Makalah Muamalah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR - DASAR MU’AMALAH

KELOMPOK 7

MATA KULIAH AL-ISLAM KE-MUHAMMADIYAHAN II

Dosen Mata Kuliah : M.Agung Rizky,S.Ag.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

Naimatul Azizah (234820103047)


Icayati Anggraini (234820103040)
M.Farhan Habibi (234820103044)

PRODI S1 FARMASI KELAS (B)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN `AISYIYAH PALEMBANG 2024/2025


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“DASAR - DASAR MU’AMALAH”.

Dengan adanya makalah yang kami susun ini semoga bisa menambah
pengetahuan bagi kami dan teman mahasiswa serta mahasiswi lainnya sehingga
kita dapat memahami dan mengerti lebih dalam tentang “DASAR - DASAR
MU’AMALAH”. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 21 Maret 2024

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………………….I
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..II
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………III

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………..1


1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
1.3. Tujuan……………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….3

2.1. Pengertian Mu’amalah.…………………………………………………………...3


2.2. Dasar Hukum Mu’amalah.………………………………………………………..7
2.3. Prinsip Mu’amalah………………………………………………………………...9
2.4. Ruang LIngkup Mu’amalah……….………………...…………………………..10
2.5. Islam Dan Kesehatan……………………………………………………………10

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………………..11

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………..11
3.2. Saran...…………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….12

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Muamalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara


sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, yang mengatur
kehidupan manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam
sekitarnya.

Apapun bentuk aktivitas manusia didunia ini senantiasa dalam rangka


mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT dan sesama manusia, dengan tetap
menjalankan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia dituntut untuk melakukan


tindakan dengan penuh kehati-hatian. Pada Dasarnya manusia diciptakan Allah
SWT sebagai makhluk sosial. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup
sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.

Oleh karena itu, manusia selalu memerlukan kerja sama antara sesama
manusia di bumi .Hal ini berarti bahwa manusia akan terdorong untuk berinteraksi
dengan sesamanya dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, baik dari segi
sosial,agama,budaya,serta masalah Ekonomi. Dengan demikian akan tercipta
kehidupan yang tentram dan harmonis.

Diantara bentuk hubungan antara manusia dengan manusia lain adalah jual
beli.Ketika manusia hendak membeli, menjual, menyimpan dan meminjam, harus
selalu berpegang teguh pada ketentuan yang ditetapkan Allah SWT tidak memakan
uang haram, monopoli, korupsi, mencuri, berjudi, maupun melakukan suap
menyuap.Seorang Manusia Secara tegas menjauhi daerah Yang diharamkan Allah
SWT disamping berusaha semaksimal mungkin meninggalkan sesuatu syubhat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Mu’amalah?


2. Apa Dasar Hukum Mu’amalah?
3. Apa Saja Prinsip Prinsip Mu’amalah?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Yang Ada Dalam Muamalah?
5. apa itu kesehatan dalam perspektif Islam?

1
1.3. Tujuan

Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara


sesama manusia,sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram.
allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan
melarang untuk saling mendukung dalam berbuat kejahatan, kebatilan ,dan Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk saling membantu dalam perbuatan baik dan
melarang untuk saling mendukung dalam berbuat kejahatan ,kebatilan,dan
kezaliman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mu’amalah

Mu’amalah diartikan sebagai hubungan antar manusia dengan manusia


untuk saling membantu agar tercipta masyarakat yang harmonis. Hal ini
sebagaimana yang tercantum dalam Al qur’an surah Al-Maidah ayat 2,

ۤ ‫هّٰللا‬
‫ْت ْال َح َرا َم‬ َ ‫ي َواَل ْال َقاَل ۤ ِٕىدَ َوٓاَل ٰا ِّمي َْن ْال َبي‬
َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّشه َْر ْال َح َرا َم َواَل ْال َه ْد‬
‫ص ُّد ْو ُك ْم َع ِن ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام اَنْ َتعْ َت ُد ۘ ْوا‬ َ ْ‫َي ْب َت ُغ ْو َن َفضْ اًل مِّنْ رَّ ب ِِّه ْم َو ِرضْ َوا ًن ۗا َوا َِذا َح َل ْل ُت ْم َفاصْ َطا ُد ْو ۗا َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َن ٰانُ َق ْو ٍم اَن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫۝‬٢ ‫ب‬ ِ ‫ان َوا َّتقُوا ۗ َ اِنَّ َ َش ِد ْي ُد ْال ِع َقا‬ ِ ۖ ‫َو َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا َع َلى ااْل ِ ْث ِم َو ْالع ُْد َو‬

yâ ayyuhalladzîna âmanû lâ tuḫillû sya‘â'irallâhi wa lasy-syahral-ḫarâma wa


lal-hadya wa lal-qalâ'ida wa lâ âmmînal-baital-ḫarâma yabtaghûna fadllam mir
rabbihim wa ridlwânâ, wa idzâ ḫalaltum fashthâdû, wa lâ yajrimannakum syana'ânu
qaumin an shaddûkum ‘anil-masjidil-ḫarâmi an ta‘tadû, wa ta‘âwanû ‘alal-birri
wat-taqwâ wa lâ ta‘âwanû ‘alal-itsmi wal-‘udwâni wattaqullâh, innallâha
syadîdul-‘iqâb

artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar


(kesucian) Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban
yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitul Haram
sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah
bertahallul (menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali
kebencianmu) kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangi dari Masjidil
Haram, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka).
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya." (QS Al-Maidah:2)

Seperti yang sudah diketahui, hubungan baik antar manusia perlu dijaga
agar tercipta masyarakat yang rukun dan harmonis saat menjalani kehidupan
sehari-hari. Dalam syariat Islam, hubungan antar manusia ini disebut sebagai
mu’amalah atau dalam bahasa Arab memiliki arti saling berbuat yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun
mu’amalah secara etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa'alah yaitu
saling berbuat, yang berarti hubungan kepentingan antara seseorang dengan orang
lain.

3
Umat Islam dalam melakukan kegiatan sehari-hari selalu berpegang teguh
pada norma-norma ilahiyah, begitu juga dalam muamalah. Hal ini sebagai upaya
untuk melindungi hak masing-masing pihak dalam bermuamalah. Melansir dari
repository.uin-suska.ac.id,

Mu`amalah dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut:

A. Syirkah

Dalam Ilmu muamalah, syirkah merupakan suatu akad di mana dua pihak
yang melakukan kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain
itu, syirkah juga bisa dimaknai mencampurkan dua bagian menjadi satu, sehingga
tidak bisa dibedakan antara satu dengan
yang lainnya.
Adapun rukun syirkah di antaranya barang harus halal, objek akad harus
pekerjaan dan modal, dan pihak pelaku akad harus memiliki
kecakapan melakukan pengelolaan harta.

B. Jual Beli

Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi memiliki arti suatu kegiatan atau
kesepakatan dalam menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya.
Adapun beberapa syarat saat proses jual beli diantaranya berakal sehat, transaksi
dilakukan atas dasar kehendak sendiri, dan penjual maupun pembeli harus punya
akal, baligh, dan lain sebagainya.
Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Allah telah
menghalalkan jual beli kepada hamba-hamba-Nya dengan baik dan melarang
praktek jual beli yang mengandung riba. Allah mengharamkan kepada umat Islam
memakan harta sesama dengan jalan batil, misalnya dengan cara mencuri, korupsi,
menipu, merampok, memeras, dan dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah,
kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli.

4
C. Murabahah

Murabahah adalah prinsip yang diterapkan melalui mekanisme jual beli


barang secara cicilan dengan penambahan margin keuntungan bagi bank. Porsi
pembiayaan dengan akad Murabahah saat ini berkontribusi 60% dari total
pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia. Nilai keuntungan yang didapat suatu
bank bergantung pada margin laba. Nah, pembiayaan akad murabahah adalah
dijalankan dengan basis ribhun (laba) melalui jual beli secara cicil maupun tunai.
Dalam praktiknya, murabahah adalah akad yang memberikan kemudahan bagi
perbankan syariah dalam proses perizinan dan pengawasan produk, membantu
memudahkan pelaksanaan dan pengembangan produk oleh pelaku industri, serta
memberikan kepastian hukum dan transparansi produk yang mendukung terciptanya
market conduct yang dapat mempengaruhi prinsip perlindungan konsumen dalam
layanan produk jasa perbankan syariah. Itu berarti sebuah transaksi jual-beli
amanah yaitu penjual memberikan transparansi terkait harga modal dan margin
secara jelas serta jujur kepada pembeli.
Pada dasarnya, murabahah adalah sebuah proses transaksi jual-beli barang
ketika harga asal dan keuntungan telah diketahui dan disepakati oleh kedua belah
pihak sebelumnya. Sementara dalam perbankan syariah, akad murabahah adalah
jenis kontrak yang dapat diartikan sering digunakan untuk pembelian produk oleh
bank sesuai permintaan nasabah dan kemudian dijual kepada nasabah tersebut
sebesar harga beli dan keuntungan yang telah disepakati sebelumnya.

5
D. Sewa Menyewa

Sewa menyewa atau dalam Islam disebut akad ijarah merupakan suatu
imbalan yang diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah diberikan, seperti
kendaraan, tenaga, tempat tinggal, dan pikiran.

Adapun beberapa syaratnya ialah barang yang disewakan menjadi hak


sepenuhnya dari pihak pemberi sewa, kedua belah pihak harus berakal sehat, dan
manfaat barang yang disewakan harus
diketahui jelas oleh penyewa.

E. Hutang Piutang

Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang


dengan catatan suatu saat nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Beberapa
rukun hutang piutang diantaranya harus ada barang atau harta, adanya ijab qabul,
dan adanya pemberi hutang atau penghutang. Salah satu hal yang harus dihindari
ialah menjauhi riba.

Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat


pengembalian berdasarkan persentase dari jumlah pinjaman pokok
yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa memiliki arti ziyadah atau
tambahan. Adapun pengertian riba menurut Syekh Abu Yahya Al-Anshary
didefinisikan sebagai berikut,yang artinya:

"Riba adalah suatu akad pertukaran barang tertentu yang tidak diketahui
padanannya menurut timbangan syariat’ yang terjadi saat akad berlangsung atau
akibat adanya penundaan serah terima barang baik terhadap kedua barang yang
dipertukarkan atau salah satunya saja.”(Syekh Abu Yahya Zakaria Al-Anshari, Fathul
Wahâb bi Syarhi Manhajial-Thullâb).”

6
B. Dasar Hukum Mu’amalah

Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah adalah
diperbolehkan (mubah), kecuali terdapat nash yang melarangnya. Dengan demikian,
kita tidak bisa mengatakan bahwa sebuah transaksi itu dilarang sepanjang
belum/tidak ditemukan nash yang secara sharih melarangnya.

Berbeda dengan ibadah, hukum asalnya adalah dilarang. Kita tidak bisa
melakukan sebuah ibadah jika memang tidak ditemukan nash yang
memerintahkannya, ibadah kepada Allah tidak bisa dilakukan jika tidak
terdapat syariat dari-Nya.
Pokok dari kegiatan muamalah hukumnya mubah (boleh). Kegiatan
transaksi apapun hukumnya halal, selama tidak ada nash yang

mengharamkannya. Berbeda dengan ibadah, yang pokoknya hukumnya


haram, tidak boleh menjalankan suatu ibadah yang tidak ada tuntunan
syari'ahnya. Seperti firman Allah dalam surat Yunus ayat 59:

‫قُ ْل اَ َر َء ْي ُت ْم مَّٓا اَ ْن َز َل هّٰللا ُ َل ُك ْم مِّنْ رِّ ْز ٍق َف َج َع ْل ُت ْم ِّم ْن ُه َح َرامًا وَّ َح ٰلاًل ۗ قُ ْل ٰۤءهّٰللا ُ اَذ َِن َل ُك ْم اَ ْم َع َلى هّٰللا ِ َت ْف َتر ُْو َن‬
‫۝‬٥٩

qul a ra'aitum mâ anzalallâhu lakum mir rizqin fa ja‘altum min-hu ḫarâmaw wa halâlâ,
qul âllâhu adzina lakum am ‘alallâhi taftarûn

Yang artinya : "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku tentang


rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan
sebagiannya halal.” Katakanlah, “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu
(tentang ini) ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?”

Kaidah ini menjadikan fiqih muamalah fleksibel dan up to date. Sehingga


syariah dapat menangkap segala transaksi muamalah. Fiqih muamalah fleksibel,
tidak kaku, dan tidak ketinggalan dalam menjawab
perkembangan kontemporer interaksi dan transaksi sosial.

7
Fleksibilitas fiqih muamalah ini ditunjukkan dalam kaidah yang lain,
yaitu:

“Hukum asal sesuatu itu boleh, hingga ada dalil yang


mengharamkannya”

Ibnu al-Qayyim melansir pendapat jumhur ulama bahwa “ Hukum asal dari
akad dan persyaratan adalah sah selama tidak dibatalkan dan
dilarang oleh agama”

Konsekuensi dari hukum asal muamalah boleh ini adalah memilah dan
memilih mana yang halal dan haram. Prinsip mengedepankan yang
halal dan menjauhi yang haram, termasuk menjauhi transaksi berbau riba.
Firman Allah pada surat al-Baqarah Ayat 175:

ٰۤ ُ
‫۝‬١٧٥ ‫ار‬ َ ‫ك الَّ ِذي َْن ا ْش َت َروُ ا الض َّٰل َل َة ِب ْاله ُٰدى َو ْال َع َذ‬
ِ ‫اب ِب ْال َم ْغف َِر ۚ ِة َف َمٓا اَصْ َب َر ُه ْم َع َلى ال َّن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫ا‬

ulâ'ikalladzînasytarawudl-dlalâlata bil-hudâ wal-‘adzâba bil-maghfirah, fa mâ


ashbarahum ‘alan-nâr

Artinya: “Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan
ampunan. Maka, alangkah beraninya mereka menentang api neraka.”

8
C. Prinsip Mu’amalah

Dalam Prinsip umum terdapat empat hal yang utama;

1. setiapmuamalahpadadasarnyaadalahmubahkecualiadadalil
yang mengharamkannya;
2. mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudharatan;
3. kesimbangan antarayangtransendentdan immanent;
4. keadilan dengan mengenyampingkan kezaliman.

Dan Adapun Prinsip Lainnya Yaitu ;

1. Keadilan
Merupakan prinsip utama dalam muamalah yang mengharuskan saling adil
dalam semua transaksi.

2. Kejujuran
Menjunjung tinggi kejujuran dalam setiap aspek muamalah untuk
menciptakan kepercayaan antar individu.

3. Tanggung Jawab
Memahami tanggung jawab dalam setiap transaksi dan berperilaku
bertanggung jawab terhadap hasil mu`amalah.

4. Kesepakatan
Muamalah harus dilakukan berdasarkan kesepakatan dan
persetujuan antara pihak yang terlibat.

9
D. Ruang Lingkup Mu’amalah

Ruang lingkup fiqh muamalah mencakup seluruh kegiatan dan aspek


kehidupan manusia seperti sosial, ekonomi, hukum politik dan
sebagainya.
Aspek ekonomi sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah ‫ ﺍﻗﺘﺼﺎﺩ‬yang
artinya adalah suatu cara bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan membuat pilihan diantara berbagai pemakaian atas alat pemuas
kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tak terbatas dapat dipenuhi
oleh alat pemuas kebutuhan
yang tak terbatas.

E. Islam Dan Kesehatan

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya


Untuk Saling membantu dalam perbuatan baik dan melarang untuk saling
mendukung dalam berbuat kejahatan, kebatilan, dan kezaliman. Oleh karena itu,
setiap manusia dianjurkan untuk selalu
menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap


sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama,

disebutkan, ada sepuluh hal,yaitu:


dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual,
keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan,dan mengatur anggota badan.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Muamalah adalah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara


sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, yang mengatur
kehidupan manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam
sekitarnya. Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam transaksi muamalah
adalah diperbolehkan (mubah), kecuali terdapat nash yang melarangnya.

B. SARAN

Penulis berharap agar kita sebagai makhluk sosial dapat menciptakan


hubungan yang harmonis antara sesama manusia sehingga
tercipta masyarakat yang rukun dan tentram.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, Cet ke-I, (Jakarta:


Amzah, 2010), Hlm.15

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, 2013), Hlm.46

Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III: Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 1993)

https://journal.iainkudus.ac.id

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content

https://www.fimela.com/lifestyle/read/4532287/muamalah-adalah-atu
ran-tata-cara-hidup-dalam-islam-ketahui-jenis-dan-tujuan

12

Anda mungkin juga menyukai