Ppka Juni 2024

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Stomatitis Aftosa Rekuren pada Penderita Chicken Pox

Firdaus – 2403036

Program Studi Profesi Ners , Pekanbaru Medical center


Jl. Lembaga Permasyarakatan No.25, Suka Maju, Kec. Sail,
Pekanbaru, Riau
Email: [email protected]

ABSTRAK
dan terasa sakit/perih dan gatal pada
Stomatitis aftosa rekuren
tangan, kaki, dan seluruh badan. Dari
adalah jenis lesi ulserasi pada mukosa
anamnesis dan pemeriksaan klinis
mulut yang terjadi secara tiba-tiba,
ditegakkan diagnosis yaitu Varicella /
akut, nyeri, rekuren, tidak menular,
Chicken pox dengan faktor predisposisi
tidak vesikuler, dan dimediasi secara
adanya penurunan daya tahan tubuh.
imunologis. Varicella / Chicken pox
Terapi simptomatis yang diberikan
merupakan infeksi primer oleh virus
adalah Paracetamol 500 mg dan obat
Varicella zoster yang memiliki
kumur mengandung asam hialuronat.
karakteristik demam akut, vesikel
Terapi kausatif yang diberikan adalah
kemerahan yang nyeri dan gatal, dan
Acyclovir 400mg dan terapi suportif
sangat menular. Etiologi dari kelainan
diberikan multivitamin. Pasien juga
ini adalah Varicella zoster virus (VZV)
diberikan komunikasi, instruksi, dan
dimana kondisi ini dapat diperparah
edukasi agar pasien mengerti kondisi
oleh kondisi imunokompromis. Laporan
yang dialaminya dan penanggulangan
kasus: seorang anak laki-laki usia 13
yang baik.
tahun datang bersama ibunya dengan
keluhan ingin memeriksa sariawan yang Kata Kunci: Varicella Zoster, manifestasi mulut,
banyak dan lentingan yang muncul di chicken pox.

seluruh badannya. Sebelum lesi muncul,


pasien,mengalami demam.
Hasil pemeriksaan intraoral ditemukan
lesi erosi berbentuk oval dengan ukuran
1-2 mm dan multiple dengan tepi lesi
dikelilingi daerah kemerahan,
konsistensi lunak, dengan dasar berupa
jaringan nekrotik berwarna putih-
kekuningan. Hasil pemeriksaan
ekstraoral ditemukan lesi krusta
berwarna kecoklatan dan lesi vesikel
berbentuk oval dengan ukuran 1-2 mm
dan multiple dengan tepi lesi dikelilingi
daerah kemerahan, konsistensi lunak
PENDAHULUAN keterlibatan mukosa seperti rongga mulut,
mata dan daerah genital. Lesi baru
Stomatitis aftosa rekuren adalah munculnya seperti papula, vesikel, dan
penyakit yang umum, sifatnya idiopatik, krusta terjadi secara bersamaan dan
dengan ulkus aftosa yang nyeri berulang berada sampai beberapa hari. Meskipun
(biasanya disebut "sariawan") pada biasanya sembuh dalam waktu 7-10 hari,
membran mukosa mulut non-keratin. Varicella zoster dapat menyebabkan kondisi
Insidensi sebesar 20% dari populasi. buruk yang lebih banyak dalam kasus-
Etiologi dari stomatitis aftosa rekuren kasus tertentu seperti invasi viseral.
masih belum diketahui. Namun, terdapat Komplikasi seperti hepatitis, pankreatitis,
beberapa faktor predisposisi seperti, bahan pneumonitis, dan ensefalitis sangat langka
pada obat kumur dan pasta gigi (sodium- ditemukan.(Apriasari, 2019) Infeksi primer
lauryl sulfate), defisiensi nutrisi (vitamin menghasilkan latensi virus seumur hidup di
B12, asam folat, zat besi), infeksi virus, ganglia saraf dan dapat menjadi Herpes
infeksi bakteri, faktor psikologis, trauma, zoster. Keterlibatan chicken pox pada
dan hormon.Terdapat 3 bentuk dari rongga mulut relatif umum dan dapat
stomatitis aftosa, yaitu minor, mayor, dan menyebabkan ketidaknyamanan yang
herpetiform.(Akintoye and Greenberg, signifikan. Imunokompromi kondisi seperti
2014) diabetes mellitus, mayor depresi, peristiwa
Varicella / Chicken pox merupakan stres, imunosupresif pengobatan, infeksi
penyakit infeksi primer oleh Varicella HIV, limfoma, leukimia, transplantasi
zoster virus (VZV) yang dapat laten pada sumsum tulang atau organ lainnya dan
syaraf ganglion. Umumnya, penyakit ini lupus eritematosus sistemik dapat berisiko
menyerang anak-anak usia di bawah 10 reaktivasi virus Varicella zoster menjadi
tahun. Varicella adalah penyakit yang Herpes zoster dan mendorong
sangat menular, sekitar 75% anak-anak perkembangan Post Herpetic Neuralgia
tertular setelah transmisi. Penyakit ini (PHN). Keterlibatan lesi chicken pox pada
dapat transmisi melalui sekresi respiratori, rongga mulut memiliki diagnosis banding
percikan saliva, kontak dengan cairan merupakan manifestasi oral dari chicken
vesikel, pustule, dan kehamilan atau pox atau
transplansental.(Hernawati, 2019) stomatitis aftosa rekuren.(Apriasari,2019)
Insidensi chicken pox di Eropa Tujuan penulisan laporan kasus ini
diperkirakan 2,0 dan 4,6 kasus per 1000 adalah untuk menginformasikan kepada
orang setiap tahun. Studi di Banjarmasin pasien mengenai lesi vesikel, erosi, dan
(Kalimantan Selatan, Indonesia) krusta yang terdapat pada mukosa bukal
menyatakan bahwa pada tahun 2014- dan gingiva serta temuan ekstraoral
2017 infeksi mukosa mulut penyakit sehingga dapat menentukan rencana
mencapai 10,07% dengan Varicella zoster perawatan yang tepat dan sesuai dengan
sebagai penyakit dengan prevalensi kebutuhan pasien
tertinggi.(Apriasari, 2019)
Karakteristik chicken pox adalah
demam, gejala konstitusional dan lesi
ruam vesikular melibatkan wajah dan
badan. Selain itu, lesi juga mungkin
muncul pada tangan, kaki, dan
LAPORAN KASUS dengan ukuran 1-2 mm dan multiple. Tepi
Seorang pasien laki- laki berinisial lesi dikelilingi daerah kemerahan, konsistensi
berusia 13 tahun datang bersama dengan lunak dan terasa sakit/perih dan gatal. Pada
ibunya mengeluhkan banyak sariawan kulit sekitar mulut dan lainnya terdapat lesi
yang bermunculan dan lentingan di berupa krusta berwarna kecoklatan dan lesi
seluruh badan, tangan, dan kaki yang vesikel berbentuk oval dengan ukuran 1-2
pecah dengan sendiri dan menjadi gatal mm dan multiple. Tepi lesi dikelilingi daerah
sejak 6 hari yang lalu Pasien tidak kemerahan, konsistensi lunak dan terasa
mengetahui apa penyebabnya, hal tersebut sakit/perih dan gatal.
(Gambar 1)
muncul secara tiba-tiba.
Sebelumnya pasien mengalami
demam disusul sariawan pada rongga
mulut pasien lalu muncul lesi pada seluruh
badan. Hal ini baru pertama kali dialami
oleh pasien. Tidak ada hal yang
memperburuk keadaan. Namun, Ibu pasien
memberikan obat paracetamol untuk
menurunkan demam, obat CTM dan bedak
untuk mengurangi rasa gatal-gatal dan Gambar 1. Lesi krusta pada bibir, kulit sekitar mulut
mengaku berkurangnya keluhan. Ibu dan lainnya
pasien kadang mengobati sendiri dengan
berkumur air garam. Pada pemeriksaan intra oral, pasien memiliki
Pada pemeriksaan klinis umum, oral hygiene sedang, dimana terdapat debri
pasien tidak memiliki riwayat penyakit dan kalkulus pada regio 1,2,3, dan 4. Pada
sistemik dan tidak ada riwayat dirawat di pasien tidak ditemukan adanya kelainan pada
Rumah Sakit, tidak sedang konsumsi obat- mukosa labial, mukosa dasar mulut, mukosa
obatan dan tidak ada riwayat alergi. dorsal lidah, mukosa lateral lidah, mukosa
Pemeriksaan umum keadaan pasien ventral, mukosa palatum durum dan molle,
dalam kondisi sehat, berat badan 28 kg, dan lainnya.
tinggi badan 130 cm. Tekanan darah Namun pada mukosa bukal dan gingiva
125/85 mmHg, frekuensi pernafasan ditemukan gambaran lesi erosi berbentuk
20x/menit, frekuensi nadi 78x/menit. oval dengan ukuran 1-2 mm dan multiple.
Sklera mata berwarna putih, konjungtiva Tepi lesi dikelilingi daerah kemerahan,
merah muda, suhu badan 37,5°C, dan konsistensi lunak, dengan dasar berupa
skor nyeri pada saat kedatangan pertama jaringan nekrotik berwarna putih-kekuningan.
adalah 6. (Gambar 2)
Pemeriksaan ekstra oral ditemukan
bentuk muka pasien ovoid simetris, tidak
terdapat pembengkakan. Kelenjar limfe
submental dan servikal tidak teraba dan
tidak sakit, namun kelenjar submandibula
teraba lunak dan sakit. Pada bibir pasien
terdapat lesi berupa krusta berwarna
kecoklatan dan erosi berbentuk oval
kelainan yang dialami pasien disebut
Varicella / Chicken pox. Kondisi ini
memiliki prognosis yang baik, tidak
berbahaya, bukan suatu keganasan, dan
dapat sembuh sendiri, namun dapat
menular melalui udara dan kontak
langsung. Rasa nyeri dapat diringankan
dengan obat yang akan diberikan. Selain
itu, menginstruksikan pasien untuk
menghindari kontak dengan orang lain
terlebih dahulu, diet lunak dan makan
tinggi kalori tinggi protein, istirahat yang
cukup, banyak minum dan mengurangi
stress. Selain itu, diinstruksikan untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut
dengan menyikat gigi 2 kali sehari di
waktu yang tepat dan menggunakan obat
Gambar 2. Lesi erosi pada mukosa bukal dan
kumur. Agar pasien cepat sembuh juga
gingiva pada kunjungan pertama diinstruksikan untuk konsumsi obat sesuai
dengan anjuran dokter
Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis Pasien diedukasi bahwa kelainan
yang telah dilakukan, dapat ditegakkan dalam rongga mulut yang dialami pasien
bahwa diagnosis kelainan intraoral dari adalah Stomatitis Aftosa Rekuren tipe
kasus ini adalah Stomatitis Aftosa minor dan kelainan di luar mulut adalah
Rekuren tipe minor dan kelainan pada Varicella / Chicken pox / Cacar air.
ekstraoral adalah Varicella / Chicken Stomatitis aftosa rekuren adalah suatu
pox. peradangan pada rongga mulut yang
Pada kunjungan pertama pasien umum sekali terjadi. Penyebab utama
diberikan terapi berupa obat kumur munculnya kelainan ini masih belum
yang mengandung asam hialuronat diketahui, namun terdapat banyak sekali
yang digunakan 3 kali sehari sebanyak faktor pemicunya, seperti pada kasus ini
10 mL dengan intruksi tidak makan dan disebabkan oleh penurunan daya tahan
minum minimal 1 jam setelah berkumur. tubuh terkait menerima vaksin, infeksi
Pasien diberikan obat untuk virus dan faktor psikologis. Kelainan ini
menurunkan demam yaitu paracetamol dimulai dengan rasa panas/gatal pada
500 mg yang diminum 3x1 hari setelah daerah kelainan, kemudian muncul bercak
makan. Pemberian antivirus yaitu berwarna merah dengan bagian tengah
Acyclovir 400 mg yang diminum 4x1 yang memucat (jaringan nekrotik), setelah
selama 5 hari. Pasien juga diberikan itu terbentuk erosi berwarna putih
multivitamin yang mengandung vitamin kekuningan, berbentuk oval/bulat
A, B12, zat besi, zinc, dan asam folat dikelilingi kelim merah dan terasa sakit.
yang dikonsumsi 1 kali sehari. Selain itu, kondisi ekstraoral adalah
Selain itu dilakukan komunikasi, Varicella / Cacar air merupakan infeksi
intruksi, dan edukasi kepada pasien. pertama kali oleh virus Varicella zoster
Komunikasi kepada pasien bahwa dengan karakteristik demam akut, vesikel
kemerahan pada kulit tubuh dan mudah
menular. Penyebab utama munculnya
kelainan ini adalah virus Varicella zoster,
namun faktor pemicu yang mungkin pada
pasien adalah penurunan daya tahan
tubuh, faktor psikologis disebabkan pasien
sedang menerima banyak tugas sekolah
Gambar 4. Gambaran klinis intraoral setelah kontrol yang
dan ulangan secara daring. Kelainan ini diambil 3 minggu setelah pemberian obat-obatan
dimulai dengan demam, kemudian muncul
lentingan kecil yang banyak dan berisi air
yang gatal dan segera pecah
menimbulkan luka yang sakit/ nyeri dan
mudah sekali menular secara kontak
langsung dan melalui udara.
Kontrol dilakukan pada pasien dengan
anamnesis kepada ibu pasien dan melalui
pemeriksaan klinis. Berdasarkan
anamnesis yang dilakukan, ibu pasien
menjelaskan bahwa pasien sudah tidak
memiliki keluhan sulit makan, demam dan
gatal setelah 1 minggu setelah pemberian
obat-obatan. Pada pemeriksaan klinis
terlihat adanya tanda-tanda
penyembuhan. Temuan ekstraoral setelah
pemberian medikasi adalah tidak
ditemukan adanya vesikel-vesikel baru
pada kulit sekitar bibir, tangan dan
seluruh tubuh. Hampir seluruh lesi krusta
mengering dan mengelupas serta sudah
terjadi reepitelisasi lesi. Pasien tidak
memiliki keluhan nyeri dan gatal. (Gambar
3) Pemeriksaan klinis intraoral saat kontrol
juga tidak ditemukan lesi pada mukosa
bukal dan gingiva, warna jaringan sama
dengan sekitar dan tidak ada keluhan rasa
sakit. (Gambar 4)

Gambar 3. Gambaran klinis ekstraoral setelah


kontrol yang diambil 3 minggu setelah pemberian
obat-obatan
rekuren masih belum diketahui pasti.
Namun, banyak faktor predisposisi yang
PEMBAHASAN terkait dengan pembentukan penyakit ini,
seperti genetik, hipersensitivitas dan alergi
Berdasarkan hasil anamnesis dan makanan, stres psikologis, gangguan
pemeriksaan klinis yang dilakukan pada imunitas, infeksi virus dan bakteri,
pasien, lesi yang ditemukan pada defisiensi nutrisi, penyakit sistemik (mis.,
mukosa bukal dan gingiva adalah celiac disease, Crohn's disease, kolitis
stomatitis aftosa rekuren tipe minor, ulserativa, AIDS), gangguan hormonal,
yang merupakan suatu peradangan dan trauma.(Casiglia,2015)
idiopatik dengan lesi erosi berbentuk Varicella / cacar air adalah penyakit
oval dengan ukuran 1-2 mm dengan mukokutan yang sangat menular, akut,
tepi dikelilingi oleh daerah kemerahan. yang disebabkan oleh virus Varicella-
Di tengah- tengah ulserasi, terdapat zoster (VZV). Infeksi primer menyebabkan
jaringan nekrotik ditutupi dengan latensi virus seumur hidup pada saraf
jaringan fibrinosa putih kekuningan. ganglia dan suatu saat dapat
Fase munculnya kelainan ini terdiri menyebabkan reaktivasi menjadi Herpes
dari 4 tahap, yaitu premonitori, pra- zoster di masa yang akan datang.
ulseratif, ulseratif, dan penyembuhan. Keterlibatan pada rongga mulut umumnya
Tahap premonitori yang terjadi 24 jam menyebabkan ketidaknyamanan pada
pertama, terdiri dari gejala prodomal pasien.(Slebioda dkk, 2019)
yaitu akan terasa panas atau gatal pada Masa inkubasi VZV adalah 11-21 hari.
daerah yang ingin muncul lesi tetapi Individu yang terinfeksi virus ini akan
tidak ada tanda-tanda penyakit yang sangat menular pada waktu 24-48 jam
terlihat. Tahap pra- ulseratif terjadi pertama dan biasanya dibutuhkan waktu 5
antara 18 jam - 72 jam akan muncul hari sampai lesi di kulit menjadi krusta.
makula dan papula dengan tepi eritema Manisfestasi chicken pox terdiri dari 2 fase
dan edema ringan.(Casiglia, 2015) yaitu fase prodromal dan fase erupsi.
Gambaran mikroskopis lesi pra- Tanda-tanda pasien sedang dalam fase
ulseratif menunjukkan sel mononuklear prodromal adalah demam ringan selama
inflamasi subepitel dengan sel mast 1-3 hari, menggigil, anoreksia, sakit
yang melimpah, edema jaringan ikat kepala, dan malaise. Pada fase erupsi,
dan neutrofil yang melapisi margin. kulit akan meruam seperti “dew drops-
Tahap ulseratif akan berlangsung like” dan menyebarluas pada wajah, leher,
beberapa hari hingga 2 minggu, terdiri kulit kepala dan seluruh tubuh terutama
dari ulserasi aktif dimana akan ekstremitas.(Glick dkk, 2008) Lesi makula
diselaputi oleh lapisan fibromembranous akan menjadi lesi papul, vesikel, pustule,
yang akan diikuti oleh intensitas nyeri dan krusta disertai dengan rasa gatal.
yang berkurang. Tahap penyembuhan (Hernawati,2019)
pada hari ke-4 sampai hari ke-35 hari, Etiologi kelainan ini adalah virus Varicella
biasanya 21 hari, ulserasi akan ditutupi zoster, yang merupakan pathogen alpha-
oleh epitelium, terjadi penyembuhan herpesvirus, ditularkan melalui airborne atau
progresif dan sering tidak meninggalkan kontak langsung dengan lesi kulit orang yang
jaringan parut.(Rivera, 2019) sakit. Virus Varicella zoster adalah virus DNA
Etiologi dari stomatitis aftosa double-stranded, tertutup inti yang
mengandung protein dan dibungkus kemudian pecah menjadi lesi ulserasi/erosi.
glikoprotein.(Kennedy dkk,2018) Faktor Namun, Herpes zoster memiliki ciri khas
predisposisi dari chicken pox adalah pada dimana lesi muncul hanya unilateral
penderita leukimia akut, HIV, sedangkan HFMD memiliki ciri khas lesi
immunodefisiensi, transplantasi organ, muncul pada tangan, kaki, dan mulut. Pada
kemoterapi atau radioterapi, kasus ini, terlihat lesi muncul secara bilateral
konsumsi kortikosteroid dosis tinggi, hamil, dan berada tangan, kaki badan, dan mulut
dan bayi yang terinfeksi chicken pox. pasien sehingga ditegakkan diagnosis
(Davidson,2014) Varicella / Chicken pox.(Apriasari,2019)
Patogenesis VZV dimulai saat virus Manifestasi oral dari chickenpox memiliki ciri
memasuki host melalui saluran pernapasan khas lesi terasa sakit, bergerombol dengan
dan konjungtiva. Virus bereplikasi pada ukuran 1-5 mm (jarang berbentuk vesikel
tempat masuknya di nasofaring dan karena lesi cepat pecah dan menjadi ulserasi).
kelenjar getah bening regional. Viremia Ulkus sering menyatu membentuk ulkus yang
primer terjadi 4 – 6 hari setelah infeksi dan lebih besar dengan batas irregular / scalloped.
virus menyebar ke organ lain, seperti hati, (Glick dkk,2008)
limpa, dan ganglia sensorik. Replikasi lebih Beberapa penelitian yang dirancang
lanjut terjadi di viscera, diikuti oleh viremia dengan baik, orang awam maupun dokter
sekunder, dengan virus menginfeksi kulit. sering membingungkan SAR dengan infeksi
(Psichogiou,2021) virus herpes simpleks (HSV). Viron dan
Pasien pada kasus ini masih berusia antigen HSV belum teridentifikasi pada lesi
13 tahun. Sistem imunitas akan mengalami aphthous atau berhasil diisolasi dalam
maturasi secara bertahap sejak usia bayi. jaringan biopsi SAR. Evaluasi jaringan biopsi
Pada anak-anak, respon imun alami dan SAR menggunakan polymerase chain reaction
adaptif mulai berproses ke arah matur. Di (PCR) untuk kemungkinan keterlibatan virus
periode usia ini berisiko tinggi terinfeksi HV6, CMV, VZV, Epstein-Barr (EBV), sebagai
banyak patogen seperti virus, bakteri, fungi faktor penyebab tidak menemukan bukti yang
dan parasit. Risiko ini dikurangi dengan mendukung peran virus ini dalam patogenesis
pemberian vaksinasi untuk menstimulasi stomatitis aftosa. Oleh karena itu, merupakan
respon imun menuju kematangan. tanggung jawab klinisi untuk membedakan
(Hernawati,2020) SAR dari infeksi herpes, meyakinkan pasien
Maka, pada kasus ini disimpulkan SAR bahwa mereka tidak memiliki penyakit
faktor predisposisinya adanya penurunan menular dan bahwa terapi antivirus tidak
daya tahan tubuh karena kedua kondisi diperlukan atau tidak efektif.(Akintoye
tersebut. (Bostan dkk,2021) dkk,2014)
Diagnosis banding dari kasus ini adalah Tatalaksana pada kasus ini diberikan
Herpes zoster, Hand Foot Mouth Disease, terapi kausatif, yaitu Acyclovir 400 mg karena
manifestasi oral dari chickenpox. Herpes pasien masih mengalami demam ringan yang
zoster disebabkan oleh reaktivasi virus menandakan masih terjadi replikasi virus.
Varicella zoster dan HFMD disebabkan oleh Acyclovir akan menghambat sintesis DNA
virus Coxsackie A16, A5, dan A10. Kedua virus. Beberapa studi menunjukkan bahwa
kelainan ini menunjukkan gejala prodromal acyclovir terbukti aman dan dapat
yaitu demam dan temuan klinis secara mengurangi durasi demam dan jumlah lesi.
intraoral dan ekstraoral dengan bentuk lesi (Apriasari dkk,2019)
yang sama yaitu diawali vesikel yang .
Terapi simptomatik pada pasien ini KESIMPULAN
diberikan paracetamol 500 mg sebagai
antipiretik / menurunkan demam yang Stomatitis aftosa rekuren merupakan lesi
dialami pasien dan obat kumur erosi yang menyakitkan yang biasa
mengandung asam hialuronat, ditemukan pada rongga mulut. Etiologi dari
polyvinylpyrrolidone (PVP) dan lainnya. kelainan yang masih belum diketahui pasti,
Asam hialuronat berfungsi untuk namun banyak faktor predisposisi yang
antiinflamasi dan proliferasi dan migrasi sel mungkin berperan. Varicella / Chicken pox
untuk menyembuhkan lesi dengan merupakan infeksi primer yang disebabkan
membuat jaringan ikat yang baru dan oleh Varicella zoster virus (VZV) yang
polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai memiliki karakteristik demam akut,
antibakteri dan menurunkan infeksi serta munculnya vesikel kemerahan pada kulit
giberelin yang diketahui dapat berinteraksi tubuh dan mulut pasien serta sangat
dengan reseptor faktor pertumbuhan pada menular. Perawatan pada kasus ini adalah
sel fibroblas sehingga akan meningkatkan dengan mengidentifikasi faktor etiologi dan
aktivitas dan proliferasi dari kontraksi luka predisposisi yang berkaitan, dengan cara
pada proses penyembuhan luka.(Sari melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
dkk,2019) yang lengkap sehingga dapat dilakukan
Perawatan suportif diiberikan pada eliminasi faktor predisposisi dengan benar.
kasus ini dengan pemberian multivitamin Pasien dengan kelainan ini biasanya
yang mengandung vitamin A, B12, asam mengalami keluhan demam sulit makan
folat, zat besi, dan zinc untuk mempercepat karena sakit, dan gatal, maka diperlukan
penyembuhan sel disebabkan oleh infeksi pemberian terapi simptomatik untuk
VZV dan mengembalikan sistem imunitas mengurangi demam dan rasa sakit tersebut
pasien untuk mencegah infeksi kembali. dengan pemberian antipiretik dan
(Hernawati,2020) antiinflamasi. Lesi ini juga disebabkan infeksi
Selain pemberian terapi, pasien juga oleh virus, maka dari itu diberikan terapi
diberikan komunikasi, intruksi, dan edukasi. antivirus serta terapi suportif untuk
penunjang pemulihan pasien lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA 8. Hernawati S. Management of chicken pox
ulcer manifestation in an 8-years-old
1. Akintoye, S. O., & Greenberg, M. S.
patient. Makassar Dental Journal.
Recurrent aphthous stomatitis. J.Dental
2020.Sep;9(1):204-207
clinics of North America, 2014
9. Bostan E, Yalici‐Armagan B. Herpes zoster
Apr;58(2), 281–297.
following iactivated COVID‐19 vaccine: A
2. Hernawati S. Management of Varicella
coexistence or coincidence?. Journal of
Zoster and Ulcer Manifestion in the Oral
Cosmetic Dermatology. 2021
Cavity of a 5-years-old Patient. J Int
Jun;20(6):1566-1567
Dent Med Res. 2019.Okt;12(4):1610-
10. PsichogiuM, Samarkos M, Mikos N,
1612.
Hatzakis A. Reactivation ofVaricella Zoster
1. Apriasari M, Pramitha S. Management of Virus after Vaccination for SARS-CoV-2.
Varicella Zoster in Adult Patient. Dentino. Vaccines. 2021.Jun;9(6):572
2019.Jun;4(1):101-105. 11. Apriasari M. The different symptoms
2. Rivera C. Essentials of recurrent aphthous determining management fhand foot and
stomatitis (Review). Biomedical Reports. mouth disease and primary varicella
2019. Aug;11(2):47-50 zoster infection. Dental Journal (Majalah
3. Casiglia, J. Aphthous stomatitis clinical Kedokteran Gigi). 2019. Agus;52(1):32-37
presentation. Medscape. 2015. Sari R, rnawati D, Soebadi B. Recurrent
Feb;8(3):67-71 Aphthous Stomatitis Reated To Psychological
4. Slebioda Z, Bobkowska B. Varicella In A Stress, Food Allergy And Gerd. ODONTO :
Dental Practice – Report Of Two Cases Of Dental Journal. 2019.Jul;6(3
The Disease With Oral Involvement. J
Stoma. 2019.Jan;72(5):241-243.
5. Glick M, Greenberg M, Lockhart P,
Challacombe S. Burket's Oral Medicine.
11th ed. BC Decker; 2008.
6. Kennedy P, Gershon A. Clinical Features of
Varicella- Zoster Virus Infection. Viruses.
2018 Nov;10(11):609
7. Davidson S. Davidson's Principles and
Practice of Medicine. 22nd ed. UK:
Elsevier; 2014.

Anda mungkin juga menyukai