Tugas Manajemen3 Fingkan Anggun Yuniar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANAJEMEN

Dosen pengampu :

Dr. Rochmiyati, M.Si

Dan

Drs. Akor Sitepu, M.Pd

Disusun oleh :

Fingkan Anggun Yuniar (1913051035)

PENJAS A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020/2021
Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah merupakan hasil terjemahan dari School Based


Management (SBM) secara umum bisa di definisikan sebagai proses kerja komunitas
sekolah dengan cara menjalankan otonomi, partisipasi, akuntabilitas
dan sustainability untuk mencapai tujuan pendidikan serta pembelajaran berkualitas.

Manajemen sekolah adalah proses membuat rancangan sekolah dengan pendekatan


politik, memberikan wewenang lebih kepada kepala sekolah, meningkatkan partisipasi
masyarakat umum untuk meningkatkan mutu sekolah, guru dan siswa Manajemen
sekolah dibuat untuk meningkatkan efisiensi dalam hal pengelolaan dan meningkatkan
relevansi kurikulum pendidikan di sekolah dengan yang ada di lapangan.

Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Menurut Para Ahli

Berikut adalah beberapa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut para
ahli, yaitu :

Judith Capman

Menurut Judith Capman, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah merujuk pada
bentuk administrasi pendidikan dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam
pengambilan keputusan.

Candoli

Menurut Candoli, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebuah metode untuk
memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak
didir menurut yuridikasi dan mengikuti sekolahnya.

Pada konsep ini menegaskan saat sekolah itu dibebani dengan pengembangan total
kependidikan dengan tujuan melayani kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah itu,
personal sekolah akan mengembangkan program yang lebih meyakinkan mereka
mengetahui siswa dan kebutuhan mereka.

Mulyasa (2006:11)

Menurut Mulyasa mengutip dari pendapat BPPN dan Bank Dunia menyatakan MBS
merupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi dalam bidang pendidikan
yang dapat ditandai dengan otonomi yang luas pada tingkatan sekolah, partisipasi
masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.

Baca juga | Pengertian Manajemen Pendidikan, Tujuan, Ruang Lingkup dan Fungsi

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Tujuan dari MBS adalah untuk menentukan dengan cara memperdayakan semua potensi
sekolah dan stakeholdernya sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menjalankan
kaidah manajmen pendidikan sekolah profesional.

Selain itu, Tujuan MBS adalah memberdayakan sekolah terutama Sumber Daya
Manusianya seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas dan sumber daya
lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah bersangkutan.

Supaya mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dapat meningkat
dalam mengelola serta memberdayakan sumber daya yang tersedia.

Agar kepedulian warga sekolah dan masyarakat dapat meningkat dalam


menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

Tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah dapat
meningkatkan mutu sekolahnya
Kompetensi yang sehat antar sekolah terkait mutu pendidikan dapat dicapai.

Manfaat MBS

Manfaat MBS akan mengasilkan nilai positif bagi sekolah, antara lain sebagai berikut :
 Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang ada
 Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas
 Untuk mengambil keputusan dapat lebih partisipatif terutama untuk menetapkan
target peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, menjalankan
rencana peningkatan mutu, melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu
 Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya
 Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi
 Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya inovatif

Penerapan Manajemen berbasis sekolah yang efektif dapat mengidentifikasi beberapa


manfaat dari penerapan MBS sebagai berikut :

 Memungkinkan orang orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil


keputsan yang akan meningkatkan peningkatan pembelajaran
 Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan penting.
 Mendorong muculnya kreatifitas dalam merancang bangun program
pembelajaran
 Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan disetiap sekolah
 Menciptakan perencanaan anggaran yang realistis ketika orang tua dan guru
akan mulai menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan
biaya program program sekolah
 Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan di semua
level

Karakteristik Manajemen Berbisnis Manajemen

Karakteristik Manajemen Berbisnis Manajemen dengan pendekatan sistem input-proses


output Depdiknas (2001:11) diperinci sebagai berikut :
 Input dapat terdiri memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas,
sumber daya tersedia dan siap, staff yang berkompeten dan berdedikasi tinggi,
memiliki harapan dan prestasi yang tinggi, fokus pada siswa, dan input
manajemen (manajemen efektif)
 Process, meliputi : proses pembelajaran yang efektif, kepemimpinan sekolah
yang kuat, lingkungan sekolah yang aman dan tertib, pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, sekolah memiliki budaya mutu, sekolah
memiliki, teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, sekolah memiliki
kewenangan atau kemandirian
 Output, Menurut Depdiknas (2001:11-20) dapat terdiri dari prestasi
Akademik (academic achievement) dan Prestasi Non Akademik atau non
academic achievement

Baca juga | Pengertian Pendidikan Karakter, Tujuan, Fungsi dan Nilai-Nilai

Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut M. Aliyenah (2010), Manajemen Berbasis sekolah memiliki prinsip-prinsip


sebagai berikut :

 Kemandirian Sekolah, artinya sekolah memiliki prakarsa, inisiatif, dan inovatif


 Keterbukaan yaitu manajemen berbasis sekolah dijalankan secara terbuka pada
komponen sekolah
 Kebersamaan, artinya MBS dilakukan bersama oleh sekolah dan masyarakat
 Berkelanjutan, artinya berkelanjutan tanpa dipengaruhi oleh pergantian
pimpinan
 Menyeluruh, hal ini berarti Manajemen berbasis sekolah yang disusun
hendaknya mencakup semua komponen
 Pertanggungjawaban, artinya pelaksanaan MBS dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat dan pihak- pihak yang berkepentingan
 Demokrasi, yaitu keputusan yang di ambil pada manajemen berbasis sekolah
hendaknya dijalankan berlandaskan musyawarah antara komponen sekolah
dengan masyarakat.
 Berorientasi pada mutu yang berarti segala upaya yang dijalankan akan selalu
berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
 Pencapaian standar pelayanan minimal sekolah secara total dan berkelanjutan
 Pendidikan untuk semua, artinya semua anak memiliki hak memperoleh
pendidikan yang sama.

 Pelaksanaan MBS
 Esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan
peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah. Konsep ini
membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MBS sudah sepantasnya
menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian cara
melaksanakan MBS) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik”
(cara melaksanakan MBS yang cenderung seragam/konformitas untuk semua
sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu resep
pelaksanaan MBS yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu
hal yang perlu diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen berbasis
pusat menjadi manajemen berbasis sekolah bukanlah merupakan proses sekali
jadi dan bagus hasilnya (one-shot and quick-fix), akan tetapi merupakan proses
yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan sekolah. Paling tidak,
proses menuju MBS memerlukan perubahan empat hal pokok berikut:

 Pertama, perlu penyempurnaan peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, dan


kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang ada di daerah saat ini yang masih
mendudukkan sekolah sebagai subordinasi birokrasi dinas pendidikan dan
kedudukan sekolah bersifat marginal, menjadi sekolah yang bersifat otonom dan
mendudukkannya sebagai unit utama.
 Kedua, kebiasaan (routines) berperilaku warga (unsur-unsur) sekolah perlu
disesuaikan karena MBS menuntut kebiasaan-kebiasaan berperilaku baru yang
mandiri, kreatif, proaktif, sinergis, koordinatif/kooperatif, integratif, sinkron,
luwes, dan professional.

 Ketiga, peran sekolah yang selama ini biasa diatur (mengikuti apa yang
diputuskan oleh birokrat diatasnya) perlu disesuaikan menjadi sekolah yang
bermotivasi-diri tinggi (self-motivator). Perubahan peran ini merupakan
konsekuensi dari perubahan peraturan perundang-undangan bidang pendidikan,
baik undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,dan peraturan
menteri.

 Keempat, hubungan antar warga (unsur-unsur) dalam sekolah, antara sekolah


dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dinas Pendidikan Provinsi perlu
diperbaiki atas dasar jiwa otonomi. Karena itu struktur organisasi pendidikan
yang ada saat ini perlu ditata kembali dan kemudian dianalisis hubungan antar
unsur/pihak untuk menentukan sifat hubungan (direktif, koordinatif atau
fasilitatif).

 Tahap-tahap Pelaksanaan MBS


 1. Melakukan Sosialisasi MBS
 Secara umum, garis-garis besar kegiatan sosialisasi/pembudayaan MBS dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 a. Baca dan pahamilah sistem, budaya, dan sumberdaya yang ada di sekolah
secara cermat dan refleksikan kecocokannya dengan sistem, budaya, dan
sumberdaya baru yang diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan MBS;
 b. Identifikasikan sistem, budaya, dan sumberdaya yang perlu diperkuat dan
yang perlu diubah, dan kenalkan sistem, budaya, dan sumberdaya baru yang
diperlukan untuk menyelenggarakan MBS;
 c. Buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang
bertanggungjawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan sumberdaya yang
cukup mendasar;
 d. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS;
 e. Hadapilah “status quo” (resistensi) terhadap perubahan, jangan menghindar
dan jangan menarik darinya serta jelaskan mengapa diperlukan perubahan dari
manajemen berbasis pusat menjadi MBS;
 f. Garisbawahi prioritas sistem, budaya, dan sumberdaya yang belum ada
sekarang, akan tetapi sangat diperlukan untuk mendukung visi, misi, tujuan,
sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS dan doronglah
sistem, budaya, dan sumberdaya manusia yang mendukung penerapan MBS
serta hargailah mereka (unsur-unsur) yang telah memberi contoh dalam
penerapan MBS; dan
 g. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program MBS yang telah disepakati.

2. Memperbanyak Mitra Sekolah


3. Merumuskan Kembali Aturan Sekolah, Peran Unsur-unsur


Sekolah, Kebiasaan dan Hubungan antar Unsur-unsur Sekolah

4. Menerapkan Prinsip-prinsip Tata Kelola yang Baik


5. Mengklarifikasi Fungsi dan Aspek Manajemen Sekolah


6. Meningkatkan Kapasitas Sekolah


7. Meredistribusi Kewenangan dan Tanggung jawab


8. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS), Melaksanakan,


dan Memonitor serta Mengevaluasinya

Komponen Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Mulyasa (2006), terdapat tujuh komponen yang harus dikelola dengan baik
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yaitu sebagai berikut:

a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan kegiatan yang dititikberatkan kepada kelancaran
pembinaan situasi belajar mengajar. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan
yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didik, baik dilakukan di dalam sekolah
maupun di luar sekolah.

b. Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.

c. Manajemen guru
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola
tenaga guru yang tersedia di sekolah. Manajemen tenaga guru bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal.

d. Manajemen keuangan dan pembiayaan


Keuangan dan pembiayaan Keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan
komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar
mengajar di sekolah bersama komponen-komponen yang lain. Manajemen komponen
keuangan harus dilaksanakan dengan baik dan teliti mulai tahap penyusunan anggaran,
penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan
yang berlaku agar semua dana sekolah benar-benar dimanfaatkan secara efektif, efisien,
tidak ada kebocoran-kebocoran serta bebas dari penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme.

e. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan


Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar,
seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun
yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi:
perencanaan kebutuhan, pengadaan sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana dan
prasarana dan pengawasan sarana dan prasarana.

f. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat


Hubungan masyarakat adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang
harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela.
Kegiatan hubungan masyarakat yang dilakukan yaitu dengan memberikan informasi dan
penerangan untuk memberikan pemahaman di kalangan masyarakat luas tentang tugas-
tugas dan fungsi yang diemban lembaga pendidikan, termasuk mengenai kegiatan yang
sudah, sedang, dan akan dikerjakan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara
pihak sekolah dengan masyarakat luar.

g. Manajemen layanan khusus


Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan
keamanan sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai sarana pendidikan yang sangat
penting harus diselenggarakan secara efektif dan efisien. Manajemen layanan khusus
lainnya adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan
yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya
bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap saja, tetapi harus
menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Di samping itu,
sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para guru
yang ada di sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang
dan nyaman.

Anda mungkin juga menyukai