhadap hewan selain


nyamuk pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

10
Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Dampak Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet pada Hewan
No Nama Hewan Hasil Uji
Waktu (Menit)
1 Belalang 5 Lemas (menit ke-1)
2 Ikan 5 Mati (menit ke-4)
3 Semut 5 Mati (menit ke-2)

B. Pembahasan
1. Kandungan Zat dalam Upet
Sesuai hasil uji kandungan zat pada upet, maka upet terbukti
mengandung saponin yang ditandai dengan adanya busa pada larutan upet
setelah dikocok berulang kali. Upet juga mengandung zat flavonoid yang
ditandai dengan adanya endapan kuning pada larutan setelah didiamkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sukatiningsih (2006), bahwa saponin
membentuk larutan koloid dalam air dan juga membentuk busa yang
mantap, apabila dikocok serta tidak hilang dengan penambahan asam,
sehingga mempunyai ciri rasa yang pahit.

Gambar 4.1 Upet sebagai bahan obat nyamuk bakar

Di dalam penelitian ini terbukti bahwa ikan mengalami kematian


setelah habitat airnya diberi larutan upet. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Najib (2009), bahwa saponin adalah racun untuk beberapa hewan
berdarah dingin, termasuk ikan. Kematian ikan, dikarenakan gangguan pada
saluran pernapasannya. Ikan yang mati disebabkan oleh racun saponin yang

11
mampu menghancurkan butir-butir darah (bersifat hemolitik). Saponin tidak
bersifat toksin untuk manusia, apabiila ikan tersebut dikonsumsi. Tidak
toksinnya saponin untuk manusia dapat diketahui dari minuman, seperti bir
yang busanya disebabkan oleh saponin.
Belalang setelah menghirup asap obat nyamuk bakar terlihat lemas,
tetapi tidak sampai mati dan semut mengalami kematian dalam waktu cukup
singkat. Belalang dan semut mengalami keracunan setelah menghirup asap
obat nyamuk bakar berbahan upet, disebabkan sifat saponin yang hemolitik
dan iritatif pada saluran pernapasan serta lambung serangga. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa upet berpotensi sebagai insektisida nabati
untuk mengusir dan membunuh serangga, karena mengandung zat kimia
alami, yaitu saponin (Nikmah, 2016).

2. Efektivitas Upet sebagai Bahan Obat Nyamuk Bakar Ramah


Lingkungan
Berdasarkan hasil uji coba kemampuan obat nyamuk bakar berbahan
upet dalam membunuh nyamuk, maka diperoleh keterangan bahwa hampir
80% sampel nyamuk terbunuh setelah menghirup asap obat nyamuk selama
satu menit. Hal ini membuktikan bahwa obat nyamuk bakar berbahan upet
efektif untuk membunuh nyamuk. Selain efektif, obat nyamuk bakar
berbahan upet ini juga aman terhadap manusia. Di dalam penelitian ini,
meskipun asap upet terhirup oleh peneliti, tidak menimbulkan efek apa pun.
Demikian halnya jika terkena mata, asap obat nyamuk tidak menimbulkan
pedih. Obat nyamuk juga tidak berdampak iritasi jika bersentuhan dengan
kulit.

12
Gambar 4.2 Obat Nyamuk Bakar Berbahan Upet
Hasil uji coba nyala obat nyamuk bakar berbahan upet pada penelitian
ini didapatkan data bahwa obat nyamuk dengan diameter 1 cm dan panjang
15 cm setelah dinyalakan selama 5 menit panjangnya berkurang 0,5 cm atau
menjadi 14,50 cm. Apabila obat nyamuk tersebut akan digunakan dalam
waktu setengah malam (6 jam) atau 360 menit, maka dibutuhkan obat
nyamuk dengan panjang sekitar 36 cm. Penambahan serbuk arang kayu
sebagai bahan obat nyamuk bakar ikut meningkatkan kemampuan nyala
obat nyamuk, sehingga tidak mudah mati. Keseluruhan data hasil uji coba
nyala ini menunjukkan bahwa upet efektif digunakan sebagai bahan obat
nyamuk bakar, karena sifat waktu nyalanya yang lama.

13
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang upet sebagai alternatif bahan obat
nyamuk bakar ramah lingkungan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut.
1. Upet mengandung zat saponin yang dapat berfungsi sebagai insektisida
nabati untuk membunuh nyamuk.
2. Upet efektif sebagai alternatif bahan obat nyamuk bakar ramah lingkungan,
karena terbukti mampu membunuh nyamuk, tidak bersifat toksin pada
manusia, dan memiliki waktu nyala yang lama.

B. Saran
Saran yang dapat peneliti kemukakan berkaitan dengan penelitian yang
telah dilakukan sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat kandungan zat kimia
selain saponin pada upet, misalnya flavonoid.
2. Pembuatan obat nyamuk bakar berbahan upet ini dapat dilakukan dengan
menggunakan mesin pencetak untuk menyempurnakan bentuk dan kualitas
produk.

14 14
DAFTAR PUSTAKA

Fazriani, Sri Wafda. 2013. Filtrat Biji Kluwih (Arthocarpus Communis) Alternatif
Menormalkan pH Lambung dan Anti Bakteri. Diakses pada
http://Contoh_Lomba_Karya_Tulis_Ilmiah.htm, tanggal 5 Mei 2017, pukul
10.30 WIB.

Kluwih. 2016. Diakses pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kluwih, tanggal 6 Mei 2017,


pukul 15.20 WIB.

Niikmah, Faizatun. 2016. Potensi Ekstrak Bunga Kluwih sebagai Insektisida


terhadap Kematian Nyamuk Aedes Aegypti dengan Metode Elektrik Cair, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-journal), Volume 4, Nomor 1, Januari 2016.

Sudarminto. 2016. Kluwih. Malang:Universitas Brawijaya.

Sukatiningsih. 2006. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Rhineka Cipta.

15 15

Anda mungkin juga menyukai