355-Article Text-1690-1-10-20200902

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

SUPERMAT Jurnal Pendidikan Matematika

Volume 4, No. 1, April 2020, hal. 33-39


E-ISSN 2599-1329
P-ISSN 2685-3124

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIS SISWA
SMP

Mikrayanti*
Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bima

*
Email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Bolo. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu
eksperimen semu (quasi eksperimen). Pengambilan sampel menggunakan sampling purposive sehingga diperoleh
dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengumpulan data diawali dengan memberikan
pretest sebelum perlakuan kemudian diberikan posttest setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji
homogenitas dan uji t. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas
eksperimen dan hasil belajar matematika dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar matematis siswa.

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of jigsaw cooperative learning on improving student learning
outcomes in class VIII of SMPN 2 Bolo. This research is an experimental research that is quasi experiment (quasi
experiment). Sampling using purposive sampling so that two classes are obtained namely the experimental class
and the control class. Data collection techniques were started by giving a pretest before treatment then given a
posttest after treatment. The results showed that the experimental class was higher than the control class analyzed
using the normality test, homogeneity test and t test. From the results of the study it can be concluded that there is
a significant effect between student mathematics learning outcomes using jigsaw type cooperative learning in the
experimental class and mathematics learning outcomes with conventional learning in the control class.
Keyword: cooperative learning type jigsaw, students’ mathematical learning outcomes.

PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk dapat membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

33
Mikrayanti 34

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam berbagai
kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau
disampaikan dengan bahasa matematika, serta banyak masalah kontekstual dapat disajikan ke
dalam model matematik. Sesuai dengan pendapat Turmudi (2008) bahwa matematika
berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari sehingga dengan segera siswa akan mampu
menerapkan matematika dalam konteks yang berguna bagi siswa, baik dalam dunia
kehidupannya ataupun dalam dunia kerja kelak. Selain itu, mempelajari matematika dapat
membiasakan seseorang berpikir kritis, logis, serta dapat meningkatkan daya kreativitasnya.
Penguasaan terhadap matematika menjadi sarana yang ampuh dalam mempelajari bidang
ilmu yang lain, baik pada jenjang pendidikan yang sama maupun pada jenjang yang lebih
tinggi.
Pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan cara konvensional, masih
banyak guru yang melaksanakan proses belajar mengajar secara monoton. Realitas inilah yang
terus mengukuhkan posisi pelajaran matematika sebagai pelajaran yang menakutkan bagi
sebagian siswa baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA (Turmudi, 2008). Bagi banyak orang,
nama matematika menimbulkan kenangan masa sekolah yang merupakan beban berat, bahkan
Piaget mengungkapkan bahwa, siswa cerdas sekalipun secara sistematis menemui kegagalan
dalam pelajaran matematika (Maier, 1985). Hal ini diperkuat oleh Ruseffendi (2006) yang
menyatakan bahwa, “matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata
pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan mata pelajaran yang paling dibenci”. Hal ini
nampak dari rendahnya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa. Lebih dari itu suasana
belajar menjadi tidak menarik, cenderung membosankan dan rutinitas belaka (Asyhadi, 2005).
Agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi dan ditingkatkan, tentu dibutuhkan
suatu metode pembelajaran yang mampu memberikan kebermaknaan belajar bagi siswa,
karena menurut Madnesen dan Sheal dalam Suherman (2003) bahwa kebermaknaan belajar
tergantung bagaimana cara siswa belajar. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan
bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan melihat 50%,
mengatakan-komunikasi mencapai 70%, dan belajar dengan melakukan dan
35 SUPERMAT, Volume 4, No. 1, April 2020, hal. 33-39

mengkomunikasikan bisa mencapai 90%. Oleh karena itu guru mesti menghadirkan metode
pembelajaran yang dapat mendukung cara belajar siswa secara aktif.
Proses pembelajaran dikatakan efektif dan berhasil apabila dapat melibatkan siswa
secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Sementara dari hasil, apabila pembelajaran
yabg diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan
kompetensi dasar yang lebih baik (Mulyasa, 2009). Salah satu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa ialah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang memacu kemajuan individu melalui
kelompok. Slavin (1995:2) menyatakan Cooperative Learning dapat diterapkan pada setiap
tingkatan pendidikan untuk mengajarkan berbagai topik/bidang ilmu mulai dari matematika,
membaca, menulis, belajar sains dan lain-lain. Model pembelajaran tipe Jigsaw diduga cocok
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa karena
dalam tipe Jigsaw, siswa dikondisikan untuk belajar bersama dalam tim ahli untuk
memecahkan masalah, kemudian masing-masing siswa dituntut untuk mampu
mengkomunikasikan pemahamannya untuk mengajari temannya yang lain dalam
kelompoknya. Dengan demikian, berbagai kemampuan siswa diantaranya kemampuan
pemecahan masalah matematis dapat ditingkatkan termasuk kemampuan bekerjasama.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, selain siswa mempunyai kemampuan
kerjasama tim dalam kelompok, mereka juga dituntut untuk memahami spesialisasi
tugas/suatu materi yang berbeda-beda dalam memecahkan suatu permasalahan dengan
berdiskusi dalam kelompok ahli dan dituntut harus mampu memahami materi secara
keseluruhan serta menyampaikan suatu materi/permasalahan hasil diskusi kelompok ahli pada
teman-teman anggota kelompok asalnya. Dengan cara tersebut, siswa dapat terlibat secara
proaktif dalam pembelajaran dan siswa akan terlatih menemukan konsep-konsep pengetahuan
yang dipelajari siswa akan bermakna dalam ingatan. Hal tersebut senada dengan Ruseffendi
(1991) yang menyatakan: “…menemukan sesuatu oleh sendiri dapat menumbuhkan rasa
percaya terhadap dirinya sendiri, dapat meningkatkan motivasi (termasuk motivasi intrisik),
melakukan pengkajian lebih lanjut, dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika”.
Sikap positif tersebut memberi peluang guna meningkatkan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian dengan judul: Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap peningkatan Hasil Belajar Siswa. Adapun
Mikrayanti 36

tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah ada
pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian yang
digunakan adalah Non-equivalent Control Group Design dengan teknik Sampling purposive.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan terdiri dari dua kelompok yang memiliki
kemampuan awal yang ekuivalen (setara) dan homogen, dan kondisi kesetaraan kelompok-
kelompok tersebut diketahui berdasarkan pada hasil pretes kedua kelas. Untuk memperkuat
keyakinan bahwa kedua kelompok sampel ini ekuivalen dan homogen, maka akan dilakukan
uji normalitas dan dilanjutkan dengan uji homogenitas. Kelompok eksperimen melakukan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelompok
kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok ini akan diberikan pretes dan
postes dengan menggunakan instrumen yang sama. Analisis data dilakukan terhadap kedua
kelompok sampel dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini berlokasi di SMPN 2 Bolo dengan mengambil populasi seluruh siswa
kelas VIII. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIa sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIIIb sebagai kelas kontrol. Dari hasil analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan
tingkat kesukaran soal, maka jumlah butir soal yang digunakan sebanyak 4 soal untuk pretes
dan postesnya.
Setelah dilakukan uji normalitas diperoleh data kelas eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal, dengan X2hitung = -63,44 untuk kelas eksperimen dan X2hitung = -24,66
kelas kontrol. Selanjutnya akan dilakukan uji homogenitas diperoleh 1,26 untuk kelas
ekperimen dan 0,57 untuk kelas kontrol, ini menunjukkan bahwa kedua kelas homogen.
Setelah diketahui bahwa data tersebut berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen, langkah selanjutnya adalah menguji pengaruh jigsaw terhadap hasil belajar dengan
menggunakan Uji-t, sehingga diperoleh thitung = 18,802. Ini menunjukkan adanya pengaruh
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil beajar siswa SMPN 2 BOLO.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran


kooperatif Jigsaw memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar siswa. Siswa
37 SUPERMAT, Volume 4, No. 1, April 2020, hal. 33-39

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw memiliki hasil
belajar lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan metode
konvensional. Dengan pembelajaran jigsaw dapat membuat siswa lebih aktif, dapat bekerja
sama dengan baik, saling berbagi pendapat, siswa lebih aktif untuk bertanya, berpikir, lebih
paham dengan materi yang diajarkan dan memberikan kesempatan siswa untuk menjadi
seorang guru bagi siswa yang lain. Hal itu sejalan dengan pendapat Ibrahim (2000)
menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar sehingga dapat
memberi keuntungan, baik pada kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerjasama
menyelesaikan tugas-tugas akademik, membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan
membantu teman.
Berkenaan dengan belajar kelompok, penelitian-penelitian sebelumnya juga
menunjukkan kontribusi belajar kelompok terhadap kualitas belajar siswa. Jackson (2001)
menyimpulkan belajar kelompok meningkatkan self esteem, perilaku sosial dan peningkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Senada dengan pendapat tersebut, Charles (2001)
menemukan bahwa belajar kolaboratif dan belajar aktif berperan dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir tingkat tinggi.
Keberhasilan pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar siswa terjadi karena
pembelajaran jigsaw memiliki beberapa keunggulan seperti yang dikemukakan Johnson and
Johnson dalam Sobari (2006) menyatakan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai
pengaruh positif terhadap perkembangan anak didik. Pengaruh positif tersebut adalah: (a)
meningkatkan hasil belajar; (b) meningkatkan daya ingat; (c) dapat digunakan untuk pencapai
taraf penalaran tingkat tinggi; (d) mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran
individual); (e) meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen; (f) meningkatkan sifat
positif anak terhadap sekolah; (g) meningkatkan sifat positif terhadap guru; (h) meningkatkan
harga diri anak; (i) meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; (j) meningkatkan
keterampilan hidup bergotong-royong.
Mikrayanti 38

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar
matematika siswa SMPN 2 Bolo.

REKOMENDASI
Adapun rekomendasi yang diberikan peneliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, diharapkan pembelajaran jigsaw ini terus dikembangkan di lapangan secara meluas.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana pelaksanaan dan upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran jigsaw
pada siswa di sekolah lainnya.

REKOMENDASI
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala
SMP Negeri 2 Bolo dan telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.

REFERENSI
Asyhadi, A. (2005). Pengenalan Laboratorium Matematika di Sekolah. IHT Media Bagi Staf
LPMP Pengelola Laboratorium Matematika Tanggal 5 s.d. 11 September 2005 di PPPG
Matematika Yogyakarta.

Charles, J. (2001). Fostering Colaboration and Developing Higher-Order Thinking with


Digital Video. [Online]. Tersedia:
http://center.uoregon.edu/ISTE/uploads/NECC2005/KEY_7435090/Charles_NECC20
05ConferencePaperl_RP.txt.

Mulyasa, E. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ibrahim. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.


39 SUPERMAT, Volume 4, No. 1, April 2020, hal. 33-39

Jackson, L. (2000). Increasing Critical Thinking Skills to Improve Problem-Solving Ability in


Mathematics. [Online]. Tersedia:
http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/
16/9e/bd.pdf.

Maier, H. (1985). Kompendium Didaktik Matematika. Bandung: CV Remaja Karya.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya


dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya


dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Suherman, dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika, Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice, (second ed.).
Boston: Allyn and Bacon.

Sobari, T. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta:Rineka Cipta.

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (berparadigma


Eksploratif dan Investigasi). Jakarta: Leuser Cita Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai