Tugas Manajemen3 Fingkan Anggun Yuniar
Tugas Manajemen3 Fingkan Anggun Yuniar
Tugas Manajemen3 Fingkan Anggun Yuniar
Dosen pengampu :
Dan
Disusun oleh :
PENJAS A
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020/2021
Manajemen Berbasis Sekolah
Berikut adalah beberapa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menurut para
ahli, yaitu :
Judith Capman
Menurut Judith Capman, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah merujuk pada
bentuk administrasi pendidikan dimana sekolah menjadi unit kecil utama dalam
pengambilan keputusan.
Candoli
Menurut Candoli, pengertian Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebuah metode untuk
memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak
didir menurut yuridikasi dan mengikuti sekolahnya.
Pada konsep ini menegaskan saat sekolah itu dibebani dengan pengembangan total
kependidikan dengan tujuan melayani kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah itu,
personal sekolah akan mengembangkan program yang lebih meyakinkan mereka
mengetahui siswa dan kebutuhan mereka.
Mulyasa (2006:11)
Menurut Mulyasa mengutip dari pendapat BPPN dan Bank Dunia menyatakan MBS
merupakan alternatif sekolah dalam program desentralisasi dalam bidang pendidikan
yang dapat ditandai dengan otonomi yang luas pada tingkatan sekolah, partisipasi
masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Baca juga | Pengertian Manajemen Pendidikan, Tujuan, Ruang Lingkup dan Fungsi
Tujuan dari MBS adalah untuk menentukan dengan cara memperdayakan semua potensi
sekolah dan stakeholdernya sesuai dengan kebijakan pemerintah dengan menjalankan
kaidah manajmen pendidikan sekolah profesional.
Selain itu, Tujuan MBS adalah memberdayakan sekolah terutama Sumber Daya
Manusianya seperti kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa dan
masyarakat sekitarnya melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas dan sumber daya
lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah bersangkutan.
Supaya mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dapat meningkat
dalam mengelola serta memberdayakan sumber daya yang tersedia.
Tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah dapat
meningkatkan mutu sekolahnya
Kompetensi yang sehat antar sekolah terkait mutu pendidikan dapat dicapai.
Manfaat MBS
Manfaat MBS akan mengasilkan nilai positif bagi sekolah, antara lain sebagai berikut :
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi
sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang ada
Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas
Untuk mengambil keputusan dapat lebih partisipatif terutama untuk menetapkan
target peningkatan mutu, menyusun rencana peningkatan mutu, menjalankan
rencana peningkatan mutu, melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu
Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya
Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi
Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya inovatif
Pelaksanaan MBS
Esensi MBS adalah peningkatan otonomi sekolah, peningkatan partisipasi
warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, dan
peningkatan fleksibilitas pengelolaan sumberdaya sekolah. Konsep ini
membawa konsekuensi bahwa pelaksanaan MBS sudah sepantasnya
menerapkan pendekatan “idiograpik” (membolehkan adanya keberbagaian cara
melaksanakan MBS) dan bukan lagi menggunakan pendekatan “nomotetik”
(cara melaksanakan MBS yang cenderung seragam/konformitas untuk semua
sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu resep
pelaksanaan MBS yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu
hal yang perlu diperhatikan bahwa mengubah pendekatan manajemen berbasis
pusat menjadi manajemen berbasis sekolah bukanlah merupakan proses sekali
jadi dan bagus hasilnya (one-shot and quick-fix), akan tetapi merupakan proses
yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan sekolah. Paling tidak,
proses menuju MBS memerlukan perubahan empat hal pokok berikut:
Ketiga, peran sekolah yang selama ini biasa diatur (mengikuti apa yang
diputuskan oleh birokrat diatasnya) perlu disesuaikan menjadi sekolah yang
bermotivasi-diri tinggi (self-motivator). Perubahan peran ini merupakan
konsekuensi dari perubahan peraturan perundang-undangan bidang pendidikan,
baik undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden,dan peraturan
menteri.
Menurut Mulyasa (2006), terdapat tujuh komponen yang harus dikelola dengan baik
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan kegiatan yang dititikberatkan kepada kelancaran
pembinaan situasi belajar mengajar. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan
yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didik, baik dilakukan di dalam sekolah
maupun di luar sekolah.
b. Manajemen kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik
tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan
dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
c. Manajemen guru
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola
tenaga guru yang tersedia di sekolah. Manajemen tenaga guru bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal.