Jurnal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

Manajemen Tata Laksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik: Literature Review

Putri Irwanti Sari


Prodi Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi;
[email protected] (koresponden)*
Keshy Maghfirah
Prodi Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi;
[email protected]

ABSTRACT

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a significant global health issue. It


is characterized by chronic and progressive narrowing of the airways, resulting in symptoms
such as shortness of breath, cough, and excessive mucus production. Major risk factors include
smoking, air pollution, hazardous chemicals, and genetic factors. The impact of COPD on the
quality of life and healthcare costs is substantial. In 2015, the World Health Organization (WHO)
reported that around 65 million individuals suffer from COPD. In Indonesia, the prevalence of
COPD is 3.7%, with significant regional variations. This study is a literature review that
summarizes and critically analyzes existing literature, theories, research findings, and reference
materials from various sources. Various approaches to managing COPD include physical
therapy, breathing exercises, pharmacological therapy, and self-care programs. Physical
therapy involves chest physiotherapy, which includes postural drainage and breathing exercises.
Breathing exercises using the Pursed Lips Breathing (PLB) technique have also been proven
effective. Pharmacological therapy includes bronchodilators and corticosteroids, while nebulizer
therapy is used in some cases. Nursing interventions for COPD management involve
appropriate positioning, effective cough exercises, and patient education. Self-care programs
based on home care are recommended to improve patients' quality of life. To manage COPD
symptoms, it is recommended to integrate breathing therapy techniques, foster collaborative
healthcare teams, provide patient education, and conduct further research.
.
Keywords : COPD; Management; therapy

ABSTRAK

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan global yang
signifikan. Hal ini ditandai dengan penyempitan saluran udara yang kronis dan progresif,
sehingga menimbulkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan produksi lendir yang berlebihan.
Faktor risiko utama termasuk merokok, polusi udara, bahan kimia berbahaya, dan faktor genetik.
Dampak PPOK terhadap kualitas hidup dan biaya perawatan kesehatan sangat besar. Pada
tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 65 juta orang
menderita PPOK. Di Indonesia, prevalensi PPOK sebesar 3,7% dengan variasi regional yang
signifikan. Kajian ini merupakan tinjauan pustaka yang merangkum dan menganalisis secara
kritis literatur, teori, temuan penelitian, dan bahan referensi yang ada dari berbagai sumber.
Berbagai pendekatan untuk menangani PPOK meliputi terapi fisik, latihan pernapasan, terapi
farmakologis, dan program perawatan diri. Terapi fisik melibatkan fisioterapi dada, yang meliputi
drainase postural dan latihan pernapasan. Latihan pernapasan dengan teknik Pursed Lips
Breathing (PLB) juga terbukti efektif. Terapi farmakologis meliputi bronkodilator dan
kortikosteroid, sedangkan terapi nebulizer digunakan dalam beberapa kasus. Intervensi
keperawatan untuk penatalaksanaan PPOK melibatkan penempatan posisi yang tepat, latihan
batuk yang efektif, dan edukasi pasien. Program perawatan mandiri berdasarkan perawatan di
rumah direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mengelola gejala
PPOK, disarankan untuk mengintegrasikan teknik terapi pernapasan, membina tim layanan

1 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)


Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

kesehatan yang kolaboratif, memberikan edukasi kepada pasien, dan melakukan penelitian
lebih lanjut.

Kata kunci : PPOK, Penatalaksanaan, Terapi

PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang semakin memprihatinkan di seluruh dunia. PPOK adalah kondisi medis yang ditandai
oleh penyempitan saluran udara yang bersifat kronis dan sering kali progresif. Ini
menyebabkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan produksi lendir yang berlebihan. PPOK
biasanya disebabkan oleh faktor-faktor risiko, terutama paparan asap rokok, namun juga
dapat dipengaruhi oleh polusi udara, paparan bahan kimia berbahaya, serta faktor genetik.
PPOK memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu dan biaya pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, penanganan PPOK yang efektif sangat penting.
Berdasarkan laporan dari WHO pada tahun 2015, sekitar 65 juta individu diketahui
menderita PPOK. Pada tahun 2002, PPOK telah mencapai peringkat kelima sebagai
penyebab kematian utama di seluruh dunia. Selain itu, diperkirakan bahwa jumlah kematian
yang disebabkan oleh PPOK akan mengalami peningkatan lebih dari 30% dalam dekade yang
akan datang. Di Indonesia, sebuah negara di mana mayoritas penduduknya merokok, terjadi
peningkatan signifikan dalam prevalensi orang yang menderita PPOK. Hal ini telah
mengakibatkan PPOK menduduki peringkat kedua setelah asma dalam hal jumlah kasus
yang tercatat.
Menurut data di Indonesia, prevalensi PPOK diperkirakan mencapai sekitar 3,7%.
Namun, terdapat variasi yang signifikan dalam tingkat prevalensi di berbagai wilayah di
Indonesia. Prevalensi PPOK tertinggi tercatat di Nusa Tenggara Timur, mencapai 10,0%,
diikuti oleh Sulawesi Tengah dengan tingkat 8,0%. Selain itu, Sulawesi Barat dan Sulawesi
Selatan masing-masing memiliki tingkat prevalensi sebesar 6,7%.
Di Pulau Kalimantan, ditemukan variasi dalam kasus PPOK. Prevalensi tertinggi
terdapat di Kalimantan Selatan, sekitar 5,0%, diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan tingkat
4,3%. Kalimantan Barat memiliki prevalensi sekitar 3,5%, dan Kalimantan Timur memiliki
tingkat 2,8% (Najihah, Theovena Estvnia P., Ose Maria I., 2023) . PPOK dapat dipicu oleh
berbagai faktor risiko, termasuk merokok, eksposur terhadap zat kimia dan debu, paparan
polusi udara, infeksi, faktor genetik, usia, jenis kelamin, perkembangan paru-paru, serta
kondisi sosial ekonomi (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014; dalam najihah).
Literature review ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis tata laksana PPOK
berdasarkan temuan-temuan terkini dalam literatur ilmiah. Dengan memahami perkembangan
terbaru dalam diagnosis, pengobatan, dan manajemen PPOK, kita dapat meningkatkan
perawatan pasien yang menderita kondisi ini dan mengurangi dampak negatifnya pada
masyarakat.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian literature review. Literature review adalah
sebuah eksposisi yang menggambarkan teori, hasil penelitian, serta materi referensi lainnya
yang diambil dari berbagai sumber acuan. Tujuannya adalah untuk membentuk landasan
penelitian dan membangun kerangka pemikiran yang kokoh untuk merumuskan masalah
penelitian yang akan diinvestigasi. Penulis melakukan rangkuman, analisis, serta sintesis
yang kritis dan mendalam terhadap literatur-literatur sebelumnya.
Literature review yang efektif adalah yang mampu mengevaluasi mutu serta temuan
baru yang terdapat dalam publikasi ilmiah tertentu.Peneliti melakukan analisis dari beberapa
sumber literatur/Jurnal dan kemudian menyusun mengenai hasil penelitian mengenai Tata
Laksana PPOK.

2 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)


Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

Setelah melakukan analisis, peneliti menjalankan eksplorasi lebih dalam terhadap


temuan-temuan tersebut, sehingga dapat menghasilkan rangkuman yang akan dituangkan ke
dalam bab berikutnya.Dengan demikian, peneliti dapat menyajikan temuan dari literatur
dengan cara yang sistematis dan informatif dalam kerangka penelitian yang lebih luas.
Sampel dalam literatur review ini berasal dari jurnal nasional yang berkaitan dengan tata
laksana PPOK. Data dikumpulkan dengan cara melakukan pencarian melalui situs web portal-
jurnal yang dapat dijangkau melalui Google Scholar. Kemudian, dari sumber-sumber tersebut,
dilakukan proses skrining yang berarti penyaringan atau pemilihan data yang bertujuan untuk
menemukan informasi yang relevan dengan topik penelitian, yakni tata laksana PPOK.

HASIL

Sampel dalam literatur review ini menggunakan 7 jurnal nasional yang berkaitan dengan
tata laksana PPOK. Data dikumpulkan dengan cara melakukan pencarian melalui situs web
portal-jurnal yang dapat dijangkau melalui Google Scholar menggunakan kata kunci PPOK,
tata laksana PPOK, manajemen terapi PPOK, terapi farmakologi dan non farmakologi PPOK.
Kemudian, dari sumber-sumber tersebut, dilakukan proses skrining yang berarti penyaringan
atau pemilihan data yang bertujuan untuk menemukan informasi yang relevan dengan topik
penelitian, yakni tata laksana PPOK.
Tabel 1. Kajian studi literatur tentang Tata Laksana Pernyakit Paru Obstruktif Kronik
No Penulis Judul Desain Responden Hasil
Penelitian
1. Frisky Lutfia Fisioterapi Dada - - Tata laksana pada jurnal tersebut
Windradini, Pada Penderita membahas tentang penggunaan
Ameilia Inantia Ppok fisioterapi dada sebagai salah satu
Mubarokah, metode non-medikamentosa dalam
Julistya Widya penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif
Maharani, dan Kronik (PPOK). Fisioterapi dada dapat
Ratna Lusiawati membantu meningkatkan proses
(2020) penyembuhan secara efektif dan efisien
pada pasien PPOK.
Metode ini melibatkan beberapa
teknik, seperti postural drainage,
clapping/percussion, dan breathing
exercises. Postural drainage dilakukan
dengan mengatur posisi tubuh pasien
untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
dari saluran pernapasan.
2. Rusminah, Teknik Pursed Pendekata - Teknik yang digunakan dalam menangani
Siswanto dan, Lips Breathing n PPOK adalah latihan pernapasan dengan
Susi Amalia (Plb) Terhadap eksploratif Teknik Pursed Lips Breathing
(2021) Saturasi Oksigen mengguna (PLB).Selain latihan pernapasan PLB,
Pada Pasien kan terapi farmakologi seperti pemberian
Penyakit Paru metode bronkodilator juga dapat digunakan untuk
Obstruktif Kronik dan desain mengurangi obstruksi jalan napas pada
(Ppok) literature penderita PPOK. Serta Pendekatan non-
review farmakologi lainnya, seperti memberikan
hidrasi yang memadai untuk
mengencerkan sekret bronkus,
3. Putu Rika Efek Terapi Penelitian Sampel 99 Pasien yang didiagnosis PPOK ditangani
Veryanti1,dan I Bronkodilator dreskriptif pasien dengan pemberian terapi bronkodilator
Dewa Gede Dan dengan dan kortikosteroid. Dalam hasil penelitian
Wisesa Budiman Kortikosteroid pendekata ini memberikan efek yang signifikan
(2021) Terhadap n cross terhadap perubahan nilai APE pasien
Perubahan Nilai sectional.
Arus Puncak
Ekspirasi (Ape)
Pasien Penyakit
Paru Obstruktif
Kronik (Ppok)

3 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)


Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

No Penulis Judul Desain Responden Hasil


Penelitian
4. Ida Nur Perbedaan Penelitian Sampel yang Dalam tata laksana PPOK beberapa
Imamah1, Dyah Pengaruh pre digunakan perawatan konvensional yang dapat
Rahmawatie dan Kombinasi eksperime dalam diberikan untuk mengatasi dyspnea pada
Ratna Budi Terapi Nebuliser ntal (quasi penelitian PPOK antara lain terapi bronkodilator,
Utami (2022) Dengan Batuk eksperime sebanyak 22 latihan olahraga, terapi oksigen, latihan
Efektif dan ntal) responden kontrol nafas, dan terapi relaksasi.
Pursed Lip
Terhadap Sesak
Nafas Pasien
PPOK
5. Ratna Dewi, Pengaruh Terapi Desain Sampel Tata laksana untuk mengatasi kesulitan
Sarmaida Nebulizer penelitian dalam bernapas (dyspnea) pada PPOK
Siregar, Mukhtar terhadap yang penelitian ini melibatkan penggunaan terapi nebulizer.
Effendi Harahap, Frekuensi Napas digunakan berjumlah 49 Temuan ini menunjukkan bahwa setelah
dan Christine Pada Pasien adalah pasien pemberian intervensi terapi nebulizer,
Handayani Penyakit Paru quasi PPOK yang lebih dari 25% dari pasien mengalami
Siburian (2022) Obstruktif Kronik eksperime rawat inap di penurunan frekuensi pernapasan atau
(Ppok) Di Rsu n pre dan RSU IPI kembali ke tingkat pernapasan normal.
Imelda Pekerja post test
Indonesia (Rsu one
Ipi) sample test
6. Dimas Eko Penerapan - Penelitian ini Dalam mengatasi keluhan sesak nafas
Saputro & Anissa Teknik Terapi menggunaka yang diderita, pasien harus melakukan
Cindy Nurul A Nafas Dalam n 1 pasien terapi latihan yang berbasis home
(2023) Terhadap dengan programme yang dilakukan secara
Peningkatan diagnosa mandiri. Terapi pelatihan ini meliputi: 1).
Saturasi Oksigen PPOK yang Pursed Lip Breathing 2). Mobilisasi
Pada Pasien mengalami Sangkar Thorax, dan 3). Batuk Efektif.
Penyakit Paru penurunan
Obstruktif Kronik saturasi
(PPOK) Di oksigen
Ruang Isntalasi
Gawat Darurat
RS UNS
7. Natasya Anjani, Edukasi Dan Metode Terapi Menekankan bahwa dalam mengatasi
Kristiyono Putro, Pemberian berupa latihan keluhan sesak nafas yang diderita, pasien
dan Nungki Terapi Latihan penyuluha kepada 20 harus melakukan terapi latihan yang
Marlian pada Pasien n promosi orang pasien berbasis home programme yang
Yuliadarwati PPOK Untuk kesehatan dilakukan secara mandiri. Terapi
(2023) Mengurangi pelatihan ini meliputi: 1). Pursed Lip
Sesak Napas Di Breathing 2). Mobilisasi Sangkar Thorax,
RSUD Dungus dan 3). Batuk Efektif.

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa ada beberapa penatalaksanaan terapi non


farmakologi yang dilakukan pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik.
Penatalaksanaan berfokus untuk mengatasi keluhan sesak napas yang diderita oleh pasien.
Terapi yang dilakukan antara lain latihan pernapasan dengan Teknik Pursed Lips, terapi
napas dalam, edukasi berbasis home programme dan fisioterapi dada. Terapi farmakologi
yang dapat diberikan adalah terapi bronkolodilator dan kortikosteroid.

DISCUSSION / PEMBAHASAN

Penelitian (Windradini et al., 2021), Tata laksana pada jurnal tersebut membahas
tentang penggunaan fisioterapi dada sebagai salah satu metode non-medikamentosa dalam
penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Fisioterapi dada dapat membantu
meningkatkan proses penyembuhan secara efektif dan efisien pada pasien PPOK.
4 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)
Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

Metode ini melibatkan beberapa teknik, seperti postural drainage, clapping/percussion,


dan breathing exercises. Postural drainage dilakukan dengan mengatur posisi tubuh pasien
untuk memfasilitasi pengeluaran sekret dari saluran pernapasan. Clapping/percussion adalah
teknik penepukan ringan pada dinding dada untuk membersihkan jalan napas secara
mekanik. Breathing exercises melibatkan latihan pernapasan untuk meningkatkan fungsi
pernapasan dan mencegah kolaps paru-paru. Selain itu, penatalaksanaan PPOK juga
melibatkan penggunaan obat bronkodilator secara medikamentosa.
Dalam Penelitian (Rusminah, Siswanto and Amalia, 2021), menjelaskan bahwa teknik
yang digunakan dalam menangani PPOK adalah latihan pernapasan dengan Teknik Pursed
Lips Breathing (PLB). Teknik PLB melibatkan pernapasan melalui hidung selama 2-3 detik
dan ekspirasi perlahan-lahan melalui bibir yang dirapatkan selama 4-6 detik. Latihan ini dapat
membantu mengurangi sesak napas, meningkatkan saturasi oksigen, dan memperbaiki
pertukaran gas dalam paru-paru.
Latihan PLB dapat dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring. latihan pernapasan
PLB dapat dilakukan secara teratur, sebanyak 4 kali dalam sehari sebelum makan dan
sebelum tidur, selama 30 menit. Latihan ini dapat membantu meningkatkan kapasitas
pernapasan, mengoptimalkan kemampuan pasien, dan meningkatkan kualitas hidup. Selain
latihan pernapasan PLB, terapi farmakologi seperti pemberian bronkodilator juga dapat
digunakan untuk mengurangi obstruksi jalan napas pada penderita PPOK. Terapi ini bertujuan
untuk mengurangi gejala sesak napas dan memperlambat progresi penyakit.
Serta Pendekatan non-farmakologi lainnya, seperti memberikan hidrasi yang memadai
untuk mengencerkan sekret bronkus, mengatur pola tidur yang baik, dan memberikan edukasi
kepada pasien tentang pentingnya menjaga gaya hidup sehat, termasuk menghindari faktor
risiko seperti merokok dan polusi udara.
Hal ini berbeda dengan Penelitian yang dilakukan (Rika Veryanti and Gede Wisesa
Budiman, 2021), pasien yang didiagnosis PPOK ditangani dengan pemberian terapi
bronkodilator dan kortikosteroid. Dalam hasil penelitian ini memberikan efek yang signifikan
terhadap perubahan nilai APE pasien. Penelitian yang dilakukan oleh (Imamah, 2022),
berbeda dengan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dalam tata laksana PPOK
beberapa perawatan konvensional yang dapat diberikan untuk mengatasi dyspnea pada
PPOK antara lain terapi bronkodilator, latihan olahraga, terapi oksigen, latihan kontrol nafas,
dan terapi relaksasi.
Selain itu, pada dijelaskan bahwa intervensi keperawatan yang seharusnya dilakukan
pada pasien dengan PPOK antara lain adalah pemberian posisi, batuk efektif, postural
drainage, dan pursed lip breathing.
Selanjutnya hasil penelitian juga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada
Penelitian yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2022), tata laksana untuk mengatasi kesulitan
bernapas (dyspnea) pada PPOK melibatkan penggunaan terapi nebulizer. Temuan ini
menunjukkan bahwa setelah pemberian intervensi terapi nebulizer, lebih dari 25% dari pasien
mengalami penurunan frekuensi pernapasan atau kembali ke tingkat pernapasan normal.
Dalam penelitian (hidayat fahrul, 2023), untuk mengatasi masalah PPOL salah satunya
dengan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan ventilasi alveoli dan memelihara pertukaran
gas. Tujuan dari kasus ini yaitu untuk mengetahui implementasi penerapan teknik terapi nafas
dalam terhadap peningkatan saturasi oksigen.
Penelitian, (Anjani, Putro and Yuliadarwati, 2023), Menekankan bahwa dalam
mengatasi keluhan sesak nafas yang diderita, pasien harus melakukan terapi latihan yang
berbasis home programme yang dilakukan secara mandiri. Terapi pelatihan ini meliputi: 1).
Pursed Lip Breathing 2). Mobilisasi Sangkar Thorax, dan 3). Batuk Efektif.

5 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)


Volume 1 Nomor 1, Februari 2024

KESIMPULAN

Penatalaksanaan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bertujuan meningkatkan status


fungsional dan kualitas hidup pasien dengan mempertahankan fungsi paru yang optimal,
memperbaiki gejala, dan mencegah rekurensi eksaserbasi. Diharapkan adanya literature
review ini dapat meningkatkan pengetahuan terkait perkembangan manajemen perawatan
PPOK bagi pasien serta dapat menjadi pilihan dalam meningkatkan status Kesehatan pasien.

ACKNOWLEDGEMT / PENGAKUAN
Terima kasih kepada Ketua Jurusan Keperawatan dan Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang telah memfasilitasi kegiatan
penelitian.

REFERENCE / REFERENSI

Anjani, N., Putro, K. and Yuliadarwati, N.M. (2023) ‘Edukasi Dan Pemberian Terapi
Latihan Pada Pasien Ppok Untuk Mengurangi Sesak Napas Di Rsud Dungus’,
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin, 6(2), pp. 191–197. Available at:
https://doi.org/10.36341/jpm.v6i2.2986.
Dewi, R. et al. (2022) ‘Pengaruh Terapi Nebulizer Terhadap Frekuensi Napas Pada
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok)’, Jurnal Ilmiah Keperawatan
IMELDA, 8(1), pp. 1–4. Available at:
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v8i1.682.
hidayat fahrul, D. (2023) ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析Title’, pp. 31–41.
Imamah, I. (2022) ‘Perbedaan Pengaruh Kombinasi Terapi Nebuliser Dengan Batuk
Efektif dan Pursed Lip Terhadap Sesak Nafas Pasien PPOK’, Profesi
(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 20(1), pp. 1–16.
Najihah, Theovena Estvnia P., Ose Maria I., W.D.T. (2023) ‘Prevalensi Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (Ppok) Berdasarkan Karakteristik Demografi Dan Derajat
Keparahan’, Journal of Borneo Holistic Health, 6(1), pp. 109–115.
Rika Veryanti, P. and Gede Wisesa Budiman, I.D. (2021) ‘Efek Terapi Bronkodilator
Dan Kortikosteroid Terhadap Perubahan Nilai Arus Puncak Ekspirasi (Ape)
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok)’, Forte Journal, 1(2), pp. 69–
76. Available at: https://doi.org/10.51771/fj.v1i2.81.
Rusminah, R., Siswanto, S. and Amalia, S. (2021) ‘Literature Review : Teknik Pursed
Lips Breathing (PLB) Terhadap Saturasi Oksigen pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)’, Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 7(1), pp. 83–98.
Available at: https://doi.org/10.56186/jkkb.89.
Windradini, F.L. et al. (2021) ‘Fisioterapi Dada Pada Penderita PPOK’, Publikasi
Ilmiah, pp. 831–844.

6 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)

Anda mungkin juga menyukai