Laporan Orde Reaksi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Wiratini, S. Pd., M.Sc.


Disusun Oleh: Trie Indah Giris Purba ( 2213081011 )

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2023
I. Judul Percobaan: Penentuan orde reaksi dan Tetapan laju reaksi.
II. Tujuan Percobaan:
1. Menentukan orde dan tetapan laju reaksi saponifikasi atau penyabunan etil
asetat.

III. Dasar Teori:


Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Reaksi
kimia ada yang berlangsung lambat dan ada yang cepat. Pada umumnya, reaksi-
reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya berlangsung secara cepat
sehingga sulit dipelajari mekanisme reaksi yang terjadi. Sedangkan reaksi-reaksi
pada senyawa organik berlangsung lambat. Pembahasan tentang kecepatan (laju)
reaksi disebut kinetika kimia (Sukardjo, 2002). Pada umumnya laju reaksi akan
meningkat jika konsentrasi (molaritas) pereaksi ditingkatkan. Molaritas adalah
banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan
laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat
suatu reaksi akan berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah
suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi. Hubungan
antara laju reaksi dengan molaritas adalah:
v = k [A]m [B]n
dengan:
v = laju reaksi
k = konstanta kecepatan reaksi
m = orde reaksi zat A
n = orde reaksi zat B
Hubungan antar laju reaksi dari konsentrasi dapat diperoleh melalui data
eksperimen. Untuk reaksi: aA +bB=Produk
dapat dirumuskan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan [A] m dan [B]n
Ungkapan laju reaksi, r, dapat dinyatakan: r = k [A] m [B]n disebut hukum laju
atau persamaan laju dengan k adalah tetapan laju, m dan n masing-masing adalah
orde reaksi terhadap A dan B yang dapat berupa bilangan bulat atau pecahan.
Orde reaksi diperoleh secara eksperimen, tidak dapat persamaan stoikometrinya.
Reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida dapat ditulis dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + OH- → CH3COO- + C2H5OH.
Pada penentuan orde reaksi ini, jalannya reaksi diikuti dengan cara menentukan
konsentrasi OH- pada waktu tertentu yaitu dengan mengambil sejumlah tertentu
larutan lalu dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung asam berlebih.
Penetralan basa dalam campuran reaksi oleh asam akan menghentikan reaksi.
Jumlah basa yang ada dalam campuran reaksi pada saat reaksi dihentikan dapat
diketahui dengan menitrasi sisa asam oleh larutan standar basa.

Reaksi penyabunan dengan konsetrasi awal etil asetat dan ion hidroksida
yang sama memenuhi persamaan berikut:
r = k [CH3COOC2H5]m [OH]n
r = k [CH3COOC2H5]m+n
log r = log k + (m+n) log [CH3COOC2H5]

Dengan demikian nilai tetapan laju (k) dan orde reaksi (m+n) dapat
ditentukan dengan metodek grafik linear antara laju reaksi (r) dan konsentrasi etil
asetat yang bersisa pada selang waktu tertentu.

IV. Alat dan Bahan:


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 8 buah Erlenmeyer
berukuran 100 ml, Buret 50 ml sebanyak 1 buah, Stopwatch sebanyak 1 buah,
Pipet tetes 2 buah, Boto; semprot 1 buah, Statif dan Klem sebanyak 1 set, Pipet
volumetri berukuran 10 ml sebanyak 1buah, pipet volumetri yang berukuran 20 ml
sebanyak 1 buah, Gelas kimia 250 ml sebanyajk 1 buah, Gelas ukur berukuran
100 ml sebanyak 1 buah dan Spatula sebanyak 1 buah, dan Bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah Etil asetat dengan konsentrasi 0,02 M
sebanyak 250 ml, Larutan NaOH dengan konsentrasi 0,02 M sebanyak 200 ml,
Larutan HCl dengan konsentrasi 0,02 M sebnayk 150 ml dan selanjutnya ada
indikator PP secukupnya dan yang terahir ada Larutan KCl dengan konsentrasi 0,1
M secukupnya.

V. Prosedur Kerja:
1. Masing-masing 50 ml etil asetat dengan konsentrasi 0,02 M dimasukkan ke
dalam 2 labu Erlenmeyer tertutup ( Labu A dan Labu B)
2. Labu A dan B diletakkan dalam termostat, hingga suhu keduanya sama
3. Dimasukkan masing-masing 20 ml HCl 0,02 M ke dalam 6 labu Erlenmeyer
4. Ketika suhu Labu A dan B sama, NaOH ( Labu B) dengan etil asetat ( Labu A)
dicampurkan dengan cepat dan jalankan stopwatch ketika kedua larutan
tersebut bercampur.
5. Ketika stopwatch menunjukkan menit ke 3, 8, 15, 25, 40, dan 65 menit, 10 ml
larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,02 M
6. Sisa campuran labu A dan B dipanaskan, kemudian didinginkan.
7. 10 ml larutan dititrasi menggunakan NaOH 0,02 M

VI. Tabel Pengamatan:

Waktu V NaOH + HCl yang ditambah V NaOH untuk


(menit) CH3COOC2H5 (ml) (ml) titrasi (ml)
3 10 20 16,3
8 10 20 16,8
15 10 20 18,1
25 10 20 19,7
40 10 20 20,5
65 10 20 21

VII. Pengolahan Data:


(Terlampir)

VIII. Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini membahas tentang
penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang telah dilakukan pada praktikum
dilaboratorium kimia tersebut. Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju
reaksinya semakin besar pula, dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka
laju reaksinya semakin kecil pula. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat
dinyatakan dengan persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi
atau persamaan laju reaksi. Pangkat-pangkat dalam persamaan laju reaksi
dinamakan orde reaksi. Menentukan orde reaksi dalam suatu reaksi kimia pada
prinsipnya menetukan pengaruh seberapa besar perubahaan konsentrasi laju reaksi
terhadap konsentrasi pereaksi. Pada percobaan pertama yaitu membahas
tentang pengaruh konsentrasi pada penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi
awal percobaan yaitu dua tabung reaksi yang diteteskan dengan larutan HCl
sebanyak 2 ml HCl 0,1 M, HCl 0,2 M dan HCl 0,3 M. ternyata pada masing-
masing tabung reaksi ketika ditambahkan dengan pita zink terdapat gelembung-
gelembung. Pada tabung reaksi ketiga larutan HCl 0,3 M memiliki gelembung
yang paling banyak dibanding dengan tabung reaksi HCl 0,2 M dan HCl 0,1 M.
Reaksi yang berlangsung dalam sistem homogen sangat berbeda dengan
reaksi yang berlangsung dengan heterogen. Pada reaksi homogen campuran
zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi
kimia, karena molekul–molekul ini dapat bersentuhan satu sama yang lainnya.
Dalam sistem heterogen, reaksi hanya berlangsung pada bidang-bidang yang
bersentuhan dari kedua fasenya. Reaksi kimia berlangsung pada kedua molekul-
molekul atom-atom atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi telebih dahulu
bertumbukkan. Maka semakin luas permukaan suatu reaksi mak semakin cepat
reaksi itu berlangsung. Jika luas permukaan ini diperbanyak, dengan jalan
memperkecil ukuran partikel, maka laju reaksi menjadi lebih cepat. Pada
percobaan kedua yaitu membahas tentang pengaruh luas permukaan pada
penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi awal percobaan yaitu Masing-
masing gelas reaksi kimia ditambahkan dengan air sebanyak 50 ml, kemudian
pada masing-masing gelas kimia dimasukkan gula pasir halus, gula pasir dan gula
batu sebanyak 2 gram. Dan diaduk secara perlahan dan bersamaan dengan
mencatat waktu. Hasil pengamatan pertama pada percobaan reaksi tersebut yaitu
bahwa pada larutan gula halus yang dilarutkan dengan air sebanyak 2 gram dalam
waktu 2-3 detik Mudah larut, merupakan zat yang pelarutannya lebih cepat
terlarut dengan air dan menghasilkan warna yang berwarna putih keruh.
Sedangkan pada pengamatan kedua pada percobaan reaksi larutan tersebut yaitu
bahwa pada larutan gula pasir yang dilarutkan dengan air sebanyak 2 gram dalam
waktu 15 detik Mudah larut, merupakan zat yang kedua yang pelarutannya lebih
cepat terlarut setelah gula halus. Zat yang mudah larut dengan air dan
menghasilkan warna yang berwarna bening. Dan pada pengamatan yang ketiga
pada percobaan reaksi larutan tersebut yaitu bahwa pada larutan gula batu yang
dilarutkan dengan air sebanyak 2 gram dalam waktu 1 menit 50 detik, tidak
mudah terlarut dalam air membutuhkan waktu yang lama untuk melarutkannya.
Hasil dari percobaan tersebut yaitu larutan berwarna kuning cerah.

IX. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan pada praktikum kali ini


membahas tentang penentuan orde reaksi dan tetapan laju reaksi yang telah
dilakukan dilaboratorium kimia dan telah diuraikan dengan jelas, sehingga dapat
ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi terhadap perubahan waktu. Laju reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut :
V = K [ A ]x . [ B ]y
2. Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi :
a. Konsentrasi, Jika konsentrasi suatu zat semakin besar maka laju reaksinya
semakin besar pula, dan sebaliknya jika konsentrasi semakin kecil maka laju
reaksinya semakin kecil pula.
b. Luas Permukaan
c. Suhu / Temperatur
d. Katalis
4. Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi.Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan
dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan.

X. Daftar Pustaka:

Sutisna. (2014). Kimia Fisika 2: Termodinamika dan Kinetika Kimia. Bandung:


Penerbit ITB.

Kusumawati, D., & Kurniasih, B. (2015). Buku Ajar Fisika Kimia SMA/MA Kelas
XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyono, S. (2010). Kimia untuk Universitas. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai