TUGAS 1.4.j. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

1.4.j. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4


Fasilitator : Bapak Yusmanto, M.Pd.
Pengajar praktek : Ibu Nur Astiyah M.Pd
Nama : Ismail
Instansi : UPTD SDN 2 Ambawang
Kecamatan : Batu Ampar
kabupaten : Tanah laut
Provinsi : Kalimantan Selatan

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam guru penggerak, tergerak bergerak menggerakkan saya ismail akan memaparkan tentang
koneksi antar materi Budaya Positif pada koneksi antar materi modul 1.4.j.

Sebelum saya menghubung koneksi antar materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar
Dewantara, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru
penggerak dan modul 1.4 tentang budaya positif. saya menyampaikan peran saya dalam
menciptakan budaya positif disekolah.

Adapun Peran Saya dalam Menciptakan Budaya Positif di Sekolah adalah Sebagai seorang
pendidik, saya akan mendukung murid untuk belajar dan berkembang secara optimal. Untuk
mencapainya, saya akan menerapkan berbagai konsep inti yang telah saya pelajari, di antaranya
disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi,
keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi.

Ada pertanyaan pemantik yang pertama yaitu :

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini,
yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol
guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang
menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang
pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’
dengan ketidaknyamanan. Padahal disiplin merupakan sesuatu hal yang perlu ditanamkan pada
diri setiap individu.

Adapun Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di
kelas maupun sekolah saya setelah mempelajari modul ini adalah saya sadar untuk penerapan
budaya positif yaitu dimulai dari menciptakan kebiasaan yang baik akan berdampak pada
terciptanya budaya positif di sekolah.

Pengalaman saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik
di lingkup kelas adalah pertama tama murid merasa aneh dalam melihat saya menyelesaikan
masalah tetapi setelah saya menerapkan budaya positif disekolah murid murid lebih disiplin lagi.

Adapun perasaan saya ketika mendisiplinkan siswa masih berada pada tingkatan sebagai
penghukum dalam posisi kontrol. Saya memiliki keinginan untuk memposisikan diri sebagai
seorang manajer, berusaha memperbaiki kesalahan yang sudah saya lakukan pada waktu
sebelumnya.

Adapun hal apa yang sudah baik adalah sudah menerapkan konsep-konsep budaya positif dalam
pembelajaran serta mulai munculnya motivasi dari dalam diri pada murid untuk melaksanakan
budaya positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya.

Adapun yang perlu saya perbaiki adalah langkah saya dalam menanamkan nilai nilai positif
kepada murid , bahwa tujuan melakukan disiplin positif untuk menghargai dirinya sendiri dan
orang lain, bukan untuk menghindari hukuman atau mendapatkan penghargaan.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol,
posisi yang paling sering saya pakai adalah sebagai penghukum. Menurut saya saat itu bahwa
dengan memberikan hukuman saat murid melanggar kesepakatan adalah cara yang paling efektif,
dengan harapan saya mereka tidak mengulanginya kembali. tetapi saya sadar anak anak masih
mengulangi kesalahan yang sama.

setelah mempelajari modul ini posisi kontrol yang saya pakai adalah sebagai manajer karena
saya merasa lebih bisa mengontrol emosi dan bahagia karena bisa membimbing siswa agar dapat
menemukan solusi sendiri atas permasalahan mereka. Perbedaan yang paling mencolok adalah
dari segi emosi guru dan respon murid.

Sebelum mempelajari modul ini, saya tidak mengenal segitiga restitusi tetapi dari segi
mempraktekkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid secara tidak sadar ada
yang termasuk tahapan segitiga restitusi yaitu bagian memvalidasi tindakan yang salah.

Adapun hal-hal yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya
positif di lingkungan kelas maupun di sekolah adalah yaitu hal hal yang dapat membuat saya
dapat bekerjasama dengan warga sekolah, baik itu kepala sekolah, dengan guru lain, siswa, dan
orang tua siswa.

Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata


Judul Modul : Penerapan Segitiga Restitusi sebagai perwujudan budaya positif di

UPTD SDN 2 Ambawang

Nama Peserta : Guru dan Karyawan UPTD SDN 2 Ambawang

Latar Belakang

UPTD SDN 2 Ambawang adalah salah satu sekolah terletak Kecamatan Batu Ampar tepat nya di
desa Ambawang , Adapun Visi sekolah nya adalah Terwujudnya peserta didik yang unggul,
cerdas, terampil, beriman bertaqwa dan berbudaya serta membentuk watak berbudi luhur. Kita
semua sadar bahwa dalam mewujudkan visi tersebut memerlukan penerapan budaya positif,
karena dengan penerapan hal positif tersebut dapat mendidik siswa supaya lebih beradab. Untuk
menerapkan disiplin positif, kunci utama nya adalah dengan dirumuskannya keyakinan sekolah
dan keyakinan kelas. Murid harus mengetahui dan memahami keyakinan sekolah, karena dengan
mengetahui dan memahami apa yang akan diyakini, akan muncul motivasi pada diri murid untuk
melaksanakan disiplin positif. Selain itu guru dan karyawan sekolah harus menggunakan cara –
cara yang mampu melatihkan kemandirian murid dalam menyelesaikan masalahnya, caranya
dengan menerapkan restitusi dengan tahapan segitiga restitusi, serta sekolah sepatutnya menjadi
tempat yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi semua warga sekolah khususnya murid
untuk belajar.

Tujuan

❖ Membangun disiplin positif melalui penerapan budaya positif


❖ Penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah murid di sekolah.
❖ Dapat menumbuhkan motivasi murid untuk disiplin sesuai kesepakatan kelas
❖ Membangun komunikasi 2 arah dengan murid

Tolak Ukur

❖ Terbentuknya keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas


❖ Guru dapat menerapkan segitiga restitusi dalam menangani permasalahan siswa
❖ Siswa mampu menerapkan dan menjalankan keyakinan kelas yang telah dibuat

Linimasa Tindakan Aksi Nyata


❖ Membuat rancangan aksi nyata
❖ Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk penyebaran ide/ atau gagasan pentingnya
penerapan budaya positif disekolah
❖ Sosialisasi kepada warga sekolah meliputi, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan
tenaga kependidikan terkait budaya positif di sekolah.
❖ Berkolaborasi dengan wali kelas yang akan dikembangkan menjadi keyakinan dikelas
masing-masing
❖ Evaluasi dan refleksi

Dukungan yang dibutuhkan

❖ Dukungan dari kepala sekolah


❖ Keikutsertaan guru dan karyawan dalam menerapkan posisi kontrol dan segitiga restitusi
❖ Membangun komunikasi dengan seluruh warga di sekolah terkait program kerja yang
telah disusun.

Anda mungkin juga menyukai