Jurnal Ilmu Pendidikan Islam Refesi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Jiren Mantap Alfajri, Ahmad Hifzil Haq

Mahasiswa Semester II STIT Makrifatul Ilmi

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makrifatul Ilmi

Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Pos-el : [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Peserta didik merupakan manusia seutuhnya yang berusaha untuk mengasah potensi agar
lebih berpotensi dengan bantuan pendidik atau orang dewasa. Secara terminology, peserta didik
berarti anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
membutuhkan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
structural proses pendidikan. Dalam artian lain, bahwa peserta didik adalah seorang individu
yang mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari fisik, mental, maupun
pikirannya. Ada pula yang berpendapat, bahwa peserta didik adalah manusia yang mempunyai
fithrah atau sebuah potensi untuk mengembangkan diri. Fithrah atau potensi diri mencakup akal,
hati, dan jiwa yang harus diberdayakan dengan baik, maka akan mengantarkan seseorang
bertauhid kepada Allah SWT

Kata Kunci : Peserta Didik, Pendidikan Islam

ABSTRACT

Students are whole humans who try to hone their potential to be more potential with the
help of educators or adults. In terms of terminology, students mean students or individuals who
experience change, development so that they still need guidance and direction in shaping their
personality and as part of the structural process of education. In another sense, that a student is
an individual who experiences a phase of development or growth, both physically, mentally, and
in his mind. There are also those who argue, that students are humans who have fithrah or a
potential to develop themselves. Fithrah or self-potential includes mind, heart and soul that must
be properly empowered, it will lead someone to tauhid to Allah SWT.

Keywords: Students, Islamic Education


PENDAHULUAN

Menurut KBBI pendidikan adalah proses pengubahan sikap orang tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan;proses, cara, perbuatan mendidik. Pendidikan menjadi sarana untuk menempuh suatu
ilmu yang disertai dengan kaidah, konsep daan arah tertentu. Sehingga dalam
penyelenggaraannya tidak boleh asal-asalan, karena tentu akan berdampak pada sistem-
sistemnya. Oleh karena itu menjadi urgen tersendiri dalam menyiapkan serta mempelajari sistem
pendidikan tersebut.

Agama islam mewajibkan penganutnya untuk menunut ilmu sebagaimana yang


disabdakan Rasulullah SAW:

‫ِم َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض لٌةَع َلى ُك ُل ُم ْسِلم‬

Artinya:

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang islam.” (Riwayat Ibnu Majah)

Ada beberapa ulama berpendapat bahwa agama ini (agama islam) adalah agama ilmu,
agama islam adalah agama universal yang mengajarakan ilmu untuk kehidupan baik dunia
maupun akhirat. Ilmu ialah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan
mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah.1 Sementara pendidikan islam dapat
diartikan suatu proses pengajaran untuk menjadi pribadi muslim.

Beberapa keterangan diatas mengenai pendidikan, maka ada beberapa komponen yang
membentuk pendidikan tersebut. Komponen tersebut diantaranya ialah tenaga pendidik, peserta
didik dan sistem lembaga pendidikan. Semuanya saling berkaitan dan memiliki peran dan fungsi
masing-masing.

Jurnal ini akan membahas salah satu komponen dari pendidikan tersebut yaitu mengenai
peserta didik. Peserta didik merupakan komponen yang memiliki peranan penting dalam
perkembangan pada dunia pendidikan. Karena yang biasanya menjadi tolak ukur berhasilnya
suatu pendidikan adalah bagaimana berkembangnya potensi dari peserta didik tersebut. Peserta
didik dapat diistilahkan sebagai objek penerima ilmu atau seseorang yang sedang dalam proses

1
Drs. H. M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 7

1
pembelajaran. Akan tetapi disamping itu juga peserta didik harus menjadi subjek, bilamana
peserta didik memiliki peran aktif demi tercapainya tujuan dari pendidikan.

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk menjadi pribadi muslim yang sesuai
dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an dan As Sunah. Peserta didik berbeda dengan anak
didik, peserta didik cakupan lebih luas tidak hanya melibatkan anak-anak saja akan tetapi orang
dewasa juga. Disisi lain penyebutan peserta didik ini memiliki arti bahwa pendidikan tidak hanya
di ruang lingkup sekolah saja, akan tetapi juga lembaga pendidikan non formal seperti majlis
ta’lim, paguyuban dan lain sebagainya.

Menurut pandangan agama islam manusia adalah sebagai mahluk pedagogik, yaitu
mahluk Allah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik. Sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW:

‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن تعلَّلم القر ان وعلّمه‬

Artinya:

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”(H.R Bukhari)

Perlu kita ketahui pentingnya peran peserta didik dalam pendidikan islam mengharuskan
kita untuk memahami berbagai macam yang menjadi urgensi dalam peserta didik agar
tercapainya pendidikan islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

PEMBAHASAN

 Etika Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Etika dalam KBBI adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). Jadi, etika peserta didik merupakan suatu aturan tentang tingkah
laku yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran guna mencapai kelancaran dalam
pendidikan. Pentingnya pengaruh etika dalam pendidikan sangatlah besar, dimana dalam etika
terdapat komposisi yang akan membentuk karakter dari peserta didik. Peserta didik tidak hanya
diharapkan memiliki kecerdasan yang berdasarkan akal saja, akan tetapi pendidikan yang lebih
penting adalah ketika peserta didik memiliki etika yang baik dalam masyarakat maupun dalam
ruang lingkup sekolah.

2
Agama islam yang mengatur setiap kehidupan umatnya tentu memiliki berbagai cara
dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya. Al-Ghazali merumuskan ada sebelas
kewajiban peserta didik.

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari
akhlak yang rendah dan watak yang tercela
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati)
4. Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju yang
sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum ilmu duniawi
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dunia akherat.
11. Anak didik harus tunduk nasehat pendidik.2

Setelah itu ada penyempurnaan empat akhlak peserta didik dalam menuntut ilmu yang
telah dirumuskan

1. peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia
menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati
yang bersih.
2. Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa,
dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3. Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabar
dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.

2
Ali Mufron, M.Pd. I, Ilmu Pendidian Islam, Yogyakarta, Aura Pustaka, 2013, hlm. 84, dalam kutipan
“Abd. Mujib dalam Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta , Kalam Mulia, 2004, hlm.98

3
4. Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik,
berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang
baik.3
 Karakteristik Peserta Didik

Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan lingkungan sosialnya sehingga
menetukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. Menurut Hamzah. B. Uno (2007)
karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat,
sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang
dimiliki.4Karakteristik disebut juga dengan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan sesorang dari yang lain. Pentingnya memahami karakteristik dari peserta didik
sebagai usaha untuk memperlancar dan memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu, hal ini
didasarkan pada sejumlah alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan memahami peserta
didik dapat menetukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetapkana materipelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat memberikan perlakuan
yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.

Peserta didik yang merupakan suatu unsur penting menjadikan kewajiban bagi pendidik
untuk memahami setiap karakteristik yang beragam. Karakteristik yang berbeda-beda itu maka
dibutuhkan cara khusus dalam memahaminya. Menurut Smaldino dkk, mengemukakan empat
faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa; (1) Karakteristik
umum; (2) Kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi.

Cara yang efektif untuk memahami karakteristik peserta didik dengan jalan menganalisis
karakteristik. Analisis karakteristik merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
memperoleh pemahaman tentang; tuntunan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa
berkaitan dengan satu program pembelajaran tertentu. Karakteristik dapat dibedakan berdasarkan
tingkat usia, kecerdasan, bakat, hobi, minat, tempat tinggal, dan budaya, serta lainnya. Berbagai
latar belakang perbedaani ini dapat dijelakan sebagai berikut.

3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120
4
Agung Hermawan, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk Memaksimalkan Pembelajaran,
Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

4
 Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Usia

Dilihat dari sei usia peserta didik dibagi menjadi 5 tahapan, yang masing-masing tahapan
memiliki cirinya masing-masing kelima tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Tahap asuhan ( usia 0-2 tahun) atau nenonatus.


 Belum memiliki kesadaran dan daya intelektual.
 Hanya menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui ASI.
 Belum dapat diterapkan interaksi edukasi secara langsung.

 Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) fase kanak-kanak (al-thifl/shabi).


 Memiliki potensi biologis, pedagogis, dan psikologis
 Dapat dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang
disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya.

 Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) fase tamyiz.


 Mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah, dan fase baligh (mukalaf)
 Dapat dibina, dibimbing dan dididik untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menuntut komitmen dan tanggung jawab dalam arti yang luas.

 Tahap dewasa ( 20-30 tahun) atau dewasa


 Memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap , dan mengambil keputusan
untuk menentukan masa depannya sendiri.
 Tahap bijaksana (30 sampai akhir hayat).
 Menemukan jati diri yang hakiki

 Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Teori Fitrah

Dalam Al- Qur’an Allah SWT menyatakan:

Maka, hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai dengan


kecenderungan aslinya);itulah fitrah Allah, yang Allah menciptakan manusia di atas fitrah

5
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama yang lurus. Namun kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya. (Q.S ar-Ruum(30): 30)

Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan:

“setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah, sehingga kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”(H.R al- Aswad bin Sar’i)

ayat dan hadis tersebut sering digunakan oleh pakar pendidikan Islam untuk membangun
teori fitrah manusia, yaitu seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan
berkembang, yang dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran
psikolgi behaviorisme disebut prepotence reflexs (kemampuan dasar psikologi yang secara
otomatis dapat berkembang). Didalam pandangan Islam fitrah mengandung makna kejadian yang
didalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus (al-dien al qayyim), yaitu islam.
Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapa pun atau lingkungan apa pun, karena fitrah itu
merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya
dalam tiap pribadi manusia. Akan tetapi paham ini masih dapat diperdebatkan.

Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa fitrah yang ada pada manusia, adalah
sesuatu yang bersifat orisinal, netral, dan ideal. Fitrah tersebut meliputi potensi rasa ingin tahu
dan mencintai kebenaran; potensi rasa menyukai dan mencintai kepada kebaikan; dan potensi
menyukai dan mencintai keindahan. Termasuk ke dalam pembahasan fitrah ini adalah adanya
kecenderungan alamiah yang bersifat naluri (instinct), yang menurut teori Maslow, terdiri dari
naluri ingin tahu(curiosity), ingin dihormati (digity), ingin dicintai (lovely), ingi memiliki sesuatu
bersifat materi (hedonistik), ingin mendapatkan rasa aman (security), ingin mendapatkan
kekuasaan (autority), serta ingin mendapatkan dan menikmati keindahan (estetika) dan kebaikan
(etika).5

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa fitrah yang ada pada
manusia, ialah potensi dasar, yaitu berupa kecenderungan untuk beragama dan menyukai
kebaikan, kecenderungan untuk berilmu dan menyukai kebenaran, kecenderungan untuk berseni
dan menyukai keindahan, kecenderungan untuk mengikuti nafsu biologis, nafsu syahwat, dan
bakat bawaan yang diberikan oleh orang tua, serta naluri (insting). Semua potensi tersebut pada
asalnya netral, dan dapat menerima pengaruh yang datang dari luar.
5
Prof. DR. H. Abuddin Nata, MA., Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158

6
 Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Kecerdasan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Binet Simon terhadap intelligence quotient (IQ)
manusia, menunjukkan bahwa IQ yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda-beda antara satu
dengan yang lainnya. Ada yang IQ-nya tinggi yang selanjutnya disebut dengan orang genius, ada
yang rendah atau tertinggal yang selanjutnya disebut orang yang idiot, debil, dan embisi, dan ada
pula yang sedang-sedang saja yang selanjutnya disebut orang yang pada umumnya. Dengan
demikian diharuskan adanya perbedaan dalam memberikan pendidikan dan pengajaran.

 Karakteristik Peserta Didik Berdasarkan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial ekonomi adalah kondisi objektif tentang kemampuan ekonomi peserta didik,
serta status sosial yang mereka miliki. Dalam kaitan dengan latar belakang ekonomi dapat
diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai orang yang mampu, kurang
mampu, miskin, sangat miskin, atau sedang. Dalam kaitan dengan latar belakang status sosial
dapat diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai anak pejabat tinggi, pejabat
menengah, pegawai rendahan, dan rakyat biasa. Selanjutnya, dalam kaitan dengan latar belakang
budaya, dapat diketahui adanya peserta didik yang berlatar belakang sebagai anak yang tinggal
dalam budaya perkotann, perdesaan, budaya daerah tertentu dan lain sebagainya.

Syamsul Nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu :


1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
2. Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

 Urgensi Pengenalan Peserta Didik


Berdasarkan dari tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi anak secara
maksimal. Sehingga menjadi keuntungan dalam dunia pendidikan baik bagi anak maupun bagi

7
masyarakat. Dengan demikian, anak didik memandang sekolah sebagai tempat mencari sumber
“bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat
di mana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah
akan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan, yang menolong anak tidak hanya
mengenal diri serta kemampuannya tetapi juga mengenal dunia di sekitarnya. Tujuan bimbingan
adalah untuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruh kepribadian dan
kemampuannya. Agar dapat menolong anak ia harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam
konteks (situasi) hidupnya dimana ia hidup. Tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat
rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Bimbingan yang
benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak
didik yang dibimbingnya.
Faktor-faktor umum yang perlu dikenal dalam pentingnya pengenalan tentang anak didik
dalam pendidikan ialah:
a. Hakikat anak: anak bukan manusia dalam bentuk kecil, atau seorang dewasa minus beberapa
hal yang belum dimiliki. Anak adalah seorang yang berada pada sesuatu masa
perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.
b. Kebutuhan pokok anak: tiap anak membutuhkan hal-hal tertentu dan apabila kebutuhan itu
tidak dipenuhi anak tersebut akan mengalami masalah-masalah tertentu. Kebutuhan pokok
dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu: kebutuhan jasmani,kebutuhan kejiwaan (psychologis)
dan kebutuhan rohani.
c. Langkah-langkah perkembangan: Perkembangan anak meliputi segi-segi jasmani, jiwa dan
rohani juga. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mengambil peranan
besar dalam membentuk wayak anak. Dalam perkembangan, ada periode-periode tertentu,
dan pada tiap perkembangan terlihat ada sikap, kecenderungan pola sikap, watak dan
tingkah laku tertentu, yang menunjukkan kesamaan jika dibandingkan dengan yang terlihat
pada teman-teman sebaya
Pentingnya pengenalan tentang anak didik. Dalam hakekat islam anak ialah yaitu
amanah anak memiliki keterkaitan realitas empiris sensual dan transcendental. Dalam hal ini
faktor-faktor yang mendukung dalam berkembangnya pendidikan anak didalam pengenalan

8
anak didik dalam psikologi pendidikan diantaranya yaitu empiris sosial psikologis, empiris
transendental, anak pada hakekatnya baik, dan struktur kejiwaan.
1. Empiris sosial psikologis
Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris sosial ini dapat dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun di luar rumah. Biasanya
yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak ialah keluarga. Keluarga
adalah komponen penting dalam membina dan membentuk anak menjadi lebih baik.
Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua selaku pendidik dalam
rumah tangga sangatlah penting dalam pengenalan anak didik. Orang tua adalah ujung
tombak keluarga dalam mengembangklan bakat-bakat yang dimilki oleh seorang anak, baik
itu perkembangan fisik maupun perkembang di bidang keilmuan.
2. Empiris transdental
Dalam perkembangan empiris transendental ini guru adalah ujung tombak dalam mengatur,
mengarahkan dan membimbing anak didik kejalan yang lebih baik sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah dicanangkan bersama. Jadi pengalaman anak dalam pembelajaran
yang dilakukan didalam sekolah merupakan proses dalam perkembangan dan pengenalan
anak didik. Teori yang menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan
ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama
perkembangan individu itu. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas
atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisanya. Teori empirisme ini
dikemukakan oleh John Locke. Jadi pengalaman-pengalaman anak didik yang diperolah
disekolah akan mempengaruhi perkembangan individu baik itu di bidang fisik maupun
keilmuan.
3. Anak pada hakikatnya baik
Jika seorang anak berpeirlaku kurang baik atau tidak dapat menuruti segala peraturan yang
ada baik itu di sekolah maupun di rumah maka anak itu bisa dikatakan terjadi benturan.
Benturan ini bisa terjadi akibat kurangnya perhatian dari pendidik itu sendiri, baik itu
pendidik yang berasal dari rumah tangga yaitu orang tua dan juga pendidik dari lingkungan
sekolah yaitu guru. Pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh pendidi akan sangat
berpengaruh terhadap hasil dan perkembangan anak didik. Baik itu terhadap perilaku sehari-
hari maupun dalam sikap dan sifat yang dimilikinya. Jadi jika seorang anak telah

9
mendapatkan didikan yang kutrang baik maka hasil dan perkembangan anak didik tersebut
otomatis akan kurang baik pula dan sebaliknya jika seorang anak didik mendapatkan ilmu
dan pengalaman dari pendidik dengan nurisi yang tepat maka hasilnya pun akan tepat pula.
4. Struktur kejiwaan anak yang dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
a. Nafs mutmainnah, yaitu nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak kepada kebaikan,
selalu menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah dan selalu taat kepada Allah
serta selalu menjalankan peraturan-peraturan baik itu di lingkungan rumah maupun di
lingkungan sekolah.
b. Nafs lawwamah, yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-
kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan
perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan
kebahagian yang bernilai tinggi.
c. Nafs amarah, yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang
rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama
yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada
perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-
hal yang tidak baik.
5. Kebutuhan pokok anak
Jauh berbeda dengan kebutuhan pokok orang dewasa. Kebutuhan anak masih bersifat
emosional dan bermain. Hal-hal seperti makanan sehari-hari itu biasanya anak tidak
memperdulikannya kecuali kebutuhan makanan snack/ makanan ringan. Kebutuhan pkok
anak meliputi: kesenangan terhadap permainan, kesenangan terhadap makanan yang
disukainya dan kesenangan terhadap teman bermainnya. Semakin mengetahui dan mengerti
orang tua dalam memenuhi kebutuhan pokok anak maka semakin membuat anak itu senang
dan mudah untuk menerima pengalaman dan ilmu pengetahuan yang telah disuntikan
melalui kegiatan sehari-harinya.
6. Anak didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Pendidik ialah ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan potensi anak didik. Semakin
jeli dan ulet seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya maka semakin mudah dan
memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang pendidik. Akan tetapi seorang pendidk
tidak boleh menyamakan dirinya dengan anak didik. Dengan sifat kesabaran dan keuletan

10
diharapkan seorang pendidik memberikan dan menyuntikan pelajarannya dengan baik tidak
dengan paksaan. Anak didik butuh waktu dan proses dalam memahami pelajaran yang telah
diajarkan, karena setiap individu memilki potensi yang berbeda-beda dalam memahami
pelajaran yang telah diterangkan oleh seorang pedidik. Seorang pendidik harus mengetahui
potensi-potensi yang sudah ada ddalam diri anak didik.6
PENUTUP

Kesimpulan

Peserta didik dalam pendidikan islam ialah sebagai seorang yang memiliki hak
untuk mendapatkan pendidikan, pengetahuan dan pelajaran untuk menjadi pribadi muslim
yang sesuai dengan sumber agama islam yaitu Al-Qur’an dan As Sunah. Peserta didik tidak
hanya diharapkan memiliki kecerdasan yang berdasarkan akal saja, akan tetapi pendidikan
yang lebih penting adalah ketika peserta didik memiliki etika yang baik dalam masyarakat
maupun dalam ruang lingkup sekolah. Agama islam yang mengatur setiap kehidupan
umatnya tentu memiliki berbagai cara dalam memberikan kebijakan bagi para penganutnya.
Selain itu, pentingnya memahami karakteristik dari peserta didik sebagai usaha untuk
memperlancar dan memaksimalkan proses pembelajaran. Selain itu, hal ini didasarkan pada
sejumlah alasan, sebagai berikut. Pertama, bahwa dengan memahami peserta didik dapat
menetukan metode dan pendekatan dalam belajar mengajar. Kedua, bahwa dengan
memahami peserta didik dapat menetapkana materipelajaran yang sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Ketiga, bahwa dengan memahami peserta didik dapat memberikan
perlakuan yang sesuai dengan fitrah, bakat, kecenderungan, dan kemanusiaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono M., Ilmu Pendidikan Islam Jilid I , PT Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

6
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-didik diakses pada
10 oktober 2018 pada pukul 17.30 WIB

11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…,cet ke-9, hlm. 118-120.
Hermawan Agung, Jurnal Mengetahui Karakteristik Peserta Didik Untuk Memaksimalkan
Pembelajaran, Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas.

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Prenada Media, 2016 hlm 158.
https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-pentingnya-pengenalan-tentang-peserta-didik .

12

Anda mungkin juga menyukai