Jurnal
Jurnal
Jurnal
ABSTRACT
ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan global yang
signifikan. Hal ini ditandai dengan penyempitan saluran udara yang kronis dan progresif,
sehingga menimbulkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan produksi lendir yang berlebihan.
Faktor risiko utama termasuk merokok, polusi udara, bahan kimia berbahaya, dan faktor genetik.
Dampak PPOK terhadap kualitas hidup dan biaya perawatan kesehatan sangat besar. Pada
tahun 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 65 juta orang
menderita PPOK. Di Indonesia, prevalensi PPOK sebesar 3,7% dengan variasi regional yang
signifikan. Kajian ini merupakan tinjauan pustaka yang merangkum dan menganalisis secara
kritis literatur, teori, temuan penelitian, dan bahan referensi yang ada dari berbagai sumber.
Berbagai pendekatan untuk menangani PPOK meliputi terapi fisik, latihan pernapasan, terapi
farmakologis, dan program perawatan diri. Terapi fisik melibatkan fisioterapi dada, yang meliputi
drainase postural dan latihan pernapasan. Latihan pernapasan dengan teknik Pursed Lips
Breathing (PLB) juga terbukti efektif. Terapi farmakologis meliputi bronkodilator dan
kortikosteroid, sedangkan terapi nebulizer digunakan dalam beberapa kasus. Intervensi
keperawatan untuk penatalaksanaan PPOK melibatkan penempatan posisi yang tepat, latihan
batuk yang efektif, dan edukasi pasien. Program perawatan mandiri berdasarkan perawatan di
rumah direkomendasikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mengelola gejala
PPOK, disarankan untuk mengintegrasikan teknik terapi pernapasan, membina tim layanan
kesehatan yang kolaboratif, memberikan edukasi kepada pasien, dan melakukan penelitian
lebih lanjut.
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang semakin memprihatinkan di seluruh dunia. PPOK adalah kondisi medis yang ditandai
oleh penyempitan saluran udara yang bersifat kronis dan sering kali progresif. Ini
menyebabkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan produksi lendir yang berlebihan. PPOK
biasanya disebabkan oleh faktor-faktor risiko, terutama paparan asap rokok, namun juga
dapat dipengaruhi oleh polusi udara, paparan bahan kimia berbahaya, serta faktor genetik.
PPOK memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu dan biaya pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, penanganan PPOK yang efektif sangat penting.
Berdasarkan laporan dari WHO pada tahun 2015, sekitar 65 juta individu diketahui
menderita PPOK. Pada tahun 2002, PPOK telah mencapai peringkat kelima sebagai
penyebab kematian utama di seluruh dunia. Selain itu, diperkirakan bahwa jumlah kematian
yang disebabkan oleh PPOK akan mengalami peningkatan lebih dari 30% dalam dekade yang
akan datang. Di Indonesia, sebuah negara di mana mayoritas penduduknya merokok, terjadi
peningkatan signifikan dalam prevalensi orang yang menderita PPOK. Hal ini telah
mengakibatkan PPOK menduduki peringkat kedua setelah asma dalam hal jumlah kasus
yang tercatat.
Menurut data di Indonesia, prevalensi PPOK diperkirakan mencapai sekitar 3,7%.
Namun, terdapat variasi yang signifikan dalam tingkat prevalensi di berbagai wilayah di
Indonesia. Prevalensi PPOK tertinggi tercatat di Nusa Tenggara Timur, mencapai 10,0%,
diikuti oleh Sulawesi Tengah dengan tingkat 8,0%. Selain itu, Sulawesi Barat dan Sulawesi
Selatan masing-masing memiliki tingkat prevalensi sebesar 6,7%.
Di Pulau Kalimantan, ditemukan variasi dalam kasus PPOK. Prevalensi tertinggi
terdapat di Kalimantan Selatan, sekitar 5,0%, diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan tingkat
4,3%. Kalimantan Barat memiliki prevalensi sekitar 3,5%, dan Kalimantan Timur memiliki
tingkat 2,8% (Najihah, Theovena Estvnia P., Ose Maria I., 2023) . PPOK dapat dipicu oleh
berbagai faktor risiko, termasuk merokok, eksposur terhadap zat kimia dan debu, paparan
polusi udara, infeksi, faktor genetik, usia, jenis kelamin, perkembangan paru-paru, serta
kondisi sosial ekonomi (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014; dalam najihah).
Literature review ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis tata laksana PPOK
berdasarkan temuan-temuan terkini dalam literatur ilmiah. Dengan memahami perkembangan
terbaru dalam diagnosis, pengobatan, dan manajemen PPOK, kita dapat meningkatkan
perawatan pasien yang menderita kondisi ini dan mengurangi dampak negatifnya pada
masyarakat.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian literature review. Literature review adalah
sebuah eksposisi yang menggambarkan teori, hasil penelitian, serta materi referensi lainnya
yang diambil dari berbagai sumber acuan. Tujuannya adalah untuk membentuk landasan
penelitian dan membangun kerangka pemikiran yang kokoh untuk merumuskan masalah
penelitian yang akan diinvestigasi. Penulis melakukan rangkuman, analisis, serta sintesis
yang kritis dan mendalam terhadap literatur-literatur sebelumnya.
Literature review yang efektif adalah yang mampu mengevaluasi mutu serta temuan
baru yang terdapat dalam publikasi ilmiah tertentu.Peneliti melakukan analisis dari beberapa
sumber literatur/Jurnal dan kemudian menyusun mengenai hasil penelitian mengenai Tata
Laksana PPOK.
HASIL
Sampel dalam literatur review ini menggunakan 7 jurnal nasional yang berkaitan dengan
tata laksana PPOK. Data dikumpulkan dengan cara melakukan pencarian melalui situs web
portal-jurnal yang dapat dijangkau melalui Google Scholar menggunakan kata kunci PPOK,
tata laksana PPOK, manajemen terapi PPOK, terapi farmakologi dan non farmakologi PPOK.
Kemudian, dari sumber-sumber tersebut, dilakukan proses skrining yang berarti penyaringan
atau pemilihan data yang bertujuan untuk menemukan informasi yang relevan dengan topik
penelitian, yakni tata laksana PPOK.
Tabel 1. Kajian studi literatur tentang Tata Laksana Pernyakit Paru Obstruktif Kronik
No Penulis Judul Desain Responden Hasil
Penelitian
1. Frisky Lutfia Fisioterapi Dada - - Tata laksana pada jurnal tersebut
Windradini, Pada Penderita membahas tentang penggunaan
Ameilia Inantia Ppok fisioterapi dada sebagai salah satu
Mubarokah, metode non-medikamentosa dalam
Julistya Widya penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif
Maharani, dan Kronik (PPOK). Fisioterapi dada dapat
Ratna Lusiawati membantu meningkatkan proses
(2020) penyembuhan secara efektif dan efisien
pada pasien PPOK.
Metode ini melibatkan beberapa
teknik, seperti postural drainage,
clapping/percussion, dan breathing
exercises. Postural drainage dilakukan
dengan mengatur posisi tubuh pasien
untuk memfasilitasi pengeluaran sekret
dari saluran pernapasan.
2. Rusminah, Teknik Pursed Pendekata - Teknik yang digunakan dalam menangani
Siswanto dan, Lips Breathing n PPOK adalah latihan pernapasan dengan
Susi Amalia (Plb) Terhadap eksploratif Teknik Pursed Lips Breathing
(2021) Saturasi Oksigen mengguna (PLB).Selain latihan pernapasan PLB,
Pada Pasien kan terapi farmakologi seperti pemberian
Penyakit Paru metode bronkodilator juga dapat digunakan untuk
Obstruktif Kronik dan desain mengurangi obstruksi jalan napas pada
(Ppok) literature penderita PPOK. Serta Pendekatan non-
review farmakologi lainnya, seperti memberikan
hidrasi yang memadai untuk
mengencerkan sekret bronkus,
3. Putu Rika Efek Terapi Penelitian Sampel 99 Pasien yang didiagnosis PPOK ditangani
Veryanti1,dan I Bronkodilator dreskriptif pasien dengan pemberian terapi bronkodilator
Dewa Gede Dan dengan dan kortikosteroid. Dalam hasil penelitian
Wisesa Budiman Kortikosteroid pendekata ini memberikan efek yang signifikan
(2021) Terhadap n cross terhadap perubahan nilai APE pasien
Perubahan Nilai sectional.
Arus Puncak
Ekspirasi (Ape)
Pasien Penyakit
Paru Obstruktif
Kronik (Ppok)
DISCUSSION / PEMBAHASAN
Penelitian (Windradini et al., 2021), Tata laksana pada jurnal tersebut membahas
tentang penggunaan fisioterapi dada sebagai salah satu metode non-medikamentosa dalam
penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Fisioterapi dada dapat membantu
meningkatkan proses penyembuhan secara efektif dan efisien pada pasien PPOK.
4 Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No 1(Februari 2024)
Volume 1 Nomor 1, Februari 2024
KESIMPULAN
ACKNOWLEDGEMT / PENGAKUAN
Terima kasih kepada Ketua Jurusan Keperawatan dan Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi yang telah memfasilitasi kegiatan
penelitian.
REFERENCE / REFERENSI
Anjani, N., Putro, K. and Yuliadarwati, N.M. (2023) ‘Edukasi Dan Pemberian Terapi
Latihan Pada Pasien Ppok Untuk Mengurangi Sesak Napas Di Rsud Dungus’,
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin, 6(2), pp. 191–197. Available at:
https://doi.org/10.36341/jpm.v6i2.2986.
Dewi, R. et al. (2022) ‘Pengaruh Terapi Nebulizer Terhadap Frekuensi Napas Pada
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok)’, Jurnal Ilmiah Keperawatan
IMELDA, 8(1), pp. 1–4. Available at:
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v8i1.682.
hidayat fahrul, D. (2023) ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析Title’, pp. 31–41.
Imamah, I. (2022) ‘Perbedaan Pengaruh Kombinasi Terapi Nebuliser Dengan Batuk
Efektif dan Pursed Lip Terhadap Sesak Nafas Pasien PPOK’, Profesi
(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 20(1), pp. 1–16.
Najihah, Theovena Estvnia P., Ose Maria I., W.D.T. (2023) ‘Prevalensi Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (Ppok) Berdasarkan Karakteristik Demografi Dan Derajat
Keparahan’, Journal of Borneo Holistic Health, 6(1), pp. 109–115.
Rika Veryanti, P. and Gede Wisesa Budiman, I.D. (2021) ‘Efek Terapi Bronkodilator
Dan Kortikosteroid Terhadap Perubahan Nilai Arus Puncak Ekspirasi (Ape)
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok)’, Forte Journal, 1(2), pp. 69–
76. Available at: https://doi.org/10.51771/fj.v1i2.81.
Rusminah, R., Siswanto, S. and Amalia, S. (2021) ‘Literature Review : Teknik Pursed
Lips Breathing (PLB) Terhadap Saturasi Oksigen pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)’, Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 7(1), pp. 83–98.
Available at: https://doi.org/10.56186/jkkb.89.
Windradini, F.L. et al. (2021) ‘Fisioterapi Dada Pada Penderita PPOK’, Publikasi
Ilmiah, pp. 831–844.